Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TROMBOSIS

MATA PELAJARAN
KMB 1

Dosen Pembimbing :
Ns. Tiara Fatma Pratiwi S.Kep.,M. Tr.Kep

Disusun Oleh :
Nisdhani A. (20181420146007)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BAHRUL ULUM TAMBAK – BERAS JOMBANG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang mana atas karunia dan
rahmat-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien trombosis”. Adapun
askep ini di susun untuk memenuhi tugas masta kuliah Keperawatan medikal
bedah. Penyusun menyadari bahwasanya tugas ini masih jauh dari sempurna dan
perlu kajian yang lebih dalam lagi. Oleh kareana itu penyusun dengan senang hati
menerima keritik dan saran pada pembaca yang di tujukan pada makalah ini.

Jombang, 25 februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Cover 1
Kata Pengantar 2
Daftar isi 3

BAB 1 Pendahuluan .............................................................................................. 4


1.1 Latar belakang ............................................................................................ 4
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan penulisan......................................................................................... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 5


2.1 Definisi ...................................................................................................... 5
2.2 Penyebab ................................................................................................... 5
2.3 Tanda gejala .............................................................................................. 6
2.4 Patofisiologi .............................................................................................. 6
2.5 Woc ........................................................................................................... 7
2.6 Penatalaksanaan ........................................................................................ 8

BAB 3 Konsep askep ............................................................................................ 9


3.1 Pengkajian ................................................................................................. 9
3.2 Diagnosa ................................................................................................... 10
3.3 Intervensi .................................................................................................. 11
3.4 Implementasi ............................................................................................ 12
3.5 Evaluasi .................................................................................................... 16

BAB 4 Penutup .................................................................................................... 17


4.1 Kesimpulan................................................................................................ 17
4.2 Saran ......................................................................................................... 17

Daftar Pustaka .......................................................................................................

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Trombosis merupakan pembentukan bekuan (clotting) pada
darah atau thrombus pada sistem vaskuler. Bekuan tersebut dapat terjadi
pada pembuluh darah vena atau arteri. Trombosis vena (deep venous
trombosis) merupakan komplikasi dari insufisiensi vena, yang sering
dikaitkan dengan stasis vena yang umumnya dapat terjadi pada pasien
setelah pembedahan , obesitas, kehamilan, adanya riwayat penyakit
jantung, pasien dengan riwayat penggunaan antikoagulan dan pasien yang
berbaring lama setelah terjadi trauma, atau karena ketidak mampuan/
kelemahan. Dampak DVT tersebut dapat mengancam kehidupan yaitu
dengan berkembangnya kearah emboli pulmoner. Timbulnya masalah
sering sekali tidak terprediksi sebelumnya, padahal masalah ini dapat
dicegah dengan mengadakan pengkajian dini terhadap kelompok risiko
untuk terjadinya trombosis selain itu juga kita yakini bahwa tindakan
pencegahan lebih mudah dari pada tindakan perawatan pada kasus-kasus
pasien yang mengalami trombosis. Pada makalah sebelumnya sudah
dibahas tentang tindakan keperawatan yang bertujuan untuk pencegahan
terjadinya trombosis, sedangkan pada makalah ini difokuskan pada asuhan
keperawatan pasien yang mengalami trombosis dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan (agatha thania 2010)

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi trombosis?
2. Apa penyebab trombosis?
3. Bagaimana konsep askep trombosis?

C. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui definisi trombosis dan penyebabnya serta konsep
penyakitnya

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Trombosis arteri adalah terbentuknya gumpalan darah (trombosis) di
pembuluh darah arteri. Kondisi ini bisa menghambat aliran darah ke organ
tubuh tertentu sehingga berpotensi menyebabkan kondisi yang serius,
seperti serangan jantung dan stroke.

Sebagian besar trombosis arteri disebabkan oleh keluarnya keping darah


atau trombosit sebagai respon tubuh akibat pecahnya plak penyebab
aterosklerosis. Keping darah ini kemudian menyatu dan menggumpal. Jika
gumpalan yang terbentuk cukup besar, maka kondisi ini bisa menyebabkan
sumbatan pada pembuluh darah arteri.
Meski mirip, trombosis berbeda dengan emboli. Pada trombosis,
penyumbatan terjadi secara spesifik akibat gumpalan darah di pembuluh
darah. Sedangkan pada emboli, penyumbatan bisa disebabkan benda atau
zat asing apa pun, termasuk gelembung udara, lemak, bahkan cairan
ketuban.

B. Penyebab
Trombosis arteri terjadi saat keping darah atau trombosit menggumpal
sehingga menghambat aliran darah. Gumpalan darah bisa terbentuk
sebagai respon tubuh terhadap cedera atau luka yang terjadi di pembuluh
darah.
Penyebab trombosis yang paling sering adalah pecahnya plak pada
aterosklerosis. Selain itu, trombosis arteri juga bisa terjadi pada penderita
vaskulitis, fibrilasi atrium, atau penderita sindrom antifosfolipid.

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan potensi seseorang


mengalami trombosis arteri, yaitu:
1. Memiliki kebiasaan merokok
2. Menderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau diabetes

5
3. Memiliki berat badan berlebih hingga menderita obesitas
4. Memiliki pola makan yang tidak sehat dan tinggi lemak
5. Memiliki keluarga dengan riwayat trombosis arteri atau aterosklerosis
6. Memiliki gaya hidup kurang aktif bergerak atau beraktivitas fisik
7. Mengalami kecanduan alkohol
8. Berusia lanjut

6
C. Tanda Gejala
Trombosis arteri umumnya tidak menimbulkan gejala sampai gumpalan
darah menyumbat atau menghentikan aliran darah ke bagian tubuh
tertentu. Gejala kondisi tersebut bisa beragam, tergantung lokasi sumbatan
yang terjadi.

D. Patofisiologi
Trombosis adalah suatu pembentukan bekuan darah (trombus)
didalampembuluh darah. Bekuan darah pada keadaan normal terbentuk
untuk mencegah perdarahan. Trombus adalah bekuan abnormal
dalam pembuluh darah yang terbentuk walaupun tidak ada
kebocoran. Trombus merupakan massa seluler yang menjadi satu
oleh jaringan fibrin. Trombus terbagi 3 macam yaitu; merah (trombus
koagulasi), putih (trombus aglutinasi) dan trombus campuran.
Trombus merah dimana sel trombosit dan lekosit tersebar rata dalam
suatu massa yang terdiri dari eritrosit dan fibrin, biasanya terdapat
dalam vena. Trombus putih terdiri atas fibrin dan lapisan trombosit,
lekosit dengan sedikit eritrosit, biasanya terdapat dalam arteri. Bentuk
yang paling banyak adalah bentuk campuran. Trombus vena adalah
deposit intravaskuler yang tersusun atas fibrin dan sel darah merah
disertai berbagai komponen trombosit dan lekosit.(Rizal, 2012)
Berdasarkan teori triad of Virchow`s, terdapat3 halyang berperan
dalam patofisiologitrombosis yaitu kelainan dindingpembuluh darah,
perubahan alirandarah,dan perubahandaya beku darah. Trombosis terjadi
bila terdapat gangguan keseimbangan antara faktor resiko trombosis dan
inhibitor thrombosis. (Makin, 2002)
Sel endotel pembuluh darah yang utuh yang bersifat
nontrombogenik,sehingga mencegah trombosit menempel pada
permukaannya. Sifat non trombogenik ini akan hilang bila endotel
mengalami kerusakan/terkelupas karena berkurangnya produksi
senyawa antitrombotik dan meningkatnya produksi senyawa
protrombotik. Berbagai senyawa protrombotik yang dilepaskan ini

7
akan mengaktifkan sistem pembekuan darah dan menyebabkan
menurunnya aktifitas fibrinolisis sehingga meningkatkan kecenderungan
untuk terjadi trombosis. Bila kerusakan endotel terjadi sekali dan
dalam waktu singkat, maka lapisan endotel normal akan terbentuk
kembali, proliferasi sel otot polos berkurang dan intima menjadi tipis
kembali. Bila kerusakan endotel terjadi berulang-ulang dan berlangsung
lama, maka proliferasi sel otot polos dan penumpukan jaringan ikat
serta lipid berlangsung terus sehingga dinding arteri akan menebal
dan terbentuk bercak aterosklerosis. Bila bercak aterosklerotik ini
robek maka jaringan yang bersifat trombogenik akan terpapar dan
terjadi pembentukantrombus.(Setiabudy, 2007)

Aliran darah yang melambat bahkan stagnasi menyebabkan


gangguan pembersih faktor koagulasi aktif, mencegah bercampurnya
faktor koagulasi aktif dengan penghambatnya, mencegah faktor
koagulasi aktif dilarutkan oleh darah yang tidak aktif. Keadaan ini
akan mengakibatkan terjadinya akumulasi faktor-faktor pembekuan yang
aktif dan dapat merusak dinding pembuluh darah. Stagnasialiran darah
ini dapat diakibatkan oleh imobilisasi, obstruksi vena danmeningkatnya
viskositas darah.Menurutbeberapa peneliti, darah penderita trombosis
lebih cepat membeku dibandingkan orang normal dan pada penderita-
penderita tersebut dijumpai peningkatan kadar berbagai faktor
pembekuan terutama fibrinogen, F.V, VII, VIII dan X.
Menurut Schafer penyebab lain yang dapat menimbulkan
kecenderungan trombosis yaitu defisiensi AT, defisiensi protein C,
defisiensi protein S, disfibrinogenemia, defisiensi F.XII dan kelainan
struktur plasminogen.(Karmila, 2010)Faktor resiko trombosis menurut
Rizal (2012), yaitu sebagai berikut:
1. Operasi
2. Kehamilan
3. Penyakit jantung
4. Penyakit neurologi

8
5. Keganasan/kanker
6. Umur
7. Obesitas
8. Jenis kelamin
9. Riwayat VTE
10. Imobilisasi
11. Golongan darah
12. Hormon/kontrasepsi oral
13. Trauma
14. Varicose ven

E. WOC

9
F. Penatalaksanaa
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk kasus DVT adalah uji D-dimer.
D-dimer adalah produk hasil degradasi fibrin akibat respon fibrinolitik
terhadap adanya thrombus dalam tubuh. Meskipun demikian, elevasi D-
dimer tidak spesifik untuk thrombosis karena hal ini dapat disebabkan
berbagai kondisi klinis lainnya seperti keganasan, kondisi inflamasi,
kehamilan, penyakit hepar, periode pasca operasi, atau pasca trauma.

Berdasarkan pedoman dari NICE, uji D-dimer untuk DVT terbilang


sensitif (75-100%) namun tidak spesifik (26-83%) untuk DVT. Oleh
karena sensitifitasnya yang tinggi, D-dimer positif dapat digunakan untuk
rule in DVT pada pasien risiko tinggi, misalnya pasien dengan skor Wells
> 2. Sedangkan hasil D-dimer yang negatif tidak bisa digunakan untuk
eksklusi DVT..[1, 2, 16]

2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis atau imaging untuk DVT meliputi:
a. Ultrasonografi / USG vena
 DVT ditegakkan bila probe USG tidak berhasil
mengkompresi vena. Pemeriksaan ini sekarang sudah
menjadi modalitas lini pertama.
 Keunggulan : aman, relatif mudah, efektif, reliabel, non
invasif, dan dapat menentukan ukuran, kronisitas, dan
derajat oklusi thrombus
 Keterbatasan : tidak dapat mendeteksi DVT distal dengan
sensitivitas 94.2% untuk mendeteksi DVT proksimal dan
63.5% untuk mendeteksi DVT distal. Hasil juga tergantung
pada kemampuan operator.

b. Conventional Contrast Venography


 Pemeriksaan ini adalah gold standard untuk DVT tungkai
bawah. DVT ditegakkan bila terdapat filling defect
persisten di beberapa tampilan gambar serial.
 Dilakukan dengan memasang tourniquet di proksimal paha
dan mengkanulasi vena dorsalis pedis (untuk injeksi media
kontras) dan diambil gambar radiografi serial.
 Keterbatasan: ketersediaan, kurang nyaman bagi pasien,
user-dependent, visualisasi inadekuat, tidak dapat
digunakan untuk pasien yang alergi kontras ataupun
insufisiensi renal

10
c. Computed Tomography Scan / CT scan (CT venography)
 Dilakukan dengan menginjeksi media kontras ke lengan
dan pengambilan gambar dilakukan di waktu tertentu bila
opasitas vena dalam di tungkai bawah telah tercapai
 Keunggulan: mudah, sangat sensitif dan spesifik, serta
dapat melihat potongan cross-sectional
 Keterbatasan: paparan radiasi dan media kontras, tidak
dapat untuk pasien dengan alergi kontras atau insufisiensi
renal.
d. Magnetic Resonance Imaging / MRI (MR venografi)
 Mirip dengan CT scan dalam segi non-invasif dan memiliki
sensitivitas dan spesifisitas tinggi
 Keunggulan: dapat memvisualisasi vena dalam tanpa media
kontras, tidak ada paparan radiasi
 Keterbatasan: lebih mahal, lebih lama (terkait dengan
tolerabilitas pasien), ketersediaan masih terbatas

11
BAB 3
KONSEP ASKEP
A. Pengkajian
Gejala –gejala adanya arterial trombosis tergantung ukuran trombosis ,
organ yang terlibat, dan adanya pembuluh darah kolateral. Trombosis ini
dapat terjadi pada pasien : yang mengalami stasis vena yang umumnya
terjadi pada pasien setelah pembedahan, obesitas, kehamilan, pasien post
partum. Pada saat mengalami trombosis maka data yang didapatkan,sbb:
a. Trombosis arteri:
Gejala umum yang menunjukkan emboli,seperti:
1. nyeri,
2. pucat pada area yang terkena
3. denyut nadi berkurang
4. adanya rasa baal
5. dan paralysis

Pada pemeriksaan fisik area trombosis :


Pada bagian yang mengalami oklusi ditandai dengan adanya perabaan
dingin, dan pucat akibat adanya iskemia

b. Trombosis vena
Pada pengkajian trombosis vena , didapatkan data sebagai berikut:
1. Separuh dari jumlah penderita trombosis tidak merasakan gejala-
gejala yang ada; tanda dan gejalanya nonspesifik
2. Pada pemeriksaan fisik didapatkan data tentang adanya tanda-tanda
obstruksi vena deep yang ditandai :
 edema dan pembengkakan pada ekstrimitas yang terkena
 pada area yang terkena teraba hangat dan tenderness
 adanya tanda Homans’ sign (nyeri pada daerah betis setelah
dilakukan dorsofleksi pada kaki)
 bila trombosis tersebut akibat thrombus vena superficial
maka akan didapatkan data:

12
 nyeri
 tenderness
 redness
 teraba hangat pada area yang terlibat
3. Bila trombosis vena tersebut terjadi secara massif , maka akan
didapatkan data,sebagai berikut:
 pembengkakan massif pada area yang terkena
 teraba tegang/mengeras pada area vena yang terkena
 nyeri
 teraba dingin
4. Selain itu juga ditunjang dengan hasil yang diperlihatkan dari
pemeriksaan diagnostik seperti:
 venography
 doppler ultrasonography

B. Diagnosa
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien yang mengalami trombosis ,
maka diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan adalah:
1. potensial penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan
sirkulasi
Ditandai adanya:
 tekanan darah menurun
 nadi meningkat
 kapilari refill menurun(pengembalian darah kapiler)
 teraba bagian akral dingin
 mukosa pucat
 sianosis
2. potensial terjadi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
menurunnya aliran darah(stasis vena), melambatnya pengembalian
aliran darah perifer.
Ditandai adanya :

13
 nyeri
 eritema
 teraba dingin pada daerah akral ekstrimitas
 menurunnya denyut nadi daerah perifer
 adanya rasa terbakar pada daerah yang terlibat
 kepucatan pada area yang terkena akibat kurangnya oksigen
pada daerah perifer
 sianosis
 perasaan baal,atau kesemutan
 paralisis(bila terjadi iskemi nervus)
3. potensial terjadi injury(perdarahan) berhubungan pemberian
antikoagulan
ditandai adanya:
 masa beku darah yang memanjang(clotting time)
 trombositopenia
 hematuria
4. gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kurangnya sirkulasi
arteri ,jaringan yang mengakibatkan meningkatnya produksi asam
laktat di jaringan
ditandai dengan:
 adanya rasa terbakar
 penyimpangan perilaku
 merasa lelah
 terlihat adanya gangguan fungsi terhadap ekstrimitas yang
terkena
 tenderness
 nyeri/ rasa terbakar
5. kurang pengetahuan tentang proses penyakit ditandai adanya:
 pernyataan tentang persepsi masalah
 ketidakmampuan dalam mengikuti instruksi
 berkembangnya /tendensi untuk terjadinya komplikasi

14
C. Intervensi
Pencegahan trombosis atau tromboprofilaksis adalah pengobatan
medis untuk mencegah perkembangan trombosis (gumpalan darah di
dalam pembuluh darah) pada mereka yang dianggap berisiko mengalami
trombosis. Beberapa orang berisiko lebih tinggi mengalami penggumpalan
darah dibandingkan orang lain. Tindakan pencegahan atau intervensi
biasanya dimulai setelah operasi karena orang-orang berisiko lebih tinggi
karena imobilitas.
Orang yang menjalani operasi dengan kanker berisiko lebih tinggi
mengalami pembekuan darah. Pengencer darah digunakan untuk
mencegah penggumpalan, pengencer darah ini memiliki profil efektivitas
dan keamanan yang berbeda. Penelitian menemukan 20 penelitian yang
melibatkan 9.771 orang penderita kanker. Bukti tidak mengidentifikasi
perbedaan apa pun antara efek pengencer darah yang berbeda pada
kematian, penggumpalan, atau pendarahan. Sedikit memar setelah operasi
terjadi pada beberapa orang sementara yang lain mungkin telah
mengurangi risiko mendapatkan bekuan darah tetapi keandalan bukti
bervariasi dari rendah hingga sedang.

Data dari lima penelitian dengan 422 peserta menunjukkan efek heparin
berat molekul rendah (LMWH) pada kematian dibandingkan dengan
heparin tak terpecah tidak pasti.

Ada intervensi berbasis pengobatan dan intervensi berbasis non-


pengobatan. Risiko terjadinya pembekuan darah dapat diubah dengan
modifikasi gaya hidup, penghentian kontrasepsi oral , dan penurunan berat
badan. Pada mereka yang berisiko tinggi, kedua intervensi sering
digunakan. Perawatan untuk mencegah pembentukan gumpalan darah
seimbang dengan risiko pendarahan.
Salah satu tujuan pencegahan penggumpalan darah adalah untuk
membatasi stasis vena karena ini merupakan faktor risiko yang signifikan

15
untuk pembentukan gumpalan darah di vena dalam di kaki. Stasis vena
dapat terjadi selama periode tidak bergerak yang lama . Pencegahan
trombosis juga dianjurkan selama perjalanan udara. Profilaksis trombosis
efektif dalam mencegah pembentukan gumpalan darah, penahannya di
vena, dan berkembang menjadi tromboemboli yang dapat berjalan melalui
sistem peredaran darah untuk menyebabkan penyumbatan dan kematian
jaringan selanjutnya di organ lain . Clarence Crafoord dikreditkan dengan
penggunaan pertama dari profilaksis trombosis di tahun 1930-an.

D. Implementasi
Prinsip tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami trombosis,
sebagai berikut:
1. Mempertahankan perfusi tetap adekuat
2. meningkatkan rasa nyaman secara optimal
3. mencegah komplikasi
4. memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis dan cara
penggunaan obat-obatan yang diberikan

Berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan yang ada, maka rencana


tindakan keperawatan yang perlu dibuat sebagai berikut:
1. Untuk Diagnosa Keperawatan 1
a. monitor tanda-tanda vital terutama peningkatan denyut nadi yang
diikuti dengan penurunan tekanan darah,catat dan laporkan
perubahan
b. observasi tanda dan gejala terjadinya perdarahan dari mulut
maupun dari rektum, perdarahan merupakan masalah komplikasi
yang sangat serius pada pasien yang mendapat terapi trombolitik.
c. kolaborasi dalam pemberian asam amino kaproic untuk
menghentikan perdarahan
d. cek secara ketat perdarahan aktif selama 24 jam setelah terapi
trombolitik dihentikan, 1 jam pertama 15 menit sekali, 8 jam
berikutnya tiap 30 menit dan selanjutnya setiap jam

16
e. observasi tanda reaksi alergi terhadap streptokinase seperti gatal,
demam, sesak nafas, bronkospasme, hipertensi.
f. hindari pemberian aspirin atau obat-obat yang bersifat hemolitik
selama pemberian trombolitik
g. monitor EKG untuk mendeteksi adanya reperfusi disritmia akibat
pemberian trombolitik dan kemungkinan diberikannya anti
disritmia

2. Untuk Diagnosa Keperawatan 2


a. observasi warna dan perubahan temperatur pada ekstrimitas: edema
mulai dari pangkal paha sampai dengan kaki, catat adanya ketidak
simetrisan betis, ukur dan catat lingkar betis. Lapor segera bila ada
proses inflamasi yang progresif, dan lokasi nyeri yang berpindah-
pindah
b. kaji daerah ekstrimitas untuk melihat kejelasan dari kondisi vena
yang yang potensial terjadi trombosis, palpasi tekanan lokal area
yang mungkin terkena, adanya keregangan kulit. Dan kaji adanya
penonjolan vena.
c. kaji kapilari refiil dan cek adanya tanda-tanda Homan ( Homans’
sign) d. tingkatkan bedrest selama fase akut
d. tinggikan kaki bila sedang tidur atau sedang duduk dibangku
e. anjurkan untuk melakukan exercises pasif maupun aktif di atas
tempat tidur, bantu pasien untuk ambulasi segera setelah pasien
diizinkan turun dari tempat tidur
f. informasikan pasien agar tidak menyilangkan kaki atau hiprfleksi
lutut
g. cegah pasien untuk mengurut/masase bagian ekstrimitas yang
terkena
h. anjurkan pasien untuk latihan nafas dalam
i. anjurkan pasien untuk banyak minum selama itu tidak bertentangan
dengan kondisi pasien(minimal 2000 ml/hari)

17
j. kolaborasikan untuk pemberikan kompres hangat pada area yang
terkena
k. memberikan obat-obatan antikoagulan sesuai program( heparin
secara continuous atau intermiten IV/ pemberian
coumarin/coumadin)
l. memberikan obat-obatan trombolitik sesuai program (spt:
streptokinase, urokinase
m. monitor hasil pmeriksaan laboratorium,spt:prothrombin time(PT),
partial thromboplastin time(PTT), activated partial thromboplastin
time(APTT), CBC
n. persiapan pasien untuk pembedahan thrombektomi(bila ada
indikasi)

18
3. Untuk Diagnosa Keperawatan 3
a. Monitor tanda vital untuk peningkatan nadi diikuti peningkatan
tekanan sistolik karena menurunnya volume darah, akibat
perdarahan internal dan eksternal.
b. Cek Protrombin time pada pemberian warfarin dan PTT untuk
pemberian heparin sebelum pemberian anticoagulan. Protombin
time seharusnya 1,25 s/d 2,4. Jumlah platelet harus dimonitor
sebab pemberian anti coagulan dapat menurunkan jumlah platelet.
c. Cek perdarahan dari mulut, hidung
d. Khusus untuk pasien usila yang mendapat wafarin monitor harus
lebih ketat, sebab kulit sangat tipis dan pembuluh darah sangat
rapuh. Pemeriksaan PT harus lebih teratur.
e. Harus selalu ada persediaan antagonis anticoagulan( protamine,
vitamin K1 atau vitamin K3) sewaktu dosis obat maningkat atau
pada kondisi terjadinya perdarahan meningkat. Disamping itu
persediaan plasma mungkin diperlukan untuk antisipasi
diperlukannya transfusi.
f. Ingatkan pada pasien untuk memberitahu dokter giginya bila
memerlukan kontrol terhadap gigi bahwa pasien sedang dalam
pengobatan anti coagulan.
g. Anjurkan pasien untuk menggunakan sikat gigi yang lembut untuk
mencegah terjadinya perdarahan gusi.
h. Anjurkan pasien ( pria ) untuk menggunakan alat cukur elektrik
saat bercukur.
i. Anjurkan pasien untuk selalu membawa kartu identitas sebagai
pasien yang sedang dalam terapi anti coagulant.
j. Anjurkan pasien untuk tidak merokok, karena merokok dapat
meningkatkan metabolisme, selanjutnya dosis warfarin mungkin
perlu ditingkatkan bila saat itu pasien masih aktif merokok.
k. Ingatkan pasien untuk tidak menggunakan aspirin, gunakan obat
analgesik yang mengandung asetaminofen.

19
l. Ajarkan pada pasien untuk mengontrol perdarahan eksternal
dengan cara penbekuan langsung pada daerah luka selama 5-10
menit dengan kasa bersih atau sterill.
m. Anjurkan pada p asien u ntuk t idak mengkonsumsi alkohol yang
dapat meningkatkan terjadinya perdarahan. Anjurkan pasien untuk
mengkonsumsi sayuran hijau, ikan, hati, kopi atau teh yamg kaya
akan vitamin K.
n. Jelaskan pada pasien untuk melaporkan perdarahan seperti :
ptechie, echymosis, purpura, perdarah gusi, melena

20
4. Untuk Diagnosa Keperawatan 4:
a. Kaji tingkat rasa sakit atau ketidak nyamanan, catat kekuan pada
kaki dan palpasi kaki yang tertekan, karena derajat rasa sakit
menunjukan tingkat gangguan sirkulasi, proses inflamasi,tingkat
hipoksia dan perkembangan edema pada saat trombosis.
b. Tinggikan ekstremitas yang terkena, karena dapat meningkatkan
veous return ( arus balik darah ke jantung ) dan menurunkan stasis
vena, serta pembentukan edema
c. Berikan penyangga kaki pada kaki yang terkena, sebab dapat
menghindari tekanan langsung dari laken tempat tidur yang dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Anjurkan pasien untuk merubah posisi tidur secara teratur dimana
hal ini dapat menurunkan / mencegah kelemahan pada otot dan
meminimalkan spasme pada otot.
e. Monito tanda vital, dan cata peningkatan suhu tubuh, karena
peningkatan denyut jantung mengindikasikan meningkatnya rasa
sakit dan ketidaknyamanan. Peningkatan suhu tubuh juga akan
meningkatkan rasa ketidaknyamanan pada pasien
f. Selidiki data laporkan bila terjadi rasa sakit menusuk pada dada,
hal ini terkait dengan adanya dyspnea,

5. Untuk Diagnosa Keperawatan 5


a. Jelaskan tentang patofisiologi, kondisi, tanda dan gejala, serta
komplikasi ( pulmonari emboli, chronic venous insufisiency,
venous stasis ulcer.
b. Jelaskan tujuan pembatasan aktivitas dan perlunya kesimbangan
antara aktivitas dan istirahat.
c. Tentukan program aktifitas yang tepat yang harus dilakukan oleh
pasien.
d. Jelaskan tentang cara mengatasi faktor resiko terjadinya trombosis
pada pasien seperti : pasien yang bekerja yang memerlukan waktu
duduk yang lama, sering menggunakan pakaian yang ketat ,

21
penggunaan kontrasepsi oral, obesitas, istirahat yang lama di
tempat tidur, dehidrasi.
e. Diskusikan dengan pasien tujuan , dosis pemberian anticoagulan
dan penekanan pentingnya meminum obat sesuai dengan program
pengobatan.
f. Identifikasi, faktor-faktor pencegahan terjadinya perdarahan seperti
: penggunaan sikat gigi yang lembut, alat cukur elektrik, alat tajam
lainnya ( tusuk gigi ) berjalan dengan telanjang kaki,
menghembuskan hidung dengan keras.
g. Jelaskan pada pasien untuk menghindari penggunaan obat-obat
atau makanan yang dapat menurunkan potrombin seperti : salisilat
dan alkohol dapat menurunkan aktivitas protrombine, sedangkan
makakan yang banyak mengandung vitamin K ( multivitamin,
pisang, sayauran hijau akan meningkatkan aktivitas protrombin.
h. Jelaskan pentingnya follow-up untuk pengobatan dan pemeriksaan
laboratorium.
i. Anjurkan pasien untuk menggunakan identitas seperti : kartu atau
gelang, untuk memudahkan bila terjadi keadaan emergency dalam
pemberian pertolongan pertama.
j. Anjurkan pasien untuk melakukan perawatan yang teliti terhadap
ekstremitas bawah.

E. Evaluasi
Setelah tindakan keperawatan diberikan pada pasien trombosis ,maka hasil
evaluasi yang diharapkan,sebagai berikut:
1. perfusi adekuat
2. rasa nyaman terpenuhi
3. komplikasi tidak terjadi
4. pengetahuan pasien meningkat tentang asuhan keperawatan
trombosis baik yang bersifat pencegahan maupun pengobatan yang
sedang dilakukan

22
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan
Trombosis merupakan pembentukan bekuan (clotting) pada darah
atau thrombus pada sistem vaskuler. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang
berbaring lama /kronis, paska pembedahan , trauma, kehamilan, paska
persalinan, pasien yang mempunyai riwayat penyakit jantung , pasien
dengan riwayat penggunaan antikoagulan dan obesitas. Untuk ini maka
perlu tindakan keperawatan yang prosfesional dimulai dari pengkajian
tentang trombosis yang sedang terjadi, penentuan diagnosa dan penetapan
perencanaan/implementasi serta evaluasi yang adekuat . Tindakan tersebut
diatas bertujuan untuk mempertahankan perfusi adekuat, rasa nyaman
pasien adekuat, pengetahuan pasien meningkat serta komplikasi kearah
yang lebih fatal tidak terjadi.

B. Saran
Trombosis merupakan penyakit yang berhubungan dengan pembuluh
darah dan bisa menjadi awal terjadinya penyakit seperti stroke. Perbanyak
beraktivitas dan berolahraga bisa meminimalisir gejala trombosis

23
Daftar Pustaka

https://www.scribd.com/doc/40144051/askep-trombosis

https://www.academia.edu/10610450/Askep_UAP_ALI_DVT

http://jku.unram.ac.id/article/download/55/47

24

Anda mungkin juga menyukai