OLEH:
RISNA DAMAYANTI
P07120520046
I. Konsep Teori
A. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikimia) akibat kerusakan
pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smeltzer dan bare, 2015).
Diabetes melitus merupakan suatu kelimpok penyakit atau gangguan
metabolik dengan karakteristik hiperglikimia yang terjadi karna kelainan
sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua duanya. Hiperglikimia kronik pada
diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan
kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jatung dan
pembulu darah (PERKENI, 2015 Dan ADA, 2017).
Diabetes melitus adalah sindroma gangguan metabolisme dengan
hiperglikemi kronik akibat defisiensi skresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari imsulin yang disertai berbagai kelainan metabolik lain
akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Diabetes melitus merupakan
gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin, hal tersebut dapat disebabkan oleh
gangguan atau difisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans kelenjar
panpreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel tubuh terhadap insulin.
B. Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut Pramita & Khasanah (2017) Diabetes mellitus ada 4 tipe. Tipe
tersebut adalah DM tipe I, DM tipe II, DM gastational dan DM karena
syndrome lainnya.
1. Diabetes Mellitus Tipe I (IDDM)
Semua penyebab diabetes mellitus tipe II umumnya karna gaya hidup yang
tidak sehat, sehingga hal ini membuat metabolisme dalam tubuh yang tidak
sempurna sehingga membuat insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
baik. Hormon insulin dapat diserap oleh lemak yang ada dalam tubuh.
Sehingga pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat bisa membuat tubuh
kekurangan insulin (Rafanani, 2013).
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-
1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma
sangat meningkat (330-380 mOs/mL), plasmaketon (+/-), anion gap
normal atau sedikit meningkat (PERKENI. 2015).
c. Hipoglikemia
1) Sulfonilurea
2) Golongan glinid
1) Biguanid metformin
2) Tiazolidinedion
3) Rosiglitazone (avandia)
5) Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan pada pasien diabetes mellitus diperlukan
karena penatalaksanaan diabetes mellitus memerlukan prilaku
penanganan yang khusus seumur hidup. Pasien tidak hanya belajar
keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari fluktuasi
kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki prilaku
preventif dalam gaya hidup untuk mengindari komplikasi diabetes
jangka panjang. Pasien harus mengerti mengenai nutrisi, manfaat dan
efek samping terapi, latihan, perkembangan penyakit, strategi
pencegahan teknik pengontrolan gula darah dan penyesuaian terhadap
terapi.
Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe II adalah selama hidupnya
pasien harus rutin melakukan kunjungan ke dokter untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium serial, pemeriksaan fisik, perawatan kaki, dan
mendapatkan pendidikan kesehatan dalam upaya merawat diabetes
mellitus secara mandiri.
I. Pathway
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnese
Identitas penderita meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
4. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
5. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
a) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
c) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
e) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
f) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
g) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
h) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan sesak nafas
2. Hipovolemia berhubungan dengan diuresis osmotik ditandai poliuri
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan masukan oral ditandai dengan penurunan berat badan
4. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal, sikap melindungi area nyeri
5. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan hipovolemia, penyakit diabetes melitus ditandai dengan suplai darah
ke kapiler menurun
6. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan defisiensi insulin, kurang menejemen diabetes
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasieng menyatakan merasa lemah, letih
8. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan retinopati diabetik ditandai dengan gangguan penglihatan
9. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan permukaan kulit (epidermis) yang ditandai dengan kulit kering dan
pecah
10. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya ditandai demgan pasien bertanya
mengenai penyakit yang diderita
11. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes melitus)
C. Intervensi
D. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hsil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan
mulai dari pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, &
Praktik, Jakarta: EGC.
Rafanani, B. 2013. Buku Pintar Pola Makan Sehat dan Cerdas Bagi Penderita
Diabetes. Yogyakarta: Araska.
Smeltzer & Bare. 2015. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Bruner &
Suddarth Edisi 8.Jakarta : EGC.
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tim POKJA SDKI DPP PPNI, 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik, Edisi I Cetakan III. Jakarta Selatan:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.