(Nahdlotul Ulama’)
Dan Citra Realita Islam Indonesia
Oleh: Arifin Shiddiq
I. Pendahuluan
Ahlussunah Wal Jama’ah pada hakekatnya adalah ajaran Islam yang
sebenarnya, seperti diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah SAW bersama
para sahabatnya. Oler karena itu Ahlussunah Wal Jama'ah sedah timbul
bersamaan dengan munculnya agama Islam sejak disampaikan syari’ah dan
ajarannya oleh Rasulullah SAW.
Golongan Ahlussunah Wal Jama'ah adalah golongan pengikut setia
ajaran yang diajarkan dan diamalkan oleh rasulullah SAW beserta para
sahabatnya.
Rasulullah meramalkan perkembangan yang bakal terjadi kepada
umatnya, beliau menerangkan bahwa kelak umatnya akan menjadi bergolong-
golongan yang banyak sekali, yaitu terpecah menjadi 73 golongan. Atas
pertanyaan sahabat mengenai siapa yang bnar dan selamat kelak kelak di
akhirat dari golongan-golongan tersebut, nabi menjawab adalah golongan
Ahlussunah Wal Jama'ah. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa mereka itu
adalah orang-orang yang mengikuti apa yang beliau ajarkan dan amalkan
bersama sahabatnya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Ahlussunah Wal Jama'ah
timbul bukan sebagai reaksi terhadap timbulnya beberapa aliran dan golongan
yang lahir sesudahnya, seperti syi’ah, khawarij, mu’tazilah dan sebagainya.
Hanya saja nama Ahlussunah Wal Jama'ah terkenal dan popular setelah
timbulnya aliran-aliran yang menyeleweng dari ajaran nabi yang sebenarnya.
Tujuannya adalah agar umat Islam terhindar dari mengikuti ajaran-ajaran yang
tidak benar dan tidak pernah diajarkan oleh nabi.
1
Dari arti harfiyah di atas dpt ditarik pengertian menurut etimologi agama
Islam, bahwa Ahlussunah Wal Jama'ah adalah orang-orang yang berpegang
teguh kepada jejak dan langkah nabi (termasuk di dalamnya perkataan) beserta
para sahabatnya sebagai pengamalan ajaran Islam yang murni.
Definisi di atas sesuai dengan sabda nabi, “hendaklah kalian semua
berpegang teguh pada sunah nabi dan khulafa’urrasyidin yang mendapat
petunjuk.”
Dalam hadis nabi tersebut di atas hanya ditekankan kepada para sahabat
yang menjadi khulafa’urrasyidin saja. Namun yang dimaksud juga termasuk
sahabat-sahabat yang lain, sehingga mereka seua mempunya kedudukan yang
penting dalam pengamalan dan penyebaran agama Islam. Walaupun harus
diakui adanya kelebihan seseorang diantara mereka. Nabi berkata, “sahabat-
sahabatku seperti bintang (di atas langit) kepada siapa saja diantara kamu
mengikutinya, maka kamu telah mendapat petunjuk.”
Sesudah generasi sahabat berakhir, maka yang meneruskan ajaran Islam
Ahlussunah Wal Jama'ah adalah para tabi’in (pengikut sahabat).sesudah itu
dilanjutkan oleh tabi’it tabi’in (pengikut para pengikut sahabat) dan demikian
seterusnyayg kemudian penerus ajaran nabi terkenal dengan ulama’ penerus
nabi. Seperti dinyatakan nabi dalam hadisnya, “ ulama’ adalah pewarisku dan
pewaris para nabi”.
Ulama’ sebagai penerus dan pewaris ajaran nabi dalam perkembangan
selanjutnyamempunyai kedudukan yang penting pula, karena mereka
dipercaya Rasulullah SAW untuk melanjutkan penyebaran dan pengajaran
agama Islam Ahlussunah Wal Jama'ah kepada umat manusia. Terlebih pula,
Allah SWT menegaskan, “Ulama’lah yang tahu cara bertaqwa kepada Allah.”
(QS.35:28)
2
Prinsip at tawazun, yakni menjaga keseimbangan dan keselarasan,
sehingga terpelihara secara seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat,
kepentingan pribadi maupun masyarakat, kepentingan masa kini maupun akan
dating.
Prinsip at tasammuh, aitu bersikap toleran terhadap perbedaan
pandangan, terutama pada hal-hal yang bersifat furu’iyyah, sehingga tidak
terjadi perasaan saling terganggu, saling memusuhi. Da sebaliknya akan
tercipta persaudaraan yang Islami (ukhuwah islamiyah).
Prinsip amar ma’ruf nahi munkar (menyeru akan kebaikan dan berupaya
menyingkirkan kemunkaran). Dengan prinsip ini akan timbul kepekaan dan
mendorong perbuatan yang baik / saleh dalam kehidupan bersama serta
kepekaan menolak dan mencegah semua hal-hal yang dapat menjerumuskan
kehidupan ke lembah kemungkaran.
Kalau hal-hal tersebut diperhatikan dengan seksama, maka dapat dilihat
bahwa cirri dan inti dari ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama'ah adalah
pembawa rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin).
3
a. Intelektualisme, yaitu paham yang pada pokoknya mendewa-dewakan
akal dan beranggapan bahwa manusia dengan akalnya dapat mencapai
segala tugasnya.
b. Matrealisme, yaitu paham yang pada pokoknya mendewa-dewakan
materi.
c. Skularisme, yaitu paham yang berpendirian pemisahan antara urusan
duniawi (kehidupan duniawi dengan kehidupan ukgrowi). Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah upaya westernisasi yang dengan
dalih modernisasi memasukkan paham mesternisme ke dalam umat
Islam.
Adapun ancaman dari dalam (kalangan umat Islam sendiri) pada garis
besarnya adalah :
1. semakin merosotnya tingkat pengetahuan dan pemahaman umat Islam
terhadap ajaran agamanya, bahkan yang lebih memprihatinkan lagi
adalah semakin merosetnya minat (himmah umat Islam) untuk
mempelajari (mengkaji, mendalami) serta mengembangkan ajaran agama
Islam. Akibatnya, kebenaran agama islam tidak lengkap. Tidak cukup
untuk menjadi aturan sosial dan sebagainya.
2. adanya sebagian umat islam yang hanya memperhatikan sebagian ajaran
agama secara berlebih-lebihan dengan mengesampingkan sebagian
ajaran yang lain. Hal ini selain mudah menimbulkan pertentangan antara
umat Islam sendiri, juga akan menutupi khasanah ajaran Islam yang
lengkap dan sempurna itu.
3. terpecahnya umat islam menjadi beberapa kelompok yang disebabkan
hanya oleh masalah-masalah furu’iyyah, sehingga hal ini menutupi dan
menghalangi upaya menggali kekayaan khasanah ajaran islam secara
obyektif, dan akan menimbulkan kecenderungan untuk menggali ajaran
yang mendukung paham kelompoknnya saja.
Berangkat dari persoalan di atas, kami ingin menghimbau kepada umat
islam, khususnya kalangan generasi mudanya untuk beruasaha keras dalam
menggali khasanah ajaran islam dan mempublikasikannya ke kalangan luas,
disamping meninggalkan khilafiyah/furu’iyyah yang membawa akibat
semakin mundurnya umat islam baik beragama maupun dalam menciptakan
kesejahteraan bersama.