Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning.

Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya yang menjadi

kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi

darah. Untuk pendekatan diagnosis terhadap pasien ikterus perlu ditinjau kembali

patofisiologi terjadinya peninggian bilirubin indirek atau direk (Schwartz, 1989).

Pada banyak pasien ikterus dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

teliti ditambah dengan pemeriksaan laboratorium yang sederhana, diagnosis dapat

ditegakkan. Namun tidak jarang diagnosis pasti masih sukar ditetapkan sehingga

perlu dipikirkan berbagai pemeriksaan lanjutan. Diagnosis ikterus bedah atau

obstruksi bilier umumnya dapat ditegakkan dengan anamnesis lengkap, pemeriksaan

fisik yang teliti serta tes laboratorium. Walaupun demikian, sarana penunjang

imaging yang non-invasif seperti ultrasonografi, CT Scan abdomen dan pemeriksaan

yang invasif seperti percutaneous transhepatic cholangiography (PTC) dan

endoscopic retrograde cholangio pancreatography (ERCP) sering diperlukan untuk

menentukan letak, kausa dan luas dari lesi obstruksinya. Kemajuan yang pesat di

bidang endoskopi gastrointestinal maka ERCP dan PTC telah berkembang dari satu
modalitas dengan tujuan diagnosis menjadi tujuan terapi pada ikterus bedah

(Lesmana, 2008).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning.

Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membrane

mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat

kadarnya dalam sirkulasi darah. Jaringan permukaan yang kaya elastin seperti sklera

dan permukaan bawah lidah biasanya pertama kali menjadi kuning. Ikterus yang

ringan dapat dilihat paling awal di sklera mata, dan bila ini terjadi kadar bilirubin

sudah berkisar antara 2-2,5 mg/dl (34-43 umol/L). Kadar bilirubin serum normal

adalah bilirubin direk : 0-0.3 mg/dL, dan total bilirubin: 0.3-1.9 mg/dL (Irwana,

2009).

B. Patofisiologi

Pembagian terdahulu mengenai tahapan metabolisme bilirubin yang

berlangsung dalam 3 fase, yaitu prehepatik, intrahepatik, pascahepatik masih relevan.

Pentahapan yang baru menambahkan 2 fase lagi sehingga pentahapan metabolisme

bilirubin menjadi 5 fase, yaitu fase pembentukan bilirubin, transpor plasma, liver

uptake, konjugasi dan ekskresi bilier. Ikterus disebabkan oleh gangguan pada salah

satu dari 5 fase metabolisme bilirubin tersebut (Sulaiman, 2006)


Gambar 1. Metabolisme bilirubin (Irwana, 2009).

 Fase Prahepatik

Prehepatik atau hemolitik yaitu menyangkut ikterus yang disebabkan oleh hal-

hal yang dapat meningkatkan hemolisis (rusaknya sel darah merah).

a. Pembentukan Bilirubin. Sekitar 250 sampai 350 mg bilirubin atau sekitar 4 mg per

kg berat badan terbentuk setiap harinya; 70-80% berasal dari pemecahan sel darah

merah yang matang, sedangkan sisanya 20-30% berasal dari protein heme lainnya

yang berada terutama dalam sumsum tulang dan hati. Peningkatan hemolisis sel

darah merah merupakan penyebab utama peningkatan pembentukan bilirubin.

b. Transport plasma. Bilirubin tidak larut dalam air, karenanya bilirubin tak

terkojugasi ini transportnya dalam plasma terikat dengan albumin dan tidak dapat

melalui membran glomerulus, karenanya tidak muncul dalam air seni (Irwana,

2009).
 Fase Intrahepatik

Intrahepatik yaitu menyangkut peradangan atau adanya kelainan pada hati yang

mengganggu proses pembuangan bilirubin

a. Liver uptake. Pengambilan bilirubin melalui transport yang aktif dan berjalan

cepat, namun tidak termasuk pengambilan albumin.

b. Konjugasi. Bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati mengalami

konjugasi dengan asam glukoronik membentuk bilirubin diglukuronida / bilirubin

konjugasi / bilirubin direk. Bilirubin tidak terkonjugasi merupakan bilirubin yang

tidak larut dalam air kecuali bila jenis bilirubin terikat sebagai kompleks dengan

molekul amfipatik seperti albumin. Karena albumin tidak terdapat dalam empedu,

bilirubin harus dikonversikan menjadi derivat yang larut dalam air sebelum

diekskresikan oleh sistem bilier. Proses ini terutama dilaksanakan oleh konjugasi

bilirubin pada asam glukuronat hingga terbentuk bilirubin glukuronid / bilirubin

terkonjugasi / bilirubin direk (Sulaiman, 2006).

Fase Pascahepatik

Pascahepatik yaitu menyangkut penyumbatan saluran empedu di luar hati oleh

batu empedu atau tumor

Ekskresi bilirubin. Bilirubin konjugasi dikeluarkan ke dalam kanalikulus

bersama bahan lainnya. Di dalam usus, flora bakteri mereduksi bilirubin menjadi

sterkobilinogen dan mengeluarkannya sebagian besar ke dalam tinja yang memberi


warna coklat. Sebagian diserap dan dikeluarkan kembali ke dalam empedu, dan

dalam jumlah kecil mencapai mencapai air seni sebagai urobilinogen. Ginjal dapat

mengeluarkan bilirubin konjugasi tetapi tidak bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini

menerangkan mengapa warna air seni yang gelap khas pada gangguan hepatoseluler

atau kolestasis intrahepatik.

Gangguan metabolisme bilirubin dapat terjadi lewat salah satu dari keempat

mekanisme ini: produksi berlebihan, penurunan ambilan hepatik, penurunan

konjugasi hepatik, penurunan eksresi bilirubin ke dalam empedu (akibat disfungsi

intrahepatik atau obstruksi mekanik ekstrahepatik) (Irwana, 2009).

C. Gangguan Metabolisme Bilirubin

1. Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi / indirek.

1.1. Over produksi

Peningkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah yang sudah

tua atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan produksi bilirubin.

Penghancuran eritrosit yang menimbulkan hiperbilirubinemia paling sering akibat

hemolisis intravaskular (kelainan autoimun, mikroangiopati atau hemoglobinopati)

atau akibat resorbsi hematom yang besar. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus

hemolitik (Sulaiman, 2006). Konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung normal,

tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi/indirek melampaui kemampuan sel hati.

Akibatnya bilirubin indirek meningkat dalam darah. Karena bilirubin indirek tidak
larut dalam air maka tidak dapat diekskresikan ke dalam urine dan tidak terjadi

bilirubinuria. Tetapi pembentukkan urobilinogen meningkat yang mengakibatkan

peningkatan ekskresi dalam urine (warna gelap). Beberapa penyebab ikterus

hemolitik : hemoglobin abnormal (anemia sel sickle), kelainan eritrosit (sferositosis

heriditer), antibodi serum (Rhesus Inkompatibilitas transfusi) dan malaria tropika

berat (Irwana, 2009).

1.2. Penurunan ambilan hepatik

Pengambilan bilirubin tak terkonjugasi dilakukan dengan memisahkannya dari

albumin dan berikatan dengan protein penerima. Beberapa obat-obatan seperti asam

flavaspidat, novobiosin dapat mempengaruhi uptake ini (Lindset, 2006).

1.3. Penurunan konjugasi hepatik

Terjadi gangguan konjugasi bilirubin sehingga terjadi peningkatan bilirubin

tak terkonjugasi. Hal ini disebabkan karena defisiensi enzim glukoronil transferase.

Terjadi pada : Sindroma Gilberth, Sindroma Crigler Najjar I, Sindroma Crigler Najjar

II (Irwana, 2009).

2. Hiperbilirubinemia konjugasi/direk

Hiperbilirubinemia konjugasi / direk dapat terjadi akibat penurunan eksresi

bilirubin ke dalam empedu. Gangguan ekskresi bilirubin dapat disebabkan oleh

kelainan intrahepatik dan ekstrahepatik, tergantung ekskresi bilirubin terkonjugasi


oleh hepatosit akan menimbulkan masuknya kembali bilirubin ke dalam sirkulasi

sistemik sehingga timbul hiperbilirubinemia. Kelainan hepatoseluler dapat berkaitan

dengan : Hepatitis, sirosis hepatis, alkohol, leptospirosis, kolestatis obat (CPZ), zat

yang.meracuni hati fosfor, klroform, obat anestesi dan tumor hati multipel. Ikterus

pada trimester terakhir kehamilan hepatitis virus, sindroma Dubin Johnson dan Rotor,

ikterus pasca bedah. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik akan menimbulkan

hiperbilirubinemia terkonjugasi yang disertai bilirubinuria. Obstruksi saluran bilier

ekstrahepatik dapat total maupun parsial (Lindset, 2006).

Obstruksi total dapat disertai tinja yang akolik. Penyebab tersering obstruksi

bilier ekstrahepatik adalah :

 Obstruksi saluran empedu didalam hepar. Contohnya pada kasus Sirosis

hepatis, abses hati, hepatokolangitis, tumor maligna primer dan sekunder.

 Obstruksi di dalam lumen saluran empedu : batu empedu, askaris

 Kelainan di dinding sal.empedu : atresia bawaan, striktur traumatik, tumor

saluran empedu.

 Tekanan dari luar saluran empedu : tumor caput pancreas, tumor Ampula

Vatery, pancreatitis, metastasis tumor di ligamentum hepatoduodenale

(Irwana, 2009).
Gambar 4. Batu pada kandung empedu (Irwana, 2009).

D. Diagnosis

Riwayat penyakit yang rinci dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk

menegakkan diagnosis penyakit dengan keluhan ikterus. Tahap awal ketika akan

mengadakan penilaian klinis seorang pasien dengan ikterus adalah tergantung kepada

apakah hiperbilirubinemia bersifat konjugasi atau tak terkonjugasi. Jika ikterus ringan

tanpa warna air seni yang gelap harus difikirkan kemungkinan adanya

hiperbilirubinemia indirect yang mungkin disebabkan oleh hemolisis, sindroma

Gilbert atau sindroma Crigler Najjar dan bukan karena penyakit hepatobilier.

Keadaan ikterus yang lebih berat dengan disertai warna urin yang gelap menandakan

penyakit hati atau bilier. Jika ikterus berjalan sangat progresif perlu difikirkan segera

bahwa kolestasis lebih bersifat ke arah sumbatan ekstrahepatik (batu saluran empedu

atau keganasan kaput pankreas) (Lindset, 2006).


Kolestasis ekstrahepatik dapat diduga dengan adanya keluhan sakit bilier atau

kandung empedu yang teraba. Jika sumbatan karena keganasan pankreas (bagian

kepala/kaput) sering timbul kuning yang tidak disertai gajala keluhan sakit perut

(painless jaundice). Kadang-kadang bila bilirubin telah mencapai kadar yang lebih

tinggi, warna kuning pada sklera mata sering memberi kesan yang berbeda dimana

ikterus lebih memberi kesan kehijauan (greenish jaundice) pada kolestasis

ekstrahepatik dan kekuningan (yellowish jaundice) pada kolestasis intrahepatik

(Irwana, 2009). Diagnosis yang akurat untuk suatu gejala ikterus dapat ditegakkan

melalui penggabungan dari gejala-gajala lain yang timbul dan hasil pemeriksaan

fungsi hepar serta beberapa prosedur diagnostik khusus. Sebagai contoh, ikterus yang

disertai demam dan terdapat fase prodromal seperti anoreksia, malaise dan nyeri

tekan hepar menandakan hepatitis. Ikterus yang disertai rasa gatal menandakan

kemungkinan adanya suatu penyakit xanthomatous atau suatu sirosis biliary primer.

Ikterus dan anemia menandakan adanya suatu anemia hemolitik (Silbernagl, 2007).

E. Pemeriksaan Penunjang

Tes ini biasanya berisi beberapa tes yang dilakukan bersamaan pada contoh darah

yang diambil menurut Davey 2006 yaitu:

1. Alanine Aminotransferase (ALT) — suatu enzim yang utamanya ditemukan di

hati, paling baik untuk memeriksa hepatitis. Dulu disebut sebagai SGPT (Serum
Glutamic Pyruvate Transaminase). Enzim ini berada di dalam sel hati/hepatosit.

Jika sel rusak, maka enzim ini akan dilepaskan ke dalam aliran darah.

2. Alkaline Phosphatase (ALP) – suatu enzim yang terkait dengan saluran empedu;

seringkali meningkat jika terjadi sumbatan.

3. Aspartate Aminotransferase (AST) – enzim ditemukan di hati dan di beberapa

tempat lain di tubuh seperti jantung dan otot. Dulu disebut sebagai SGOT (Serum

Glutamic Oxoloacetic Transaminase), dilepaskan pada kerusakan sel-sel parenkim

hati, umumnya meningkat pada infeksi akut.

4. Bilirubin – biasanya dua tes bilirubin digunakan bersamaan (apalagi pada

jaundice): Bilirubin total mengukur semua kadar bilirubin dalam darah; Bilirubin

direk untuk mengukur bentuk yang terkonjugasi.

5. Albumin – mengukur protein yang dibuat oleh hati dan memberitahukan apakah

hati membuat protein ini dalam jumlah cukup atau tidak.

6. Protein total – mengukur semua protein (termasuk albumin) dalam darah,

termasuk antibodi guna memerangi infeksi (Irwana, 2009).Tergantung pada

pertimbangan dokter, beberapa tes tambahan mungkin diperlukan untuk

melengkapi seperti gamma-glutamyl transferase (GGT), lactic acid dehydrogenase

(LDH) dan prothrombine time (PT).

Ada beberapa potensi disfungsi hati di mana tes fungsi hati bisa disarankan untuk

dilakukan. Beberapa di antaranya adalah orang yang memiliki riwayat diketahui

atau berpotensi terpapar virus hepatitis; mereka yang merupakan peminum berat;
individu dengan riwayat keluarga menderita penyakit hati; mereka yang

mengonsumsi obat yang kadang dapat merusak hati (Sulaimana, 2006).

Tes fungsi hati juga bisa disarankan pada temuan tanda dan gejala penyakit hati,

beberapa diantaranya adalah: kelelahan, kelemahan, berkurangnya selera makan,

mual, muntah, pembengkakan atau nyeri perut, jaundice, urine gelap, tinja

berwarna terang, pruritus (gatal-gatal). Pada dasarnya tidak ada tes tunggal yang

digunakan untuk menegakkan diagnosis. Terkadang beberapa kali tes berselang

diperlukan untuk menentukan jika suatu pola ada dan membantu menentukan

penyebab kerusakan hati. Ketika penyakit hati sudah dideteksi, tes fungsi hati

biasanya tetap berlanjut secara berkala untuk memantau tingkat keberhasilan terapi

atau perjalanan penyakit (Silbernagl, 2007).

7. Darah rutin Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui adanya suatu anemia

dan juga keadaan infeksi.

8. Urin Tes yang sederhana yang dapat kita lakukan adalah melihat warna urin dan

melihat apakah terdapat bilirubin di dalam urin atau tidak.

9. Tes serologi hepatitis virus IgM hepatitis A adalah pemeriksaan diagnostik untuk

hepatitis A akut. Hepatitis B akut ditandai oleh adanya HBSAg dan deteksi DNA

hepatitis B.

10. Biopsi hati Histologi hati tetap merupakan pemeriksaan definitif untuk ikterus

hepatoseluler dan beberapa kasus ikterus kolestatik (sirosis biliaris primer,

kolestasis intrahepatik akibat obat-obatan (drug induced).


Tabel 1. Perbedaan ikterus prehepatik, hepatik & posthepatik (Campbell, 2008)

 Pemeriksaan pencitraan
Pemeriksaan pencitraan sangat berharga untuk mendiagnosis penyakit

infiltrative dan kolestatik. USG abdomen, CT Scan, MRI sering bisa menemukan

metastasis dan penyakit fokal pada hati (Lesmana, 2008).

 Endoscopic Retrograd Cholangiopancreatography (ERCP) dan PTC (Percutans

Transhepatic Colangiography) (Lesmana, 2008).

Merupakan suatu perpaduan antara pemeriksaan endoskopi dan radiologi

untuk mendapatkan anatomi dari sistim traktus biliaris (kolangiogram) dan sekaligus

duktus pankreas (pankreatogram). merupakan modalitas yang sangat bermanfaat

dalam membantu diagnosis ikterus bedah dan juga dalam terapi sejumlah kasus

ikterus bedah yang inoperable (Lesmana, 2008).

Indikasi ERCP diagnostik pada ikterus bedah meliputi:

 Kolestasis ekstra hepatik

 Keluhan pasca operasi bilier

 Keluhan pasca kolesistektomi

 Kolangitis akut

 Pankreatitis bilier akut.

Di samping itu kelainan di daerah papila Vateri (tumor, impacted stone) yang

juga sering merupakan penyebab ikterus bedah dapat terlihat jelas dengan teknik

endoskopi ini.
Gambar 5. ERCP sebagai alat diagnostic (Lesmana, 2008).

F. Pengobatan

Pengobatan jaundice sangat tergantung penyakit dasar penyebabnya. Jika

penyebabnya adalah penyakit hati (misalnya hepatitis virus), biasanya jaundice akan

menghilang sejalan dengan perbaikan penyakitnya. Beberapa gejala yang cukup

mengganggu misalnya gatal (pruritus) pada keadaan kolestasis intrahepatik,

pengobatan penyebab dasarnya sudah mencukupi (Sulaiman, 2006).

Jika penyebabnya adalah sumbatan bilier ekstra-hepatik biasanya

membutuhkan tindakan pembedahan, ekstraksi batu empedu di duktus, atau insersi

stent, dan drainase via kateter untuk striktura (sering keganasan) atau daerah

penyempitan sebagian. Untuk sumbatan maligna yang non-operabel, drainase bilier

paliatif dapat dilakukan melalui stent yang ditempatkan melalui hati (transhepatik)
atau secara endoskopik (ERCP). Pada sejumlah pasien ikterus bedah yang

mempunyai risiko tinggi dapat dilakukan "ERCP terapeutik". Prinsip dari ERCP

terapeutik adalah memotong sfingter papilla. Vateri dengan kawat yang dialiri arus

listrik sehingga muara papila menjadi besar (spingterotomi endoskopik). Kebanyakan

tumor ganas yang menyebabkan obstruksi biliaris sering sekali inoperabel pada saat

diagnosis ditegakkan. Papilotomi endoskopik dengan pengeluaran batu telah

menggantikan laparatomi pada pasien dengan batu di duktus kholedokus. Pemecahan

batu di saluran empedu mungkin diperlukan untuk membantu pengeluaran batu di

saluran emped(Irwana, 2009).

Gambar 6. ERCP sebagai alat terapeutik, spingterektomi (Lesmana, 2008)


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

3.3.1 Data Pasien

No. Rekam Medis : 1137

Nama : Ny. NRS

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 60 tahun

Ruangan : Poli Interne

Diagnosa : Ikterus

Nama Dokter : dr. Fifi Riasukma, SP., Pd

3.3.2 Ilustrasi Kasus

Seorang pasien datang kerumah sakit dengan keluhan mata dan kulit

menguning ±5 hari, badan terasa letih, nafsu makan menurun, mual (-), feses hitam 3

hari SMRS, urine kuning.

3.3.3 Riwayat Penyakit

3.3.4 Penyakit Sekarang

Seorang pasien datang kerumah sakit dengan keluhan mata dan kulit

menguning ±5 hari, badan terasa letih, nafsu makan menurun, mual (-), feses hitam 3

hari SMRS, urine kuning.


3.3.5 Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu

3.3.6 Riwayat Pengobatan

Pengobatan yang diberikan :

- IVFD NaCl 0,9 %/12 jam

- Curcuma 20 mg 2x1 (PO)

- Fudan syrup 3x1C (PO)

- Acetylsistein 200mg 3x1 (PO)

- Inj. Ranitidin 50mg 2x1 (I.V)

- Inj. Ondansentron 4mg/2ml 2x1 (I.V)

- Cefixime 200 mg 2x1 (PO)

- Ursodeoxycholic acid 250 mg 2x1 (PO)

- Simvastatin 10 mg 1x1 (PO)

- Ciprofloxacin 500 mg 2x1 (PO)

3.3.7 Riwayat Alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi

3.2 Pemeriksaan Fisik, Laboratorium dan Penunjang

3.2.1 Pemeriksaan fisik

KU : Sedang

Vital Sign :
- TD : 110/70 mmHg

- Nadi : 86x/menit

- Pernafasan : 20x/menit

- Suhu : 36,5°C

- BB :-

Kepala : tidak ada kelainan

Rambut : tidak ada kelainan

Muka : tidak ada kelainan

Mata : Sklera Ikterus (+)

Telinga : tidak ada kelainan

Hidung : tidak ada kelainan

Mulut : tidak ada kelainan

Gigi : tidak ada kelainan

Lidah : tidak ada kelainan

Tenggorokan : tidak ada kelainan

Leher : tidak ada kelainan

Dada : tidak ada kelainan

Abdomen : Ikterus (+)

Integument : tidak ada kelainan

3.2.2 Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan Kimia Klinik


Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Kadar Normal
Ureum 16 mg/dL 10-50 mg/dL
Kreatinin 0,5 mg/dL 0,6-1,1 mg/dL

b. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Kadar Normal


RBC 4,39 106 /mm3 3,80 – 5,80 106 /mm3
HGB 9,0 g/dL 11,5 – 16,0 g/dL
HCT 26,6 % 37,0 – 47,0 %
MCV 65µm3 80-100 µm3
MCH 20,4 pg 27,0 – 32,0 pg
MCHC 31,3 g/dL 32,0 – 36,0 g/dL
RDWcv 14,9 % 11,0 – 16,0 %
PLT 513 103/mm3 150 – 500 103/mm3
MVP 8,6 µm3 6,0 – 11,0 µm3
WBC 10,0 103/mm3 4,0 - 10,0 103/mm3

3.2.3 Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil USG Abdomen atas

 Hepar : bentuk dan ukuran normal tepi licin. densitas parenkim meningkat.

Tidak tampak lesi fokal intraparenkim. Sistem vena dan arteri baik.

Ductus bilaris intrahepatic dan ekstrahepatik tidak melebar.

 Lien : bentuk dan ukuran normal. Densitas parenkim homogen.

 Kandung empedu : bentuk dan ukuran baik. Dinding menebal (+/-1 cm).
tampak batu multiple (ukuran terbesar +/- 1,7 cm) dan
sludge empedu.
 Pankreas : bentuk dan ukuran baik. Densitas parenkim homogen. Tidak
tampak lesi fokal. Ductus parenkreatikus tidak melebar.
 Ginjal bilateral : bentuk dan ukuran baik. Diferensiasi korteks dan medulla
jelas. Sistem pelviokalesis tidak melebar. Tidak tampak
batu/lesi fokal.
 Aorta : kaliber normal.tidak tampak kalsifikasi pada dinding.
 Vesica urinaria : bentuk dan ukuran normal. Tidak tampak batu/lesi fokal

Kesan :

cholelithiasis multiple (ukuran terbesar +/- 1,7 cm) sludge empedu disertai

cholesistitis,

fatty liver.

3.3 Diagnosa

3.3.1 Diagnosa Utama

Ikterus Kholestasis

3.3.2 Diagnosa Skunder

Kholelitiasis dan Fatty Liver

3.5 Terapi yang diberikan

- IVFD NaCl 0,9 %/12 jam

- Curcuma 20 mg 2x1 (PO)

- Fudan syrup 3x1C (PO)

- Acetylsistein 200mg 3x1 (PO)

- Inj. Ranitidin 50mg 2x1 (I.V)

- Inj. Ondansentron 4mg/2ml 2x1 (I.V)


- Cefixime 200 mg 2x1 (PO)

- Ursodeoxycholic acid 250 mg 2x1 (PO)

- Simvastatin 10 mg 1x1 (PO)

- Ciprofloxacin 500 mg 2x1 (PO)


3.6 Lembar Pengunaan Obat

Nama Obat Dosis Frekuensi Tanggal


10/03/2021 11/03/2021 12/03/2021 13/03/2021 14/02/2021 15/03/2021

P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M

Curcuma 20 mg 2x1 (PO) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Fudan Syrup 1 botol 3x1 (PO) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

(100ml)

Acetyl sistein 200 mg 3x1 (PO) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Per √ √ √
NaCl 0,9 % 1 kolf STOP
12jam

Inj. Ranitidine 50 mg 2x1 (I.V) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Inj. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4mg/2ml 2x1 (I.V)
Ondasentron
Cefixime 200 mg 2x1 (PO)
√ √ √ √
Ursodeoxycholic 250 mg 2x1 (PO)
acid √ √ √ √
Simvastatin 10 mg 1x1 (PO)
√ √ √ √
Ciprofloxacin 500 mg 2x1 (PO)
√ √ √ √
3.7 Follow Up

Tanggal S O A P
09 Maret Pasien mengatakan mata dan GCS : 15 Gangguan Diberikan terapi :

2021 kulit menguning sejak ±5 hari Suhu : 35,6 °C pemenuhan  IVFD NaCl 0,9 % / 12 jam

SMRS TD : 110/70 mmHg nutrisi dan  USG abdomen atas

Mual (+), muntah (-) Nafas : 20x/menit ikterus  Pasien dipuasakan


Nafsu makan menurun SGOT : 51

Badan letih SGPT : 54

Hb : 9.2

Leukosit 11.700

Trombosit : 550.000

Feses 3 hari yang lalu

hitam

Urine kuning

Ikterik (+)
10 Maret 2021 Mata dan kulit pasien GCS : 15 Gangguan - IVFD NaCl 0,9 % / 12 jam

menguning, Nafsu makan Suhu : 35,6 °C pemenuhan - USG abdomen atas pada

menurun Nafas : 20x/menit nutrisi dan hari jumat

TD : 120/80 mmHg ikterus


Mual (+) Terapi yang diberikan :
Ikterik (+)

Kesadaran : CM - IVFD NaCl 0,9 %/12 jam

- Curcuma 20 mg 2x1 (PO)

- Fudan syrup 3x1C (PO)

- Acetylsistein 200mg 3x1

(PO)

- Inj. Ranitidin 50mg 2x1

(I.V)

- Inj. Ondansentron 4mg/2ml

2x1 (I.V)

11 Maret 2021 Mata dan kulit kuning GCS : 15 - USG abdomen atas hari
Suhu : 35,6 °C jumat

TD : 110/80 mmHg Terapi yang diberikan :

- Curcuma 20 mg 2x1 (PO)

- Fudan syrup 3x1C (PO)

- Acetylsistein 200mg 3x1

(PO)

- Inj. Ranitidin 50mg 2x1

(I.V)

- Inj. Ondansentron 4mg/2ml

2x1 (I.V)
12 Maret 2021 Mata dan kulit pasien Ikterik berkurang Gangguan - USG Abdomen atas

menguning GCS E4M6V6 pemenuhan - Terapi yang diberikan :

Batuk (+) Nafas : 20x/menit nutrisi dan - Curcuma 20 mg 2x1 (PO)

ikterus - Fudan syrup 3x1C (PO)

- Acetylsistein 200mg 3x1


(PO)

- Inj. Ranitidin 50mg 2x1

(I.V)

- Inj. Ondansentron 4mg/2ml

2x1 (I.V)
13 Maret 2021 Mata dan kulit kuning (+) Ikterus Terapi yang diberikan :

Nafsu makan (+) kolestatis e.c - Curcuma 20 mg 2x1 (PO)

Nyeri (+) kholelitiasis - Fudan syrup 3x1C (PO)

fatty liver - Acetylsistein 200mg 3x1

(PO)

- Inj. Ranitidin 50mg 2x1

(I.V)

- Inj. Ondansentron 4mg/2ml

2x1 (I.V)

- Ursodeoxycholic acid 250


mg 2x1 (PO)

- Simvastatin 10 mg 1x1

(PO)

- Cefixime 200 mg 2x1 (PO)


14 Maret 2021 Pasien mengatakan nyeri ↓ Ikterus mata ↓↓ Cholangitis Terapi yang diberikan :

Demam (-) Bilirubin membaik acute, - Curcuma 20 mg 2x1 (PO)

obstructive - Fudan syrup 3x1C (PO)

jaundice - Acetylsistein 200mg 3x1

(PO)

- Inj. Ranitidin 50mg 2x1

(I.V)

- Inj. Ondansentron 4mg/2ml

2x1 (I.V)

- Ursodeoxycholic acid 250

mg 2x1 (PO)
- Simvastatin 10 mg 1x1

(PO)

- Cefixime 200 mg 2x1 (PO)


15 Maret 2021 Pasien mengatakan masih KU : Lemas ↓ Ikterus - Pasien diperbolehkan

nyeri (+) tetapi sudah mulai kholestasis ec pulang.

membaik, BAB masih pucat cholelinasis Terapi pulang :

- Ursodeoxycholic acid 250

mg 2x1 (PO)

- Simvastatin 10 mg 1x1

(PO)

- Ciprofloxacin 500 mg 2x1

(PO)

- Ranitidine 150 mg 2x1

(PO)
3.8 Analisis DRP

Jenis DRP DRP Keterangan Rekomendasi


Indikasi Tidak ada Obat yang diberikan sudah sesuai dengan indikasi

masalah klinis pasien :

- IVFD NaCl 0,9 %/12 jam untuk menjaga

keseimbangan elektrolit pasien

- Curcuma 20 mg 2x1 (PO) sebagai hepaprotektor

karena pasien menderita ikterus

- Fudan syrup 3x1C (PO) untuk memelihara kesehatan

lambung pasien

- Acetylsistein 200mg 3x1 (PO) sebagai mukolitik

karena pasien mengalami batuk berdahak

- Inj. Ranitidin 50mg 2x1 (I.V) pencegah stress ulcer

pada pasien

- Inj. Ondansentron 4mg/2ml 2x1 (I.V) sebagai


antiemetic karena pasien mengalami mual

- Ursodeoxycholic acid 250 mg 2x1 (PO) diberikan

untuk menghancurkan batu empedu yang terbentuk

pada tubuh pasien

- Simvastatin 10 mg 1x1 (PO) diberikan untuk

mengatasi keadaan fatty liver pasien

- Cefixime 200 mg 2x1 (PO) diberikan sebagai

antibiotik dikarenakan adanya indikasi infeksi pada

- Ciprofloxacine 500 mg 2x1 (PO) diberikan sebagai

antibiotik pengganti cefixime


Pemilihan obat Tidak ada Obat yang diberikan sudah sesuai dengan kondisi klinis

masalah pasien

- IVFD NaCl 0,9 %/12 jam untuk menjaga

keseimbangan elektrolit pasien

- Curcuma 20 mg 2x1 (PO) sebagai hepaprotektor


karena pasien menderita ikterus

- Fudan syrup 3x1C (PO) untuk memelihara kesehatan

lambung pasien

- Acetylsistein 200mg 3x1 (PO) sebagai mukolitik

- Inj. Ranitidin 50mg 2x1 (I.V) pencegah stress ulcer

- Inj. Ondansentron 4mg/2ml 2x1 (I.V) sebagai

antiemetic

- Ursodeoxycholic acid 250 mg 2x1 (PO) untuk

menghancurkan batu empedu yang terbentuk pada

tubuh pasien

- Simvastatin 10 mg 1x1 (PO) untuk mengatasi keadaan

fatty liver pasien

- Cefixime 200 mg 2x1 (PO) sebagai antibiotik

dikarenakan adanya indikasi infeksi pada

- Ciprofloxacine 500 mg 2x1 (PO) diberikan sebagai


antibiotik pengganti cefixime
Dosis obat Tidak ada Tidak ada masalah dalam pemilihan dosis obat. Dosis

masalah obat sudah sesuai dengan kondisi pasien

- IVFD NaCl 0,9 %/12

- Curcuma 20 mg

- Fudan syrup

- Acetylsistein 200mg

- Inj. Ranitidin 50mg

- Inj. Ondansentron 8 mg

- Ursodeoxycholic acid 250 mg

- Simvastatin 10 mg

- Cefixime 200 mg

- Ciprofloxacine 500 mg
Interval Tidak ada Interval pemberian sudah sesuai :

pemberian masalah - IVFD NaCl 0,9 %/12 jam

- Curcuma 20 mg 2x1
- Fudan syrup 3x1C

- Acetylsistein 200mg 3x1

- Inj. Ranitidin 50mg 2x1

- Inj. Ondansentron 4mg/2ml 2x1

- Ursodeoxycholic acid 250 mg 2x1

- Simvastatin 10 mg 1x1

- Cefixime 200 mg 2x1

- Ciprofloxacine 500 mg 2x1


Cara dan waktu Tidak ada Cara dan waktu pemberian obat sudah sesuai

pemberian masalah - IVFD NaCl 0,9 %/12jam (I.V)

- Curcuma 20 mg 2x1 (PO)

- Fudan syrup 3x1C (PO)

- Acetylsistein 200mg 3x1 (PO)

- Inj. Ranitidin 50mg 2x1 (I.V)

- Inj. Ondansentron 4mg/2ml 2x1 (I.V)


- Ursodeoxycholic acid 250 mg 2x1 (PO)

- Simvastatin 10 mg 1x1 (PO)

- Cefixime 200 mg 2x1 (PO)

- Ciprofloxacine 500 mg 2x1 (PO)


Rute pemberian Tidak ada rute pemberian obat sudah sesuai. Obat injeksi diberikan

obat masalah secara intravena dan obat lainnya diberikan secara oral

karena pasien masih dapat menelan dengan baik.

- IVFD NaCl 0,9 %/12 secara intravena

- Curcuma 20 mg 2x1 secara peroral

- Fudan syrup 3x1C secara peroral

- Acetylsistein 200mg 3x1 secara peroral

- Inj. Ranitidin 50mg 2x1 secara intravena

- Inj. Ondansentron 4mg/2ml 2x1 secara intravena

- Ursodeoxycholic acid 250 mg 2x1 secara peroral

- Simvastatin 10 mg 1x1 secara peroral


- Cefixime 200 mg 2x1 secara peroral

- Ciprofloxacine 500 mg 2x1 secara peroral


Interaksi obat Tidak ada - Interaksi obat – obat : tidak ada masalah

masalah - Interaksi obat – makanan : tidak ada masalah


Tidak ada Pasien tidak ada mengalami efek samping terhadap obat-

ESO/ADR/Alerg masalah obat yang dikonsumsi

i
Ketidak sesuaian Tidak ada RM sesuai

masalah
Kesalahan Tidak ada tidak ada kesalahan penulisan resep

penulisan resep masalah


Stabilitas sediaan tidak ada Tidak ada masalah dengan stabilitas sediaan injeksi

injeksi masalah
Kompatibilitas tidak ada Semua obat memiliki kompatibilitas yang baik

obat masalah
Ketersediaan tidak ada Pasien mendapatkan semua obat

obat/kegagalan masalah

mendapatkan
obat
Kepatuhan Tidak ada Obat disiapkan langsung oleh apoteker/bagian

masalah kefarmasian kemudian diberikan kepada perawat yang

bertugas agar obat diberikan kepada pasien tepat waktu.


Duplikasi terapi Tidak ada Tidak ada kejadian duplikasi terapi pada pasien.

masalah

3.9 Lembar Pengkajian Obat

Mulai Nama obat Rute dosis Berhenti Indikasi obat Ketepatan Komentar dan

alasan

10 IVFD NaCl Infus 1 kolf 11 Maret Untuk menjaga Tepat indikasi Elektrolit pasien

Maret 0,9 %/ 2021 keseimbangan yang masuk ke

2021 elektrolit pasien rumah sakit harus

dijaga untuk

menghindari

gangguan elektrolit
pada pasien yang

dapat menyebabkan

ketidaknyamanan

pada pasien

10 Curcuma PO 20 mg Masih Sebagai Tepat indikasi Pasien mengalami

Maret digunakan hepaprotector ikterus. Ikterus

2021 mengindikasikan g

angguan metabolis

me

bilirubin, gangguan 

fungsi hati,

penyakit bilier, atau

gabungan

ketiganya.

Sehingga
diperlukan obat

untuk menjaga

fungsi hati

10 Fudan syrup PO 1 Masih Melindungi Tepat indikasi Curcuma dapat

Maret botol digunakan kerusakan mengiritasi

2021 (100 lambung akibat lambung sehingga

ml) asam lambung diperlukan obat

untuk mencegah

hal tersebut terjadi

12 Acetylsistein PO 200 Masih mukolitik Tepat indikasi Pasien

Maret mg digunakan mengeluhkan batuk

2021 berdahak sehingga

diperlukan obat

untuk mengatasi

batuk pasien
10 Inj. Ranitidin I.V 50 mg Masih Mencegah Tepat indikasi Pasien yang

Maret digunakan stress ulcer dirawat dirumah

2021 sakit cenderung

mengalami stress

ulcer. untuk itu

diperlukan obat

untuk mencegah

hal tersebut terjadi

10 Inj. I.V 8 mg Masih antiemetik Tepat indikasi Pasien

Maret Ondansentron digunakan mengeluhkan mual

2021 sehingga

diperlukan obat

untuk mengatasi

keadaan pasien

tersebut
13 Cefixime 200 PO 200 15 Maret Antibiotik Tepat indikasi Digunakan untuk

Maret mg 2x1 (PO) mg 2021 mengobati infeksi

2021 yang terjadi pada

pasien
13 Ursodeoxychol PO 250 Masih Kolagoga Tepat indikasi Digunakan untuk

Maret ic acid mg digunakan menghancurkan

2021 batu empedu

akibat terlalu

banyak jumlah

kolesterol dalam

kantung empedu

pasien
10 Simvastatin PO 10 mg Masih antikolesterol Tepat indikasi Pasien menderita

Maret digunakan fatty liver sehingga

2021 diperlukan obat

untuk menangani
keadaan ini.
15 Ciprofloxacin PO 500 Masih Antibiotik Tepat indikasi Digunakan untuk

Maret mg digunakan mengatasi keadaan

2021 pasien yang

terinfeksi

3.10 Lembar Kerja Farmasi

Tujuan Rekomen Monitor Hasil Monitor 10/03/21 11/03/21 12/03/21 13/03/21 14/03/21 15/03/21

terapi dasi terapi yang frekuensi

terapi diharap

Kan
Menjaga IVFD Keseimb Elektrolit Dimonitor Tidak - - - - -

keseimban NaCl 0,9 angan pasien setiap hari terjadi

gan % eletrolit tetap gangguan

elektrolit pasien terjaga elektrolit

pasien
Menjaga Curcuma Fungsi Fungsi Dimonitor Mata dan Ikterus ↓ Ikterus ↓ Ikterus ↓ Ikterus ↓ Ikterus ↓

fungsi hati hati hati setiap hari badan

pasien pasien pasien mengunin

terjaga g

dalam

batas

normal
Unruk Fudan Ada Tidak Dimonitor Feses Feses Feses Feses Feses Feses

melindung Sirup tidaknya terjadi setiap hari tidak tidak tidak pucat pucat pucat

i lambung ganggua ganggua menghita menghita menghita

pasien n pada n pada m m m

agar tidak lambung lambung

terjadi pasien akibat

gangguan kenaikan

lambung asam
lambung
Untuk Asetyl Frekuens Batuk Dimonitor Batuk (+) Batuk ↓ Batuk ↓ Batuk ↓

meredakan sistein i batuk pasien setiap hari

dan pasien mereda

menyemb dan

uhkan sembuh

batuk

berdahak

pada

pasien
Untuk Inj. Ada Tidak Dimonitor Pasien Pasien Pasien Pasien Pasien Pasien

mencegah Ranitidin tidaknya terjadi setiap hari tidak tidak tidak tidak tidak tidak

terjadinya stress stress mengalam mengalam mengalam mengala mengal mengala

stress ulcer ulcer i stress i stress i stress mi stress ami mi stress

ulcer pada pada pada ulcer ulcer ulcer ulcer stress ulcer

pasien psien pasien ulcer


Untuk Inj. Ada Tidak Dimonitor Pasien Mual (-) Mual (-) Mual (-) Mual Mual (-)

mencegah Ondansent tidaknya terjadi setiap hari mengalam (-)

terjadinya ron mual mual i mual

mual pada pada pada

pasien pasien pasien


Mengobati Cefixime Infeksi Infeksi Pada Kadar - - - - -

infeksi pada tidak pemeriksa leukosit

pasien terjadii an kontrol dan

pasien infeksi

selanjutny

a
Memecah Ursodeoxy Cholesist Batu Pada Ukuran - - - - -

batu cholic acid itis pada empedu pemeriksa batu

empedu pasien hancur an kontrol empedu

dan tidak pasien

terjadi selanjutny
peradang a

an
Mengatasi Simvastati Fatty Fatty Pada Fatty liver - - - - -

fatty liver n liver liver pemeriksa membaik

teratasi an kontrol

pasien

selanjutny

a
Mengobati Ciprofloxa Infeksi Infeksi Pada Leukosit - - - - -

infeksi cin pada tidak pemeriksa dan tanda

pasien terjadi an kontrol tanda

pasien infeksi

selanjutny

a
3.11 Lembar Monitoring Efek Samping Obat

Tangga Nama Obat Dosi Tanggal Manifestasi Cara Mengatasi ESO Evaluasi

l Mulai s Berhenti ESO


09 IVFD NaCl 1 Masih tangan/kaki Jika pasien mengalami Efek samping

Maret 0.9% kolf digunakan mengalami bengkak pada area infus tidak terjadi

2021 bengkak ,sakit disuntikkan maka segera cari

kepala, mual, vena yang lain dan kompres

dan mungkin bengkak pada area

juga terjadi penyuntikan.

reaksi alergi Jika pasien mengalami sakit

walaupun kepala dan mual segera

sangat jarang sarankan agar pasien

beristirahat

Jika terjadi reaski alergi pada

pasien segera hentikan


penggunaan obat dan obati

reaksi alergi
10 Curcuma 20 Masih Mual, iritasi Jika pasien merasakan mual Efek samping

Maret mg digunakan lambung dan segera sarankan pasien untuk tidak terjadi

2021 nyeri ulu hati minum air hangat dan obati

mual dengan antiemetic

Jika pasien mengalami iritasi

lambung dan nyeri ulu hati

segera berikan obat untuk

mengatasinya seperti obat

penetral asam lambung atau

yang melindungi mukosa

lambung
10 Fudan syrup 1 Masih Pusing dan Jika pusing terjadi maka Efek samping

Maret botol digunakan Diare. sarankan kepada pasien untuk tidak terjadi

2021 (100 beristirahat hingga keadaan


ml) membaik

Jika diare terjadi sarankan

pasien untuk minumsedikit

air, tetapi dalam waktu yang

sering untuk mengganti cairan

tubuh. Jika keadaan tidak

membaik segera berikan

pasian obat untuk mengatasi

diare
12 Asetylsistein 200 Masih Mual, muntah Jika pasien mengalami mual Efek samping

Maret mg digunakan dan sakit perut segera sarankan pasien untuk tidak terjadi

2021 minum air hangat kemudian

istirahat

Jika pasien muntah segera

gantikan cairan tubuh pasien


Jika pasien mengalami sakit

perut maka kompres perut

dengan air hangat berikan obat

untuk mengatsi sakit perut

pasien
10 Inj. Ranitidine 50 Masih  Mual Jika pasien mengalami mual Efek samping

Maret mg digunakan dan muntah. segera sarankan pasien untuk tidak terjadi

2021  Sakit minum air hangat kemudian

kepala. istirahat

Jika pasien muntah segera


 Insomni
gantikan cairan tubuh pasien
a.
Jika pasien mengalami sakit
 Vertigo.
perut maka kompres perut
 Ruam.
dengan air hangat berikan obat
 Konstip untuk mengatsi sakit perut
asi.
 Diare. pasien

Jika pasien mengalami sakit

kepala, insomnia dan vertigo

segera sarankan pasien untuk

beritirahat

Jika pasien mengalami

konstipasi sarankan pasien

untuk makan makanan berserat

Jika pasien mengalami diare

segera gantikan cairan tubuh

pasien dan berikan obat untuk

mengatasi diare.
10 Inj. 8 mg Masih  Sakit Jika pasien mengalami lelah, Efek samping

Maret Ondansentron digunakan kepala. sakit kepala, lemah, meriang , tidak terjadi

2021  Sembeli pusing dan mengantuk segera


t. sarankan pasien untuk

 Lelah beritirahat

dan lemah. Jika pasien mengalami

sembelit sarankan pasien


 Merian
untuk makan makanan berserat
g.
dan banyak minum air putih
 Mengan

tuk.

 Pusing.
13 Cefixime 200 15 Maret Sakit kepala. Jika pasien sakit kepala, mual Efek samping

Maret mg 2021 Pusing. dan pusing segera sarankan tidak terjadi

2021 Gangguan pasien untuk beritirahat

pencernaan. Jika pasien mengalami

Diare. gangguan pencernaan segera

Sakit perut. berikan obat untuk

Mual. mengatasinya
Jika pasien mengalami diare

segera gantikan cairan tubuh

pasien dan berikan obat untuk

mengatasi diare
13 Ursodeoxycholic 250 Masih  Diare. Jika pasien mengalami diare Efek samping

Maret acid mg digunakan Nyeri abdomen segera gantikan cairan tubuh tidak terjadi

2021 parah pada pasien dan berikan obat untuk

bagian kanan mengatasi diare

atas. Jika pasien mengalami nyeri

Pengerasan abdomen segera sarankan

jaringan hati. pasien untuk mengompres

Gangguan perut dengan kain hangat dan

fungsi hati berikan obat untuk mengatasi

yang parah. nyeri

Jika pasien mengalami


pengerasan jaringan hati dan

ganguan fungsi hati, segera

hentikan pengobatan dan

berikan obat untuk mengatasi

gangguan fungsi hati


13 Simvastatin 10 Masih Pilek. Jika pasien mengalami pilek Efek samping

Maret mg digunakan Sakit dan sakit tenggorokan,segera tidak terjadi

2021 tenggorokan. sarankan pasien untuk minum

Mual. air hangat dan berikan obat

Sembelit. untuk mengatasi pilek dan

 sakit tenggorokan

Jika pasien mual, sarankan

pasien untuk minum air hangat

dan beristirahat

Jika pasien mengalami


sembelit, sarankan pasien

untuk makan makanan berserat

dan banyak minum air putih.


15 Ciprofloxacin 500 Masih Mual dan Jika pasien mengalami mual Efek samping

Maret mg digunakan muntah. dan muntah sarankan pasien tidak terjadi

2021 Diare. untuk minum air hangat dan

Sakit kepala. beristirahat

Jika pasien mengalami diare

sarankan pasien untuk

mengganti cairan tubuh dan

berikan obat diare

Jika pasien mengalami sakit

kepala, sarankan pasien untuk

beristirahat
BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang pasien datang kerumah sakit dengan keluhan mata dan kulit

menguning ±5 hari, badan terasa letih, nafsu makan menurun, mual (-), feses hitam 3

hari SMRS, urine kuning. Pasien didiagnosa dengan penyakit ikterus kolestatis.

Pasien diberikan IVFD NaCl 0,9 % untuk menjaga keseimbangan elektrolit pasien.

Keseimbangan elektrolit harus terjaga untuk menghindari terjadinya berbagai

gangguan pada organ akibat ketidakseimbangan elektrolit.

Pasien diberikan curcuma 20 mg 2x1 secara peroral. Curcuma digunakan

sebagai hepaprotektor. Keadaan ikterus pada pasien mengindikasikan adanya

gangguan pada hati pasien sehingga diperlukan obat untuk mencegah dan mengatasi

kerusakan pada hati pasien. Hepatoprotektor adalah suatu senyawa obat yang dapat

memberikan perlindungan pada hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh racun,

obat, dan lain-lain. Mekanisme kurkumin dalam menjaga sel-sel hepar dari kerusakan

yaitu sejalan dengan efek kurkumin sebagai antioksidan. Kurkumin akan menangkap

ion superoksida dan memutus rantai ion antar superoksida (O2-) yang pada akhirnya

proses peroksidasi lipid ini akan mencegah kerusakan hepar yang dimediasi oleh

enzim antioksidan yaitu Superoxide Dismutase (SOD) dimana enzim SOD akan

mengonversi O2- menjadi produk yang kurang toksik. Selain mekanisme tersebut,

mekanisme kurkumin dalam mencegah terjadinya kerusakan sel hepar yaitu juga
dengan meningkatkan glutathion S-transferase (GST) dan menghambat beberapa

faktor proinflamasi seperti nuclear factor-ĸB (NF-kB) dan profibrotik sitokin.

Pasien diberikan fudan sirup. Fudan sirup adalah suplemen makanan yang

digunakan untuk menjaga kesehatan lambung dan saluran pencernaan. Studi

laboratorium menunjukkan, fucoidan juga dapat mencegah pertumbuhan sel kanker,

memiliki efek antivirus, melindungi saraf, dan menjaga kekebalan tubuh. Pada hari

ketiga pasien dirawat dirumah sakit, pasien mengeluhkan batuk berdahak. Untuk

mengatasi hal tersebut, pasien diberikan asetylsistein 200 mg sebanyak 3 x sehari.

Asetylsistein adalah obat batuk yang bekerja sebagai mukolitik dan dapat meredakan

batuk berdahak. Mekanismenya adalah dengan Cara kerja asetilsistein

dalam mengencerkan dahak adalah dengan memanfaatkan gugus sulfidril bebasnya

yang dapat mengurangi ikatan disulfida pada lendir pernapasan sehingga menurunkan

kekentalan dahak. Dahak yang lebih encer akan lebih mudah

dikeluarkan dalam bentuk riak pada batuk.

Saat masuk rumah sakit pasien diberikan injeksi ranitidine. Injeksi ranitidine

digunakan untuk mencegah stress ulcer pada pasien. Karena pasien yang masuk

rumah sakit akan cenderung mengalami stress ulcer sehingga asam lambung pasien

menjadi tidak terkontrol. Untuk itu diperlukan obat yang bisa digunakan untuk

mengatasi hal tersebut. Selanjutnya pasien diberikan injeksi ondansentron untuk

mengatasi mual pada pasien karena pasien mengeluh mual. Obat ini bekerja dengan
menghambat ikatan serotonin pada reseptor 5HT3, sehingga membuat penggunanya

tidak mual dan berhenti muntah.

Pasien melakukan USG abdomen atas. Berdasarkan USG tersebut didapatkan

hasil adanya cholelithiasis multiple (ukuran terbesar +/- 1,7 cm) sludge empedu

disertai cholesistitis dan fatty liver. Pasien diberikan Ursodeoxycholic acid 250 mg

2x1 dengan rute peroral. Ursodeoxycholic acid adalah obat dengan fungsi untuk:

Melarutkan batu empedu yang disebabkan oleh kelebihan kolesterol pada

kantong empedu di mana batu empedu tidak terlihat dengan rontgen biasa (batu

empedu yang terlihat tidak akan larut) dan diameternya tidak lebih dari 15mm. pada

kasus pasien, batu empedu yang terbentuk sudah besar dan seharusnya dilakukan

operasi, namun karena pasien menolak operasi maka diberikan ursodeoxycholic acid

untuk menghancurkan batu empedu dengan catatan jika pasien mengalami perbaikan

gejala yang ditandai dengan mengecilnya batu empedu pada pasien maka pengobatan

akan dilanjutkan. Tetapi apabila pasien tidak mengalami perbaikan gejala maka

operasi harus segera dilakukan.

. Pasien diberikan Cefixime 200 mg 2x1 dengan rute peroral untuk mencegah

terjadinya infeksi akibat peradangan pada kantung empedu karena pada beberapa

kasus kantung empedu yang membengkak dapat terinfeksi bakteri. Cefixim diberikan

selama dua hari kemudian digantikan dengan ciprofloxacin untuk obat pulang pasien.

Pasien juga diberikan Simvastatin 10 mg 1x1 (PO) yang diindikasikan untuk

mengatasi fattyliver pada pasien. Statin bekerja menghambat HMG-CoA reduktase


pada metabolisme lipid di hepar.17 Statin juga menghambat kerja koenzim Q10.

Koenzim Q10 terbentuk dari metabolisme lemak, sedangakan statin bekerja

menghambat HMG CoA reduktase dimana akan menghambat metabolisme lemak

sehingga koenzim Q10 tidak terbentuk dan metabolisme lemak tidak terjadi.

Pengobatan yang diberikan sudah tepat.

Pemantauan lebih lanjut terhadap pasien harus tetap dilakukan dengan cara

mengawasi kontrol pasien. Kontrol pasien akan dilakukan dalam 2 bulan untuk

melihat efektifitas pengobatan pada pasien. Apabila tidak terjadi perbaikan gejala

maka pasien harus segera melakukan operasi untuk mencegah terjadinya

penyumbatan akibat batu empedu pasien yang semakin membesar. Edukasi perlu

dilakukan terhadap keluarga pasien agar pasien rutin meminum obat dan

memperhatikan asupan makanan pada pasien. Makanan yang harus dihindari adalah

makanan yang berlemak, kacang-kacangan dan sebagainya karena makanan juga

mempengaruhi perkembangan dan pemulihan pasien.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Seorang pasien datang kerumah sakit dengan keluhan mata dan kulit menguning

±5 hari, badan terasa letih, nafsu makan menurun, mual (-), feses hitam 3 hari SMRS,

urine kuning. Bedasarkan pemeriksaan laboratorium pasien diketahui bahwa bilirubin

total pasien adalah 19,4 mg/dL. Kemudian dilakukan pemeriksaan USG abdomen

atas pada pasien dan didapatkan kesan cholelithiasis multiple (ukuran terbesar +/- 1,7

cm) sludge empedu disertai cholesistitis dan fattyliver. Pasien didiagnosa dengan

ikterus kolestatis dan fatty acid. Pemberian terapi telah dilakukan dan pemantauan

terapi perlu dilakukan untuk memastikan pasien tidak mengalami efek samping obat

dan memastikan adanya perbaikan gejala.

5.2 Saran

Disarankan kepada keluarga pasien untuk mengawasi makanan dan pemgobatan


pasien agar pasien rutin minum obat dan memperhatikan pola makan agar penyakit
pasien dapat sembuh
DAFTAR PUSTAKA

Davey, P., 2006. Ikterus. Dalam : At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga Medical
Series, 2006.

Irwana, Olva., 2009. Ikterus.

Lesmana, 2008., Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography (E R C P)


diagnostik dan terapeutik pada Obstruksi Biller. Http://www.kalbe.co.id.

Lindseth, Glenda., 2006. Ikterus dan Metabolisme Bilirubin.Dalam Patofisiologi


Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

Schwartz, SI., 1989. Manifestations of Gastrointestinal Desease. Dalam : Principles


of Surgery fifth edition, editor : Schwartz, Shires, Spencer. Singapore : McGrawHill,
1989. 1091-1099.

Silbernagl, S., 2007. Ikterus. Dalam: Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. P.168

Sulaiman,A., 2006. Pendekatan Klinis pada Pasien Ikterus. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III edisi IV. Jakarta : Pusat penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. 2006. 422-425

Anda mungkin juga menyukai