PENDAHULUAN
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning.
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya yang menjadi
kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi
darah. Untuk pendekatan diagnosis terhadap pasien ikterus perlu ditinjau kembali
Pada banyak pasien ikterus dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
ditegakkan. Namun tidak jarang diagnosis pasti masih sukar ditetapkan sehingga
fisik yang teliti serta tes laboratorium. Walaupun demikian, sarana penunjang
menentukan letak, kausa dan luas dari lesi obstruksinya. Kemajuan yang pesat di
bidang endoskopi gastrointestinal maka ERCP dan PTC telah berkembang dari satu
modalitas dengan tujuan diagnosis menjadi tujuan terapi pada ikterus bedah
(Lesmana, 2008).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning.
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membrane
mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat
kadarnya dalam sirkulasi darah. Jaringan permukaan yang kaya elastin seperti sklera
dan permukaan bawah lidah biasanya pertama kali menjadi kuning. Ikterus yang
ringan dapat dilihat paling awal di sklera mata, dan bila ini terjadi kadar bilirubin
sudah berkisar antara 2-2,5 mg/dl (34-43 umol/L). Kadar bilirubin serum normal
adalah bilirubin direk : 0-0.3 mg/dL, dan total bilirubin: 0.3-1.9 mg/dL (Irwana,
2009).
B. Patofisiologi
bilirubin menjadi 5 fase, yaitu fase pembentukan bilirubin, transpor plasma, liver
uptake, konjugasi dan ekskresi bilier. Ikterus disebabkan oleh gangguan pada salah
Fase Prahepatik
Prehepatik atau hemolitik yaitu menyangkut ikterus yang disebabkan oleh hal-
a. Pembentukan Bilirubin. Sekitar 250 sampai 350 mg bilirubin atau sekitar 4 mg per
kg berat badan terbentuk setiap harinya; 70-80% berasal dari pemecahan sel darah
merah yang matang, sedangkan sisanya 20-30% berasal dari protein heme lainnya
yang berada terutama dalam sumsum tulang dan hati. Peningkatan hemolisis sel
b. Transport plasma. Bilirubin tidak larut dalam air, karenanya bilirubin tak
terkojugasi ini transportnya dalam plasma terikat dengan albumin dan tidak dapat
melalui membran glomerulus, karenanya tidak muncul dalam air seni (Irwana,
2009).
Fase Intrahepatik
Intrahepatik yaitu menyangkut peradangan atau adanya kelainan pada hati yang
a. Liver uptake. Pengambilan bilirubin melalui transport yang aktif dan berjalan
tidak larut dalam air kecuali bila jenis bilirubin terikat sebagai kompleks dengan
molekul amfipatik seperti albumin. Karena albumin tidak terdapat dalam empedu,
bilirubin harus dikonversikan menjadi derivat yang larut dalam air sebelum
diekskresikan oleh sistem bilier. Proses ini terutama dilaksanakan oleh konjugasi
Fase Pascahepatik
bersama bahan lainnya. Di dalam usus, flora bakteri mereduksi bilirubin menjadi
dalam jumlah kecil mencapai mencapai air seni sebagai urobilinogen. Ginjal dapat
mengeluarkan bilirubin konjugasi tetapi tidak bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini
menerangkan mengapa warna air seni yang gelap khas pada gangguan hepatoseluler
Gangguan metabolisme bilirubin dapat terjadi lewat salah satu dari keempat
Peningkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah yang sudah
atau akibat resorbsi hematom yang besar. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus
Akibatnya bilirubin indirek meningkat dalam darah. Karena bilirubin indirek tidak
larut dalam air maka tidak dapat diekskresikan ke dalam urine dan tidak terjadi
albumin dan berikatan dengan protein penerima. Beberapa obat-obatan seperti asam
tak terkonjugasi. Hal ini disebabkan karena defisiensi enzim glukoronil transferase.
Terjadi pada : Sindroma Gilberth, Sindroma Crigler Najjar I, Sindroma Crigler Najjar
II (Irwana, 2009).
2. Hiperbilirubinemia konjugasi/direk
dengan : Hepatitis, sirosis hepatis, alkohol, leptospirosis, kolestatis obat (CPZ), zat
yang.meracuni hati fosfor, klroform, obat anestesi dan tumor hati multipel. Ikterus
pada trimester terakhir kehamilan hepatitis virus, sindroma Dubin Johnson dan Rotor,
Obstruksi total dapat disertai tinja yang akolik. Penyebab tersering obstruksi
saluran empedu.
Tekanan dari luar saluran empedu : tumor caput pancreas, tumor Ampula
(Irwana, 2009).
Gambar 4. Batu pada kandung empedu (Irwana, 2009).
D. Diagnosis
Riwayat penyakit yang rinci dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit dengan keluhan ikterus. Tahap awal ketika akan
mengadakan penilaian klinis seorang pasien dengan ikterus adalah tergantung kepada
apakah hiperbilirubinemia bersifat konjugasi atau tak terkonjugasi. Jika ikterus ringan
tanpa warna air seni yang gelap harus difikirkan kemungkinan adanya
Gilbert atau sindroma Crigler Najjar dan bukan karena penyakit hepatobilier.
Keadaan ikterus yang lebih berat dengan disertai warna urin yang gelap menandakan
penyakit hati atau bilier. Jika ikterus berjalan sangat progresif perlu difikirkan segera
bahwa kolestasis lebih bersifat ke arah sumbatan ekstrahepatik (batu saluran empedu
kandung empedu yang teraba. Jika sumbatan karena keganasan pankreas (bagian
kepala/kaput) sering timbul kuning yang tidak disertai gajala keluhan sakit perut
(painless jaundice). Kadang-kadang bila bilirubin telah mencapai kadar yang lebih
tinggi, warna kuning pada sklera mata sering memberi kesan yang berbeda dimana
(Irwana, 2009). Diagnosis yang akurat untuk suatu gejala ikterus dapat ditegakkan
melalui penggabungan dari gejala-gajala lain yang timbul dan hasil pemeriksaan
fungsi hepar serta beberapa prosedur diagnostik khusus. Sebagai contoh, ikterus yang
disertai demam dan terdapat fase prodromal seperti anoreksia, malaise dan nyeri
tekan hepar menandakan hepatitis. Ikterus yang disertai rasa gatal menandakan
kemungkinan adanya suatu penyakit xanthomatous atau suatu sirosis biliary primer.
Ikterus dan anemia menandakan adanya suatu anemia hemolitik (Silbernagl, 2007).
E. Pemeriksaan Penunjang
Tes ini biasanya berisi beberapa tes yang dilakukan bersamaan pada contoh darah
hati, paling baik untuk memeriksa hepatitis. Dulu disebut sebagai SGPT (Serum
Glutamic Pyruvate Transaminase). Enzim ini berada di dalam sel hati/hepatosit.
Jika sel rusak, maka enzim ini akan dilepaskan ke dalam aliran darah.
2. Alkaline Phosphatase (ALP) – suatu enzim yang terkait dengan saluran empedu;
tempat lain di tubuh seperti jantung dan otot. Dulu disebut sebagai SGOT (Serum
jaundice): Bilirubin total mengukur semua kadar bilirubin dalam darah; Bilirubin
5. Albumin – mengukur protein yang dibuat oleh hati dan memberitahukan apakah
Ada beberapa potensi disfungsi hati di mana tes fungsi hati bisa disarankan untuk
atau berpotensi terpapar virus hepatitis; mereka yang merupakan peminum berat;
individu dengan riwayat keluarga menderita penyakit hati; mereka yang
Tes fungsi hati juga bisa disarankan pada temuan tanda dan gejala penyakit hati,
mual, muntah, pembengkakan atau nyeri perut, jaundice, urine gelap, tinja
berwarna terang, pruritus (gatal-gatal). Pada dasarnya tidak ada tes tunggal yang
diperlukan untuk menentukan jika suatu pola ada dan membantu menentukan
penyebab kerusakan hati. Ketika penyakit hati sudah dideteksi, tes fungsi hati
biasanya tetap berlanjut secara berkala untuk memantau tingkat keberhasilan terapi
7. Darah rutin Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui adanya suatu anemia
8. Urin Tes yang sederhana yang dapat kita lakukan adalah melihat warna urin dan
9. Tes serologi hepatitis virus IgM hepatitis A adalah pemeriksaan diagnostik untuk
hepatitis A akut. Hepatitis B akut ditandai oleh adanya HBSAg dan deteksi DNA
hepatitis B.
10. Biopsi hati Histologi hati tetap merupakan pemeriksaan definitif untuk ikterus
Pemeriksaan pencitraan
Pemeriksaan pencitraan sangat berharga untuk mendiagnosis penyakit
infiltrative dan kolestatik. USG abdomen, CT Scan, MRI sering bisa menemukan
untuk mendapatkan anatomi dari sistim traktus biliaris (kolangiogram) dan sekaligus
dalam membantu diagnosis ikterus bedah dan juga dalam terapi sejumlah kasus
Kolangitis akut
Di samping itu kelainan di daerah papila Vateri (tumor, impacted stone) yang
juga sering merupakan penyebab ikterus bedah dapat terlihat jelas dengan teknik
endoskopi ini.
Gambar 5. ERCP sebagai alat diagnostic (Lesmana, 2008).
F. Pengobatan
penyebabnya adalah penyakit hati (misalnya hepatitis virus), biasanya jaundice akan
stent, dan drainase via kateter untuk striktura (sering keganasan) atau daerah
paliatif dapat dilakukan melalui stent yang ditempatkan melalui hati (transhepatik)
atau secara endoskopik (ERCP). Pada sejumlah pasien ikterus bedah yang
mempunyai risiko tinggi dapat dilakukan "ERCP terapeutik". Prinsip dari ERCP
terapeutik adalah memotong sfingter papilla. Vateri dengan kawat yang dialiri arus
tumor ganas yang menyebabkan obstruksi biliaris sering sekali inoperabel pada saat
TINJAUAN KASUS
Umur : 60 tahun
Diagnosa : Ikterus
Seorang pasien datang kerumah sakit dengan keluhan mata dan kulit
menguning ±5 hari, badan terasa letih, nafsu makan menurun, mual (-), feses hitam 3
Seorang pasien datang kerumah sakit dengan keluhan mata dan kulit
menguning ±5 hari, badan terasa letih, nafsu makan menurun, mual (-), feses hitam 3
KU : Sedang
Vital Sign :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 86x/menit
- Pernafasan : 20x/menit
- Suhu : 36,5°C
- BB :-
b. Pemeriksaan darah
Hepar : bentuk dan ukuran normal tepi licin. densitas parenkim meningkat.
Tidak tampak lesi fokal intraparenkim. Sistem vena dan arteri baik.
Kandung empedu : bentuk dan ukuran baik. Dinding menebal (+/-1 cm).
tampak batu multiple (ukuran terbesar +/- 1,7 cm) dan
sludge empedu.
Pankreas : bentuk dan ukuran baik. Densitas parenkim homogen. Tidak
tampak lesi fokal. Ductus parenkreatikus tidak melebar.
Ginjal bilateral : bentuk dan ukuran baik. Diferensiasi korteks dan medulla
jelas. Sistem pelviokalesis tidak melebar. Tidak tampak
batu/lesi fokal.
Aorta : kaliber normal.tidak tampak kalsifikasi pada dinding.
Vesica urinaria : bentuk dan ukuran normal. Tidak tampak batu/lesi fokal
Kesan :
cholelithiasis multiple (ukuran terbesar +/- 1,7 cm) sludge empedu disertai
cholesistitis,
fatty liver.
3.3 Diagnosa
Ikterus Kholestasis
P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M
(100ml)
Per √ √ √
NaCl 0,9 % 1 kolf STOP
12jam
Inj. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4mg/2ml 2x1 (I.V)
Ondasentron
Cefixime 200 mg 2x1 (PO)
√ √ √ √
Ursodeoxycholic 250 mg 2x1 (PO)
acid √ √ √ √
Simvastatin 10 mg 1x1 (PO)
√ √ √ √
Ciprofloxacin 500 mg 2x1 (PO)
√ √ √ √
3.7 Follow Up
Tanggal S O A P
09 Maret Pasien mengatakan mata dan GCS : 15 Gangguan Diberikan terapi :
2021 kulit menguning sejak ±5 hari Suhu : 35,6 °C pemenuhan IVFD NaCl 0,9 % / 12 jam
Hb : 9.2
Leukosit 11.700
Trombosit : 550.000
hitam
Urine kuning
Ikterik (+)
10 Maret 2021 Mata dan kulit pasien GCS : 15 Gangguan - IVFD NaCl 0,9 % / 12 jam
menguning, Nafsu makan Suhu : 35,6 °C pemenuhan - USG abdomen atas pada
(PO)
(I.V)
2x1 (I.V)
11 Maret 2021 Mata dan kulit kuning GCS : 15 - USG abdomen atas hari
Suhu : 35,6 °C jumat
(PO)
(I.V)
2x1 (I.V)
12 Maret 2021 Mata dan kulit pasien Ikterik berkurang Gangguan - USG Abdomen atas
(I.V)
2x1 (I.V)
13 Maret 2021 Mata dan kulit kuning (+) Ikterus Terapi yang diberikan :
(PO)
(I.V)
2x1 (I.V)
- Simvastatin 10 mg 1x1
(PO)
(PO)
(I.V)
2x1 (I.V)
mg 2x1 (PO)
- Simvastatin 10 mg 1x1
(PO)
mg 2x1 (PO)
- Simvastatin 10 mg 1x1
(PO)
(PO)
(PO)
3.8 Analisis DRP
lambung pasien
pada pasien
masalah pasien
lambung pasien
antiemetic
tubuh pasien
- Curcuma 20 mg
- Fudan syrup
- Acetylsistein 200mg
- Inj. Ondansentron 8 mg
- Simvastatin 10 mg
- Cefixime 200 mg
- Ciprofloxacine 500 mg
Interval Tidak ada Interval pemberian sudah sesuai :
- Curcuma 20 mg 2x1
- Fudan syrup 3x1C
- Simvastatin 10 mg 1x1
obat masalah secara intravena dan obat lainnya diberikan secara oral
i
Ketidak sesuaian Tidak ada RM sesuai
masalah
Kesalahan Tidak ada tidak ada kesalahan penulisan resep
injeksi masalah
Kompatibilitas tidak ada Semua obat memiliki kompatibilitas yang baik
obat masalah
Ketersediaan tidak ada Pasien mendapatkan semua obat
obat/kegagalan masalah
mendapatkan
obat
Kepatuhan Tidak ada Obat disiapkan langsung oleh apoteker/bagian
masalah
Mulai Nama obat Rute dosis Berhenti Indikasi obat Ketepatan Komentar dan
alasan
10 IVFD NaCl Infus 1 kolf 11 Maret Untuk menjaga Tepat indikasi Elektrolit pasien
dijaga untuk
menghindari
gangguan elektrolit
pada pasien yang
dapat menyebabkan
ketidaknyamanan
pada pasien
2021 mengindikasikan g
angguan metabolis
me
bilirubin, gangguan
fungsi hati,
gabungan
ketiganya.
Sehingga
diperlukan obat
untuk menjaga
fungsi hati
untuk mencegah
diperlukan obat
untuk mengatasi
batuk pasien
10 Inj. Ranitidin I.V 50 mg Masih Mencegah Tepat indikasi Pasien yang
mengalami stress
diperlukan obat
untuk mencegah
2021 sehingga
diperlukan obat
untuk mengatasi
keadaan pasien
tersebut
13 Cefixime 200 PO 200 15 Maret Antibiotik Tepat indikasi Digunakan untuk
pasien
13 Ursodeoxychol PO 250 Masih Kolagoga Tepat indikasi Digunakan untuk
akibat terlalu
banyak jumlah
kolesterol dalam
kantung empedu
pasien
10 Simvastatin PO 10 mg Masih antikolesterol Tepat indikasi Pasien menderita
untuk menangani
keadaan ini.
15 Ciprofloxacin PO 500 Masih Antibiotik Tepat indikasi Digunakan untuk
terinfeksi
Tujuan Rekomen Monitor Hasil Monitor 10/03/21 11/03/21 12/03/21 13/03/21 14/03/21 15/03/21
terapi diharap
Kan
Menjaga IVFD Keseimb Elektrolit Dimonitor Tidak - - - - -
pasien
Menjaga Curcuma Fungsi Fungsi Dimonitor Mata dan Ikterus ↓ Ikterus ↓ Ikterus ↓ Ikterus ↓ Ikterus ↓
terjaga g
dalam
batas
normal
Unruk Fudan Ada Tidak Dimonitor Feses Feses Feses Feses Feses Feses
melindung Sirup tidaknya terjadi setiap hari tidak tidak tidak pucat pucat pucat
gangguan kenaikan
lambung asam
lambung
Untuk Asetyl Frekuens Batuk Dimonitor Batuk (+) Batuk ↓ Batuk ↓ Batuk ↓
menyemb dan
uhkan sembuh
batuk
berdahak
pada
pasien
Untuk Inj. Ada Tidak Dimonitor Pasien Pasien Pasien Pasien Pasien Pasien
mencegah Ranitidin tidaknya terjadi setiap hari tidak tidak tidak tidak tidak tidak
ulcer pada pada pada ulcer ulcer ulcer ulcer stress ulcer
pasien infeksi
selanjutny
a
Memecah Ursodeoxy Cholesist Batu Pada Ukuran - - - - -
terjadi selanjutny
peradang a
an
Mengatasi Simvastati Fatty Fatty Pada Fatty liver - - - - -
teratasi an kontrol
pasien
selanjutny
a
Mengobati Ciprofloxa Infeksi Infeksi Pada Leukosit - - - - -
pasien infeksi
selanjutny
a
3.11 Lembar Monitoring Efek Samping Obat
Tangga Nama Obat Dosi Tanggal Manifestasi Cara Mengatasi ESO Evaluasi
Maret 0.9% kolf digunakan mengalami bengkak pada area infus tidak terjadi
beristirahat
reaksi alergi
10 Curcuma 20 Masih Mual, iritasi Jika pasien merasakan mual Efek samping
Maret mg digunakan lambung dan segera sarankan pasien untuk tidak terjadi
lambung
10 Fudan syrup 1 Masih Pusing dan Jika pusing terjadi maka Efek samping
Maret botol digunakan Diare. sarankan kepada pasien untuk tidak terjadi
diare
12 Asetylsistein 200 Masih Mual, muntah Jika pasien mengalami mual Efek samping
Maret mg digunakan dan sakit perut segera sarankan pasien untuk tidak terjadi
istirahat
pasien
10 Inj. Ranitidine 50 Masih Mual Jika pasien mengalami mual Efek samping
Maret mg digunakan dan muntah. segera sarankan pasien untuk tidak terjadi
kepala. istirahat
beritirahat
mengatasi diare.
10 Inj. 8 mg Masih Sakit Jika pasien mengalami lelah, Efek samping
Maret Ondansentron digunakan kepala. sakit kepala, lemah, meriang , tidak terjadi
Lelah beritirahat
tuk.
Pusing.
13 Cefixime 200 15 Maret Sakit kepala. Jika pasien sakit kepala, mual Efek samping
Mual. mengatasinya
Jika pasien mengalami diare
mengatasi diare
13 Ursodeoxycholic 250 Masih Diare. Jika pasien mengalami diare Efek samping
Maret acid mg digunakan Nyeri abdomen segera gantikan cairan tubuh tidak terjadi
sakit tenggorokan
dan beristirahat
beristirahat
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang pasien datang kerumah sakit dengan keluhan mata dan kulit
menguning ±5 hari, badan terasa letih, nafsu makan menurun, mual (-), feses hitam 3
hari SMRS, urine kuning. Pasien didiagnosa dengan penyakit ikterus kolestatis.
Pasien diberikan IVFD NaCl 0,9 % untuk menjaga keseimbangan elektrolit pasien.
gangguan pada hati pasien sehingga diperlukan obat untuk mencegah dan mengatasi
kerusakan pada hati pasien. Hepatoprotektor adalah suatu senyawa obat yang dapat
memberikan perlindungan pada hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh racun,
obat, dan lain-lain. Mekanisme kurkumin dalam menjaga sel-sel hepar dari kerusakan
yaitu sejalan dengan efek kurkumin sebagai antioksidan. Kurkumin akan menangkap
ion superoksida dan memutus rantai ion antar superoksida (O2-) yang pada akhirnya
proses peroksidasi lipid ini akan mencegah kerusakan hepar yang dimediasi oleh
mekanisme kurkumin dalam mencegah terjadinya kerusakan sel hepar yaitu juga
dengan meningkatkan glutathion S-transferase (GST) dan menghambat beberapa
Pasien diberikan fudan sirup. Fudan sirup adalah suplemen makanan yang
memiliki efek antivirus, melindungi saraf, dan menjaga kekebalan tubuh. Pada hari
ketiga pasien dirawat dirumah sakit, pasien mengeluhkan batuk berdahak. Untuk
Asetylsistein adalah obat batuk yang bekerja sebagai mukolitik dan dapat meredakan
yang dapat mengurangi ikatan disulfida pada lendir pernapasan sehingga menurunkan
Saat masuk rumah sakit pasien diberikan injeksi ranitidine. Injeksi ranitidine
digunakan untuk mencegah stress ulcer pada pasien. Karena pasien yang masuk
rumah sakit akan cenderung mengalami stress ulcer sehingga asam lambung pasien
menjadi tidak terkontrol. Untuk itu diperlukan obat yang bisa digunakan untuk
mengatasi mual pada pasien karena pasien mengeluh mual. Obat ini bekerja dengan
menghambat ikatan serotonin pada reseptor 5HT3, sehingga membuat penggunanya
hasil adanya cholelithiasis multiple (ukuran terbesar +/- 1,7 cm) sludge empedu
disertai cholesistitis dan fatty liver. Pasien diberikan Ursodeoxycholic acid 250 mg
2x1 dengan rute peroral. Ursodeoxycholic acid adalah obat dengan fungsi untuk:
empedu yang terlihat tidak akan larut) dan diameternya tidak lebih dari 15mm. pada
kasus pasien, batu empedu yang terbentuk sudah besar dan seharusnya dilakukan
operasi, namun karena pasien menolak operasi maka diberikan ursodeoxycholic acid
untuk menghancurkan batu empedu dengan catatan jika pasien mengalami perbaikan
gejala yang ditandai dengan mengecilnya batu empedu pada pasien maka pengobatan
akan dilanjutkan. Tetapi apabila pasien tidak mengalami perbaikan gejala maka
. Pasien diberikan Cefixime 200 mg 2x1 dengan rute peroral untuk mencegah
terjadinya infeksi akibat peradangan pada kantung empedu karena pada beberapa
kasus kantung empedu yang membengkak dapat terinfeksi bakteri. Cefixim diberikan
selama dua hari kemudian digantikan dengan ciprofloxacin untuk obat pulang pasien.
sehingga koenzim Q10 tidak terbentuk dan metabolisme lemak tidak terjadi.
Pemantauan lebih lanjut terhadap pasien harus tetap dilakukan dengan cara
mengawasi kontrol pasien. Kontrol pasien akan dilakukan dalam 2 bulan untuk
melihat efektifitas pengobatan pada pasien. Apabila tidak terjadi perbaikan gejala
penyumbatan akibat batu empedu pasien yang semakin membesar. Edukasi perlu
dilakukan terhadap keluarga pasien agar pasien rutin meminum obat dan
memperhatikan asupan makanan pada pasien. Makanan yang harus dihindari adalah
5.1 Kesimpulan
Seorang pasien datang kerumah sakit dengan keluhan mata dan kulit menguning
±5 hari, badan terasa letih, nafsu makan menurun, mual (-), feses hitam 3 hari SMRS,
total pasien adalah 19,4 mg/dL. Kemudian dilakukan pemeriksaan USG abdomen
atas pada pasien dan didapatkan kesan cholelithiasis multiple (ukuran terbesar +/- 1,7
cm) sludge empedu disertai cholesistitis dan fattyliver. Pasien didiagnosa dengan
ikterus kolestatis dan fatty acid. Pemberian terapi telah dilakukan dan pemantauan
terapi perlu dilakukan untuk memastikan pasien tidak mengalami efek samping obat
5.2 Saran
Davey, P., 2006. Ikterus. Dalam : At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga Medical
Series, 2006.
Silbernagl, S., 2007. Ikterus. Dalam: Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. P.168
Sulaiman,A., 2006. Pendekatan Klinis pada Pasien Ikterus. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III edisi IV. Jakarta : Pusat penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. 2006. 422-425