Anda di halaman 1dari 7

BAB III

GENE TESTING SEBAGAI FAKTOR PROGNOSTIK DALAM


MENDIAGNOSIS MELANOMA UVEA DITINJAU
DARI SUDUT PANDANG ISLAM

3.1 Pandangan Islam mengenai Melanoma Uvea


Melanoma uvea merupakan penyakit mata berupa tumor primer
intraokular yang sering terjadi pada usia dewasa dan memiliki potensi yang tinggi
terhadap terjadinya metastasis bahkan ketika tumor ini terlokalisasi, sebanyak
50% dari kasus melanoma uvea bermetastasis ke hepar (Schopper, 2016; Cassoux,
2013).
Melanoma uvea berasal dari melanosit yang berada pada membran uvea
pada mata. Melanoma uvea yang terdeteksi pada usia muda (≤ 20 tahun)
berhubungan dengan rendahnya kejadian metastasis dibandingkan pada usia
dewasa dan usia lanjut. Hal ini juga terkait dengan kebiasaan berjemur dibawah
sinar matahari (sunbathing) atau paparan sinar matahari yang terlalu sering
(Singh, 2005).
Melanoma uvea merupakan penyakit mata berupa tumor primer
intraokular yang sering terjadi pada usia dewasa dan memiliki potensi yang tinggi
terhadap terjadinya metastasis bahkan ketika tumor ini terlokalisasi, sebanyak
50% dari kasus melanoma uvea bermetastasis ke hepar (Schopper, 2016; Cassoux,
2013).
Ajaran Islam menganjurkan agar kaum muslimin berobat apabila sakit
termasuk bila fungsi organ tersebut tidak sesuai sebagaimana mestinya seperti
halnya melanoma uvea pada organ mata, yang dapat menyebabkan kelainan pada
mata manusia. Hal ini seperti diatur dalam Hadis Rasulullah SAW :
“Dari Usamah Ibnu Syuraik ra berkata: “Ada beberapa orang Arab bertanya
kepada Rasulullah Saw:”Wahai Rasulullah, apakah kami harus berobat, Beliau
menjawab, “Ya, Wahai hamba-hamba Allah berobatlah, karena sesungguhnya
Allah tidak menurunkan satu penyakit, kecuali diturunkan pula obat penawarnya,
selain yang satu, mereka bertanya,”Apakah itu wahai Rasulullah?”, Beliau
menjawab, “Penyakit Tua/pikun” (HR At-Turmudzi)

Ketika suatu penyakit sudah terjadi, maka semakin lama orang itu akan
semakin lemah, baik lemah fisiknya, jiwanya maupun imannya. Allah memang
menyukai semua umatnya baik yang kuat maupun yang lemah namun Allah lebih
menyukai umatnya yang kuat daripada umat yang lemah. Rasul bersabda :

‫ْف﴿رواهومسلم‬ َّ ‫﴾ال ُم ْؤ ِمنُ ْالقَ ِويُّ َخ ْي ٌر َواَ َحبُّاِلىَاللهَ ِمنَال ُم ْؤ ِمنِال‬


ِ ‫ض ِعي‬
“mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang
lemah” (HR. Muslim).

Kuat dalam maksud di sini adalah kuat fisiknya, kuat mentalnya dan kuat
imannya. Alasan Allah lebih mencintai umat yang kuat adalah karena mereka
akan mampu beribadah lebih baik, menjalankan dakwah dengan jangkauan yang
lebih luas, serta lebih mampu dalam membela Islam dan umatnya dari serangan
musuh. Itu sebabnya Islam sangat mengupayakan untuk mencegah suatu penyakit
daripada mengobatinya, termasuk juga dalam hal ini adalah mencegah penyakit.
Jadi, kesehatan fisik, secara tidak langsung, merupakan faktor yang cukup
menentukan bagi tegaknya kebenaran dan terwujudnya kebaikan. (Zuhroni, 2010)
Hipokrates berkata dalam bukunya Al-Fushul : Sakit mata seperti
melanoma uvea ini untuk dapat membantu tubuh membuang zat yang merugikan
serta membersihkan tubuh dan kepala dari dari zat-zat yang beracun. Penyakit ini
dapat memberikan tanda pada tubuh bahwa mata sebagai salah satu organ vital
sedang melakukan perlawanan terhadap infeksi dan kerusakan organ yang terjadi
(Ibnu qayim,2002).
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama,
jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan. Tiga dari yang disebutkan diatas
berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kaya
dengan tuntutan kesehatan. (Quraish Shihab, 1996)
Ada dua literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjukkan tentang
pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam. . (Quraish Shihab, 1996)
1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat
2. Afiat
Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah
untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu
tentunya tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi mereka yang
mengindahkan petunjuk – petunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat diartikan sebagai
berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.
(Quraish Shihab, 1996)
Sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan,
umpamakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun
membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi mata yang afiat adalah yang
dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan
pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan
dari penciptaan mata. (Quraish Shihab, 1996)
Tidak ada sesuatu yang begitu berharga seperti kesehatan. Karenanya,
hamba Allah hendaklah bersyukur atas kesehatan yang dimilikinya dan tidak
bersikap kufur. Rasulullah SAW bersabda,

‫﴾ﻧِ ْﻌ َﻤﺘَﺎﻥ َِﻣ ْﻐُﺒ ْﻮﻥُﻓِْﻴ ِﻬ َﻤﺎ َﻛﺜِْﻴُﺮ ِﻣ َﻦﺍﻟﻨﱠﺎﺱِﺍﻟ ﱠ‬


‫﴿ﺭﻭﺍﻩﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬ ُ‫ﺼ ﱠﺤﺔُ ﻭَﺍﻟْ َﻔَﺮﺍﻍ‬
“Ada dua nikmat yang didalam keduanya banyak orang tertipu : sehat dan waktu
senggang.” (HR.Bukhari)

Menurut Islam, mata adalah salah satu panca indera terpenting yang
diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang sangat rumit. Mata manusia
merupakan contoh yang sangat menonjol tentang ciptaan yang sempurna. Organ
mata ini sangat rumit sehingga mengungguli peralatan tercanggih di dunia ini.
Agar mata dapat melihat, semua bagiannya harus bekerja sama secara serasi.
(Yunus, 2008)
Seperti dijelaskan dalam hadist berikut ini,

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi Neraka Jahannam) kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda0tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mepunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka inilah orang-orang yang lalai.” (Q.S Al-A‟raf (7) : 179)

Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melanoma uvea


sebagai salah satu penyakit mata yang bila tidak diobati dapat menyebabkan
kebutaan. Kebutaan akan menyebabkan berkurangnya fungsi panca indera pada
manusia sehingga manusia tersebut sulit untuk melakukan beberapa aktivitas
secara produktif termasuk kaitannya dengan beribadah pada Allah SWT.

3.1 Pandangan Islam mengenai pemeriksaan genetika


lmu pengetahuan modern menemukan bahkan dalam komposisi gen yang
luar biasa kecil menyimpan sangat banyak rahasia yang akan diperlihatkan oleh
Allah bila Dia menghendakinya. Di antara rahasia tersebut adalah sifat dan
karakter yang menentukan bentuk, tabiat, pembawaan, sifat jasmani, dan
kejiwaan. Bahkan, kesepiannya untuk menerima atau melawan berbagai mikroba
dan bakteri, sebagaimana ia juga dapat menurunkan kesiapan untuk menghadapi
berbagai penyakit. Ilmu pengetahuan modern juga telah melangkah jauh lebih
maju ketika ia menyimpulkan bahwa manusia tercipta dalam bentuk rumusan
komplek yang sudah terprogram. Apabila setetes sperma sudah menetap di dalam
rahim, maka mulailah dia memperlihatkan rahasianya yang masih sama-samar
secara bertahap, sesuai dengan program yang sudah ditentukan. Genetika adalah
suatu ilmu yang digunakan untuk mempelajari tentang tata cara penurunan sifat
yang dimiliki makhluk hidup. Ilmu ini membahas tentang sifat-sifat turunan pada
tanaman, binatang dan manusia. Pengetahuan sifat-sifat turunan pada tanaman
sangat bermanfaat untuk mendapatkan bibit unggul melalui proses kawin silang
antar tumbuhan. Pada manusia, pengetahuan tentang genetika bisa membantu
untuk mengetahui keturunan (Damato,2014).
Analisa genetik (gene testing) pada melanoma uvea menjadi pemeriksaan
standar rutin dalam praktek klinik. Penyakit-penyakit yang timbul akibat
metastasis dari melanoma uvea sebagian besar menunjukkan adanya tumor
dengan hilangnya kromosom 3 dan atau kelas 2 pada profil ekspresi gen.
Kromosom 8q memegang korelasi dengan adanya peningkatan resiko prognosis
yang buruk, sedangkan kromosom 6p berkorelasi dengan perbaikan. Abnormalitas
genetik lainnya yang berelasi terhadap terjadinya metastasis pada melanoma uvea
seperti mutasi BAP1, sebanyak 3% pasien dengan melanoma uvea dengan mutase
BAP1 terdapat metastasis. Mutasi BAP1 juga diasosiasikan dengan resiko pada
keluarga terhadap terjadinya melanoma uvea, mesothelioma dan beberapa
keganasan lainnya. Mutasi BAP1 menyebabkan tumor jinak kulit pada usia
dewasa muda, dan pada usia dewasa dapat menyebabkan tumor seperti
mesothelioma, meningioma, melanoma uvea, melanoma kutaneus, dan beberapa
keganasan pada paru, ginjal, dan payudara (Damato, 2014).
Sampel tumor yang digunakan untuk gene testing (analisa gen) didapatkan
dari spesimen enukleasi atau tindakan intraoperatif dengan menggunakan biopsi
aspirasi jarum halus. Penyimpangan kromosom 1, 3, 6, dan 8 menentukan angka
harapan hidup pada pasien dengan melanoma uvea (Kaliki, 2015). Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan gene testing pada melanoma
uvea sebagai faktor prognostik penyakit tersebut diperbolehkan, hal ini serupa
dengan qiyafah dalam Islam. Qiyâfah adalah sebuah kemampuan untuk melihat
hubungan kemiripan dengan melihat kesamaan diantara anggota tubuh, seperti
warna kaki, tangan atau mata. Qiyafah ini terkait dengan pemeriksaan genetic atau
DNA pada manusia. Kegunaannya tidak hanya untuk menentukan nassab namun
juga untuk mengetahu penyakit penyakit genetik yang diwariskan oleh orangtua
kepada anak dan prognosisnya Pemeriksaan Gene testing pada melanoma uvea
dengan menggunakan sampel pemeriksaan dari biopsy jaringan tubuh pasien
sendriri juga dinilai memiliki manfaat karena dapat memberikan gambaran
tentang penatalaksaan penyakit yang akan berpengaruh pada kesehatan pasien
khusunya pasien melanoma uvea. Semakin cepat penyakit melanoma uvea
diketahui maka akan semakin cepat pula dapat diatasi dan angka kesembuhan
penyakit akibat penyakit melanoma uvea pada penderitanya dapat meningkat.

3.3 Pandangan Islam mengenai pemeriksaan penunjang pada penyakit


melanoma uvea
Analisa genetik (gene testing) pada melanoma uvea menjadi pemeriksaan
standar rutin dalam praktek klinik. Penyakit-penyakit yang timbul akibat
metastasis dari melanoma uvea sebagian besar menunjukkan adanya tumor
dengan hilangnya kromosom 3 dan atau kelas 2 pada profil ekspresi gen. Sampel
tumor yang digunakan untuk gene testing (analisa gen) didapatkan dari spesimen
enukleasi atau tindakan intraoperatif dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum
halus. Jaringan dapat berasal dari spesimen enukleasi yang telah di berikan
pengawet (formalin) dan paraffin (FFPE) atau BAJAH pada tumor selama
penatalaksanaan konservatif atau sesegera mungkin setelah enukleasi. Spesimen
tersebut dapat dikirim untuk dilakukan ekstraksi DNA dan kemudian diikuti
dengan analisa tumor melalui proses karyotyping (Kaliki, 2015).
Para ilmuwan menggunakan berbagai cara untuk meraih pengetahuan
seperti melalui pengamatan, percobaan dan beberapa tes kemungkinan
(probability). Hal tersebut disinggung dalam Al-Quran, seperti dalam ayat-ayat
yang memerintahkan manusia untuk berpikir tentang alam raya, melakukan
perjalanan dan sebagainya, kendatipun hanya berkaitan dengan upaya mengetahui
alam materi (Qardhawi, 2000).
Sebagaimana dalam Firman Allah

Katakanlah : “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah


bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan
bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Q.S Yunus (10) :101)

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa Allah SWT telah menyediakan segala
sesuatunya di langit dan di bumi yang dapat digunakan oleh manusia untuk
dikembangkan dan dimanfaatkan bagi hamba-Nya yang beriman. Menurut
penjelasan di atas, Islam memperbolehkan segala bentuk perkembangan dari ilmu
pengetahuan yang memberikan kemaslahatan bagi umatnya sesuai dengan ayat al
Quran surat Yunus, pada Hal ini terkait khusunya dengan gene testing ini sebagai
alat pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis penyakit melanoma uvea.
Pemeriksaan gene testing ini membantu tenaga medis untuk menegakkan
diagnosis secara lebih efisisien tanpa harus menunggu follow up prognosis pasien
dan lebih akurat dengan menggunakan pemetaan karyotyping melalui tekhnologi
program genetik komputer serta bahan bahan sampel yang berasal dari jarigan
tubuh pasien sendiri dan melibatkan zat- zat kimia yang tidak berbahaya dan halal
seperti formalin sebagai pengawet . Berdasarkan hal di atas penggunaan gene
testing sebagai alat pemeriksaan penunjang dalam mendiagnosis penyakit
melanoma uvea diperbolehkan dalam Islam karena memberikan kemaslahatan
pada pasien dengan waktu diagnosis yang lebih cepat dan akurat dengan
menggunakan teknologi pemetaan genetik computer serta menggunakan bahan
bahan yang berasal dari jaringan tubuh pasien sendiri yang halal dan tidak
berbahaya bagi pasien maupun orang lain.

Anda mungkin juga menyukai