OLEH KELOMPOK 4 :
AINIL FITRI
DINI SYAFITRI
RISKA YULIANDA
DOSEN PENGAMPU:
TAHUN 2020
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
“TELAAH HASIL PENELITIAN KEGAWATDARURATAN PADA TRAUMA
ABDOMEN”. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan disusun untuk
memenuhi memenuhi salah tugas mata kuliah keperawatan kritis.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................ 2
DAFTAR ISI...................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan.......................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada
bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian
atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis
berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan
sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang
dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juga membungkus organ
yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian
besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ yang dapat
ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus,
usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran
cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih
seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa
(lien).
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat
kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian
keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berpa
tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi
atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas
yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat disebabkan
oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah
(misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan
trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
4
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury
yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya
mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih banyak
lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih
tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik
diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma
tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini
diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda
yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat
kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.
Cedera abdomen menduduki urutan ketiga penyebab kematian akibat trauma. Cedera
ini dilaporkan menyebabkan 13% hingga 15% kematian akibat trauma, terutama
disebabkan oleh pendarahan. Kematian yang terjadi lebih dari 48 jam setelah cedera
abdomen disebabkan oleh sepsis dan komplikasinya. Pada trauma intra abdomen,
jarang sekali terjadi hanya cedera pada satu organ saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa teori umum tentang trauma abdomen ?
2. Hasil telaah jurnal pertama ?
3. Hasil telaah jurnal kedua ?
4. Hasil telaah jurnal ketiga ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang teori umum trauma abdomen
2. Untuk mengetahui hasil telaah jurnal pertama
3. Untuk mengetahui hasil telaah jurnal kedua
4. Untuk mengetahui hasil telaah jurnal ketiga
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Trauma abdomen
1. Defenisi
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ
padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus
besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur
abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 2000).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih
bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi.
2. Etiologi
1) Trauma tumpul
2) Trauma tembus
3. Pemeriksaan penunjang
6
1) Foto thorax
4. Penatalaksanaan
1) Pre Hospital
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
Imobilisasi
8
Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda
tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya
tim medis.
Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ
tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam
tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut
dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
Imobilisasi pasien.
2) Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara
lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat
berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
9
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan
untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada
Fraktur pelvis
b. Pemeriksaan rontgen
B. Telaah jurnal
1) Hasil telaah jurnal yang pertama.
10
Judul jurnal :
Tujuan :
Hasil :
11
Tindakan emergency pada pasien tersebut di UGD adalah resusitasi cairan
RL sebanyak 2000cc, pemasangan kateter untuk monitoring diuresis dan NGT
untuk dekompresi abdomen. Pemberian antibiotika profilaksis dan H2 blocker
untuk mencegah stress ulcer. Dilakukan persiapan transfusi darah dengan Pack
Red Cell (PRC). jika tidak ada respon setelah dilakukan penanganan, maka
dilakukan tindakan surgical resuscitation untuk menghentikan pendarahan
secara langsung.
Kesimpulan :
Ruptur lien sering disebabkan akibat trauma tumpul pada perut bagian atas
dengan manifestasi klinis berupa anemis, peritonismus, dan adanya Kerh’s
sign sebagai tanda patognomonis. Diagnosis harus segera ditegakkan saat
masuk di IGD dengan mengenali tanda dan gejala serta di dukung alat
penunjang diagnostik yang memadai. USG portable hendaknya harus selalu
ada di setiap IGD, karena alat ini merupakan alat non-invasif yang dengan
cepat dapat mengetahui adanya perdarahan intraabdomen.Tindakan
splenectomy total dilakukan apabila lien tidak mungkin dipertahankan akibat
robekan parenkim yang berat disertai perdarahan aktif yang hebat.
Metode penelitian:
Penulisan ini menggunakan metode studi artikel review. Sumber pustaka yang
digunakan dalam menyusun literatur ini menggunakan buku pedoman dan
penelitian penelitian terbaru yang didapat melalui proses literatur searching
12
terkait modalitas diagnostik kegawatdaruratan mengenai trauma tumpul
abdomen. Tahun penerbitan artikel yang digunakan adalah tahun 2011 sampai
tahun 2019.
Hasil penelitian:
Hasil yang diperoleh terdapat beberapa penegakan diagnosis trauma tumpul
abdomen berupa skoring BATSS, FAST, dan DPL.
Diagnosis yang cepat pada cedera abdomen merupakan langkah yang penting
untuk penatalaksanaan selanjutnya untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
kasus trauma tumpul abdomen.
Pada pemeriksaan fisik terdapat beberapa tanda yang dapat dijadikan dasar
diagnosis trauma tumpul abdomen yang menyebabkan cidera organ
intraabdomen. Cidera tersebut biasanya memiliki gambaran pemeriksaan
fisikyang khas hasil dari trauma yang terjadi. Pemeriksaan tersebut yaitu:Lap
belt marks(berhubungan dengan ruptur usus halus),kontusio dengansteering
wheel shaped, ekimosis pada daerah panggul (Grey Turnersign)atau umbilicus
(Cullen sign) :mengindikasikan perdarahan retroperitoneal tetapi biasanya
timbul setelah beberapa jam sampai beberapa hari,distensi abdomen,terdengar
bising usus pada daerah thorak :mengindikasikan cedera pada diafragma,
bruitpada abdomen : mengindikasikan adanya penyakit vaskuler yang
mendasari atau adanya fistel arteriovenous fistula, nyeri tekan lokal atau difus,
disertai rigiditas : kemungkinan cedera peritoneum, krepitasi atau thoraciccage
yang tidak stabil mengindikasikan kemungkinan cedera lien atau hepar
(Legomedan Geibel, 2016).
Pemeriksaan penunjang pertama, Focus Assesment Sonography for Trauma
(FAST) merupakan suatu pemeriksaan yang mendeteksi ada tidaknya cairan
intraperitoeneal. Pemeriksaan FAST juga sangat berguna bagi pasien dengan
hemodinamik tidak stabil. Adapun keuntungan FAST yaitu pemeriksaan USG
bias dikerjakan oleh dokter“emergency” maupun residen bedah, tidak mahal,
tidak invasive dan “portable,menghindari resiko akibat penggunaan media
kontras, dapat menilai toraks dan rongga retroperitoneal disamping rongga
peritoneum, pemeriksaan serial dapat mendeteksi perdarahan yang terus
berlangsung dan meningkatkan ketepatan diagnostic. Adapun kekurangan
FAST adalah akurasinya tergantung pada kemampuan operator atau pembaca
13
hasil dan, posisi pasien saat pemeriksaan. Kedua, Blunt Abdominal Trauma
Scoring System (BATSS) memberikan sistem skor dengan akurasi tinggi
dalam mendiagnosis cedera organ intra-abdomen pada pasien trauma tumpul
abdomen. BATSS dapat memprediksi kapan CT scan diperlukan untuk
mendiagnosis cedera organ intra-abdomen akibat trauma tumpul abdomen.
Sistem ini juga dapat menekan biaya operasional kesehatan, mengurangi
paparan radiasi yang tidak perlu terhadap pasien, mengurangi waktu dalam
mendiagnosis, dan mencegah penumpukan pasien di ruang emergensi. Ketiga,
Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL) adalah suatu pemeriksaan yang
digunakan untuk menilai adanya darah di dalam abdomen.Pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan yanginvasif, cepat dengan akurasi test yang
tinggiuntuk menentukan adanya perdarahan atauruptur organ intraperitoneal.
Kesimpulan:
judul jurnal :
Tujuan penelitian :
14
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan penatalaksanaan
operatif trauma abdomen dengan kejadian laparotomi negatif
Metode :
Pada pasien tersebut dilihat hasil operasinya apakah laparotomi negatif atau
positif, serta jenis trauma abdomen apakah tumpul atau tajam. Variabel
penelitian ialah trauma abdomen tajam maupun tumpul sebagai variabel bebas,
serta laparotomi negatif dan positif sebagai variabel tergantung. Data yang
diperoleh ditabulasi dan diuji kemaknaannya dengan uji Fisher exact.
Jumlah sampel :
Hasil :
Diagnosis dan penanganan yang tepat dari trauma abdomen merupakan unsur
terpenting dalam mengurangi kematian akibat trauma abdomen. Dalam
menegakkan diagnosis cedera akibat trauma tumpul sering tidak cukup dengan
pemeriksaan fisik saja, tetapi perlu pemeriksaan penunjang seperti foto
rontgen polos, pemeriksaan laboratorium, Focused assessment with
sonography in trauma(FAST), DPL, atau DPA. Dengan bertambah canggihnya
alat ultrasonografi dan pengalaman melakukan FAST, maka lama kelamaan
indikasi penggunaan DPL akan berkurang. Apabila penanganan dan
pemeriksaan tersebut belum memberikan hasil yang akurat. Maka akan
dilakukan tindakan laparotomi, yaitu prosedur bedah dengan membuat
15
sayatan di dinding perut untuk mendiagnosis serta mengobati masalah pada
organ dalam perut.
kesimpulan:
Dari hasil penelitian dan bahasan tidak didapatkan adanya hubungan antara
penatalaksanaan operatif trauma abdomen dan kejadian laparotomi negatif.
Mengenai penanganan trauma tajam abdomen diberbagai pusat pelayanan
kesehatan masih terdapat perbedaan pendapat yang menganut laparotomi rutin.
BAB IV
PENUTUP
16
A. Kesimpulan
Trauma abdomen yang disebabkan benda tumpul biasanya lebih banyak menyebabkan
kerusakan pada organ-organ padat maupun organ-organ berongga pada abdomen
dibandingkan dengan trauma abdomen yang disebabkan oleh benda tajam.
Bagi seorang perawat dalam penanganan pasien yang mengalami trauma abdomen yaitu
perawat harus memperhatikan atau melakukan tindakan kegawatdaruratan yang cepat dan
tepat, terutama pada kasus trauma abdomen akibat cidera atau kecelakaan.
Untuk memudahkan pemberian tindakan darurat secara sepat dan tepat perlu dilakukan
prosedur tetap/protocol yang dapat digunakan setiap hari. Bila memungkinkan, sangat tepat
apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-buku yang diperlukan baik
untuk perawat maupun pasien.
B. Saran
Semoga makalah hasil telaah jurnal ini bermanfaat bagi pembaca, dan kami penulis
menerima segala kritik dan saran yang mendukung ubtuk makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Rana, Atif I.2004. ”Adrenal Gland Hematomas in Trauma Patients”, RSNA, vol 230, pp.
669–675
17
Guillon, F. (2011). Epidemiology ofAbdominal Trauma. CT of the AcuteAbdomen, Medical
Radiology Diagnostic Imaging. Berlin: Springer-Verlag p.15-26
18