Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH TELAAH HASIL PENELITIAN KEGAWATDARURATAN

PADA TRAUMA ABDOMEN

OLEH KELOMPOK 4 :

AINIL FITRI

DINI SYAFITRI

NUR ATIKA FITRI

RISKA YULIANDA

DOSEN PENGAMPU:

Ns.Maria Valentina Sibarani,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
“TELAAH HASIL PENELITIAN KEGAWATDARURATAN PADA TRAUMA
ABDOMEN”. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan disusun untuk
memenuhi memenuhi salah tugas mata kuliah keperawatan kritis.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bukittinggi , 21 Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR........................................................................ 2
DAFTAR ISI...................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan.......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Teori umum trauma abdomen........................................................ 6
B. Hasil telaah jurnal pertama............................................................ 11
C. Hasil telaah jurnal kedua............................................................... 12
D. Hasil telaah jurnal ketiga............................................................... 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................. 17
B. Saran ........................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada
bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian
atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis
berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan
sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.

Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang
dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juga membungkus organ
yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.

Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian
besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ yang dapat
ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus,
usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran
cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih
seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa
(lien).

Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat
kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian
keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berpa
tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi
atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.

Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas
yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat disebabkan
oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah
(misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan
trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.

4
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury
yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya
mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih banyak
lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.

Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih
tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik
diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma
tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini
diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.

Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda
yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat
kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.

Cedera abdomen menduduki urutan ketiga penyebab kematian akibat trauma. Cedera
ini dilaporkan menyebabkan 13% hingga 15% kematian akibat trauma, terutama
disebabkan oleh pendarahan. Kematian yang terjadi lebih dari 48 jam setelah cedera
abdomen disebabkan oleh sepsis dan komplikasinya. Pada trauma intra abdomen,
jarang sekali terjadi hanya cedera pada satu organ saja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa teori umum tentang trauma abdomen ?
2. Hasil telaah jurnal pertama ?
3. Hasil telaah jurnal kedua ?
4. Hasil telaah jurnal ketiga ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang teori umum trauma abdomen
2. Untuk mengetahui hasil telaah jurnal pertama
3. Untuk mengetahui hasil telaah jurnal kedua
4. Untuk mengetahui hasil telaah jurnal ketiga

BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA

A. Trauma abdomen
1. Defenisi
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ
padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus
besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur
abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 2000).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih
bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi.

2. Etiologi

Berdasarkan mekanisme trauma, penyebab trauma abdomen dibagi menjadi dua :

1) Trauma tumpul

Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum,


luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik
atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga,
benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari
50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.

2) Trauma tembus

Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga


peritoneum, luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda
tajam atau luka tembak, tusukan.

3. Pemeriksaan penunjang

6
1) Foto thorax

Untuk melihat adanya trauma pada thorax

2) Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan


terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi
menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura
lienalis.

3) Plain abdomen foto tegak

Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro


perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.

4) Pemeriksaan urine rutin

Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.


Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada
saluran urogenital

5) Diagnostik peritoneal lavage (DPL)

Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam


rongga perut.

6) Ultrasonografi dan CT-Scan

Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan


disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum

4. Penatalaksanaan

1) Pre Hospital

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam


nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman,
luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal
7
dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon,
maka segera buka dan bersihkan jalan napas.

a. Airway

Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas


menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan
kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang
dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.

b. Breathing

Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan


menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10
detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya
lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan
adekuat tidaknya pernapasan).

c. Circulation

Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban


tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas
dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan
napas).

d. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul):

 Stop makanan dan minuman

 Imobilisasi

 Kirim kerumah sakit

e. Penetrasi (trauma tajam)

8
 Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda
tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya
tim medis.

 Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan


melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau
untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.

 Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ
tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam
tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut
dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.

 Imobilisasi pasien.

 Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.

 Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan


menekang.

 Kirim ke rumah sakit.

2) Hospital

a. Trauma penetrasi

Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara
lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat
berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.

b. Skrinning pemeriksaan rontgen

Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan


kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan
adanya udara intra peritonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur
(supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retro
peritoneum.

9
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan
untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada

d. Uretrografi, di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.

e. Sistografi, Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera


pada kandung kencing, contohnya pada:

 Fraktur pelvis

 Trauma non – penetrasi

3) Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit

a. Pengambilan contoh darah dan urine

Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan


laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium
khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa,
amilase.

b. Pemeriksaan rontgen

Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan


pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita
dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retro peritoneum atau udara bebas di bawah
diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.

c. Study kontras urologi dan gastrointestinal

Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon


ascendensatau decendens dan dubur.

B. Telaah jurnal
1) Hasil telaah jurnal yang pertama.

10
 Judul jurnal :

KASUS SERIAL RUPTUR LIEN AKIBAT TRAUMA ABDOMEN:


Bagaimana pendekatan diagnosis dan penatalaksanaannya.

 Nama peneliti : Mochammad Aleq Sander

 Tujuan :

Untuk menentukan diagnosis trauma tumpul dengan diperlukan anamnesia


adanya riwayat trauma abdomen bagian kiri bawah, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, yang menunjukkan tanda tanda trauma tumpul
dengan ruptur klien.

 Hasil :

Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa penatalaksanaan pada pasien trauma


abdomen untuk menegakan diagnosis secara cepat.

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium pada kasus tersebut


didiagnosis dengan “syok hemorrhagik kelas III ec suspek ruptur organ solid
ec trauma tumpul abdomen”.

Pemeriksaan fisik trauma (primary survey) didapatkan airway (A):clear;


breathing (B): bentuk dan gerak simetris, vesicular breath sound simetris
kanan dan kiri, ronchi dan wheezing negatif;circulation (C): nadi 120x/menit,
tensi 85/50mmHg, cappilary refill time 4 detik; disability: GCS 15, pupil bulat
isokor, reflekcahaya positif.

Pada secondary survey (pemeriksaan head to toe) tampak konjungtiva anemis.


Regio abdomen hanya didapatkan vulnus ekskoriatum (luka lecet). Bising usus
masih ada tapi terdengar lemah. Didapatkan nyeri tekan diseluruh perut. Pada
pemeriksaan bagian tubuh lainnya tidak didapatkan kelainan yang berarti
selain vulnus ekskoriatum di tangan dan kaki.

Pemeriksaan penunjang lanjutan yang dilakukan adalah pemeriksaan USG


FAST (Focused Abdomen with Sonography for Trauma) guna mengetahui ada
tidaknya cairan bebas intraabdomen.

11
Tindakan emergency pada pasien tersebut di UGD adalah resusitasi cairan
RL sebanyak 2000cc, pemasangan kateter untuk monitoring diuresis dan NGT
untuk dekompresi abdomen. Pemberian antibiotika profilaksis dan H2 blocker
untuk mencegah stress ulcer. Dilakukan persiapan transfusi darah dengan Pack
Red Cell (PRC). jika tidak ada respon setelah dilakukan penanganan, maka
dilakukan tindakan surgical resuscitation untuk menghentikan pendarahan
secara langsung.

 Kesimpulan :
Ruptur lien sering disebabkan akibat trauma tumpul pada perut bagian atas
dengan manifestasi klinis berupa anemis, peritonismus, dan adanya Kerh’s
sign sebagai tanda patognomonis. Diagnosis harus segera ditegakkan saat
masuk di IGD dengan mengenali tanda dan gejala serta di dukung alat
penunjang diagnostik yang memadai. USG portable hendaknya harus selalu
ada di setiap IGD, karena alat ini merupakan alat non-invasif yang dengan
cepat dapat mengetahui adanya perdarahan intraabdomen.Tindakan
splenectomy total dilakukan apabila lien tidak mungkin dipertahankan akibat
robekan parenkim yang berat disertai perdarahan aktif yang hebat.

2) Hasil telaah jurnal yang kedua.


 Judul
MODALITAS DIAGNOSTIK PADA KASUS KEGAWAT DARURATAN
TRAUMA TUMPUL ABDOMEN.
 Nama peneliti: Irma Liani dan Fuad Iqbal Eka Putra
 Tujuan penelitian:
Untuk mengetahui dan membahas apa saja penegakan diagnosis trauma
tumpul abdomen.

 Metode penelitian:
Penulisan ini menggunakan metode studi artikel review. Sumber pustaka yang
digunakan dalam menyusun literatur ini menggunakan buku pedoman dan
penelitian penelitian terbaru yang didapat melalui proses literatur searching
12
terkait modalitas diagnostik kegawatdaruratan mengenai trauma tumpul
abdomen. Tahun penerbitan artikel yang digunakan adalah tahun 2011 sampai
tahun 2019.
 Hasil penelitian:
Hasil yang diperoleh terdapat beberapa penegakan diagnosis trauma tumpul
abdomen berupa skoring BATSS, FAST, dan DPL.
Diagnosis yang cepat pada cedera abdomen merupakan langkah yang penting
untuk penatalaksanaan selanjutnya untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
kasus trauma tumpul abdomen.
Pada pemeriksaan fisik terdapat beberapa tanda yang dapat dijadikan dasar
diagnosis trauma tumpul abdomen yang menyebabkan cidera organ
intraabdomen. Cidera tersebut biasanya memiliki gambaran pemeriksaan
fisikyang khas hasil dari trauma yang terjadi. Pemeriksaan tersebut yaitu:Lap
belt marks(berhubungan dengan ruptur usus halus),kontusio dengansteering
wheel shaped, ekimosis pada daerah panggul (Grey Turnersign)atau umbilicus
(Cullen sign) :mengindikasikan perdarahan retroperitoneal tetapi biasanya
timbul setelah beberapa jam sampai beberapa hari,distensi abdomen,terdengar
bising usus pada daerah thorak :mengindikasikan cedera pada diafragma,
bruitpada abdomen : mengindikasikan adanya penyakit vaskuler yang
mendasari atau adanya fistel arteriovenous fistula, nyeri tekan lokal atau difus,
disertai rigiditas : kemungkinan cedera peritoneum, krepitasi atau thoraciccage
yang tidak stabil mengindikasikan kemungkinan cedera lien atau hepar
(Legomedan Geibel, 2016).
Pemeriksaan penunjang pertama, Focus Assesment Sonography for Trauma
(FAST) merupakan suatu pemeriksaan yang mendeteksi ada tidaknya cairan
intraperitoeneal. Pemeriksaan FAST juga sangat berguna bagi pasien dengan
hemodinamik tidak stabil. Adapun keuntungan FAST yaitu pemeriksaan USG
bias dikerjakan oleh dokter“emergency” maupun residen bedah, tidak mahal,
tidak invasive dan “portable,menghindari resiko akibat penggunaan media
kontras, dapat menilai toraks dan rongga retroperitoneal disamping rongga
peritoneum, pemeriksaan serial dapat mendeteksi perdarahan yang terus
berlangsung dan meningkatkan ketepatan diagnostic. Adapun kekurangan
FAST adalah akurasinya tergantung pada kemampuan operator atau pembaca

13
hasil dan, posisi pasien saat pemeriksaan. Kedua, Blunt Abdominal Trauma
Scoring System (BATSS) memberikan sistem skor dengan akurasi tinggi
dalam mendiagnosis cedera organ intra-abdomen pada pasien trauma tumpul
abdomen. BATSS dapat memprediksi kapan CT scan diperlukan untuk
mendiagnosis cedera organ intra-abdomen akibat trauma tumpul abdomen.
Sistem ini juga dapat menekan biaya operasional kesehatan, mengurangi
paparan radiasi yang tidak perlu terhadap pasien, mengurangi waktu dalam
mendiagnosis, dan mencegah penumpukan pasien di ruang emergensi. Ketiga,
Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL) adalah suatu pemeriksaan yang
digunakan untuk menilai adanya darah di dalam abdomen.Pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan yanginvasif, cepat dengan akurasi test yang
tinggiuntuk menentukan adanya perdarahan atauruptur organ intraperitoneal.

 Kesimpulan:

Skoring BATSS, pemeriksaan FAST, DPL dan CT-Scan memiliki keuntungan


dan kerugian masing-masing. Untuk menentukan perforasi organ berongga
seperti usus, pemeriksaan DPL lebih disarankan. Pemeriksaan CT-Scan dapat
melihat cidera pada organ retroperitoneal.Sedangkan FAST dianjurkan
sebagaipemeriksaan awal yang cepat, tidak invasif dan bisa dilakukan pada
kondisi hemodinamik pasien yang tidak stabil sekalipun..

3) Hasil telaah jurnal yang ketiga

 judul jurnal :

Hubungan penatalaksanaan operatif trauma abdomen dan kejadian laparotomi


negatif di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

 Nama peneliti : Heber B. Sapan dan Harsali Lampus.

 Tujuan penelitian :

14
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan penatalaksanaan
operatif trauma abdomen dengan kejadian laparotomi negatif

 Metode :

Pada pasien tersebut dilihat hasil operasinya apakah laparotomi negatif atau
positif, serta jenis trauma abdomen apakah tumpul atau tajam. Variabel
penelitian ialah trauma abdomen tajam maupun tumpul sebagai variabel bebas,
serta laparotomi negatif dan positif sebagai variabel tergantung. Data yang
diperoleh ditabulasi dan diuji kemaknaannya dengan uji Fisher exact.

 Jumlah sampel :

37 orang pasien trauma abdomen yang ditatalaksana dengan laparotomi


eksplorasi di Bagian Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

 Hasil :

Hasil penelitian dari 37 pasien dengan trauma abdomen dan dilakukan


laparotomi mendapatkan hasil laparotomi positif (78,4%) lebih banyak
dibandingkan laparotomi negatif (21,6%). Hasil uji Fischer Exact terhadap
hubungan penatalaksanaan operatif trauma abdomen dengan kejadian
laparotomi negatif menunjukkan nilai P = 0,058 (<0,0001). Hal ini
memperlihatkan bahwa hasil laparotomi baik positif maupun negatif bukan
didasarkan pada jenis trauma tetapi berdasarkan hasil temuan intraoperatif.

Diagnosis dan penanganan yang tepat dari trauma abdomen merupakan unsur
terpenting dalam mengurangi kematian akibat trauma abdomen. Dalam
menegakkan diagnosis cedera akibat trauma tumpul sering tidak cukup dengan
pemeriksaan fisik saja, tetapi perlu pemeriksaan penunjang seperti foto
rontgen polos, pemeriksaan laboratorium, Focused assessment with
sonography in trauma(FAST), DPL, atau DPA. Dengan bertambah canggihnya
alat ultrasonografi dan pengalaman melakukan FAST, maka lama kelamaan
indikasi penggunaan DPL akan berkurang. Apabila penanganan dan
pemeriksaan tersebut belum memberikan hasil yang akurat. Maka akan
dilakukan tindakan laparotomi, yaitu prosedur bedah dengan membuat

15
sayatan di dinding perut untuk mendiagnosis serta mengobati masalah pada
organ dalam perut.

 kesimpulan:

Dari hasil penelitian dan bahasan tidak didapatkan adanya hubungan antara
penatalaksanaan operatif trauma abdomen dan kejadian laparotomi negatif.
Mengenai penanganan trauma tajam abdomen diberbagai pusat pelayanan
kesehatan masih terdapat perbedaan pendapat yang menganut laparotomi rutin.

BAB IV

PENUTUP

16
A. Kesimpulan

Trauma abdomen yang disebabkan benda tumpul biasanya lebih banyak menyebabkan
kerusakan pada organ-organ padat maupun organ-organ berongga pada abdomen
dibandingkan dengan trauma abdomen yang disebabkan oleh benda tajam.
Bagi seorang perawat dalam penanganan pasien yang mengalami trauma abdomen yaitu
perawat harus memperhatikan atau melakukan tindakan kegawatdaruratan yang cepat dan
tepat, terutama pada kasus trauma abdomen akibat cidera atau kecelakaan.
Untuk memudahkan pemberian tindakan darurat secara sepat dan tepat perlu dilakukan
prosedur tetap/protocol yang dapat digunakan setiap hari. Bila memungkinkan, sangat tepat
apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-buku yang diperlukan baik
untuk perawat maupun pasien.

B. Saran
Semoga makalah hasil telaah jurnal ini bermanfaat bagi pembaca, dan kami penulis
menerima segala kritik dan saran yang mendukung ubtuk makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Rana, Atif I.2004. ”Adrenal Gland Hematomas in Trauma Patients”, RSNA, vol 230, pp.
669–675

17
Guillon, F. (2011). Epidemiology ofAbdominal Trauma. CT of the AcuteAbdomen, Medical
Radiology Diagnostic Imaging. Berlin: Springer-Verlag p.15-26

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

18

Anda mungkin juga menyukai