OKSIGENASI
Disusun oleh:
DWI WIJAYANTI
2008113
OKSIGENASI
1. Pengertian
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolism untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup oksigen setiap kali bernafas
(Wartonah Tarwanto, 2006). Oksigen merupakan kebutuhan paling vital dalam
kehidupan manusia.
Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
oksigennya. Pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen
dengan menggunakan kanul dan masker, fisioterapi dada ,dan cara penghisapan
lendir(suction). Tujuan pemberian oksigenasi adalah : untuk mempertahankan oksigen
yang adekuat pada jaringan, untuk menurunkan kerja paru-paru dan untuk menurunkan
kerja jantung (Perry P. 2006).
3. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di
sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO²
dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Luasnya permukaan paru-paru.
b) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O²
dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena
vulmonalis.
d) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB
c. Transportasi
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
5. Patofisiologi
Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi lain
ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung,
sistem vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya. Namun fungsi tersebut dapat
terganggu disebabkan oleh penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung,
kekuatan kontraksi, aliran darah melalui kamar-kamar pada jantung, aliran darah
miokard dan sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari
arteri koroner tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu,
perubahan fungsi pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi.
Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme
seluler. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar
menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan
yang tidak adekuat pada tingkat jaringan.
6. Pathway
Sistem Pernafasan
Energi berkurang
Intoleransi Defisit
aktivitas perawatan diri
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigensadi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemempuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar
dan keadekuatan oksigen.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum / benda asing yang
menghambat jalan nafas.
f. Endoscopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Ct Scan
Untuk mengidentifikasi massa abnormal.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada gangguan oksigenasi, yaitu:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektik
1) Bersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suction
4) Jalan nafas buatan
b. Pola nafas tidak efektif
1) Atur posisi pasien (semi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan pertukaran gas
1) Atur posisi pasien / semi fowler
2) Pemberian oksigen
3) Suction
9. Komplikasi
Pemberian O2 bukan hanya memberikan efek terapi tetapi juga dapat
menimbulkan efek merugikan, antara lain :
a) Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh
karena itu klien dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok,
membuka alat listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan
listrik tanpa “Ground”.
b) Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat
pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi.
c) Keracunan O2
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam
waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru
seperti atelektasi dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di
paru akan terganggu (Harahap, 2010).
e. Dispnoe
menurun Skor
5
f. Penggunaan
otot bantu
napas
menurun skor
5
g. Ortopnoe
menurun skor
5
Skor 1 :
Meningkat
Skor 2 : cukup
meningkat
Skor 3 : sedang
Skor 4 : Cukup
menurun
Skor 5 : menurun
h. Frekuensi
napas
membaik
2 Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
napas tidak tindakan keperawatan 1. Observasi
efektif 2x 24 jam bersihan - Identifikas kemampuan
berhubungan jalan napas batuk
dengan meningkat dengan - Monitor adanya retensi
hipersekresi kriteria hasil:. a. sputum
jalan napas Batuk efektif - Monitor tanda dan
meningkat Skor 4 gejal infeksi
- Monitor input dan
Skor 1 : menurun output cairan ( misalnya
Skor 2 : cukup jumlah dan
Skor 3 : Sedang karakteristik )
Skor 4 : Cukup 2. Terapeutik
meningkat - Atur posisi semi fowler
Skor 5 : Meningkat - Buang sekret pada
tempat sputum
b. Produksi sputum 3. Eduksai
meningkat Skor 3 - Jelaskan Tujuan dan
c. Frekuensi napas prosedur Batuk efektif
membaik Skor 4 4. Kolaborasi
d. Pola napas - Kolaborasi pemberian
membaik Skor 5 mukolitik atau
Skor 1 : ekspektoran jika perlu
meningkat
Skor 2 : Cukup Manajemen Jalan
meningkat Napas
Skor 3 : Sedang 1.Observasi
Skor 4 : Cukup - Monitor Pola napas
menurun ( Frekuensi,kedalaman,u
Skor 5 : Menurun saha napas )
e. Mengi menurun - Monitor bunyi napas
Skor 4 tambahan
f. Whezing menurun ( Gurgling,mengi,whezin
skor 4 g,Ronkhi )
Skor 1 : Membaik 2. Terapeutik
Skor 2 : Cukup - Posisikan semi fowler
Memburuk - Berikan minuman
Skor 3 : Sedang Hangat
Skor 4 : Cukup - Berikan Oksigenasi
membaik 3. Edukasi
Skor 5 : Membaik - Anjurkan asupan cairan
200 ml/Hari Jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektora
n,mukolitik,jika perlu
Pemantauan Respirasi
1.Observasi
- Monitor frekuensi
irama,kedalaman dan
upaya napas
- Monitor pola napas
( bradipneu,takipnea,hip
erventilasi,hipoventilasi,
kusmaul )
-Monitor saturasi
oksigen
- Auskultasi bunyi napas
2. Terapeutik
- Atur interval
pemantaun Respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan