Anda di halaman 1dari 6

Kondisi Topografi

Keadaan topografi Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh keadaan tanah yang berbukit yang
berada di sebelah selatan (Pegunungan Kapur Selatan) dan sebelah utara (Pegunungan Kapur 
Utara) yang mengapit dataran rendah yang berada di sepanjang aliran Bengawan Solo yang
merupakan  daerah pertanian yang subur. 

Dari  tabel  tersebut  dapat  dilihat  wilayah  Kabupaten  Bojonegoro  didominasi  oleh  lahan 
dengan kemiringan yang relatif datar. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada tabel bahwa 91,26
% wilayah Kabupaten Bojonegoro memiliki kemiringan antara 0-15%.Kabupaten
Bojonegoro tergolong wilayah dengan dataran rendah, namun masih ada daerah
yang merupakan dataran tinggi
yaitu termasuk dalam Zona Pegunungan Kendeng bagian barat. 

Menurut Van Bemmelen (1949), Pegunungan Kendeng dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian 
barat  yang  terletak  di  antara  Gunung  Ungaran  dan  Solo  (sebelah  utara  Ngawi),  bagian 
tengah  yang 
membentang hingga Jombang dan bagian timur mulai dari timur Jombang hingga Delta Sung
ai 
Brantas dan menerus ke Teluk Madura. Kabupaten Bojonegoro termasuk dalam Zona Kenden
g  bagian barat.  Permukaan  tanah  di  Kabupaten  Bojonegoro  rata‐rata  berada  pada 
ketinggian  dari 
permukaan laut yang relatif rendah, yaitu berada pada ketinggian antara 25 ‐ 500 m dari perm
ukaan  laut.
Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa disepanjang daerah aliran sungai Bengawan
Solo merupakan daerah dataran rendah, sedangkan dibagian selatan merupakan dataran tinggi
disepanjang kawasan gunung Pandan, Kramat dan Gajah. Bengawan Solo mengalir dari
selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tengah, kemudian mengalir ke arah timur, di
sepanjang wilayah utara Kabupaten Bojonegoro. Bagian utara merupakan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif. Kawasan
pertanian umumnya ditanamai padi pada musim penghujan dan tembakau pada musim
kemarau. Bagian selatan adalah pegunungan kapur, bagian dari rangkaian Pegunungan
Kendeng. Bagian barat laut (berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari rangakaian
Pegunungan Kapur Utara.

Gambar 3 menunjukkan pembentukan dataran aluvial di Bojonegoro yang secara

alami identik dengan kejadian banjir berulang. Pembentukan dataran ini berlangsung dalam

tempo yang relatif lama karena tenaga air mengalir pada badan sungai yang datar. Proses

pengikisan tanah yang terjadi yakni secara horizontal, dengan mengikis tebing sungai.
Kondisi Geologi

Lapisan tanah sebagian terdiri atas lapisan grumosol, latosol dan litosol, lapisan alluvial dan
lapisan mediteranian. Lapisan grumosol merupakan bagian terluas yang terbentang di bagian
selatan, yaitu pada jalur utama yang membelah Kabupaten Bojonegoro. Lapisan alluvial
berada di sepanjang aliran Bengawan Solo. Sementara lapisan mediteranian terdiri atas batu
cadas, kurang mengandung air tanah serta kurang subur untuk pertanian yang sebagian di
kawasan hutan.

Secara umum kondisi tanah di Bojonegoro merupakan tanah gerak

yaitu jenis tanah yang jika terkena air memuai dan apabila terkena panas retak

sehingga komposisi tanah ini mudah bergeser


Bidang geologi yang mempelajari fenomena pada jaman/periode Kuarter dikelompokan
sebagai Geologi Kuarter yang meliputi berbagai kajian geologi antara lain volkanisme,
perubahan iklim, paleoantropologi, paleontologi vertebrata Kuarter dan geoarkeogeologi.
Kuarter adalah periode waktu relatif termuda/teratas dalam Skala Waktu Geologi, yang
merupakan bagian dari jaman Kenozoikum. Periode Kuarter terdiri dari dua sub-periode
(masa) yaitu Plestosen (dilluvium, jaman Es) dan Holosen (recent, aluvium) (Flint, 1957: 20).
Geo-arkeologi adalah kajian multidisiplin yang melibatkan penerapan bidang ilmu
pengetahuan alam (seperti matematika, fisika, kimia dan biologi) dan ilmu kebumian (earth
science atau geoscience) untuk memberikan interpretasi terhadap permasalahan arkeologi di
mana situs-situs arkeologi kebanyakan terdapat pada lapisan sedimen berumur Kuarter. Di
sekitar Bengawan Solo banyak dijumpai endapan-endapan sedimen berumur Kuarter.
Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa, yaitu sekitar 548 km. Hulu
sungai berasal dari dua tempat yaitu di kawasan Gunung Merapi dan pegunungan kidul
(Wonogiri). Keduanya kemudian bertemu dengan aliran Sungai Madiun di Ngawi yang
hulunya terletak di lereng barat Gunung Wilis. Selanjutnya di daerah Ujungpangkah (Gresik)
Bengawan Solo bermuara ke Laut Jawa. Aliran Bengawan Solo yang sekarang mengarah ke
utara (Laut Jawa) dahulu pernah mengalir ke arah selatan. Pantai Sadeng di bagian tenggara
Daerah Istimewa Yogyakarta diduga sebagai "muara" Bengawan Solo purba (Utomo, 2007).
Di dalam perjalanannya ke arah hilir (yaitu ke Laut Jawa) sungai ini memotong Zona
Randublatung, Zona Kendeng dan Zona Solo (yang berada di selatan Zona Kendeng).

Bengawan Solo dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu Zona Hulu, Zona Tengah, dan Zona
Hilir. Zona Hulu meliputi daerah hulu Kali Tenggar, hulu Kali Muning, hulu Waduk Gajah
Mungkur serta sebagian Kabupaten Wonogiri dengan penampang sungai yang berbentuk
huruf "V". Zona Tengah meliputi daerah hilir Waduk Gajah Mungkur, sebagian Kabupaten
Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Kota Sala, Kabupaten Sragen, sebagian
Kabupaten Ngawi dan sebagian Tempuran (hilir) Kali Madiun. Zona Hilir meliputi daerah
sebagian Tempuran (hilir) Kali Madiun, sebagian Kabupaten Ngawi, Blora, Bojonegoro,
Lamongan, Tuban dan berakhir di Desa Ujungpangkah, Gresik. Bengawan Solo termasuk
dalam kategori sungai tua yang dicirikan oleh antara lain bentuk sungainya yang berkelok-
kelok (meandering pattern), terdapatnya gosong pasir (point bar) dan teras purba. Teras purba
Bengawan Solo yang berumur Kuarter telah menarik banyak para ahi geologi, paleontologi
dan arkeologi. Bagi bidang keilmuan arkeologi keberadaan teras purba mempunyai peranan
yang penting terutama sebagai sumber data untuk kajian budaya, kehidupan dan lingkungan
jaman paleolitikum.

Anda mungkin juga menyukai