Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Penyuluhan Anti Narkoba Taufik Hidayat, Dr., M.Kes. Psikolog

Memahami Konsep Recovery Adiksi dan Metode Rehabilitasi


(Aspek penting pemulihan dan edukasi, Physical recovery Process,
Mental recovery Process)

OLEH KELOMPOK 1 :

Ahmad Ansari (180104020293)


Maessy Shopya (180104020300)
Nuurmaydasyare (180104020024)

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ANTASARI

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

BANJARMASIN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Memahami Konsep Recovery Adiksi dan Metode Rehabilitasi” (Aspek penting pemulihan
dan edukasi, Physical recovery Process, Mental recovery Process) ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Taufik Hidayat,
Dr., M.Kes. Psikolog selaku dosen mata kuliah Penyuluhan Anti Narkoba yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai pengetahuan tentang Metode dan Teknik Penyuluhan. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Banjarmasin, 11 Maret 2021

PENULIS

2
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2

BAB I....................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.................................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................5

C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................5

BAB II...................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN...................................................................................................................................6

A. Konsep Recovery Adiksi...............................................................................................................6

B. Dampak Penyakit Adiksi...............................................................................................................7

C. Definisi Rehabilitasi......................................................................................................................8

D. Penanganan Awal Ketergantungan Narkoba.....................................................................................9

E. Bantuan Rehabilitasi......................................................................................................................11

F. Metode Rehabilitasi.....................................................................................................................11

G. Tahapan Rehabilitasi Medis...........................................................................................................12

BAB III................................................................................................................................................14

PENUTUP...........................................................................................................................................14

A. SIMPULAN.............................................................................................................................14

B. SARAN...................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah penyalahgunaan narkoba saat ini sangat mengkhawatirkan. Hal ini
dikarenakan pengguna narkoba tidak hanya berasal dari masyarakat kota melainkan
masyarakat desa yang juga merupakan pengguna narkoba. Masalah penyalahgunaan narkoba
mempunyai tingkat bahaya yang kompleks. Penggunaan narkoba dapat merusak pola
kehidupan keluarga, masyarakat, serta kehidupan yang dapat mengancam kelangsungan
hidup generasi bangsa. Saat ini pengguna terbesar narkoba adalah anak-anak dan remaja.
Remaja rentan menjadi sasaran peredaran narkoba karena mental dan rasa ingin tau serta
keinginan untuk mencoba yang tinggi. Selain itu penyebab remaja menggunakan narkoba
yaitu kurangnya pengendalian diri, konflik individu, kurangnya control keluarga, kurangnya
pendidikan mengenai bahaya narkoba, serta kurangnya penerapan disiplin dan tanggung
jawab pada remaja.

Faktor yang menyebabkan seseorang menggunakan narkoba bisa terjadi dari dalam
diri sendiri maupun dari lingkungan. Narkoba tidak memandang usia, status sosial dan latar
belakang seseorang, bahkan yang semakin menyedihkan narkoba menyerang seseorang
dalam usia produktif dan akan berdampak langsung dengan merosotnya kualitas manusia,
juga dibarengi dengan meningkatnya jumlah dan kualitas dari kejahatan, bukan hanya
kejahatan kelas teri tetapi juga kejahatan kelas kakap serta dengan sikap sadis, antara lain
dengan penyiksaan, perampokan dengan pembunuhan ada juga terjadi hanya demi narkoba
seorang anak tega membunuh orang tua sendiri. Serta dampaknya dapat mengubah sikap
seseorang, dulu mereka terkenal dengan sikap dan tingkah laku yang sangat terpuji, kemudian
berubah menjadi anak yang kejam, bengis, tidak punya prikemanusiaan, akhlak yang sangat
rendah dll. Penyalahgunaan narkoba terjadi karena korban kurang atau 1 2 tidak memahami
apa narkoba itu sehingga dapat dibohongi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab
(pengedar).

Rehabilitasi narkoba merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan para


pengguna dari belenggu narkoba. Ada banyak metode yang dapat dilakukan dalam
memahami cara pemulihan pecandu narkoba dan metode rehabilitasi sehingga penulis ingin

4
mengetahui lebih lanjut apa saja metode yang dapat dilakukan dalam Memahami Konsep
Recovery Adiksi dan Metode Rehabilitasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Recovery Adiksi ?
2. Apa Dampak dari Penyakit Adiksi ?
3. Apa Definisi Rehabilitasi ?
4. Bagaimana Penanganan, Metode dan Tahapan Rehabilitasi ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memahami Konsep Recovery Adiksi
2. Untuk mengetahui Dampak dari penyakit Adiksi.
3. Untuk memahami Definisi Rehabilitasi
4. Untuk memahami Penanganan, Metode dan Tahapan Rehabilitasi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Recovery Adiksi


a. Adiksi

Adiksi merupakan suatu kondisi ketergantungan fisik dan mental terhadap hal-hal
tertentu yang menimbulkan perubahan perilaku bagi orang yang mengalaminya. Dalam
adiksi, terdapat tuntutan dalam diri penyalahguna narkoba untuk menggunakan secara terus
menerus dengan disertai peningkatan dosis terutama setelah terjadinya ketergantungan secara
fisik dan psikis serta terdapat pula ketidak mampuan untuk mengurangi atau menghentikan
konsumsi narkoba meskipun sudah berusaha keras. Adiksi atau ketergantungan terhadap
narkoba merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami ketergantungan secara fisik
dan psikologis terhadap suatu zat adiktif. Adiksi narkoba adalah suatu masalah yang sangat
kompleks. Untuk itu perlu dipahami bagaimana karakteristik adiksi itu sendiri. Roger &
McMillins (1991) mengatakan bahwa adiksi dapat digolongkan sebagai suatu penyakit yang
memiliki kriteria sebagai berikut :
 Merupakan penyakit primer
 Seringkali tidak diperlukan suatu kondisi awal khusus untuk dapat menyebabkan
seseorang menjadi penyalahguna.
 Kronis
 Penyakit adiksi ini merupakan kondisi yang berulangkali kambuh dan terus menerus
menerus menginggapi penyalahguna narkoba seumur hidupnya. Yang mendorong
dirinya untuk tidak terjerumus adalah dukungan dari lingkungannya (terutama keluarga
sebagai kelompok sosial inti), adaptasi sikap sesuai dalam menghadapi masalah ini, dan
komitmen pribadi yang lagi-lagi muncul selain dari dalam diri penyalahguna, juga
karena dukungan lingkungannya.
 Progresif
 Penyakit adiksi dengan kondisi fisik dan psikologis penderita semakin lama akan
mengarah pada keadaan yang memburuk.
 Potential fatal
 Bila tidak ditolong dapat mengakibatkan kematian atau mengalami komplikasi medis,
psikologis dan sosial yang serius.

6
B. Dampak Penyakit Adiksi
Bagi penyalahguna, dalam kecanduan seseorang terdapat suatu lingkaran yang tidak
berhenti kecuali seseorang mulai melakukan intervensi (memutuskan pola adiksi tersebut)
pada intinya, lingkaran ini menjelaskan ketidaknyamanan yang dialami seorang
penyalahguna dimana dia menggunakan narkoba sebagai sarana untuk meningkatkan
kondisinya, yang selanjutnya justru akan mendorong penyalahguna tersebut untuk
mengalami rasa tidak nyaman kembali.
Keadaan fisik dan psikis yang muncul ketika penyalahguna narkoba mulai mengalami
ketergantungan narkoba menyebabkan ketidaknyamanan yang ditunjukan oleh perubahan
perilaku dan ekspresi verbal dan non vebal. Pola perilaku negatif pada diri penyalahguna
narkoba tersebut menambah parah keadaan psikis yang sebaliknya akan juga memperburuk
keadaan perilaku penyalahguna narkoba tersebut. Berbagai macam pola negative (fisik,
psikis, dan perilaku) mendorong penyalahguna narkoba untuk harus mengkonsumsi narkoba,
hal ini akan memperburuk kembali keadaan fisik dan psikisnya dan akan membentuk perilaku
yang semakin negatif.
Tahap-tahap perubahan : Sebagai suatu penyakit kronis, adiksi tidak dapat disembuhkan.
Pulih merupakan kata yang lebih tepat dalam menggambarkan upaya seseorang mengatasi
penyakit ini. Pemulihan (recovery) seorang penyalahguna narkoba berlangsung seumur hidup
dimana dia dan lingkungannya harus berjalan beriringan dalam mempertahankan pemulihan
mereka. Tujuan pemulihan diawali oleh stabilitas fisik penyalahguna. Selanjutnya diarahkan
agar penyalahguna memandang dirinya serta lingkungannya melalui sudut pandang yang
positif disertai dengan penerimaan diri, sehingga penyalahguna menyadari dirinya sebagai
individu yang memiliki peran, hak serta kewajiban di dalam masyarakat.
Dalam proses tersebut penyalahguna tidak akan dapat mempertahankan pemulihannya
jika tidak didukung oleh pola interaksi yang sehat dengan lingkungan. Pada dasarnya
program pemulihan ditargetkan kepada proses reintegrasi penyalahguna ke masyarakat umum
dimana dirinya memiliki peran serta kualitas hidup yang memadai untuk hidup wajar sebagai
bagian dari masyarakat. Memotivasi individu yang mengalami ketergantungan pada narkoba
untuk mau menghentikan pola penggunaan zatnya bukanlah hal mudah. Ada tahap-tahap
perubahan yang dialami oleh seorang penyalahguna narkoba yang mempengaruhi proses
pemulihannya.

Beberapa gejala yang menandakan seseorang sudah dalam tahap kecanduan antara lain
keinginan untuk mengonsumsi narkoba setiap hari atau beberapa kali dalam sehari, dosis

7
yang dibutuhkan semakin lama semakin besar, keinginan menggunakan narkoba tak bisa
ditahan. Pengguna juga memastikan suplai narkoba terus tersedia dan bersedia menghabiskan
uang hanya untuk membeli narkoba, bahkan rela melakukan tindakan kriminal untuk
mendapatkannya.

Beberapa gejala yang dapat muncul akibat pemakaian narkoba berkelanjutan yakni gangguan
pola pikir, daya ingat berkurang, serta merasakan keinginan kuat yang sulit dibendung untuk
menggunakan narkoba.

Dari sisi sosial, pecandu narkoba tampak menarik diri dari keluarga maupun lingkungan yang
lebih luas dan lalai dalam memenuhi kewajiban dan aktivitas, seperti bekerja atau sekolah,
juga sering melakukan hal-hal yang berisiko membahayakan diri sendiri dan orang lain,
misalnya mengendarai kendaraan bermotor saat berada di bawah pengaruh narkoba.

Bagi pengguna remaja, tampak penurunan prestasi ataupun menjadi sering tidak masuk
sekolah dan tidak tertarik aktivitas lain di sekolah. Tampak kehilangan energi dan motivasi,
serta berpakaian tidak pantas. Penguna remaja juga tampak semakin sering mengurung diri
dan terjadi perubahan drastis dalam bersosialisasi dengan teman dan keluarga.

C. Definisi Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah suatu proses pemulihan pasien gangguan penggunaan narkotika baik
dalam jangka waktu pendek ataupun panjang yang bertujuan mengubah perilaku mereka agar
siap kembali ke masyarakat (Kemenkes, 2010). Rehabilitasi narkotika juga merupakan upaya
terapi (intervensi) berbasis bukti yang mencakup perawatan medis, psikososial atau
kombinasi keduanya baik perawatan rawat inap jangka pendek ataupun jangka panjang
(Kemenkes, 2011). Definisi lain mengatakan bahwa rehabilitasi narkoba adalah sebuah
tindakan represif yang dilakukan bagi pencandu narkoba (Psychologymania, 2012).
Tujuannya adalah untuk membantu klien mempertahankan kondisi bebas narkoba dan
memulihkan fungsi fisik, psikologis dan sosial (Kemenkes, 2011). Tindakan rehabilitasi
ditujukan kepada korban dari penyalahgunaan narkoba untuk memulihkan atau
mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosial penderita yang bersangkutan. Selain
untuk memulihkan, rehabilitasi juga sebagai pengobatan atau perawatan bagi para pecandu
narkotika, agar para pecandu dapat sembuh dari kecanduannya terhadap narkotika
(Psychologymania, 2012).

8
Pada tahun 2014 pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Bersama tentang
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga
Rehabilitasi. Merujuk pada Undang-Undang no 35 tahun 2009 tentang narkotika dan
Peraturan Pemerintah no 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu
Narkotika, inilah dasar hukum untuk upaya dan langkah menyelamatkan pengguna narkoba.

Rehabilitasi dibedakan menjadi 2 macam yaitu meliputi :

a. Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika. Rehabilitasi Medis pecandu
narkotika dapat dilakukan di Rumah Sakit yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan yaitu
rumah sakit yang diselenggarakan baik oleh pemerintah, maupun oleh masyarakat. Selain
pengobatan atau perawatan melalui rehabilitasi medis, proses penyembuhan pecandu
narkotika dapat diselenggarakan oleh masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan
tradisional.
b. Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik secara
fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan
fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. Yang dimaksud dengan bekas pecandu
narkotika disini adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan
dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik maupun psikis
(Psychologymania, 2012).

Tindakan rehabilitasi ini merupakan tindakan yang bersifat represif yaitu penanggulangan
yang dilakukan setelah terjadinya tindak pidana, dalam hal ini narkotika, yang berupa
pembinaan atau pengobatan terhadap para pengguna narkotika. Dengan upaya-upaya
pembinaan dan pengobatan tersebut diharapkan nantinya korban penyalahgunaan
narkotika dapat kembali normal dan berperilaku baik dalam kehidupan bermasyarakat
(Psychologymania, 2012).

D. Penanganan Awal Ketergantungan Narkoba


Kunci rehabilitasi narkoba adalah melakukannya secepat mungkin. Untuk itu
diperlukan psikiater atau ahli adiksi yang dapat menangani masalah ketergantungan narkoba.
Sebagaimana pecandu lain, pecandu narkoba seringkali menyangkal kondisinya dan sulit

9
diminta untuk melakukan rehabilitasi. Biasanya dibutuhkan intervensi dari keluarga atau
teman untuk memotivasi dan mendorong pengguna narkoba untuk mau menjalani
rehabilitasi.

 Pengobatan medis

Penanganan dengan obat-obatan akan dilakukan dalam pengawasan dokter, tergantung


dari jenis narkoba yang digunakan. Pengguna narkoba jenis heroin atau morfin, akan
diberikan terapi obat seperti methadone. Obat ini akan membantu mengurangi keinginan
memakai narkoba. Obat jenis lain yang dapat digunakan untuk membantu rehabilitasi
narkoba, adalah naltrexone. Namun, obat ini memiliki beberapa efek samping dan hanya
diberikan pada pasien rawat jalan, setelah ia menerima pengobatan
detoksifikasi. Naltrexone akan menghalangi efek narkoba berupa perasaan senang, bahagia,
sehat, dan meredanya rasa sakit, serta mengurangi keinginan untuk mengonsumsi narkoba.

 Konseling

Konseling merupakan bagian penting dalam mengobati penyalahgunaan narkoba.


Konseling yang dilakukan oleh konselor terhadap pengguna narkoba dalam rehabilitasi akan
membantu si pengguna mengenali masalah atau perilaku yang memicu ketergantungan
tersebut. Konseling biasanya dilakukan secara individu. Meski demikian, tak tertutup
kemungkinan untuk melakukan konseling secara berkelompok.

Konseling bertujuan untuk membantu program pemulihan, seperti memulai kembali


perilaku hidup sehat ataupun strategi menghadapi situasi yang berisiko penggunaan narkoba
kembali terulang. Konselor bertanggung jawab untuk memahami bagaimana kecanduan
narkoba pada seseorang secara keseluruhan, sekaligus memahami lingkungan sosial yang ada
di sekitarnya untuk mencegah terulangnya penyalahgunaan narkoba.

Penanganan untuk mengatasi dampak ketergantungan narkoba perlu melibatkan


berbagai aspek lainnya, seperti aspek sosial dan dukungan moral dari orang terdekat dan
lingkungan sekitar. Tak jarang pecandu narkoba dapat kembali beraktivitas normal dan
menjalani hidup dengan lebih baik setelah menjalani penanganan medis, ditambah dukungan
moral dan sosial yang baik.

10
E. Bantuan Rehabilitasi
Bantuan rehabilitasi bagi para pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkoba
di Indonesia merujuk pada Peraturan Bersama tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan
Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi yang diterbitkan pada
tahun 2014. Bantuan rehabilitasi juga merujuk pada Undang-Undang No. 35 tahun 2009
tentang Narkotika dan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2011.

Kedua peraturan ini memastikan para pengguna narkoba mendapatkan layanan rehabilitasi
yang diperlukan dan tidak lagi ditempatkan sebagai pelaku tindak pidana atau kriminal.

Mereka dapat melaporkan diri pada Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) resmi yang
tersebar di seluruh Indonesia, yang terdiri dari Rumah Sakit, Puskesmas, serta Lembaga
Rehabilitasi Medis, baik milik pemerintah atau swasta. Sejak diresmikan pada tahun 2011,
kini jumlah IPWL di seluruh Indonesia sudah mencapai 274 institusi.

Seluruh IPWL yang tersedia memiliki kemampuan melakukan rehabilitasi medis, termasuk


terapi untuk menangani gejala, program detoksifikasi, terapi penyakit komplikasi, maupun 
konseling. Sedangkan IPWL berbasis rumah sakit, juga dapat memberikan rehabilitasi medis
yang memerlukan rawat inap.

F. Metode Rehabilitasi
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI no 420/MENKES/SKIII/2010, rehabilitasi
pecandu narkotika dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Rehabilitasi Jangka Pendek (Short Term)

Lama perawatan berlangsung antara 1 sampai dengan 3 bulan tergantung dari kondisi dan
kebutuhan pasien. Pendekatan yang dapat dilakukan ke arah medik dan psikososial. Masalah
medis masih menjadi fokus utama, asesmen dilakukan secara lengkap termasuk pemeriksaan
penunjang medis. Asesmen yang perlu dilakukan pada model terapi ini antara lain :

- Evaluasi masalah penggunaan narkotika (jenis, jumlah, lama pemakaian, dampak yang
ditimbulkan, keinginan untuk berhenti).

- Evaluasi medis : riwayat penyakit, kondisi fisik saat ini dan penyakitpenyakit-penyakit
lain yang terkait dengan penggunaan narkotika.

- Evaluasi psikologis melalui wawancara dan tes psikologi

11
- Evaluasi sosial : riwayat keluarga, pendidikan , pekerjaan dan hubungan sosial

- Evaluasi tentang kegiatan agama, penggunaan waktu senggang dan kehidupan pribadi
lainnya.

Untuk melakukan asesmen memerlukan suatu hubungan terapeutik yang terbina antara
pasien dengan terapis dan hasil asesmen tersebut menjadi acuan untuk terapi selanjutnya.
Pengobatan dapat dilanjutkan dengan rawat jalan atau bila masalah yang dihadapi pasien
khususnya perilaku belum memungkinkan, dapat dilanjutkan dengan rehabilitasi jangka
panjang.

2. Rehabilitasi Jangka Panjang

Lama perawatan rehabilitasi jangka panjang adalah 6 bulan atau lebih. Dalam hal ini
modalitas terapi yang dimaksudkan adalah Therapeutic Community (TC) yang menggunakan
pendekatan perubahan perilaku. Therapeutic Community (TC) direkomendasikan bagi pasien
yang sudah mengalami masalah penggunaan NAPZA dalam waktu lama dan berulang kali
kambuh atau sulit untuk berada dalam kondisi abstinen atau bebas dari NAPZA.

G. Tahapan Rehabilitasi Medis

Ada tiga tahap rehabilitasi narkoba yang harus dijalani, yaitu:

- Tahap pertama, tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), yaitu proses di mana pecandu
menghentikan penyalahgunaan narkoba di bawah pengawasan dokter untuk mengurangi
gejala putus zat (sakau). Pada tahap ini pecandu narkoba perlu mendapat pemantauan di
rumah sakit oleh dokter.

- Tahap kedua, tahap rehabilitasi non medis, yaitu dengan berbagai program di tempat
rehabilitasi, misalnya program therapeutic communities (TC), pendekatan keagamaan, atau
dukungan moral dan sosial.

- Tahap ketiga, tahap bina lanjut, yang akan memberikan kegiatan sesuai minat dan bakat.
Pecandu yang sudah berhasil melewati tahap ini dapat kembali ke masyarakat, baik untuk
bersekolah atau kembali bekerja.

Permohonan rehabilitasi narkoba dapat dilakukan melalui situs daring milik Badan
Narkotika Nasional (BNN).

12
Ada beberapa syarat  yang perlu dipenuhi sebelum seseorang dapat menjalani program
rehabilitasi narkoba tersebut, antara lain kelengkapan surat permohonan rehabilitasi, hasil tes
urine, hasil pemeriksaan medis secara keseluruhan, kesediaan orang tua atau wali yang dapat
mewakili, dan persyaratan administratif lainnya. Indonesia juga telah memiliki beberapa
rumah sakit khusus penanggulangan narkoba, di antaranya Rumah Sakit Ketergantungan
Obat (RSKO) yang berada di kawasan Jakarta Timur. Rumah sakit yang didirikan tahun 1972
itu memang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang secara khusus
memberikan layanan kesehatan di bidang penyalahgunaan narkoba.

Yang  perlu dipahami, proses  melepaskan diri dari narkoba untuk penggunanya
tidaklah mudah. Selain menjalani rehabilitasi narkoba, mereka juga membutuhkan dukungan
keluarga dan masyarakat agar dapat kembali menjalani hidup sehat dan produktif. Jika Anda
atau orang yang Anda kenal sedang berjuang untuk melawan ketergantungan narkoba, jangan
ragu untuk berkonsultasi ke psikiater.

13
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Adiksi merupakan suatu kondisi ketergantungan fisik dan mental terhadap hal-hal tertentu
yang menimbulkan perubahan perilaku bagi orang yang mengalaminya. Dalam adiksi,
terdapat tuntutan dalam diri penyalahguna narkoba untuk menggunakan secara terus menerus
dengan disertai peningkatan dosis terutama setelah terjadinya ketergantungan secara fisik dan
psikis serta terdapat pula ketidak mampuan untuk mengurangi atau menghentikan konsumsi
narkoba meskipun sudah berusaha keras. Adiksi atau ketergantungan terhadap narkoba
merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami ketergantungan secara fisik dan
psikologis terhadap suatu zat adiktif. Adiksi narkoba adalah suatu masalah yang sangat
kompleks.

Rehabilitasi adalah suatu proses pemulihan pasien gangguan penggunaan narkotika baik
dalam jangka waktu pendek ataupun panjang yang bertujuan mengubah perilaku mereka agar
siap kembali ke masyarakat (Kemenkes, 2010). Rehabilitasi narkotika juga merupakan upaya
terapi (intervensi) berbasis bukti yang mencakup perawatan medis, psikososial atau
kombinasi keduanya baik perawatan rawat inap jangka pendek ataupun jangka panjang
(Kemenkes, 2011). Definisi lain mengatakan bahwa rehabilitasi narkoba adalah sebuah
tindakan represif yang dilakukan bagi pencandu narkoba (Psychologymania, 2012).

B. SARAN
Mohon maaf apabila makalah yang saya buat ini terdapat banyak kesalahan baik
dalam penulisan ataupun pembahasan karena yang benar dan sempurna datangnya hanya dari
Allah SWT dan kesalahan dan kekhilafan datang dari diri penulis saya sendiri. Oleh
karenanya, penulis  meminta kritik dan saran untuk memajukan dan meminimalisir kesalahan
ataupun kekurangan dari makalah ini. Terimakasih atas segala pasrtipasinya.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/tahapan-rehabilitasi-narkoba

BNN, 2012. Bimbingan Teknis Rehabilitasi Berbasis Masyarakat. Jakarta: Direktorat


Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat, Deputi Bidang Rehabilitasi BNN.

Hall, K., Gibbie, T. & Lubman, D. I., 2012. Motivational interviewing techniques:
Facilitating behaviour change in the general practice setting. Australian Family Physician, pp.
660-666.

Husin, A. B. & Siste, K., 2015. Gangguan Penggunaan Zat. In: S. D. Elvira & G.
Hadisukanto, eds. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, pp. 143-171.

Kemenkes, 2010. Pedoman layanan terapi dan rehabilitasi komprehensif pada penggunaan
Narkotika berbasis rumah sakit. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa,
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementerian kesehatan RI.

Kelly, J. F., 2011. Addiction Recovery Management. British: Humana Pres. Kemenkes, 2011.
Standar Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Gangguan Penggunaan Narkotika Jakarta:
Direktorat Bina Kesehatan Jiwa

Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes, 2017. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan.

15

Anda mungkin juga menyukai