Jurnal Yogyakarta Jufrin
Jurnal Yogyakarta Jufrin
KODE I
OLEH:
MUHAMMAD JUFRIN
CABANG BIMA
TAHUN 2020
ABSTRAK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peta perpolitikan dan budaya di indonesia akhir-akhri ini marak di
warnai dengan isu konfilk,kerusuhan,kekerasan dan bahaya sintegrasi telah
merambah seluruh kawasan indonesia.konflik itu dapat berupa konflik
vertikal maupun horisontal.konflik vertikal misalnya antara si kuat dengan
si lemah,antara penguasa dengan rakyat,antara mayoritas dengan
minoritas,dan sebagainya.sementara itu konflik horisontal ditunjukan
misalnya konflik antar umat beragama,antarsuku,antarras,antargolongan
dan sebagainya,konflik ini semakin berbahaya jika terjadi akumulasi
konflik,yaitu akumulasi dari konflik vertikal dan horisontal
sekaligus,misalnya konflik antara golongan si minoritas,beretnis
cina,beragama nonmuslim,pengusaha dengan si mayoritas,beretnis
jawa,muslim,dan buruh,jurang pemisah ini merupakan potensi bagi
munculnya konflik.
Akhir-akhir ini berbagai konflik tidak lagi bersifat konflik
pribadi,namun sudah merambah antara suku,antaragama,antarras,dan
antargolongan, yang lebih di kenal dengan istilah SARA, Berbagai jargon
dan simbol-simbol SARA di anggap sarana paling efektif untuk membakar
semangat massa.mengapa semua ini dapat terjadi,bagaimana
sesungguhnya pandangan pancasilaa tentang masalah SARA ini.
Data-data empiris menunjukan bahwa indonesia merupakan salah
satu negara yang tersusun atas berbagai unsur yang sangat plauralistik.Hal
ini dapat di tunjukkan antara lain di tinjau dari faktor geografisnya
indonesia terdiri lebih dari 17.667 pulau besar dan kecil,lebih dari 300
kelompok etnis dengan lebih dari 50 bahasa daerah,ada 5 agama beserta
mazhab-mazhabnya,di tambah aliran-aliran kepercayaan,serta begitu
3
banyaknya golongan atau organisasi politik,pluralitas ini di satu pihak
dapat merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan
bangsa,namun di lain pihak juga merupakan sumber potensial bagi
munculnya berbagai konflik yang mengarah pada disentegrasi bangsa.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka adapun rumusan masalahnya bagaimana
posisi NDP BAB V dan VI dalam meredam konflik di era 4.0 ini.
BAB II
PEMBAHASAN
9
kemampuan fisik maupun mental, namun kemiskinan dalam masyarakat
dengan pemerintah yang tidak menegakan keadilan adalah merupakan
perwujudan daripada adanya kezaliman. Orang-orang kaya menjadi pelaku
daripada kezaliman itu sedangkan orang-orang miskin dijadikan sasran
atau korbanya. Oleh karena itu sebagai yang menjadi sasaran kezaliman,
orang-orang miskin berada di pihak yang benar. Pertentangan antara kaum
kaya dan kaum miskin menjadi pertentangan antara kaum yang
menjalankan kezaliman dengan yang di zalimi, dikarenakan kebenaran
pasti menang terhadap kebatilan, maka pertentangan itu akan disudahi
dengan kemenangan tak terhindarkan bagi kaum miskin, kemudian mereka
memegang tampuk kepemimpinan dalam masyarakat 11).
Kejahatan dibidang ekonomi yang menyeluruh adalah penindasan
oleh kapitalismen. Dengan kapitalisman dengan mudah seseorang dapat
memeras orang-orang yang berjuang mempertahankan hidupnya karena
kemiskinan, kemudian merampas hak-haknya secara tidak sah, berkat
kemampuanya untuk memaksakan persyratan kerja dan hidup pada
mereka. Oleh karena itu mengakan keadilan mencakup pemberantasan
kapitalismen dan segenap usaha akumulasi kekayaan pada sekelompok
kecil masyarakat 12). Sesudah syirik, kejahatan terbesar kepada
kemanusiaan adalah penunpukan harta kekayaan berserta penggunaanya
yang tidak benar, menyimpang dari kepentingan umum, tidak mengikuti
jalan tuhan 13). Maka mengakan keadilan ialah membimbing manusia
kearah pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada setiap
orang kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya secarah bebas dan
terhormat (“amar ma’ruf”) dan pertentangan terus menerus terhadap segala
bentuk penindasan kepada manusia kepada kebenaran asasinya dan rasa
kemanusiaan (nahir mungkar). Dengan perkataan lain harus diadakan
restriksi-restriksi atas cara-cara memperoleh, mengumpulkan dan
menggunakan kekayaan itu. Cara yang tidak bertentangan dengan
kemanusiaan di perbolehkan (yang ma’ruf dihalalkan), sedangkan cara
yang bertentangan dengan kemanusiaan dilarang (yang mungkar di
hramkan) 14).
Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam suatu
masyarakat yang tidak menjalankan prinsip ketuhanan yang maha esa.
Dalam hal ini mengakui ketuhanan yang maha esa tetapi tidak
melaksanakanya adalah sama nilainya dengan tidak berketuhanan sama
sekali. Sebab nilai-nilai tidak dapat dikatakan hidup sebelum menyatakan
Nurkholicdiri dalam
madji, amal
NDP HMI, perbuatan
1986. BAB VI yang nyata 15).
Dalam suatu masyarakat yang tidak menjadikan tuhan sebagai
satu-satunya tempat tunduk dan menyerahkan diri, manusia dapat
diperbudak antara lain oleh harta benda. Tidak lagi seorang pekerja
menguasai hasil pekerjaanya, tetapi justru di kuasai oleh hasil pekerjaan
itu. Produksi seorang buruh memperbesar kapital majikan, dan kapital itu
selanjutnya lebih memperbudak buruh. Demikian pula tejadi pada
majikan: bukan ia yang menguasai kapital tetapi kapital itu yang
mengusainya. Kapital atau kekayaan telah menggengam dan memberikan
sifat-sifat tertentu seperti keserakahan, ketamakan dan kebengisan.
Oleh karena itu menegakan keadilan bukan hanya dengan “amar
ma’ruf nahir mungkar” sebagaiman yang diterangkan di muka, tetapi juga
melalui pendidikan yang intensif terhadap pribadi-pribadi agar tetap
mencintai kebenaran dan menyadari secara mendalam akan adanya tuhan.
Sembahyan merupakan pendidikan yang kontinyu, sebagai bentuk formal
peringatan kepada tuhan. Sembahyan yang benar akan sangat efektif
dalam meluruskan dan membentukan garis hidup manusia sebab ia
mencegah kekejian dan kemungkaran 16). Jadi sembahyan merupakan
penopan hidup yang benar 17). Sembahyang menjelaskan masalah-
masalah kehidupan, termaksuk pemenuhan kebutuhan yang ada secara
intrinsik pada rohani manusia yang mendalam, yaitu kebutuhan spritual
berupa keinginan pengabdia yang bersifat mutlak 18). Pengabdian itu jika
tidak tersalurkan secara benar kepada tuhan yang maha esa tentu
tersalurkan kearah sesuatu yang lain, dan membahayakan kemanusiaan.
11
Dalam hubungan ini telah terdahulu keterangan tentang syirik yang
merupakan kejahatan fundamental terhadap kemanusiaan.
Dalam masyarakat yang adil mungkin masih terdapat pembagian
manusia menjadi golongan kaya dan miskin. Tetapi hal itu terjadi dalam
batas-batas kewajaran dan kemanusiaan, dengan perpautan kekayaan dan
kemiskinan yang mendekat. Hal itu sejalan dengan di benarkan pemilikan
pribadi (private ownership) atas harta kekayaan dan adanya perbedaan-
perbedaan tak terhindarkan dari pada kemampuan-kemampuan pribadi,
Nurkholic madji, NDP HMI, 1986. BAB VI
fisik maupun mental 19).
Walaupun demikian, usaha-usaha kearah perbaikan dalam
pembagian rezeki kearah yang lebih merata tetap harus dijalankan oleh
masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah penyelesaian terakhir masalah
perbedaan kaya dan miskin itu. Zakat dipunguti dari orang-orang kaya
dalam jumlah persentase tertentu untuk dibagikan kepada orang miskin
20). Zakat dikenakan hanya atas harta yang diperoleh secara benar, sah
dan halal saja. Sedangkan harta kekayaan yang haram tidak dikenakan
zakat tetapi harus dijadikan milik umum guna manfaat bagi rakyat dengan
penyitan oleh pemerintah. Oleh karena itu sebelum penarikan zakay
dilakukan terlebih dahulu harus dibentuk suatu masyarakat yang adil
berdasrkan ketuhanan yang maha esa, di mana tidak lagi didapati cara
memperoleh kekayaan secara haram dimana penindasan atas manusia oleh
manusia di hapuskan 21).
Sebagai mana ada ketetapan tentang bagaimana berharta kekayaan
itu di peroleh, juga ditetapkan bagaimana mempergunakan harta kekayaan
itu. Pemilikan pribadi di benarkan hanya jika penggunaan hak itu tidak
bertentangan dengan kepentingan masyarakat. Dalam hal bertentangan,
pemilikan pribadi menjadi batal, dan pemerintah berhak mengajukan
penyitaan.
Seseorang dibenarkan mepergunakan harta kekayaan dalam batas-
batas tertentu. Yaitu dalam batas tidak kurang tetapi juga tidak melebihi
rata-rata penggunaan dalam masyarakat 22). Penggunaan yang berlebihan
( tafsir taua israf) bertentangan dengan perik kemanusiaan 23).
Kemewahan selalu menjadi provokasi terhadap pertentangan golonaga
dalam masyarakat yang berakibat destruktif 24). Sebaliknya penggunaan
kurang dari rata-rata masyarakat (taqtier) merusakan diri sendiri dalam
masyarakat disebabkan membekunya sebagian dari kekayaan umum yang
dapat digunakan untuk manfaat bersama 25).
Hal itu semuanya merupakan kebenaran karena pada hakikatnya
seluruh harta kekayaan ini adalah milik tuhan 26). Manusia seluruhnya di
berikan hak yang sama atas kekayaan itu dan harus di berikan bagian yang
wajar dari padanya 27). Pemilikan oleh seorang (secara benar) hanya
bersifat relatif sebagai amanah dari tuhan.penggunaan harta itu sendiri
harus sejalan dengan yang di kehendaki tuhan, yaitu untuk kepentingan
umum 28). Maka kalau terjadi kemiskinan orang-orang miskin di beri hak
atas sebagian harta atas orang-orang kaya, terutama yang masih dekat
dalam hubungan keluarga 29). Adalah kewajiban negara dan masyarakat
untuk melindungi kehidupan keluarga dan memberinya bantuan dan
dorongan negara yang adil menciptakan persyaratan hidup yang wajar
sebagaimana di perlukan oleh pribadi-pribadi agar dia dan kelurganya
dapat mengatur hidupnya secara terhormat sesuai dengan keinginannya
untuk dapat menerima tanggung jawab atas kegiatan-kegiatannya. Dalam
prakteknya hal berarti bahwa perintah harus membuka jalan yang mudah
dan kesempatan yang sama kearah pendidikan kecakapan yang wajar
kemerdekaan beribadat sepenuhnya dan pembagian kekayaan bangsa yang
pantas.
13
(abrahamic religion). Meskipun secara konseptual keduannya
memiliki perbedaan, namu secara teologis kedua agama ini memiliki
ciri khas yang sama yakni agama monoteis dan inti ajaran yang di
kembangkannya adalah mengajarkan kebaikan untuk meraih
kedamaian.
15
adalah bagaiman beragama yang benar sesuai dengan pesan agama itu
sendiri.
Terkhusus pada persoalan islam dan kristen, kita tidak perlu
mempertajam perbedaan dan perdebatan tentang apakah islam atau
katolik yang benar, tetapi yang harus di kedepankan adalah bagaimana
menjadi musli yang benar dan baik, atau menjadi katolik yang benar
dan
Dr. Abdullah A. baik.
Thalib, M. Ag Dengan prinsip
TEOLOGI DAMAI seperti
Hal 3,4 ini akan memudahkan seseorang
berintekrasi secarah harmonis, toleran dan bersesama. Kedamaian
datang dari allah semata-mata
“tetaplah kerjakan kedamaianmu dengan takut dan gentar! Karena
allah lah yang mengejarkan di dalam kamu baik kemauan maupun
pekerjaan menurut kerelaannya” (flp 2:12-13)
Dari kemajemukan bagsa indonesia, HMI dengan khitah
perjuangannya menganjurkan dalam berkehidupan harus rukun dan
tertip dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang di atur dalam
UUD 1945 dari pasal 26, 28, dan 29 memberikan kebebasan
masyarakat dalam berkehidupan, memenuhi kehidupannya, serta diberi
keleluasaan dalam menganut agama yang dipercayainya.
Namun dengan rentanya konflik SARA yang terjadi akibat dari
singungan kepercayaan membuat masyarakat indonesia terpecah belah.
Oleh karenanya dengan pemaknaan BAB V “individu dan masyarakat”
menjadi manifestasi untuk hidup rukun dalam masyarakat.
Adapun salah satu tawaran yang penulis usulkan adalah harus
adanya rumah adat sebagai bentuk gerakan dalam mengatasi konflik
umat beragama. Sebab keberadaan FKUB kadang kala tak mampu
meredam terjadinya konflik. Ini dibuktikan dengan masih banyaknya
kasus-kasus kekerasan disebabkan beda pahaman terhadap
kepercayaan/agama. Terlebih lagi keberadaan FKUB hanya sebatas
pada ranah tindakan penyelesaian, tidak ada tindak pencegahan. Maka
dengan adanya rumah adat itu mampu meredam konflik sesudah
maupun sebelum konflik itu muncul.
2. BAB VI “Keadilan Ekonomi dan Keadilan Sosial” Strategi zakat
dalam membangun keadilan social dan ekonomi di Indonesi.
Dalam strategi zakat membangun keadilan social ekonomi yang
pertama harus kita lihat pada pengelolaan zakat. Istilah pengelolaan
berasal
Nurkholic madji, NDP HMI,dari kata
1986. BAB V danmengelola
VI yang berarti mengendalikan atau
Drs. Sri Soeprapto, Pendidikan Pancasila. Hal 63
menyelenggarakan. Pengelolaan zakat maksudnya lembaga yang
bertugas secara khusus untuk mengurus dan mengelola zakat.
Sedangkan pengelolaan berarti proses melakukan kegiatan tertentu
dengan menggerakkan tenaga orang lain, atau dapat juga diartikan
proses pemberian pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Jika pengelolaan
dilakukan secara efektif maka akan berjalan secara lebih terarah dan
teratur rapi. Dalam kaitannya dengan zakat, proses tersebut meliputi
pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan serta pengawasan.
Dengan demikian yang dimaksud pengelolaan zakat adalah proses
pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan serta pengawasan
dalam pelaksanaan zakat.1
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, yang dimaksud Pengelolaan
zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta
pendayagunaan zakat.2
Dalam konteks Al- Qur’an, pengelola zakat disebut amil. Amil
zakat merupakan lembaga pengelola zakat yang dituntut bekerja secara
profesional untuk dapat memanajemen pengelolaan zakat. Sehingga
orang yang berhakmenjadi amil adalah orang yang memenuhi syarat-
syarat berikut: Muslim, Mukallaf, yaitu orang dewasa yang sehat akal
dan pikirannya, Jujur, karena ia diamanati harta kaum muslimin,
1
Muhammad Hasan, Manajemen Zakat Model Pengelolaan yang Efektif, Yogyakarta:
Idea Press, 2011, hlm. 17
2
Zuhri, Zakat..., hlm. 11
17
Memahami hukum-hukum zakat, Mampu melaksanakan tugas sebagai
amil.3
Dalam pengelolaan zakat terdapat beberapa prinsip yang harus
diikuti dan ditaati agar pengelolaan itu dapat berhasil guna sesuai
dengan yang diharapkan, yakni prinsip keterbukaan, sukarela,
keterpaduan, profesionalisme dan kemandirian. 4
Pengelolaan zakat secara efektif dan efisien, perlu di-manage
dengan baik. Karena itu, dalam pengelolaan zakat memerlukan
penerapan fungsi manajemen yang meliputi perencanaan (planning),
pengorganisaian (organizing), pengarahan. (actuating), dan
pengawasan (controlling). Keempat hal tersebut perlu diterapkan
dalam tahapan pengelolaan zakat.5
1) Perencanaan (planing) Perencanaan adalah menentukan dan merumuskan
segala yang dituntut oleh situasi dan kondisi pada badan usaha atau unit
organisasi. Perencanaan berkaitan dengan upaya yang akan dilakukan
untukorganisasi.6
Dalam perencanaan pengelolaan zakat terkandung perumusan dan
persoalan tentang apa saja yang akan dikerjakan amil zakat. Dalam Badan
Amil zakat perencanaan meliputi unsur-unsur perencanaan pengumpulan,
perencanaaan pendistribusian, perencanaan pendayagunaan. Tindakan-
tindakan ini diperlukan dalam pengelolaan zakat guna mencapai tujuan
dari pengelolaan zakat.
2) Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian adalah pengelompokan
dan pengaturan sumber daya manusia untuk dapat digerakkan sebagai satu
kesatuan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan untuk dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.7
3
Ilyas Supena dan Darmuin, Manajemen Zakat, Semarang: Walisongo Press, 2009, h.1
4
Djazuli, Yadi Janwari, Lembaga – lembaga Perekonomian Umat, Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada, 2002, hlm. 36
5
Hasan, Manajemen..., hlm.21
6
Ibid, h. 23
7
Maututina, Domi C, dkk, Manajemen Personalia, Jakarta: Rineka cipta, 1993, h. 2
Pengorganisasian berarti mengkoordinir pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber daya materi yang dimiliki oleh Badan Amil Zakat
yang bersangkutan. Efektifitas pengelolaan zakat sangat ditentukan oleh
pengorganisasian sumber daya yang dimiliki oleh Badan Amil Zakat.
Pengorganisaian ini bertujuan untuk dapat memanfaatkan sumber daya
manusia dan sumber daya materi secara efektif dan efisien. Sehingga
dalam pengorganisasian ini yang harus diketahui adalah tugas-tugas apa
saja yang akan dilaksanakan oleh masing-masing divisi yang telah
dibentuk oleh lembaga tersebut, kemudian baru dicarikan orang yang akan
menjalankan tugas tersebut sesuai dengan kemampuan dan
kompetensinya. Pengorganisasian pengelolaan zakat ini meliputi
pengorganisasian pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
3) Pengarahan (actuating) Pengarahan (actuating) adalah suatu fungsi
bimbingan dari pimpinan terhadap karyawan agar suka dan mau bekerja.
Penekanan yang terpenting dalam pengarahan adalah tindakan
membimbing dan menggerakkan karyawan agar bekerja dengan baik,
tenang dan tekun sehingga dipahami fungsi dan diferensiasi tugas
masingmasing. Hal ini diperlukan karena dalam suatu hubungan kerja,
diperlukan suatu kondisi yang normal, baik dan kekeluargaan. Maka dari
itu seorang pemimpin harus mampu membimbing dan mengawasi
karyawan agar apa yang sedang mereka kerjakan sesuai dengan yang telah
direncanakan.8
Berkaitan dengan pengelolaan zakat, pengarahan ini memiliki
peran strategis dalam memberdayakan kemampuan sumber daya amil
zakat. Dalam konteks ini pengarahan memiliki fungsi sebagai motivasi,
sehingga sumber daya amil zakat memliki disiplin kerja yang tinggi
4) Pengawasan (controlling) Pengawasan adalah mengetahui kejadian-
kejadian yang sebenarnya dengan ketentuan dan ketetapan peraturan, serta
menunjuk secara tepat terhadap dasar-dasar yang telah ditetapkan dalm
perencanaan semula. Proses kontrol merupakan kewajiban yang harus
8
Ibid, h. 2
19
terus menerus dilakukan untuk pengecekan terhadap jalannya perencanaan
dalam organisasi, dan untuk memperkcil tingkat kesalahan kerja.
Pengawasan harus selalu melakukan evaluasi terhadap
keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target kegiatan sesuai dengan
ketetapan yang telah dibuat. Untuk dapat mengklarifikasi dan koreksi
apabila terjadi penyimpangan yang mungkin ditemukan, dan dapat segeraa
menemukan solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian
tujuan dan target kegiatan.9
Pada intinya ini berkaitan dengan adanya BAZ ( Badan Amil Zakat
) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) dalam pengelolaan dan pendistribusian
yang baik, diharapkan juga zakat umat islam bisa terkonsentrasi pada
sebuah lembaga resmi. Dari lembaga inilah mengalir kebijakan-kebijakan
sehingga zakat bisa di salurkan tidak hanya kepada yang bersifat
konsumtif sesaat, tetapi lebih penting dari itu bagaimana zakat bisa
memberdayakan pengusaha kecil dengan suntikan-suntikan dana (qard al-
hasan), atau yang bersifat peningkatan sumber daya manusia melalui
pemberian beasiswa dan sebagainya.10
Disini kita juga membutuhkan peran pemerintah dalam
menciptakan kondisi yang kondusif untuk pelaksanaan zakat dengan
membentuk lembaga-lembaga zakat dan menyiapkan perangkat UU yang
berkaitan dengan pelaksanaan zakat itu. Karena bagaimana pun juga
pemerintah memiliki kewajiban dan tugas untuk memberikan keadilan
kepada masyarakat dalam sisi hukum sosial maupun ekonomi.
9
Hasan, Manajemen..., h.25-26
10
Akmal Azhari Tarigan, 2017, Islam Mazhab HMI, Kultura; Cipayung, hal 157
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah mendekripsipkan secara komparatif konsep
kedamain dalam islam dalam katolik di atas akan dikemukakan
beberapa kesimpulan.
Secara konseptual agama katolik dan islam memiliki
beberapa perbedaan, namun secara teologis kedua agama ini
memiliki ciri khas yang sama yakni agama monoteis dan inti
ajarannya mengajarkan kebaikan untuk meraih kedamain dalam
pengertian yang luas. Perbedaan cara pandang pemikir katolik
dan cendekiaawan muslim,di sebabkan adanya perbedaan cara
pandang terhadap sejarah kedamaian
Di tengah hiruk-pikuk dinamika kehidupan beragama,
berbangsa, dan bernegara tidak lepas dari kondisi dan situasi
sosial yang mengharuskan kehadirannya sikap mental bangsa
indonesia yang merasa lemah dan rendah di bandingkan orang-
orang barat, sebagai negara merdeka menuntut para pemuda-
pemudi untuk terlibat dalam mempertahankan dan
mengembangkan kemerdekaan tersebut, atas dasar situasi dan
kondisi sosial yang kacau
Dalam hal ini khitta perjuangan HMI hendak
menyampaikan pesan puncak kepasrahan tauhid seorang
manusia yang senantiasa ingat sadar akan setiap konsekuensi
perbuatannya di dunia. Yang sadar bahwa hidupnya baik ilmu
pengetahuannya, harta, tahta, keluarganya adalah milik Allah
ta’ala. Karena itu sibukan diri dengan ibadah dan beramal
saleh untuk menjauhi perilaku yang memungkinkan untuk
berbuat dosa.
NDP adalah panduan kader HMI dalam melakukan
aktivitasnya sehari-hari. Sebagai kader yang diharapkan
21
sebagai problem solving dalam kehidupan bermasyarakat sudah
selayaknya harus mampu menyelesaikan konflik yang terjadi.
Seperti konflik SARA dan konflik vertikal dan horizontal.
Sudah dijelaskan dalam bab-bab NDP bahwa dalam
berkehidupan kita harus saling menjaga dan membatu sesama
hidup, yaitu dengan hidup toleransi dalam kemajemukan, dan
saling memakmurkan sebagaimana konsep zakat. Itu akan
sangat membantu dalam meminimalisis konflik yang akan
melahirkan disintegrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas Supena dan Darmuin, 2009 Manajemen Zakat, Semarang: Walisongo Press
23
BIODATA PESERTA
A. RIWAYAT PRIBADI
NAMA LENGKAP : MUHAMMAD JUFRIN
TEMPAT TANGGAL LAHIR : SIMPASAI, 04 SEPTEMBER 1997
ASAL CABANG : BIMA
ALAMAT EMAIL :-
NO HENDPHONE : 085339487698
HOBBY : MEMBACA
B. RIWAYAT TRAINING DI HMI
C. PENGALAMAN ORGANISASI