Anda di halaman 1dari 5

HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PERAN NEGARA DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

NAMA:FATMA HARDIANTI SANGIAN

NIM :D1A018099

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2021
Resume Peran Negara dalam Transaksi Perdagangan Internasional

Negara merupakan subyek hukum terpenting di dalam hukum perdagangan internasional.


Sudah dikenal umum bahwa negara adalah subyek hukum yang paling sempurna. Pertama, ia
satu-satunya subyek hukum yang memiliki kedaulatan.

Berdasarkan kedaulatan ini, negara memiliki wewenang untuk menentukan dan mengatur
segala sesuatu yang masuk dan keluar dari wilayahnya.Booysen menggambarkan kedaulatan
negara ini sebagai berikut:

“... a state can absolutely determine whether anything from outside the state. The state would
also have the power to determine the conditions on which the goods may be imported into the
state or exported to another country Everystate would have the power to regulate arbitrarily the
conditions of trade.”

Dengan atribut kedaulatannya ini, negara antara lain berwenang membuat hukum (regulator)
yang mengikat segala subyek hukum lainnya (yaitu individu, perusahaan), mengikat benda dan
peristiwa hukum yang terjadi di dalam wilayahnya, termasuk perdagangan, di wilayahnya.

Kedua, negara juga berperan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembentukan organisasi-organisasi (perdagangan) internasional di dunia, misalnya WTO,
UNCTAD, UNCITRAL, dll. Organisasi-organisasi internasional di bidang perdagangan
internasional inilah yang kemudian berperan dalam membentuk aturan-aturan hukum
perdagangan internasional.

Ketiga, peran penting negara lainnya adalah negara juga bersama-sama dengan negara lain
mengadakan perjanjian internasional guna mengatur transaksi perdagangan di antara mereka.
Contoh perjanjian seperti ini adalah perjanjian Friendship, Commerce and Navigation, perjanjian
penanaman modal bilateral, perjanjian penghindaran pajak berganda, dll.

Keempat, negara berperan juga sebagai subyek hukum dalam posisinya sebagai pedagang.
Dalam posisinya ini, negara adalah salah satu pelaku utama dalam perdagangan internasional.
Dalam awal tulisan ini, negara dengan perusahaan negaranya mengadakan transaksi dagang
dengan negara lainnya. Negara memiliki sumber daya alam, perkebunan, pertambangan, dll.
Bahan-bahan alam ini disamping dikelola untuk kebutuhan di dalam negeri juga diperdagangkan
(dijual) ke subyek hukum lainnya yang memerlukannya.

Dalam melaksanakan fungsinya ini, tidak jarang negara membuat badan-badan hukum milik
negara. Di tanah air misalnya, untuk mengeksplorasi, mengeksploitasi dan memasarkan hasil
pertambangan minyak, negara mendirikan Pertamina. Untuk mengelola sumber daya air untuk
kepentingan rakyat negara mendirikan perusahaan air minum, dst.

Sebagai suatu institusi yang besar, negara membutuhkan teknologi, infrastruktur, kendaraan,
pesawat kenegaraan, sumber- sumber kebutuhan yang dibutuhkan rakyatnya (pengadaan barang
dan jasa atau procurement). Untuk memenuhi semua ini, negara membelinya dari para pihak
yang menyediakannya (penjual atau supplier). Dengan demikian, negara dapat bertindak sebagai
pelaku dalam transaksi perdagangan.

Semua transaksi perdagangan tersebut tunduk pada aturan- aturan hukum yang bentuk dan
muatan pengaturannya bergantung pada jenis transaksi. Manakala negara bertransaksi dagang
dengan negara lain, kemungkinan hukum yang akan mengaturnya adalah hukum internasional.
Manakala negara bertransaksi dengan subyek hukum lainnya, maka hukum yang mengaturnya
adalah hukum nasional (dari salah satu pihak).

Dalam perdagangan internasional, salah satu hal yang harus dilakukan dalam hubungan luar
negeri adalah dengan melakukan perjanjian internasional. Adapun tahap-tahap dalam perjanjian
internasional, yaitu: perundingan (Negotiation); penandatanganan (signature); dan, pengesahan
(ratification). Setelah tahap-tahap tersebut telah terpenuhi, maka perjanjian internasional dapat
dilakukan. Perjanjian tersebut dapat dilaksanakan dengan negara atau subjek hukum
internasional manapun baik bersifat bilateral, regional maupun internasional.

Menurut Sukirno, perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh


penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama.Perdagangan internasional ini dapat dilakukan antara individu dengan pemerintah suatu
negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

Pada tataran dunia internasional, Indonesia dipandang semakin memiliki posisi dan peranan
yang penting. Di tingkat global, prakarsa dan peran Indonesia menjadi bukti pengaruh yang
dimainkan, yang menjadi modal dalam penyelenggaraan diplomasi pada fora
internasional.Modal ini merupakan hasil kerja keras menjawab tantangan ke depan, yakni
menempatkan posisi Indonesia secara tepat atas isu-isu global dengan memanfaatkan posisi
strategis Indonesia secara maksimal bagi kepentingan nasional.

Bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan


internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena
adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya
dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Menurut teori perdagangan internasional,
perdagangan antar negara yang tanpa hambatan berpeluang memberi manfaat bagi masing-
masing negara tersebut.Namun dalam aktivitas perdagangan internasional ini, dapat
menimbulkan dampak negatif diantaranya adalah barang-barang produksi dalam negeri
terganggu akibat masuknya barang impor yang dijual lebih murah dalam negeri, sehingga sangat
merugikan industri dalam negeri.Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan
tahun, dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa
abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong industrialisasi, kemajuan
transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Perdagangan luar negeri dan
perdagangan dalam negeripun sama, yakni pertukaran barang dan jasa yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Dalam perdagangan terdapat perbedaan
mata uang yang dipergunakan untuk kegiatan transaksi keuangan dengan negara
lain.Sehubungan dengan itu, diperlukan adanya satuan mata uang yang sama sehingga mata uang
kedua negara dapat dikonversikan ke dalam mata uang lain dengan menggunakan satuan ukuran
nilai tukar mata uang yang disebut kurs (exchange rate).
Daftar Pustaka
The Economist, “The World’s View of Multinationals,” 29 January 2000.

Ryan, Michael P., W.C. Lenhardt and K. Tamai, “International Governmental Organization:
Knowledge Management for Multilateral Trade Law Making,” 15 Am. U.J.Int’l.L. Rev 1360
(2000).

Hata,. Perdagangan Internasional Dalam Sistem GATT dan WTO Aspek-Aspek Hukum
dan Non Hukum, (Bandung, 2006) halaman 143

HAK, Syahmin. Hukum Dagang Internasional (Dalam Kerangka Studi Analitis). (Jakarta,
2006) halaman 31

Anindita, Ratya dan Reed, Michael R. Bisnis dan Perdagangan


Internasional,Yogyakarta, 2008), halaman 15

Anda mungkin juga menyukai