Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

“KONSEP KEPRIBADIAN KAREN HORNEY & KONSEP KEPRIBADIAN


MELANI KLEIN”

KELOMPOK 5 :

1. NURMILA SARI 200701500059


2. NUR HALIM 200701502119
3. RESKI AMALIA HASSANI 200701501057
4. MARWAH FAKHRUDDIN 1771042092

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Kepribadian Karen Horney & Konsep Kepribadian Melani Klein” ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas dari ibu Dr. Sitti
Murdiana, S.Psi., M.Psi., Psikologi pada mata kuliah Psikologi Kepribadian Fakultas
Psikologi semester 2 Universitas Negeri Makassar. Dalam penulisan makalah ini
melibatkan kerjasama tim kerja baik dalam penulisan maupun penyusunan makalah ini.
Untuk itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua anggota tim yang sudah bekerja keras menyelesaikan
makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan
dalam rangka penyempurnaannya. Akhirnya kami mengharapkan semoga makalah ini
dapat bermanfaat di bidang ilmu pengetahuan dan psikologi.

Makassar, 11 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii

BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................... 1

BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Konsep Kepribadian Karen Horney ............................................................................ 2
B. Konsep Kepribadian Melani Klein ............................................................................. 5

BAB III
PENUTUP ................................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 14
B. Saran ......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia selalu berbeda antara satu sama lain, karena pada dasarnya
setiap individu memiliki cara dan jalan dalam menjalani, menyesuaikan diri, dan
mengatasi tantangannya. Kepribadian manusia diciptakan berbeda beda dan
memiliki karakteristik yang berbeda.

Kepribadian atau Psyche mencakup keseluruhan fikiran dan tingkah laku,


kesadaran dan ketidaksadaran. Kepribadian membimbing orang untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Sejak awal
kehidupan, kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi membentuk kesatuan.
Ketika mengembangkan kepribadian, orang-orang harus berusaha
memepertahankan kesatuan dan harmoni antar semua elemen kepribadian.

Berbagai tokoh pun menggambarkan kepribadian individu melalui teori


mereka masing-masing. Bermula dari Freud dengan Teori Psikoanalisis, kemudian
bermunculan tokoh-tokoh lain, seperti Karen Horney yang merupakan murid dari
Freud. Adapula Melanie Klein yang juga berfokus pada Teori Psikoanalisis.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah
1. Bagaimana Konsep Kepribadian Karen Horney
2. Bagaimana Konsep Kepribadian Melani Klein

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep kepribadian Karen Horney
2. Untuk mengetahui konsep kepribadian Melani Klein

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kepribadian Karen Horney

Karen Horney adalah murid Freud yang paling terkenal, teori-teorinya sangat
dipengaruhi oleh pemikiran Freud, meskipun juga memiliki beberapa konsep yang
bertentangan dengan teori Freud. Karen Horney pelopor dalam psikologi gender dengan
pembelaannya pada wanita. Horney ingin menunjukkan bahwa antara wanita dan pria
memiliki kesamaan.
Pada tahun 1926, Horney pindah ke Amerika Serikat bersama ketiga anaknya
dan disini awal mula dari Horney mengembangkan berbagai teori psikologi. Karen
Horney mengembangkan teori neurosis yang ia pandang sebagai mekanisme yang
merupakan bagian dari kehidupan normal. Pandangan Horney juga mengatakan bahwa
pengalaman masa kanak-kanak memberikan pengaruh yang sangat besar dalam
membentuk kepribadian manusia. Dia mengidentifikasikan sepuluh bagian dari neurotik
salah satunya yaitu kebutuhan kekuasaan, kebutuhan akan kasih sayang, dan kebutuhan
untuk kemerdekaan.
Gambaran Horney mengenai manusia lebih optimis dibandingkan Freud. Bentuk
optimisnya ialah kepercayaannya terhadap kekuatan biologis yang tidak akan
memberikan dampak dalam bentuk konflik, cemas, neurosis atau sesuatu yang universal
dalam kepribadian. Karena menurut Horney setiap manusia memiliki keunikan sendiri.

Berikut adalah konsep utama dari Karen Horney:


1. Kurangnya Rasa Aman dan Permusuhan Dasar (Basic Hostility)
Horney mengemukakan bahwa masa kanak-kanak didominasi oleh kebutuhan rasa
aman (safety need) yang berarti anak sangat membutuhkan perlindungan dan kebebasan
dari rasa takut (Horney, 1937). Perasaan aman atau rasa takut akan kehilangan yang
dirasakan anak pada masa bayi akan menentukan kenormalan perkembangan
kepribadian. Perasaan anak pada hakekatnya tergantung pada cara orang tua
memperlakukannya. Penyebab tidak munculnya rasa aman pada anak dikarenakan orang
tua kurang hangat atau kurang menunjukkan rasa sayangnya.

2
Secara sadar atau tidak sadar, orang tua bisa memberi dampak kurangnya rasa
aman anak sehingga muncul perasaan permusuhan antara anak dengan orang tua, salah
satu tindakan yang dimaksud adalah pilih kasih antar saudara, menghukum anak secara
tidak adil, kurang konsisten, tidak menepati janji, mengejek, menghina, dan mengisolasi
anak dari teman sebayanya.
Rasa takut menjadi alasan lain anak menekan rasa permusuhan pada orang tua.
Anak seringkali akan merasa bersalah atas permusuhan atau pemberontakannya pada
orang tua. Mereka akan merasa jahat dan tidak berguna. Semakin banyak perasaan
bersalah maka semakin dalam anak menekan perasaan permusuhan. Hal ini akan
berakibat merusak kebutuhan rasa aman dan akan dimanifestasikan, menjadi kecemasan
dasar (basic anxiety) yang disebabkan oleh pola asuh orang tua.

2. Kecemasan Dasar (Basic Anxiety): Pondasi dari Neurosis


Kecemasan dasar menurut Horney adalah peningkatan seluruh perasaan kesepian
dan tidak berdaya dalam dunia permusuhan yang disembunyikan (Horney, 1937:89).
Kecemasan menjadi dasar dari perkembangan neurosis. Kondisi ini berlaku pada setiap
orang misalnya kita merasa “kecil” tidak bermakna, tidak berdaya, ditinggalkan,
terancam dalam dunia yang penuh kekerasan, penipuan, serangan, penghinaan, dan
penghianatan (Horney, 1937:89). Cara kita melindungi diri dari kecemasan dasar adalah
melalui empat cara:
1. Meminta cinta dan kasih
2. Menjadi penurut
3. Meraih kekuasaan
4. Menarik diri
Empat mekanisme diatas menurut Horney memiliki satu tujuan, yaitu bertahan
melawan kecemasan dasar.

3. Kebutuhan dan Kecenderungan-Kecenderungan Neurotik


Mekanisme perlindungan diri akan menjadi permanen dan menjadi bagian dari
kepribadian, anggapan ini didasarkan bahwa karakteristik dari dorongan atau kebutuhan
untuk menentukan perilaku individu. Horney telah menyusun 10 kebutuhan yang

3
dinamakan kebutuhan neurotik karena merupakan solusi yang tidak rasional untuk
menyelesaikan masalah. Sepuluh kebutuhan neurotik ini adalah:
1. The neurotic need for affection and approval: kebutuhan neurotik akan kasih
sayang dan menyenangkan orang lain
2. The neurotic need for a partner who will run ones’ life: kebutuhan kepada
seseorang untuk melindungi diri dari perasaan diabaikan atau ditinggalkan
3. The neurotic need to live one’s life within narrow limits: kebutuhan dalam
lingkup yang kecil atau perasaan untuk tidak dikenal orang lain
4. The neurotic need for power: kebutuhan mendapatkan kekuasaan untuk
kepentingan diri
5. The neurotic need to exploit others: kebutuhan untuk memanfaatkan orang lain
6. The neurotic need for social recognition: kebutuhan penghargaan sosial atau
gengsi
7. The neurotic need for personal admiration: kebutuhan untuk mengagumi diri
8. The neurotic need for ambition and personal achievement: kebutuhan untuk
berambisi dan mendapatkan pencapaian
9. The neurotic need for self-sufficiency and independence: kebutuhan kebebasan
dan kemandirian atau tidak mau terikat dengan orang lain
10. The neurotic need for perfection: kebutuhan untuk kesempurnaan dan mustahil
salah
Kecenderungan neurotik melibatkan sikap dan perilaku kompulsif; yaitu orang
neurotik akan dipaksa untuk berperilaku sesuai dengan sedikitnya satu kecenderungan
neurotik dan tidak bisa memisahkannya dalam berbagai situasi. Kecenderungan neurotik
adalah sebagai berikut:
1. Pergerakan mendekati orang lain (moving toward people)
2. Pergerakan melawan orang lain (moving against people)
3. Pergerakan menjauhi orang lain (moving away from people)

4. Konflik Intrapsikis
Horney mengatakan bahwa faktor munculnya konflik intrapsikis karena
pengalaman interpersonal seseorang. Menurutnya, proses intrapsikis semula berasal dari

4
pengalaman hubungan antarpribadi yang mengakibatkan adanya konflik antara
gambaran diri secara ideal (Idealized Self Image) dengan kebencian diri sendiri (Self
Hatred). Ada empat macam konsep diri menurut Horney, yaitu sebagai berikut:
a. Despised Real Self (Diri Rendah): salah memandang kemampuan diri
b. Real Self (Diri Nyata): potensi, kemampuan sebenarnya
c. Ideal Self (Diri Ideal): menjadi sempurna
d. Actual Self (Diri Aktual): kenyataan mental fisik tanpa pengaruh orang lain

B. Konsep Kepribadian Melani Klein

Klein lahir pada tanggal 30 Maret 1882 di Wina, Austria. Klein anak keempat
dari empat bersaudara, dari pasangan Dr. Moris Reizes dan istri keduanya, Libussa
Deutsch Reizes. Klein percaya bahwa kelahirannya tidak direncanakan oleh mereka,
yang membuatnya merasa ditolak oleh mereka. Klein tidak dekat dengan ayahnya,
karena ayahnya lebih saying kepada kakak perfempuannya,Emilie. Ketika Klein lahir,
Ayahnya menolak agama Yahudi Ortodoks sehingga ia menolak menerapkan agama
apapun dirumah mereka. Oleh karena itu, Klein tumbuh menjadi anak yang tidak
proagama maupun yang tidak anti agama. Hubungan Klein dengan orang terdekat di
awal kehidupannya sangat buruk. Klein merasa diabaikan ayah, yang merupakan sosok
yang dingin. Klein sangat menyayangi ibunya, namun hubungannya sangat kaku. Klein
paling dekat dengan kakak perempuannya Sidonie, karena ia sering mengajarkannya
aritmatika dan membaca. Namun, Sidonie meninggal pada saat Klein berusia 4 tahun.
Walaupun demikian, harus ia akui bahwa ia tidak merasa sedih atas kematiannya.
Setelah Sidonie meninggal, Klein dekat dengan kakak laki-lakinya, Emmanuel. Klein
sangat kagum dan terobsesi pada Emmanuel, sehingga hal ini berpengaruh terhadap
kesulitannya membina hubungan dengan laki-laki. Saat Klein berusia 18 tahun, ayahnya
meninggal. Kemudian saat Klein berusia 20 tahun, Emmanuel meninggal. Kematian
Emmanuel sangat mengguncang Klein. Namun, di masa duka itu, Klein menikahi teman

5
Emmanuel, yang bernama Arthur Klein. Anehnya, Klein merasa pernikahan ini menjadi
penyebab dari gagalnya Klein menjadi dokter. Oleh karena itu, sepanjang sisa hidupnya,
Klein merasa menyesal karena tidak berhasil mencapai tujuan itu. Itu sebabnya,
pernikahannya tidak bahagia, ia menghindari hubungan seksual dan tidak ingin hamil.
Walaupun demikian, pernikahannya dikaruniai tiga anak, yaitu Melitta, Hans, dan Erich.
Pada tahun 1909, Klein pindah karena suaminya ditugaskan di Budapest. Di sana Klein
bertemu dengan Sandor Ferenczi, murid Freud, yang mengenalkannya pada
psikoanalisis. Saat Klein melahirkan Erich, ibunya meninggal. Hal ini membuatnya
depresi, sehingga ia meminta Ferenczi menganalisis dirinya. Pengalaman ini menjadi
titik balik dalam hidupnya. Pada tahun itu juga, Klein membaca buku Freud, dan
kemudian ia menyadari apa yang menjadi tujuan hidupnya dan kemudian mencari
kepuasan dalam intelektual maupun emosional. Klein percaya psikoanalisis, sehingga ia
mengajar anak-anaknya dengan prinsip Freudian. Klein menganalisis anak-anak, namun
pada saat dewasa, Hans dan Melitta justru menemui psikoanalis lain. Uniknya, akhirnya
Melitta menjadi psikoanalis. Melitta menemui Karen Horney. Hubungannya dengan
Horney cukup baik dan menarik, karena Klein menganalisis kedua puteri Horney, dan
sebaliknya, Horney menganalisis Melitta.
Pada tahun 1919, aKlein bercerai dengan suaminya. Setelah perpisahan, Klein
membuka praktik psikonalisis di Berlin dan membuat makalah mengenai analisis
terhadap Erich. Makalah ini merupakan kontribusi pertamanya terhadap literatur
psikoanalisis. Klein merasa tidak puas atas analisis Fernczi terhadap dirinya, sehingga ia
mengakhiri hubungan dengannya. Kemudian, Klein dianalisis oleh Karl Abraham,
namun 14 bulan kemudian Abraham meninggal. Pada saat itu, Klein memutuskan untuk
melakukan self analysis, yang dilakukan selama sisa hidupnya. Teori yang Klein
kemukakan, bersumber dari analisisnya terhadap anak-anaknya sendiri. Klein percaya
bahwa anak-anak menyimpan perasaan yang positif dan negatif pada ibunya, serta
mengembangkan superego lebih awal daripada yang diyakini Freud. Pandangannya yang
berbeda dari standar psikonalisis ini menyebabkan Klein dikritik teman sejawat di
Berlin. Kondisi ini membuatnya tidak nyaman tinggal di kota tersebut. Pada tahun 1926,
Ernest Jones mengundangnya ke London untuk menganalisis anak-anaknya, dan
menyampaikan serangkaian kuliah mengenai analisis anak. Serangkaian kuliah tersebut

6
akhirnya menjadi buku pertamanya “The Psycho-Analysis of Children“. Akhirnya,
Klein memutuskan untuk menetap di Inggris, sampai sisa akhir hidupnya. sekolah
psikoanalisisnya di Inggris disebut sebagai “Sekolah Kleinian“. Walaupun
Kleinmenyebut dirinya Freudian, namun Freud dan Anna menolak konsep yang
menekankan pentingnya masa kanak-kanak awal dalam teknik analisis yang kulakukan.
Permusuhannya dengan Anna sudah dimulai sejak kami di Wina hingga London. Selain
itu, Klein berseteru hanya terbatas pada orang yang memiliki hubungan dengan Melitta.
Tahun 1934, anaknya Hans meninggal karena jatuh. Hal ini membuat Melitta yakin
bahwa Hans bunuh diri dan menuduh Klein sebagai penyebab kematian Hans. Suami
Melitta, yang bernama Walter Schmideberg juga merupakan seorang psikoanalis. Pada
saat Melitta membuat analisis bersama Edward Glover (saingan Klein dalam British
Society), hal ini memperburuk hubungan mereka secara profesional dan personal.
Sebenarnya, Melitta juga bukan pendukung Anna Freud, namun permusuhan mereka
memperumit perseteruannya dengan Anna. Anna dan Freud tidak mengakui adanya
kemungkinan untuk menganalisis anak-anak. Perseteruannya dengan Anna tidak pernah
mereda, dan masing-masing dari mereka menetapkan dirinya lebih Freudian dari yang
lainnya. Akhirnya pada tahun 1946, British Society menerima tiga prosedur pengajaran,
yaitu pengajaran tradisional dari Klein, pengajaran Anna Freud, dan Kelompok Tengah.
Kelompok Tengah ini adalah pengajaran dengan pendekatan lebih bebas, yang tidak
menerima kedua teknik pengajaran Anna dan Klein. Oleh karena itu, British Society
tidak terpecah, walau dengan pencapaian kesepakatan yang tidak mudah.
Berikut adalah konsep kepribadian Melani Klein:
1. Pengantar Teori Relasi Objek
Teori relasi objek merupakan bagian dari teori Freud mengenai teori insting,
namun penyebabnya berbeda dalam tiga hal. Klein disebut sebagai ibu dari teori relasi
objek, sedangkan Freud disebut sebagai ayah. Adapun perbedaan teori relasi objek
antara Freud dan Klein yaitu:
 Freud menekankan dorongan biologis dalam hubungan interpersonal, sedangkan
Klein menekankan pentingnya pola konsisten dalam hubungan interpersonal.

7
 Freud bersifat paternal yang menekankan pada kekuatan dan kendali ayah,
sedangkan Klein bersifat maternal yang menekankan keintiman dan pengasuhan
ibu.
 Freud memandang kesenangan seksual sebagai motif utama tingkah laku,
sedangkan Klein memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama tingkah
laku manusia.

2. Kehidupan Psikis pada Bayi


Dalam teorinya, Freud menekankan empat sampai enam tahun pertama dalam
kehidupan manusia untuk melakukan analisis. Sedangkan Klein menekankan empat
sampai enam bulan pertama dalam kehidupan untuk melakukan analisis. Hal ini karena
Klein yakin bahwa bayi tidak memulai hidup sebagai individu kosong. Bayi membawa
predisposisi untuk mengurangi kecemasan yang dihasilkan oleh insting hidup dan mati.

Salah satu asumsi yang dinyatakan Klein adalah ketika lahir, bayi sudah memiliki
fantasi kehidupan yang aktif. Fantasi ini merupakan representasi psikis dari
ketidaksadaran id. Bukan berarti bahwa bayi mampu menjelaskan pemikirannya melalui
kata-kata. Namun dalam ketidaksadarannya, sejak lahir, bayi mampu membedakan baik
dan buruk. Misalnya, jika perutnya penuh, maka bayi akan tenang, tidak menangis, dan
dapat tidur nyenyak. Hal ini dipersepsi bayi sebagai hal yang baik. Sebaliknya, jika
perutnya kosong, maka bayi akan menangis, rewel, dan tidak dapat tidur nyenyak. Hal
ini dipersepsi bayi sebagai hal yang buruk. Konsep baik buruk ini sama dengan konsep
baik buruk yang dikemukakan Sullivan. Sesuai perkembangan bayi, maka berkembang
juga fantasi ketidaksadaran lainnya, yaitu Oedipus complex, atau keinginan meniadakan
salah satu orangtua untuk melakukan hubungan seksual dengan orangtua satunya lagi.

Klein setuju dengan Freud bahwa manusia memiliki dorongan bawaan atau
insting, baik insting kehidupan maupun insting kematian. Dorongan-dorongan itu berupa
objek. Objek tersebut adalah dorongan lapar untuk mendapat payudara yang baik,
dorongan melakukan hubungan seksual, dorongan memiliki organ seksual, dan yang
lainnya. Objek ini disebut objek eksternal. Dalam khayalan aktifnya, bayi

8
mengintroyeksi atau mencapai struktur psikis pada objek eksternal, bukan hanya terbatas
pada pemikiran saja, namun wujud nyata.

3. Posisi
Klein menyatakan bahwa bayi sudah mengalami konflik dasar antara insting hidup
dan insting mati, seperti baik atau buruk, cinta atau benci, mencipta atau
menghancurkan. Namun, sejalan dengan pertumbuhan ego yang mengalami integrasi,
secara alami, bayi akan memilih sesuatu yang menyenangkan daripada yang tidak
menyenangkan.

Dalam menghadapi dikotomi baik dan buruk tersebut, bayi mengatur pengalaman
mereka berdasarkan posisi tertentu. Posisi di sini dapat disejajarkan dengan tahapan
perkembangan. Namun Klein memilih menggunakan istilah posisi, karena ia berasumsi
bahwa posisi dapat mengalami kemajuan atau kemunduran. Sedangkan tahapan
perkembangan tidak. Sehingga arti posisi bukanlah merupakan periode perkembangan
dalam rentang waktu tertentu pada fase kehidupan manusia. Posisi ditujukan untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan normal, bukan abnormal, walaupun ia
menggunakan istilah psikiatris atau patologis untuk memberi label pada nama posisi.
Ada dua posisi yang dikemukakannya, yaitu posisi paranoid schizoid dan depresif.

 Posisi paranoid-schizoid
Pada awal kehidupannya, bayi melakukan kontak dengan payudara ibu, yang
dipersepsi sebagai payudara baik dan buruk. Pengalaman kontak ini memberikan
pilihan antara keberhasilan atau kegagalan. Klein menyatakan bahwa bayi
memiliki keinginan menguasai payudara dan dorongan untuk menghancurkan
payudara. Kedua keinginan berlawanan ini termanifestasi dalam dua hal. Di satu
sisi, keinginan menghancurkan termanifestasikan saat bayi menggigit,
mengoyak, atau merobek payudara. Di sisi lain, keinginan menguasai
termanifestasikan dalam tetap meyakini perasaannya bahwa ibu dan payudaranya
adalah hal yang baik. Kondisi ambivalensi ini disebut posisi paranoid-schizoid.
Klein mengatakan bahwa bayi mengembangkan posisi paranoid-schizoid ini
pada usia tiga sampai empat bulan. Pada masa ini dimana bayi memilah objek-
objek di dunia sebagai sesuatu yang baik dan buruk, hal ini akan menjadi

9
prototipe ketika bayi menilai orang lain pada masa selanjutnya. Sehingga kondisi
ambivalensi tersebut akan tetap ada pada dirinya. Posisi paranoid-schizoid ini
setara dengan kasus nyata transferens dari seorang klien kepada terapisnya. Di
satu sisi, Klein merasa mencintai analisnya, namun di sisi lain, Klein sangat
membencinya. Dalam kehidupan nyata, bahkan yang terjadi pada orang dewasa,
terjadinya ambivalensi adalah sangat wajar. Ambivalensi itu wajar hanya jika
terjadi secara sadar. Sedangkan ambivalensi yang terjadi dalam posisi ini adalah
ambivalensi yang tidak disadari.
 Posisi depresif
Pada usia lima atau enam bulan, bayi mulai dapat melihat objek secara utuh,
yaitu ada kebaikan dan keburukan sekaligus dalam diri seseorang. Oleh karena
itu, pada saat ini, bayi dapat mengembangkan gambaran yang realistis sebagai
individu yang bebas dan juga dapat melakukan kebaikan sekaligus keburukan
dalam dirinya. Selain itu, ego nya sudah matang. Hal ini ditunjukkan pada saat
bayi mulai dapat menerima perasaan-perasaannya yang buruk, daripada
memproyeksikannya.
Pada masa ini, bayi sudah mulai menyadari bahwa ibunya dapat pergi jauh dan
hilang selamanya, sehingga ia merasa takut kehilangan dan berusaha melindungi
ibunya dari segala hal yang membahayakan ibunya tersebut. Namun, di sisi lain,
bayi sadar bahwa ia tidak dapat melindungi ibunya, sehingga hal ini membuatnya
merasa bersalah. Kondisi dimana bayi kehilangan objek yang dicintai, ditambah
dengan perasaan bersalah karena tidak dapat melindungi ibu, ini yang disebut
dengan posisi depresif. Kondisi ini akan menjadi faktor yang menguntungkan
bagi bayi dalam menjalin hubungan interpersonalnya di masa yang akan datang.
Posisi depresif ini akan hilang, jika kelak bayi dapat membuat khayalan untuk
memperbaiki keadaan, dan meyakini bahwa ibu tidak akan hilang selamanya,
melainkan akan kembali setiap kali ibu pergi. Hilangnya posisi depresif ini akan
menghilangkan pandangan bayi bahwa ada ibu baik dan ada ibu buruk. Hal itu
tidak berlaku lagi pada bayi. Ketika posisi itu sudah dilewati, bayi tidak hanya
akan mampu menerima kasih sayang dari ibunya, tetapi juga dapat menunjukkan
kasih sayang kepada ibunya.

10
4. Mekanisme Pertahanan Psikis
Klein menyatakan bahwa sejak awal, bayi sudah dapat menggunakan beberapa
mekanisme pertahanan psikis, untuk melindungi perasaan ambivalen, yang berasal dari
kecemasan bahwa payudara adalah objek yang menakutkan, namun juga sebagai objek
yang menyenangkan. Untuk mengendalikan kecemasan ini, bayi menggunakan beberapa
mekanisme pertahanan diri.

Empat mekanisme pertahanan diri itu adalah :

1. Introyeksi merupakan khayalan yang diperoleh bayi mengenai persepsi dan


pengalaman mereka dengan objek eksternal. Objek eksternal yang dimaksud
adalah payudara ibu. Introyeksi dimulai ketika pertama kali bayi disusui, dimana
puting ibu berusaha dimasukkan ke dalam mulut bayi. Bayi yang mampu
melakukan introyeksi objek baik, akan menyambut puting ibu sebagai objek
yang dapat melindunginya, memberinya kehangatan, dan kasih sayang. Bayi
yang melakukan introyeksi objek buruk akan menolak puting ibu, karena
menganggap itu berbahaya. Jika hal ini terjadi, maka payudara akan dianggap
sebagai sesuatu yang membahayakan, mengancam, atau menakutkan bayi.
2. Proyeksi merupakan khayalan atau dorongan yang dirasakan oleh bayi dan
kemudian dipindahkan pada orang lain. Misalnya, anak laki-laki memiliki
keinginan untuk mengebiri ayahnya. Namun karena hal ini dirasa tidak pantas,
maka anak tersebut menyalahkan ayahnya dengan mengatakan bahwa ayah ingin
mengebiri dirinya sendiri. Atau, seorang anak perempuan yang ingin menguasai
ibunya, namun anak ini berkhayal bahwa ibu akan menyiksa dirinya.
3. Pemisahan merupakan usaha bayi dalam mengembangkan gambaran yang
terpisah antara dirinya yang baik dan dirinya yang buruk. Hal ini dapat terjadi
ketika bayi sudah mampu memisahkan impuls-impuls yang tidak sesuai.
Pemisahan ini dapat berakibat positif maupun negatif bagi anak ketika mereka
dewasa kelak. Jika pemisahan ini dilakukan dengan tidak ekstrem dan tidak
kaku, maka dampaknya positif, yaitu membantu anak melihat sisi positif dan
negatif dalam kepribadiannya sendiri, serta dapat membedakan mana

11
kepribadian yang ia sukai maupun yang tidak ia sukai. Sebaliknya, jika
pemisahan dilakukan secara berlebihan dan tidak luwes, maka akan
menyebabkan represi patologis. Misalnya, jika anak yang memiliki ego sangat
kaku, tidak mampu memisahkan sisi baik dan buruk dalam dirinya, maka anak
tidak akan pernah mampu menerima dan mengakui sisi negatif atau perilaku
buruknya. Perilaku buruk akan ditekan, sehingga kelak akan menjadi sesuatu hal
yang patologis.
4. Identifikasi Proyektif, yaitu usaha memisahkan bagian dari diri mereka yang
tidak dapat diterimanya. Hasil pemisahan ini kemudian diproyeksikan menjadi
objek lain, dan diintroyeksikan ke dalam diri mereka dalam bentuk yang
berbeda. Misalnya, bayi ingin memukul payudara ibu, kemudian
memproyeksikan bahwa payudara itu membuatnya takut. Selanjutnya, ia
mengatakan bahwa payudara itu menyenangkan untuknya. Usaha ini membuat
mereka mampu memiliki kendali bahwa payudara itu objek yang menakutkan,
namun juga menyenangkan. Usaha ini memiliki pengaruh yang kuat pada
hubungan interpersonal bayi ketika ia dewasa kelak. Misalnya, suami memiliki
kecenderungan untuk mendominasi orang lain. Ia tidak menyukai kecenderungan
ini, sehingga ia proyeksikan ke istrinya. Ia berpikir bahwa istrinya adalah orang
yang suka mendominasi orang lain. Selanjutnya, suami membuat istri
mendominasi, dengan cara berperilaku submisif pada istri, agar istri
menunjukkan kecenderungan mendominasi.

5. Internalisasi
Internalisasi merupakan usaha orang untuk melakukan introyeksi, yaitu
memasukkan aspek eksternal, dan mengolah menjadi sesuatu yang bermakna psikologis.
Teori Kleinian menyebutkan tiga internalisasi yang penting, yaitu :
a. Klein meyakini bahwa ego sudah matang pada tahap lebih awal daripada yang
diyakini Freud. Freud menduga ego sudah ada pada saat bayi lahir, namun ia
tidak menghubungkan fungsi psikis tersebut hingga usia tiga atau empat tahun.
Freud meyakini, anak kecil didominasi id, sedangkan Klein mengabaikan id, dan
mendasarkan teorinya pada ego sejak awal kelahiran. Klein yakin bahwa

12
walaupun ego belum berkembang dengan baik, namun mampu merasakan
kecemasan, mampu menggunakan mekanisme pertahanan, dan mampu
membentuk objek relasi awal pada khayalan dan kenyataan. Ego mulai muncul
ketika menyusu pada ibunya. Pada saat ini ego mengetahui apakah ia
mendapatkan kasih sayang dan cinta atau tidak mendapatkannya. Gambaran ini
menjadi titik utama pembentukkan ego selanjutnya. Payudara menjadi relasi
objek yang pertama bagi bayi, dan selanjutnya menjadi prototipe untuk
perkembangan ego dan hubungan interpersonal di kemudian hari.
b. Gambaran superego Klein berbeda dari Freud. Konsep superego yang
dikemukakan Freud terdiri dari dua subsistem, yaitu : (a) ego ideal yang
menghasilkan perasaan inferior ; (b) yang menghasilkan perasaan bersalah.
Sedangkan konsep superego yang dikemukakan Klein adalah : (a) superego
berkembang lebih awal dibanding asumsi Freud ; (b) pertumbuhan oedipus
complex yang tidak mencukupi ; (c) pandangan Klein mengatakan bahwa
superego lebih keji dan kasar. Artinya, Klein menyatakan bahwa pada masa
dewasa, superego akan menghasilkan perasaan inferior dan bersalah (sama
dengan Freud). Namun, pada anak-anak awal, superego akan menghasilkan
perasaan terancam.
c. Oedipus complex, konsep Klein mengenai Oedipus complex adalah : (a) dimulai
pada masa oral-anal, dan mencapai puncaknya pada tahap genital. Freud
mengatakan pada masa phalik atau genital ; (b) Klein yakin bahwa bagian
terpenting dari oedipus complex adalah bahwa ketakutan anak akan ancaman
orangtua karena anak berkhayal bahwa anak melukai orangtuanya ; (c) Klein
menekankan pentingnya anak menjaga perasaan positif terhadap kedua orangtua
selama tahun oedipal ; (d) Klein yakin bahwa oedipus complex menyediakan
kebutuhan yang sama terhadap anak laki-laki dan perempuan, yaitu membangun
sikap positif dengan objek yang menyenangkan dan menghindari objek yang
menakutkan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psikoanalitik teori Karen Horney mengembangkan salah satu teori yang
paling terkenal dari neurosis. Dia percaya neurosis yang dihasilkan dari
kecemasan dasar yang disebabkan oleh hubungan interpersonal. Teorinya
mengusulkan bahwa strategi yang digunakan untuk mengatasi kecemasan
seringkali digunakan secara berlebihan, menyebabkan mereka mengambil bentuk
kebutuhan.
Horney tidak percaya bahwa alam bawah sadar merupakan penentu
kepribadian dan konflik masa kecil yang penting, tapi ia mempertanyakan
penekanan Freud pada konflik seksual. Dia percaya konflik adalah masalah
interpersonal yang belum terselesaikan. Seperti Erikson, Horney percaya
kekuatan budaya / sosial, harus dipertimbangkan. Dia juga percaya perbedaan
peran gender yang dipelajari dalam masyarakat, bukan hasil dari
perbedaan anatomi. Pendekatan relasional Horney telah menjadi dasar untuk
terapi keluarga kontemporer dan beberapa teori perkembangan sosial.
Lain halnya dengan Melani Klein yang menekankan pentingnya masa
empat sampai enam bulan setelah kelahiran. Ia juga menekankan bahwa
dorongan-dorongan pada bayi (lapar, seks, dan lainnya) dilandasi oleh sebuah
objek, yaitu payudara, penis, vagina, dan seterusnya.
Menurut Klein hubungan anak dengan payudara merupakan dasar dari
sebuah hubungan dan berperan sebagai prototipe dari hubungan selanjutnya,
seperti ibu dan ayah. Kecendrungan awal seorang bayi untuk menghubungkan
bagian-bagian dari suatu objek membuatnya mengalami suatu kondisi tidak
realistis atau serupa dengan khayalan yang memengarugi hubungan
interpersonalnya di kemudian hari.

14
B. Saran
Masih terdapat beberapa kekurangan dalam makalah ini, dan penulis
masih perlu memeperdalam lebih lanjut mengenai konsep kepribadian dari Karen
Horney dan Melanie Klein sebagai salah satu cara untuk menambah wawasan
mengenai kedua teori tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Dede Rahmat. 2015. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam
Konseling. Bogor: Ghalia Indonesia

Kurnia, R. D., & Hawadi, L. F. (2020). Gangguan Neurotik Remaja dan Pola Asuh
Orang Tua: Tinjauan Psikoanalisis Sosial dan Islam dalam Film dan Novel
Posesif. Jurnal Middle East and Islamic Studies, 7(2), 221-238.

Alwisol (2009). Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi. Malang : UMM Press

Feist, J & Gregory Feist (2010). Teori Kepribadian, Edisi 7, Buku 1. Jakarta : Salemba
Humanika

Schultz, D (1991). Psikologi Pertumbuhan, Model-model Kepribadian Sehat.


Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Suryabrata, S (2011). Psikologi Kepribadian. Jakarta : RajaGrafindo Persada

16

Anda mungkin juga menyukai