Anda di halaman 1dari 144

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Antropologi Sosial Skripsi Sarjana

2018

Tradisi Bersih Desa (Studi di Desa


Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat)

Andini
Universitas Sumatera Utara

https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/10132
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
TRADISI BERSIH DESA (Studi Di Desa Lama Kecamatan Sei Lepan
Kabupaten Langkat)

SKRIPSI
Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi

Oleh :
ANDINI

130905108

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

TRADISI BERSIH DESA (Studi Pada Masyarakat Desa Lama Kecamatan


Sei Lepan Kabupaten Langkat

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memeperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar
pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini saya
bersedia diproses secara hukum dan siap meninggalkan gelar keserjanaan saya.

Medan, September 2018

Penulis

Andini

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Andini 2018, judul skripsi Tradisi Bersih Desa (Studi Pada Masyarakat desa Lama,
Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat) . Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 85 halaman,
12 daftar foto.

Penelitian ini berjudul, Tradisi Bersih Desa (Studi Pada di Desa Lama, Kecamatan Sei
Lepan, Kabupaten Langkat) yang bertujuan untuk menggambarkan sekaligus
mendeskripsikan mengenai bagaimana pelaksanaan tradisi bersih desa, alasan warga
masyarakat masih mempertahankan bersih desa hingga sekarang ini, serta perubahan yang
terjadi.

Penelitian ini menggunakan metode etnografi dan untuk memperoleh data yang di
butuhkan, peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara. Peneliti melakukan
observasi partisipasi dalam penelitian ini dan langsung terlibat di lapangan, dengan tujuan
mengetahui kegiatan tradisi bersih desa selama sebelum dan akan pelaksanaan tiba.
wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dengan
menggunakan interview guide sebagai pedoman dalam melakukan wawancara. Dalam
menemukan data, peneliti mencari informan yang mengetahui banyak mengenai tradisi bersih
desa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi bersih desa dilaksanakan setahun
sekali, yakni pada bulan Maret setiap tahunnya. Waktu ini adalah waktu dimana panen lokal
telah selesai pada bulan Februari dan memasuki masa turun bibit (masa tanam) tanpa ada
penanggalan khusus dalam penetapannya. Pelaksanaan bersih desa dilakukan dalam dua hari
berturut-turut. Ada beberapa tujuan pelaksanaan bersih desa, yakni: Wujud rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen yang telah diberikan pada tahun sebelumnya, dan
memohon kembali untuk kelancaran dalam masa tanam berikutnya, Memohon perlindungan
untuk seluruh warga desa agar terhindar dari malapetaka baik yang sifatnya alamiah
maupun disengaja, Penghormatan kepada arwah leluhur pendahulu mereka di desa tersebut,
yang mana telah menjaga mereka selalu dari segala malapetaka. Jikapun terjadi hal yang
tak diinginkan maka hal itu kembali kepada Tuhan mereka. Tradisi tahunan masyarakat Desa
Lama ini mencakup dua tahap diantaranya tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Dalam
setiap tahapannya tanggung jawab dan pembagian tugas sangat jelas terlihat.

Bentuk partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan tradisi bersih desa ada tiga
macam. Pertama adalah berbentuk materi, Kedua adalah berupa fisik atau tenaga. Ketiga
adalah keterlibatan secara mental dan emosional. Ada beberapa alasan masyarakat tetap
melestarikan tradisi bersih desa adalah karena pertama tradisi bersih desa merupakan warisan
dari nenek-moyang atau para pendahulu mereka sehingga wajib dilestarikan dengan baik,
kedua yaitu, sebagai media antara manusia dan Tuhan dalam rangka mengucapkan
terimakasih atas berkah yang diberikan selama satu tahun terakhir, berupa kesehatan,

ii

Universitas Sumatera Utara


keselamatan, dan rezeki, ketiga adalah mengambarkan suatu pengharapan, agar kehidupan
jauh lebih baik dengan berkah yang diterima. Kemudian daripada itu dalam pelaksanaannya
terjadi perubahan-perubahan yang sifatnya cepat maupun lambat, tercakup dalam perubahan
fisik dan nonfisik.

Kata kunci :Tradisi, Bersih Desa, Desa Lama

iii

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya hadiahkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Tradisi Bersih

Desa (Studi Pada Masyarakat desa Lama, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat)”

dengan baik. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1

bidang Antropologi Sosial di Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan skripsi ini, saya banyak menerima bimbingan dan masukan

dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penghargaan terbesar saya

persembahkan kepada keluarga besar saya terutama orangtua saya tercinta Ibu Halimatun

Sakdiah yang memenuhi kebutuhan saya sehingga saya dapat menikmati fasilitas dalam

dunia pendidikan hingga saat ini. Semoga ibu diberikan umur yang panjang, sehat selalu dan

dilancarkan rezekinya. Tanpa adanya bimbingan dan do’amu saya tidak akan mampu untuk

mengerjakan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pada kakak laki-laki saya Andriko dan adik

saya Anika, terimakasih telah memberikan semangat dan do’a untuk saya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Saya juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besanya untuk guru-guru saya

mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, tanpa jasa kalian yang telah

membuat saya dapat membaca dan menulis serta mendapatkan ilmu-ilmu lainnya yang sangat

berguna dan penuh kesabaran telah mendidik saya, tanpa kalian saya tidak akan pernah bisa

menuliskan skripsi ini.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Lister Berutu MA sebagai

dosen pembimbing saya yang sudah banyak membantu saya. Lalu meluangkan waktu dan

iv

Universitas Sumatera Utara


tenaga untuk membimbing saya mulai dari pengajuan proposal sampai skripsi. Bapak telah

banyak memberikan ilmu, semangat dan masukan-masukan yang berharga, serta dengan

sangat sabar dalam membimbing. Saya minta maaf karena sudah banyak merepotkan bapak

selama penulisan skripsi ini, semoga bapak beserta keluarga diberikan kesehatan dan

kebahagiaan dalam menjalani hidup, dan juga kepada staf pegawai serta pengajar

Departemen Antropologi, Bapak Dr. Fikarwin Zuska, Drs. Agustrisno,M.SP, dan seluruh

dosen Antropologi, yang juga memberi dukungan baik kritik maupun saran, serta telah

mendidik dan membekali ilmu pengetahuan. Kepada kak Nurhayati sebagai staf administrasi

Departemen Antropologi FISIP USU, saya mengucapkan terimakasih banyak telah bersedia

membantu kelancaran semua berkas yang diperlukan mulai dari selama kuliah hingga skripsi

ini dapat diselesaikan.

Saya juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada para informan saya yang

merupakan orangtua saya di Desa Lama dan juga kakak, abang, paman, bibi yang telah

bersedia membantu saya, yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan informasi

untuk mendapatkan data dari skripsi ini, tanpa kalian saya tidak akan dapat menyelesaikan

skripsi ini, biarlah kiranya Tuhan yang membalas segala kebaikan kalian.

Terima kasih buat abangda Salman Fauzi selalu memberikan motivasi-motivasi

positif, dan teman- teman lateral khususnya abangda Prof. Hamdani Harahap, Abdullah

akhyar Nasution, Saruhum Rambe, Farid Aulia, dan Dr. Yeni Absah, yang senantiasa

memberikan dorongan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini.

Buat sahabat-sahabat saya stambuk 2013 terkhusus Yona Tusiana, Selvi Ariska,

Fadlun Nisa, Nur Intan Sari, terimakasih atas hubungan dan semua kenangan yang telah kita

lalui bersama baik itu dalam suka maupun duka. Terimakasih atas pertemanan selama kuliah

Universitas Sumatera Utara


ini serta diskusi-diskusi dan motivasi positif yang kalian berikan, sukses buat kita semua

teman-teman.

Terimakasih banyak sekali lagi untuk semuanya. Kiranya Tuhan senantiasa membalas

kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis.

Medan, September 2018

Penulis

Andini

vi

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Andini, lahir di Pangkalan Berandan, 23 Desember


1994.Anak ke 2 (dua) dari pasangan alm.Rusito dan
Halimatun Sakdiah br Ginting

Riwayat pendidikan formal sebagai berikut : SDN


054936 Wonorejo Desa Lama (2001-2007), SMPN 2
Babalan Pangkalan Berandan (2007-2010), SMAN 1
Babalan Pangkalan Berandan (2010-2013) serta
melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi dan
lulus di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Sumatera Utara pada tahun 2013
melalui jalur BIDIKMISI-SBMPTN.

Berbagai kegiatan yang dilakukan selama masa studi sebagai berikut :

1. Peserta inisiasi dalam kegiatan penyambutan Mahasiswa baru Departemen


Antropologi Sosial, FISIP USU pada tahun 2013.
2. Peserta Pelatihan Menulis Kreatif dan Advertising oleh Putra Gara dan Mayoko Aiko
yang dilaksanakan di ruang sidang FISIP USU pada tanggal 07 Mei 2014.
3. Panitia inisiasi dalam kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) Departemen
Antropologi Sosial, FISIP USU pada tahun 2015.
4. Panitia RAKERNAS JKAI (Rapat Kerja Nasional Jaringan Kekerabatan Antropologi
Indonesia) pada tanggal 26-28 Februari 2015 dengan tema “Lingkungan Hidup dan
Adat Sumatera Utara”.
5. Mengikuti Training of Fasilitator angkatan ke VII oleh Depaertemen Antropologi
Sosial, FISIP USU yang dilaksanakan di Armaya Wisata Alam pada tanggal 9-10
januari 2016.
6. Melakukan PKL-TBM (Paraktek Kerja Lapangan-Tinggal Bersama Masyarakat) di
desa Marindal II Medan
7. Relawan di Lateral (Lembaga Transformasi Lokal) sejak 2017 hingga sekarang.
8. E-mail: dienandini.da@gmail.com

vii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas kehendak-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dan segala hal yang berkaitan dalam memenuhi persyaratan

untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Tradisi Bersih Desa (Studi Pada Masyarakat desa Lama,

Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat)” yang berisi kajian etnografi yang didasarkan

pada wawancara mendalam yang dilakukan penulis di lapangan.

Dalam Bab 1 penulis menjelaskan latar belakang mengapa tertarik melakukan

penelitian ini, juga ada tinjauan pustaka yang terdapat di dalamnya teori-teori untuk

mempermudah penulisan skripsi ini. Ada 2 perumusan masalah yang menjadi pokok

pertanyaan dalam penelitian, juga dalam bab ini berisi tujuan dan manfaat penelitian serta

menjelaskan metode penelitian yang digunakan.

Bab II penulis menjelaskan gambaran lokasi penelitian. Gambaran lokasi penelitian

terdiri dari sejarah desa lama, keadaan geografis dan susunan penduduk desa.

Bab III penulis menjelaskan mengenai sejarah tradisi bersih desa, kepercayaan

masyarakat desa lama, norma dan aturan yang terkait bersih desa, alasan masyarakat masih

mempertahankan tradisi bersih desa, persiapan pelaksanaan, penyelenggaraan bersih desa

yang akan membahas prosesnya, keterlibatan masyarakat pada kegiatan bersih desa, serta

nilai-nilai yang tergambarkan dalam penyelenggaraan bersih desa.

Bab IV menjelaskan mengenai tradisi bersih desa dan perubahan yang terjadi. Serta

kaitannya dengan kajian studi.

viii

Universitas Sumatera Utara


Bab V yang menjadi penutup skripsi ini yang berisi kesimpulan dan saran.

Kesimpulan akan menjelaskan rangkuman keseluruhan dari isi skripsi dari Bab I hingga Bab

IV, setelah itu penulis memberikan sedikit saran untuk pembaca.

Skripsi ini tentu masih jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, penulis dengan senang

hati menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan selanjutnya serta sebagai

bahan pembelajaran untuk tulisan-tulisan berikutnya dan penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca baik mahasiswa maupun masyarakat umum.

Medan, September 2018

Penulis

Andini

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORIGINALITAS................................................................................... i
ABSTRAKSI...................................................................................................................... ii
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... x
DAFTAR FOTO................................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL............................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………………......................…………………..…………..... 1
1.2 Tinjauan Pustaka……………………......................…………………………………….. 9
1.3 Rumusan Masalah ………………………………………......................………………. 17
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………......................………….. 18
1.5 Metode Penelitian……………………………………………......................…………... 19
1.6 AnalisisData…………………………………………………….......................……….. 27
1.7 Pengalaman Penelitian…………………………………........……......................……... 28

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


2.1 Sejarah Desa Lama………………….......................…….. ……….……………………..34
2.2 Keadaan Geografis ……………...........……..........……………………………….….... 38
2.3 Keadaan Penduduk ………………………………….....................…………………….. 41
2.3.1 Jumlah Penduduk……………………..…………....................…………….… 41
2.3.2 Susunan Penduduk..………………………....................…………………….. 43
2.4 Sarana dan Prasarana…………………………………....................…………………... 48
2.5 Gambaran Umum Masyaralat Jawa di Desa Lama ………….....................……………. 53

BAB III TRADISI BERSIH DESA DI DESA LAMA KECAMATAN SEI LEPAN
KABUPATEN LANGKAT
3.1 Sejarah Tradisi Bersih Desa…….....................……………………………….………… 56
3.2 Kepercayaan Masyarakat Desa Lama............................................................................... 62
3.3 Norma dan aturan yang Terkait Bersih Desa…......................………………....……….. 67
3.4 Alasan Masyarakat Mempertahan Tradisi Bersih Desa……......................…………….. 75
3.4.1 Untuk Melestarikan Warisan Dari Para Pendahulu….......................…….…… 77
3.4.2 Wujud Terima Kasih Kepada Tuhan yang Maha Esa…….....................……... 81
3.4.3 Bentuk Pengharapan Untuk Kehidupan Selanjutnya …....................………… 83
3.5 Persiapan Bersih Desa………………….....................………………………………….. 86
3.5.1 Rapat Persiapan …………………………………………….....................…... 86
3.5.2 Pembersihan/Gotong Royong…………………..……...…........................….... 89
3.5.3 Membangun Kemah……………………………………….......................….... 90
3.5.4 Masak-Masak………..…………………………………………....................... 92
3.5.5 Dzikir Akbar……………………..............................………….……………… 95
3.6 Penyelenggaraan Bersih Desa ………………......................…………………………… 96
3.6.1 Dziarah Kubur……………………….......................………………………..... 96
3.6.2 Kenduri Selamet…………..……………….....................…………………….. 98
3.6.3 Wayang Kulit…………….…………..........……………………………….... 103
3.7 Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Tradisi Bersih Desa……....................………... 108

Universitas Sumatera Utara


3.7.1 Keterlibatan Material…………………………………………....................… 108
3.7.2 Keterlibatan Fisik………………………………………...................……….. 110
3.7.3 Keterlibatan Emosional dan Mental………………………...................…….. 112
3.8 Nilai-nilai Yang Tergambarkan Dalam Penyelenggaraan Bersih Desa…...................... 114

BAB IV TRADISI BERSIH DESA DAN PERUBAHAN YANG TERJADI


4.1 Dinamika tradisi Bersih Desa..……....................…………………................................ 115
4.1.1 Perubahan Fisik …………………..............……………….....……………… 117
4.2.2 Perubahan Non Fisik ……………………………...................……………… 119
4.2 Temuan Studi Dikaitkan Dengan Kajian Teori……...………...................……………. 122

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………......................….. 128
5.2 Saran………………………………………………………………….......................... 133

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...........………….. 134

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR FOTO

Foto 1: Pintu masuk Desa Lama......................................................................................... 36


Foto 2: Peta Lokasi Desa Lama........................................................................................... 41
Foto 3: Tenda Dusun I di bawah Kramat............................................................................ 91
Foto 4: Tenda II di Dusun III tempat makan bersama dan hiburan..................................... 93
Foto 5: Kegiatan masak-masak di bawah kramat sejak sore hingga malam hari................ 93
Foto 6: Masak-masak di bagian tratak untuk tamu.............................................................. 95
Foto 7: Makam Mbah Datuk............................................................................................... 96
Foto 8: Persiapan kenduri selamet...................................................................................... 100
Foto 9: Masyarakat memadati tempat kenduri................................................................. 100
Foto 10: Tepung tawar bibit............................................................................................... 101
Foto 11: Makan bersama menggunakan daun pisang........................................................ 102
Foto 12: Pagelaran wayang kulit....................................................................................... 104

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 1: Jumlah penduduk menurut kelompok umur, Jenis kelamin, 2018............................... 42


Tabel 2: Kelompok penduduk usia produktif.............................................................................. 43
Tabel 3: Susunan penduduk berdasarkan mata pencaharian........................................................ 45
Tabel 4: Susunan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan...................................................... 47
Tabel 5: Sarana Komunikasi dan Informasi................................................................................. 49
Tabel 6: Sarana Transportasi........................................................................................................ 49
Tabel 7: Sarana Peribadatan......................................................................................................... 51
Tabel 8: Sarana dan Prasarana kesehatan.................................................................................... 51
Tabel 9: Sarana dan prasarana pendidikan................................................................................... 52

xiii

Universitas Sumatera Utara


INTERVIEW GUIDE

No Indikator Sub Indikator Jenis Data Sumber Data Meto


 Jumlah Penduduk
 Susunan Penduduk Kantor Camat, Me
1 Gambaran Desa Sekunder
 Lokasi Kantor Desa

 Jarak
 Apa itu bersih desa
2 Konsep bersih desa  Bagaimana sejarah bersih desa Primer Informan Kunci
 Bagaimana bersih desa di desa
lama
 Penentuan waktu
penyelenggaraan
Kepala desa,
3  Penanggung jawab acara Primer
kepala dusun
Penyelenggaraan bersih  Bagaimana keberlangsungan
desa acara
 Pendapat masyarakat tentang
tradisi bersih desa
 Penting atau tidaknya bersih
desa
 Partisipasi masyarakat dalam Informan kunci,
Eksistensi tradisi bersih penyelenggaraan bersih desa Informan
4 Primer
desa  Apakah keadaan tradisi bersih pangkal,
desa mengalami perubahan Informan biasa

xiv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Data Informan:

Nama Wagiman Nama Tajwid

Usia 87 tahun Usia 48 tahun


Pekerjaan Kepala Sekolah
Pekerjaan Petani

Nama Rejo Nama Jumin

Usia 87 tahun Usia 55 tahun

Pekerjaan Petani Pekerjaan Kepala desa

Nama Karnomo Nama Darto


Usia 82 tahun Usia 45 tahun
Pekerjaan Produsen tahu Pekerjaan Petani

Nama M. Talib Nama Frida


Usia 87 tahun Usia 85 tahun
Pekerjaan Petani Pekerjaan Ibu rumah tangga

Nama Halimatus Sakdiah Nama Sikem


Usia 53 tahun Usia 78 tahun
Pekerjaan Pedagang kecil Pekerjaan Ibu rumah tangga

xv

Universitas Sumatera Utara


xvi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia terletak di wilayah yang menghampar dari ujung utara Pulau

Weh sampai ke bagian timur di Merauke. Selain itu, Indonesia terdiri atas

berbagai suku bangsa dengan keragaman budaya yang dimilikinya. Oleh karena

itu bangsa Indonesia disebut juga bangsa majemuk yang memiliki beragam

budaya. Selain itu, Indonesia memiliki letak sangat strategis dan tanah yang subur

dengan kekayaan alam melimpah ruah. Dalam hal ini kita dapat menemui

berbagai kebudayaan lokal yang dimiliki setiap masyarakatnya. Budaya lokal

meliputi berbagai kebiasaan dan nilai bersama yang dianut masyarakat tertentu.

Pengertian budaya lokal sering di hubungkan dengan kebudayaan suku bangsa.

Konsep suku bangsa sendiri sering dipersamakan dengan konsep kelompok etnik.

Menurut Fredrik Barth sebagaimana dikutip oleh Parsudi Suparlan, suku bangsa

hendaknya dilihat sebagai golongan yang khusus. Kekhususan suku bangsa

diperoleh secara turun temurun dan melalui interaksi antar budaya. Budaya lokal

atau dalam hal ini budaya suku bangsa menjadi identitas pribadi ataupun

kelompok masyarakat pendukungnya. Ciri-ciri yang telah menjadi identitas itu

melekat seumur hidup seiring kehidupannya. "Budaya lokal adalah nilai-nilai

lokal hasil budi daya masyarakat suatu daerah yang terbentuk secara alami dan

diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu. Budaya lokal dapat berupa

hasil seni, tradisi, pola pikir, atau hukum adat."

Universitas Sumatera Utara


Pada saat sekarang ini kita sudah memasuki era globalisasi. Dimana

pengaruh globalisasi sangat mudah diterima oleh masyarakat yang ditandai

dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu

mengubah dunia secara mendasar. Gejala yang menonjol sebagai dampak dari

globalisasi informasi adalah perubahan budaya dalam masyarakat tradisional,

yakni dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat terbuka. Berbicara mengenai

perubahan budaya artinya kita sedang berbicara mengenai proses pergeseran,

pengurangan, penambahan, dan perkembangan unsur-unsur dalam suatu

kebudayaan yang terjadi melalui interaksi antara masyarakat suatu pendukung

kebudayaan dengan unsur-unsur kebudayaan baru dan melakukan penyesuaian

antar unsur-unsur kebudayaan tersebut. Sebagaimana kebudayaaan memiliki sifat

dinamis, yaitu selalu bergerak dan mengalami perubahan, baik secara cepat

maupun lambat.

Jika kita lihat kenyataan dalam perkembangan zaman teknologi yang

berpangkal pada kehidupan modern, maka adat istiadat bangsa Indonesia ini akan

menghadapi tantangan berupa pergeseran nilai. Tidak mustahil pergeseran nilai

dapat mendangkalkan adat istiadat leluhur, terlebih pada generasi muda yang

masih belum kuat dan belum mampu mengantisipasi kedatangan budaya asing

yang serba modern yang mendasarkan pada kemampuan teknologi dan melupakan

sumber nilai-nilai luhur yang mengakar pada adat istiadat kebudayaan bangsa

kita. Kalau pergeseran nilai dibiarkan berlarut-larut, maka tidak mustahil adat

akan dilupakan dan bahkan tidak dikenal oleh generasi muda dan akhirnya akan

hilang sama sekali. Kalau hal itu terjadi tentu sangat disayangkan.

Universitas Sumatera Utara


Budaya adalah bagian dari sebuah masyararakat yang tinggal dalam

sebuah lingkungan. Sebagaimana Julian H. Steward (1930) mengatakan

―lingkungan dan budaya tidak dapat dipisahkan satu sama lain tapi terlibat dalam

mempengaruhi dialektika yang disebut umpan balik atau timbal balik.‖

Dua ide dasar dari sudut pandang ekologis yang tidak bisa dipisahkan

dalam konsep hubungan timbal balik, baik itu lingkungan maupun budaya adalah

pemberian, tapi satu sama lain disimpulkan dalam istilah lain bahwa lingkungan

bermain aktif, tidak hanya berperan dalam membatasi atau menyeleksi aktivitas

manusia. Pengaruh lingkungan dan budaya yang relatif mempengaruhi lingkungan

dan budaya dalam hubungannya dengan umpan balik yang tidak sama. Sesuai

dengan pandangan ini, kadang kala budaya memainkan suatu peran aktif dan

kadang kala juga lingkungan lepas tangan.

Steward percaya bahwa beberapa sektor dari budaya memiliki hubungan

yang kuat dengan lingkungan daripada sektor lain, dan analisa ekologis harus bisa

digunakan untuk menjelaskan kesamaan persilangan budaya hanya ada di inti

budaya. Inti budaya terdiri dari sektor ekonomi masyarakat, yang menonjolkan

aktivitas kehidupan dan penyelenggaraan ekonomi masyarakat. Masyarakat yang

tinggal di daerah tertentu pasti mempunyai budaya atau tradisi yang diyakini dan

dilestarikan. Budaya dan tradisi itu biasanya dipercaya turun temurun oleh suatu

masyarakat yang tinggal di dalamnya. Tradisi diturunkan dari orang tua kepada

anak-anaknya dengan harapan anak-anaknya mewarisi atau melakukan tradisi

yang sama. Sama halnya dengan upacara bersih desa atau yang dikenal dengan

istilah Rasulan.

Universitas Sumatera Utara


Perwujudan dari sebuah kebudayaan adalah berupa benda-benda yang

diciptakan manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa pola-pola perilaku,

bahasa, peralatan hidup, organisasi-organisasi social, religi/agama, seni dan lain-

lain. Tujuannya untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan

bermasyarakat. Jadi kebudayaan bisa didapat dari mana saja, baik dalam pelajaran

di sekolah maupun dari lingkungan sosialnya. Orang biasanya banyak belajar dari

apa yang ia lihat sehari-hari, mereka punya kebiasaan yang umumnya sama

dengan orang-orang di sekitarnya. Kebudayaan itu secara tidak di sengaja muncul

dalam masyarakat dan di setujui secara tidak langsung oleh sebuah masyarakat

tersebut. Namun biasanya di anut dan di percaya dalam suatu masyarakat.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah budaya ―Rasulan‖. Rasulan ini

terdapat di berbagai daerah di Jawa. Pada dasarnya budaya/tradisi ini adalah

sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah pada tahun itu.

Kemudian juga agar panen tahun depan tidak berkurang dan daerah itu supaya

terhindar dari musibah. Aneh mungkin bagi orang yang tidak tahu. Namun masih

ada masyarakat kita yang meyakininya sebagai upacara adat. Masyarakat

mensyukurinya dengan cara memasak nasi dan lauk-pauknya dalam jumlah yang

besar kemudian dibawa ke balai desa untuk di do‘akan kemudian dimakan

bersama dan sisanya dibagikan kepada seluruh warga. Kemudian pada malam

harinya di adakan pagelaran wayang kulit.

Upacara ini juga tidak jelas apa latar belakang dan darimana datangnya

namun sampai saat ini masih di lakukan oleh warga di beberapa daerah di

Indonesia yang memiliki penduduk suku Jawa . Dengan upacara kita menemukan

nilai-nilai masyarakat yang tak dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari,

Universitas Sumatera Utara


upacara senantiasa mengingatkan manusia tentang eksistensi mereka dan

hubungan mereka dengan lingkungan, hubungan masyarakat dengan masyarakat,

karena melalui upacara warga masyarakat dibiasakan untuk menggunakan simbol-

simbol yang bersifat abstrak (misalnya penggunaan bubur merah putih dalam

tradisi yang melambangkan persatuan dan kesatuan layaknya yin dan yang dalam

kehidupan, dan lain sebagainya) yang berada pada tingkat pemikiran di berbagai

kegiatan sosial (Soetarno, 2002). Di dalamnya selain terdapat ucapan syukur

tetapi juga terdapat interksi social antara warga desa dengan yang lainnya,

interaksi antara manusia dengan Tuhannya dan juga ada interaksi manusia dengan

dunia lain yang hidup berdampingan dengan manusia seperti roh dan para arwah

leluhur. Bersih desa/ rasulan ini memiliki makna yang luas bagi masyarakat yang

mempercayai dan yang mempunyai tradisi ini. Kebiasaan ini juga tidak jelas

bagaimana asal-usulnya, namun sampai saat ini masih terus dilakukan oleh

sebagian besar masyarakatnya. Ada orang-orang tua yang mungkin tahu seluk

beluk ―rasulan‖ tapi ada juga yang hanya ikut-ikutan karena orangtuanya juga

melakukan hal seperti itu atau mungkin hanya karena ―umum sanak‖ atau biar

sama dengan warga kampung yang lain. Hal ini terjadi karena tradisi ―rasulan‖ ini

sudah dilakukan sejak dulu.

Tradisi bersih desa atau Rasulan mempunyai 2 makna yaitu, pertama

sebagai gerakan kebersihan yang dikerjakan oleh masyarakat setempat secara

bergotong- royong, kedua sebagai persembahan terhadap para nabi, danyang, serta

ibu pertiwi yang telah memberikan hasil panenan dari apa yang telah ditanam di

sawah ladangnya. Upacara tradisi bersih desa itu merupakan upacara intensifikasi

yaitu suatu upacara yang menandai keadaan krisis dalam kehidupan kelompok.

Universitas Sumatera Utara


Kegiatan upacara bersih desa tidak lepas dari interaksi sosial masyarakat karena

interaksi sosial melibatkan banyak orang sehingga mempunyai hubungan timbal

balik antara pelaku dan upacara yang akan dilakukan serta unsur-unsur yang

mendukungnya. Oleh karena itu interaksi sosial menjadi faktor terpenting dalam

hubungan dengan orang lain dan menyangkut keberhasilan suatu upacara, hal ini

menunjukkan adanya gotong-royong dan kerja sama. Adat dan budaya manusia

tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai ritual atau kepercayaan masyarakat.

Tradisi dalam masyarakat Jawa mewujud dalam beragam bentuk, salah

satunya adalah tradisi bersih desa. Menurut Sumardi, dkk (1997:134) menyatakan

bahwa upacara bersih desa mempunyai banyak sebutan, misalnya sedekah bumi,

rasulan, slametan bumi suran dan lainnya. Sedekah bumi adalah memberi

penghargaan kepada bumi dengan persembahan berupa makanan, Rasulan

merupakan istilah bersih desa yang digunakan oleh masyarakat di Pulau Jawa,

slametan bumi dan suran memiliki makna yang sama dengan sedekah bumi.

Pemberian nama ini biasanya tergantung dari daerah masing-masing, selain itu

makna yang terkandung dari setiap istilah-istilah tersebut juga sama. Namun pada

prinsipnya upacara bersih desa adalah upaya manusia untuk mencari

keseimbangan atau hubungan dengan makhluk yang tidak kasat mata (gaib) dan

diyakini sebagai penjaga atau pelindung desa. Waktu pelaksanaan bersih desa

yaitu satu tahun sekali, biasanya sesudah musim panen padi. Namun lain halnya

yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lama, yang mana penyelenggaraan bersih

desa dilaksanakan dalam rangka turun bibit atau turun sawah, yakni saat mereka

akan baru melakukan tanam padi. Tujuannya adalah agar tanaman padi yang

nantinya ditanam akan mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa

Universitas Sumatera Utara


melalui para leluhur hingga akhirnya menghasilkan panen yang sangat

memuaskan bagi masyarakatnya. Terkait soal bulan, hari, tanggal, dan cara

pelaksanaannya tidak selalu sama antara satu desa dengan desa yang lain. Secara

umum tanggal dan hari pun tidak sembarangan ditentukan, melainkan ada hari-

hari tertentu di kalender Jawa yang merupakan hari sakral untuk melakukan ritual

bersih desa. Tempat penyelenggaraan bersih desa dan pesta desa mengikuti

kebiasaan desa setempat, ada kegiatan yang merata dilakukan di seluruh

lingkungan desa beserta penghuninya, disamping itu juga ada kegiatan yang

dipusatkan pada tempat-tempat tertentu, 1) tradisi puncak dipusatkan di balai

desa, 2) pesta desa dipusatkan di lapangan desa setempat, 3) sedekah misal

dilaksanakan di makam leluhur, 4) sesaji dan doa dilakukan di makam atau

petilasan cikal bakal desa (Suwardi, 2006:1-2).

Kecamatan Sei lepan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di

Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Meskipun letaknya yang berada di Sumatera

Utara tak menjadikannya melulu memiliki masyarakat yang dominan bersuku

Batak. Seiring dengan perkembangan jaman tentu banyak sekali perubahan-

perubahan telah terjadi yang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor pula. Dalam hal

ini salah satu dampak yang menonjol adalah persebaran penduduk, yakni

transmigrasi. Akibat dari transmigrasi tentunya masyarakat secara universal

berpindah ketempat tinggal mereka yang baru dengan membawa budaya yang

mereka dapatkan dari tempat tinggal awalnya. Masyarakat Jawa menjadi salah

satu suku terbanyak yang menduduki populasi di Indonesia, hal inilah yang

mengharuskan mereka melalukan persebaran di berbagai daerah penjuru

Indonesia agar persebaran penduduk merata. Salah satu teempat tujuan tersebut

Universitas Sumatera Utara


adalah Desa Lama. Disinilah mereka mulai menyambung kehidupan baru, dengan

tata cara kelakuan yang sama dengan tempat asal mereka. Dan memang sejak

awal di bangunnya Desa Lama ini adalah oleh masyarakat Jawa, meskipun lama

kelamaan telah muncul beberapa suku yang turut hadir yakni Batak, Karo, dan

Melayu, namun keberadaannya masih sangat jauh di bawah jumlah masyarakat

Jawa.

Awalnya masyarakat Jawa di Desa Lama merupakan para pensiunan buruh

Kebun Lada dari Kota Binjai, dan pada masa itu mereka terpaksa harus mencari

tempat tinggal baru setelah mengalami Pemutusan Hubungan Kerja oleh pihak

perkebunan. Meskipun pada awalnya masih sangat sedikit mereka yang memilih

tinggal di Desa lama, namun lambat laun seiring berjalannya waktu desa pun

mulai ramai dengan para penduduk baru. Tak lama waktu yang dibutuhkan untuk

mereka saling berinteraksi, dikarenakan telah adanya kesamaan RAS maka sangat

mudah bagi mereka untuk berkomunikasi. Atas kesamaan inilah mereka memiliki

inisiatif untuk membuat suatu ucapan rasa syukur kepada pemilik tanah yang

mana telah membantu mereka dalam menjalani kehidupan pertanian sebagai mata

pencaharian utama penduduk disana., dalam bentuk kenduri selamet. Semakin

tahun panen yang didapatkan pun meningkat, lantas mereka kembali membuat

kesepakatan untuk memberikan hiburan yang di sandingkan dengan kenduri

selamet, yakni wayang kulit. Berangkat dari sinilah maka mereka mulai

melakukan tradisi rutin ini dan dinamai ―Bersih Desa‖.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka Tradisi Bersih Desa pada

masyarakat Desa Lama, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat ini menarik

untuk diteliti karena kehadirannya sejak tahun 1974 masih tetap dipertahankan

Universitas Sumatera Utara


oleh masyarakat Desa Lama, walaupun terjadi perubahan-perubahan didalamnya.

Hal ini dilakukan agar dapat menjelaskan tentang tradisi bersih desa itu sendiri

maupun hal-hal yang terkait dengan eksistensinya dalam masyarakat hingga saat

ini.

1.2 Tinjauan Pustaka

Perkembangan manusia dibentuk oleh kebudayaan yang melingkunginya.

Dalam batasan-batasan tertentu, manusia mengubah dan membentuk

kebudayaannya, tetapi pada dasarnya manusia lahir dan besar sebagai penerima

kebudayaan dari generasi yang mendahuluinya. Kebiasaan yang turun temurun

dalam suatu masyarakat inilah disebut tradisi (Mardimin, 1994:12). Tradisi

dikatakan sebagai suatu sistem yang menyeluruh, terdiri dari cara aspek dan

pemberian arti terhadap laku ujaran, laku ritual dan berbagai jenis laku lainnya

dari manusia atau sejumlah manusia yang melakukan tindakan satu dengan yang

lain (Wasid, dkk, 2011:30). Tradisi merupakan mekanisme yang dapat membantu

memperlancar perkembangan pribadi anggota masyarakat, juga sebagai

pembimbing pergaulan bersama di dalam masyarakat (Mardimin, 1994:13).

Dalam kebudayaan terdapat apa yang disebut dengan ekologi budaya, yaitu

mempelajari kebudayaan dari kelompok manusia yang beradaptasi dengan sumber

alam lingkungan dan terhadap eksistensi dari kelompok manusia lainnya.

Lingkungan merupakan tempat untuk beraktualisasi, bereksistensi dan

berinteraksi bagi manusia. Hubungan antara sesama manusia dengan makhluk lain

bisa dijalankan dengan baik, apabila terjadi simbiosis mutualisme, dengan prinsip

kerjasama yang saling menguntungkan. Masing-masing saling memberi ruang dan

kemerdekaan hidup, sehingga terjalin keselarasan dan keserasian. Dalam proses

Universitas Sumatera Utara


budaya akan terjadi apa yang disebut equilibrium dan disequilibrium, untuk

mencapai equilibrium (keseimbangan) antara manusia dengan lingkungan

dibutuhkkan sarana kebudayaan, sedangkan dalam proses keseimbangan sering

terjadi disequilibrium (ketidakseimbangan) antara manusia dengan

lingkungannya. Maka untuk menjaga keseimbangan ini dalam tradisi budaya

diadakan slametan (Sutardjo, 2008:11). Menurut Koentjaraningratat (1974:20)

dalam (Herusatoto, 1983:103106) tradisi atau adat istiadat atau disebut juga adat

tata kelakuan, dapat dibagi dalam empat tingkatan, diantaranya sebagai tingkat

nilai budaya, tingkat norma-norma, tingkat hukum, tingkat aturan khusus. Tradisi

pada dasarnya tidak terlepas dari pengertian kebudayaan.

Kata budaya sendiri berasal dari ―kebudayaan‖ yang dalam bahasa

inggrisnya adalah ―culture‖. Kata ―kebudayaan‖ berasal dari kata Sanskerta

‖buddhayah‖ yaitu bentuk jamak dari ―buddhi‖ yang berarti ―budi‖ atau ―akal‖.

Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan: ―hal—hal yang bersangkutan

dengan akal‖. Budaya sebagaimana istilah ini digunakan dalam antropologi,

tentunya, tidaklah berarti pengembangan di bidang seni dan keanggunan sosial.

Budaya lebih diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari.

Seorang antropolog, yaitu E.B. Taylor memberikan definisi mengenai

kebudayaan, yaitu ―kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat—istiadat dan kemampuan-

kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang dihadapkan oleh manusia sebagai

anggota masyarakat‖. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semuanya yang

dihadapkan dan dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

10

Universitas Sumatera Utara


Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (dalam Rusdi Muchtar, 2009)

merumuskan kebudayaan sebagai hasil sebuah karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaaan kebendaan atau

kebudayaan jasmaniah (Material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk

menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk

keperluan masyarakat. Secara ontologis, kebudayaan lantas dipahami sebagai

produk dari eksistensi diri manusia, yang meliputi semua aspek kegiatan manusia,

baik di bidang politik, sosial, ekonomi, kesenian, ilmu dan teknologi maupun

agama.

Jadi, hakikat kebudayaan adalah proses kreatif diri manusia yang aktual

dalam menjawab tantangan yang dihadapinya, sehingga ia dapat melampaui dunia

tubuhnya, melepaskan diri dari dorongan-dorongan darah daging tubuhnya,

menuju proses pencerahan spiritual yang agung, dengan menghayati makna

kehidupan rohaninya yang dalam sepanjang kehidupannya, yang sesungguhnya

telah mendasari kehidupannya sendiri, sehingga sebagai makhluk yang mulia di

muka bumi ini, manusia mampu melakukan perubahan dan penciptaan sesuatu

yang lebih baru lagi, sebagai sarana pertemuannya dengan tenaga gaib yang

mencerahkan dan menjadi sumber kreatifitasnya.

Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya yang dipelajari,

dibagi, dan dipertukarkan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai atau aspek penting

yang mendasari kehidupan dalam suatu masyarakat. Kebudayaan memiliki tiga

wujud diantaranya adalah ide, aktivitas, dan artefak. Wujud kebudayaan tersebut

dapat diuraikan melalui berbagai tradisi. Tradisi merupakan warisan sosial budaya

11

Universitas Sumatera Utara


yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi oleh nenek

moyang di masa lampau.

Kearifan Lokal dalam Tradisi Masyarakat Jawa mempunyai beberapa

kearifan lokal yang merupakan pandangan hidup masyarakat Jawa yang sarat

dengan pengalaman religius. Pengalaman religius ini merupakan bentuk

kepercayaan dan penghayatan kepada Yang Maha Pencipta, Yang Maha Tunggal.

Yang Maha Tunggal menjadikan spirit bagi manusia untuk selalu berbuat

kebajikan, bersikap penuh kasih, dan menumbuhkan etos kerja yang tinggi.

Masyarakat Jawa mempercayai dan meyakini bahwa pengalaman religius sebagai

wahana untuk bersikap spiritual sehingga ada keharmonisan antara dunia dengan

manusia (Herawati, 2012:65).

Menurut Tiezzi dalam (Nuraeni & Alfan, 2012: 68) bahwa kearifan lokal

merupakan pengetahuan yang eksplisit, muncul dari periode panjang yang

berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya, dalam sistem lokal yang

sudah dialami bersama-sama. Dengan demikian, kearifan lokal tidak sekedar

sebagai acuan tingkah laku seseorang dalam hidup bermasyarakat, tetapi lebih

luasnya mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat yang penuh keadaban.

Tiezzi juga menambahkan bahwa ujung atau pengendapan dari kearifan lokal ini

akan mewujud menjadi tradisi atau agama.

Menurut Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga

cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa

tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan

kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19).

12

Universitas Sumatera Utara


Wujud kearifan lokal meliputi aspek yang cukup luas. Dilihat dari sisi

substansi yang ditampilkan dalam kehidupan sosial, menurut Muchtar (2009:236)

kearifan lokal dapat dibedakan ke dalam lima kategori diantaranya a) kearifan

yang berupa pandangan hidup, kepercayaan atau ideologi yang diungkapkan

dalam bentuk kata-kata bijak (filsafat), b) kearifan yang berupa sikap hidup sosial,

nasehat, dan iktibar yang diungkap dalam bentuk pepatah, perumpamaan, pantun,

syair atau folklor (cerita rakyat), c) kearifan yang berupa ritus/seremoni yang

diwujudkan ke dalam bentuk upacara, d) kearifan yang berupa prinsip, norma, dan

tata aturan bermasyarakat yang terwujud menjadi sistem sosial, e) kearifan yang

berupa kebiasaan yang terlihat dari perilaku sehari-hari dalam pergaulan sosial.

Pandangan hidup yang melekat pada masyarakat menurut

Koentjaraningrat (1974) terbagi lagi menjadi tiga aspek yaitu 1) hubungan

manusia dengan Tuhan; 2) hubungan manusia dengan manusia; 3) hubungan

manusia dengan lingkungan alam/hidup (Herawati, 2004:24-35), Kearifan lokal

merupakan suatu identitas budaya dari pengetahuan-pengetahuan leluhur sejak

dulu berupa berbagai sikap dan etika moralitas komunitas masyarakat local atau

setempat yang bersifat religius. Kerarifan lokal ini mengandung arti relasi antara

manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan

Tuhan yang terinternalisasi dan diikuti oleh anggota masyarakat dimana bertujuan

untuk mengatur berbagai tatanan kehidupan yang harmonis antara dunia dengan

manusia.

Apa itu Bersih Desa? Bersih desa sendiri merupakan salah satu upacara

adat jawa yang diselenggarakan setelah para petani padi. Hal ini dimaksudkan

untuk mengungkapkan rasa syukur karena tanaman padi telah berhasil dipanen

13

Universitas Sumatera Utara


dan telah menghasilkan panenan yang memuaskan. Disamping itu, sadran 1 juga

merupakan penghormatan terhadap para leluhur yang telah meninggal dunia dan

mendo‘akan agar dosa-dosanya diampuni oleh Tuhan, serta agar yang

ditinggalkan selalu mendapatkan keselamatan, murah rejeki dan mudah sandang

pangan serta agar desa terhindar dari bala bencana2.

Bersih Desa merupakan sebuah kearifan tradisional lokal yang masih di

pertahankan keberadaannya hingga saat ini di tengah-tengah masyarakat Desa

Lama. Bersih Desa sendiri merupakan sebuah adat atau kebiasaan pada

masyarakat Jawa umumnya, yang di selenggarakan sebagai wujud hormat atau

rasa terima kasih kepada Tuhan.

Bagi masyarakat jawa, kegiatan tahunan yang bernama Bersih Desa ini

merupakan ungkapan refleksi sosial keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka

menziarahi makam para leluhur yang pelaksanaannya dilakukan secara kolektif.

Ritual ini dipahami sebagai bentuk pelestarian warisan tradisi dan budaya nenek

moyang. Tradisi ini merupakan simbol adanya hubungan dengan leluhur, sesama

dan yang Maha Kuasa, serta sebuah ritual yang mencampurkan budaya lokal dan

nilai-nilai islam, sehingga sangat tampak adanya lokalitas yang masih kental

islami.

Tradisi ini sendiri sudah ada sejak turun temurun oleh masyarakat. Hanya

saja mereka membawa pergi ke tempat tinggal mereka baru. Sehingga

keberadaannya menjadi tersebar oleh masyarakat yang membawa dari daerah

1
Sadran atau Nyadran berasal dari bahasa Sansakerta “sraddha” yang berarti
keyakinan.Merupakan serangkaian upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.
2
http://pustaka-makalah.blogspot.co.id/2011/03/upacara-adat-desa-sebagai.html (diakses 06
desember 2017pukul 14:58)

14

Universitas Sumatera Utara


aslinya. Seiring perkembangan jaman, di beberapa daerah suku Jawa mulai

meninggalkan tradisi yang merupakan warisan leluhur ini (Ismaryati: 1988).

Adanya anggapan kurang modern dan merupakan kegiatan yang syarat akan

pemborosan dijadikan alasan oleh beberapa daerah tersebut untuk tidak

menyelenggarakan tradisi Bersih Desa lagi. Umumnya daerah tersebut merupakan

daerah pinggiran yang sudah mendapat pengaruh budaya dan informasi dari luar

sehingga lambat laun mulai mengadopsi budaya kekotaan. Kendati demikian,

masih ada daerah-daerah yang tetap menjalankan tradisi leluhur ini. Salah satu

daerah yang masih setia melaksanakan upacara tradisi Bersih Desa adalah

Masyarakat Desa Lama, Kabupaten Langkat.

Tradisi dalam masyarakat Jawa mewujud dalam beragam bentuk, salah

satunya adalah tradisi bersih desa. Menurut Sumardi, dkk (1997:134) menyatakan

bahwa upacara bersih desa mempunyai banyak sebutan, misalnya sedekah bumi,

rasulan, slametan bumi suran dan lainnya. Pemberian nama ini biasanya

tergantung dari daerah masing-masing. Namun pada prinsipnya upacara bersih

desa adalah upaya manusia untuk mencari keseimbangan atau hubungan dengan

makhluk yang tidak kasat mata (gaib) dan diyakini sebagai penjaga atau

pelindung desa. Waktu pelaksanaan bersih desa yaitu satu tahun sekali, biasanya

sesudah musim panen padi. Namun lain halnya yang dilakukan oleh masyarakat

desa lama, yang mana penyelenggaraan bersih desa dilaksanakan dalam rangka

turun bibit atau turun sawah, yakni saat mereka akan baru melakukan tanam padi.

Yang mana tujuannya adalah agar tanaman padi yang nantinya ditanam akan

mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa melalui para leluhur hingga

akhirnya menghasilkan panen yang sangat memuaskan bagi masyarakatnya.

15

Universitas Sumatera Utara


Terkait soal bulan, hari, tanggal, dan cara pelaksanaannya tidak selalu sama antara

satu desa dengan desa yang lain. Tempat penyelenggaraan bersih desa dan pesta

desa mengikuti kebiasaan desa setempat, ada kegiatan yang merata dilakukan di

seluruh lingkungan desa beserta penghuninya, disamping itu juga ada kegiatan

yang dipusatkan pada tempat-tempat tertentu, 1) tradisi puncak dipusatkan di balai

desa, 2) pesta desa dipusatkan di lapangan desa setempat, 3) sedekah misal

dilaksanakan di makam leluhur, 4) sesaji dan doa dilakukan di makam atau

petilasan cikal bakal desa (Suwardi, 2006:1-2).

Menurut Muriatmono (1981:39), upacara bersih desa selalu didahului

dengan membersihkan desa dari segala kotorannya yaitu sampah-sampah harus

dibersihkan, membersihkan got-got saluran air agar lancar pengairannya,

membenahi pagar halaman dan sebagainya, sehingga kampung kelihatan bersih,

rajin, dan dalam suasan menyenangkan. Kebersihan di makam juga dilakukan, di

makam tidak ada acara khusus yang ada hanya mengirim doa. Pelaksanaan

kebersihan di makam ini dilakukan oleh warga desa secara gotong royong.

Menurut (Jarianto, 2006:3132 dalam Sukari, 2008:711), pertunjukan tayub

merupakan pertunjukan yang sangat populer dalam masyarakat Jawa. Sebagian

besar pertunjukan tayub diselenggarakan dalam hajat perkawinan, sedekah bumi,

kaul (nadzar) dan juga khitanan. Penyelenggaraan pertunjukan tayub di bebarapa

daerah menjadi kebanggaan dan bagian penting dari status sosial bagi yang

nanggap Dari berbagai pandangan tentang bersih desa, terangkum bahwa bersih

desa merupakan tradisi selametan desa pada masyarakat agraris di Jawa yang

dilakukan setahun sekali setelah musim panen dengan bentuk pelaksanaan yang

berbeda-beda.

16

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan sebelumnya, maka dari

itu saya melihat hubungan ekologi dan kebudayaan masyarakat dengan mengikuti

konsep ―inti kebudayaan‖ dari Julian Steward. Salah satu pendekatan ekologi

kebudayaan seperti yang diungkapkan Julian Steward bahwa dalam meneliti suatu

ekosistem perhatian diletakkan pada ―inti pola kebudayaan‖ (cultural core)

masyarakat yang bersangkutan, yaitu serangkaian unsur-unsur sosial, politik,

kepercayaan, yang paling nyata menentukan beragam cara masyarakatnya itu

menjamin kehidupan ekonomi dari lingkungan yang dikuasainya.

Dengan kata lain, tidak segala aspek kebudayaan adalah hasil dari

hubungan manusia dengan alam. Namun selalu ada aspek kebudayaan yang secara

fungsional dipengaruhi oleh alam, dan itulah yang disebut Steward sebagai inti

kebudayaan. Memang penggunaan pendekatan ini memerlukan pencarian

terhadap aspek kebudayaan mana yang mempunyai interaksi yang kuat dengan

alam dan dapat menjadi representasi dari inti kebudayaan. Pada kasus di

masyarakat Jawa, ekologi yang menjadi inti budaya bukan dari dimensi udara

maupun air/laut, namun lebih ke pertanian sawah. Pengelolaan sawah inilah yang

secara lebih lanjut dapat dilihat pengaruhnya pada organisasi sosial, struktur desa,

stratifikasi sosial, hubungan kekerabatan, dan sebagainya seperti yang ditunjukkan

oleh Geertz.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian

ini akan dipermudah dengan perumusan masalah yang bertujuan untuk

mendapatkan fokus objek kajian dan sekaligus juga sebagai pembatas bagi

17

Universitas Sumatera Utara


permasalahan yang diteliti agar tidak meluas. Rumusan masalah ini diuraikan ke

dalam dua pertanyaan penelitian, yaitu:

1.Bagaimana tradisi bersih desa di desa lama?

2.Mengapa tradisi bersih desa masih di pertahankan hingga saat ini?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian antara lain

adalah :

1.Untuk mengetahui bagaimana tradisi bersih desa

2.Untuk mengetahui alasan warga masyarakat Desa Lama masih mempertahankan

tradisi bersih desa

1.4.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting karena diharapkan dapat menghasilkan informasi

yang akan memberikan jawaban permasalahan penelitian baik secara teoretis

maupun secara praktis. Manfaat penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini adalah

dapat memberikan sumbangan kepada semua pembaca untuk memperkaya

khasanah keilmuan dan memperluas wawasan pandangan tentang segala sesuatu

di balik kebudayaan tradisional.

2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah bisa

sebagai titik tolak untuk melaksanakan penelitian sejenis secara mendalam.

18

Universitas Sumatera Utara


1.5 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah kualitatif dengan metode

etnografi, untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistic dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

1.5.1 Jenis Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua jenis data

yaitu data primer dan data sekunder.

1) Data Primer

Data primer merupakan data pokok atau data utama dari sebuah penelitian.

Data pokok yang akan dicari dalam penelitian ini berfokus pada

bagaimana tradisi bersih desa yang ada di Desa Lama serta eksistensi

tradisi bersih desa itu sendiri di kalangan masyarakat yang masih bertahan

hingga saat ini. Data tentang struktur sosial dan lain sebagainya. Selain itu,

untuk memperkecil kemungkinan adanya bagian data yang terlewatkan

peneliti juga menggunakan rekaman suara dan catatan lapangan atau field

note yang akan membantu pendokumentasian penelitian.

2) Data Sekunder

Data sekunder dapat diartikan sebagai data pelengkap untuk melengkapi

data penelitian yang tentunya disesuaikan dengan pembahasan penelitian.

Data ini dapat diperoleh dari buku, artikel, jurnal serta dokumentasi berupa

foto-foto yang ada dilokasi yang dianggap relevan dengan penelitian.

19

Universitas Sumatera Utara


1.5.2 Metode Pengumpulan Data

1)Observasi/Pengamatan

Pengamatan (observasi) adalah suatu tindakan untuk meneliti suatu gejala

(tingkah laku ataupun peristiwa) dengan cara mengamati. Selain itu observasi atau

pengamatan adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian yang melibatkan panca indra (Bungin, 2007:115).

Peneliti akan melakukan teknik observasi guna memperoleh gambaran penuh

tentang segala tindakan, percakapan, tingkah laku, dan semua hal yang akan

ditangkap oleh panca indera terhadap apa yang dilakukan masyarakat yang diteliti

dilapangan.

Kegiatan observasi ini mampu memahami permasalahan yang akan diteliti

secara lebih mendalam. Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, peneliti

menggunakan teknik observasi partisipasi. Dalam melakukan observasi partisipasi

ini, peneliti mengamati sesuatu gejala dalam kedudukannya sebagai orang yang

terlibat dalam kegiatan dari masyarakat yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti

berpartisipasi dengan kegiatan-kegiatan yang diamatinya, akan menggali

informasi lebih mendalam, terbuka, tegas dan bebas tetapi tetap dalam fokus pada

apa yang akan diteliti, yakni terkait bagaimana kegiatan tradisi bersih desa di

Desa Lama dilakukan. Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari dua malam

tersebut mengharuskan peneliti berfokus melakukan observasi pada pelaksanaan

bersih desa tersebut. Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan pasti ada tahap

persiapan terlebih dahulu, ini juga menjadi bagian dari observasi peneliti. Objek

20

Universitas Sumatera Utara


observasi lainnya yakni kenapa tradisi bersih desa di Desa Lama ini masih

dipertahankan hingga sekarang, serta perubahan yang terjadi dalam proses

perkembangannya.

Observasi yang dilakukan dalam hal ini sebenarnya tidak sulit, karena

pada dasarnya lokasi penelitian merupakan daerah tempat tinggal peneliti sendiri

yang mana informasi yang ingin diketahui sudah terlebih dahulu diketahui oleh

peneliti sendiri. Oleh sebab itu lebih sangat mudah dalam melakukan observasi.

Meskipun demikian kegiatan ini tidaklah semata-mata mudah seperti yang

dibayangkan, karena peneliti sendiri keberadaannya masih seperti orang asing

dikalangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena peneliti yang sibuk

menyelesaikan studi di luar kota sehingga jarang berada dirumah apalagi untuk

berinteraksi dengan masyarakat setempat.

Kegiatan observasi bagi peneliti sendiri lebih kepada kegiatan silaturrahim

ke tetangga-tetangga baik itu terdekat maupun yang sudah antar dusun. Hal ini

juga membuat peneliti sendiri menjadi lebih banyak mengenal penduduk desa

daripada yang sebelumnya. Satu per satu identitas masyarakat mulai peneliti

kenali dan lebih mengenal lagi sambil sekedar berbincang bebas.

Pengamatan ini dilakukan selama tujuh hari berturut-turut pada 18 sampai

dengan 25 Februari 2018 disaat peneliti memiliki waktu luang, bukan

dikhususkan menyisihkan waktu demi kegiatan ini, mengingat informasi yang

dibutuhkan dianggap hanya sebagai informasi tambahan saja, selebihnya sudah

diketahui oleh peneliti sendiri. Karena sebelum kegiatan observasi kali ini peneliti

sudah terlebih dahulu melakukan prasurvey dua tahun silam untuk pengajuan

21

Universitas Sumatera Utara


judul skripsi. Pengamatan yang dilakukan saat itu sedang berlangsungnya rapat

kedua yang dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2018 pukul 19.00 WIB di

kediaman Mbah Wagiman. Hingga selesai rapat peneliti tetap mengikuti

kelangsungannya, dan keesokan harinya mengikuti beberapa kepala dusun secara

bergantian dari satu dusun ke dusun lainnya dengan membuat kesepakatan waktu

untuk memberitahukan kepada warganya perihal hasil rapat malam itu. Kegiatan

prasurvey yang dilakukan setiap harinya hampir sama, yakni berkeliling sambil

menyapa warga masyarakat atau sesekali mampir3 sambil berbincang-bincang.

Disinilah terjalinnya raport bagi peneliti yang nantinya akan digunakan juga

dalam kegiatan survey kegiatan bersih desa. Beruntungnya dengan kegiatan

prasurvey ini peneliti jadi lebih dikenal di masyarakat dan diterima dalam

melakukan penelitian.

2) Teknik Wawancara

Teknik lain yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data yaitu

teknik wawancara. Wawancara itu sendiri diartikan sebagai tanya jawab antara

peneliti dengan informan yang akan diteliti. Untuk mendapatkan data yang lebih

banyak dan bervariasi dari informan maka diperlukan wawancara mendalam atau

sering disebut dengan istilah dept interview untuk mengorek lebih dalam

pengetahuan maupun pengalaman informan. Dalam melakukan wawancara

peneliti menggunakan interview guide atau pedoman wawancara sebagai alat

bantu untuk memfokuskan pertanyaan dalam menjawab rumusan masalah dalam

penelitian ini, yakni terkait bagaimana pelaksanaan tradisi bersih desa di desa

lama, selain itu kenapa tradisi bersih desa di desa lama ini masih dipertahankan

3
Mampir merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti mari sini

22

Universitas Sumatera Utara


hingga sekarang. Dalam hal ini beberapa tokoh masyarakat dan 3 (tiga)

masyarakat biasa mulai dari pemuda, ibu—ibu, maupun bapak—bapak akan

dilibatkan nantinya. Tidak terlalu banyak jumlah yang akan dlibatkan, karena

umumnya masyarakat disana lebih memercayakan informasi kepada tetua.

Wawancara dilakukan beberapa kali sampai data yang ingin didapat

terpenuhi untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Hasil wawancara yang

telah dilakukan telah mampu membantu penulis untuk menjelaskan bagaimana

pelaksanaan tradisi bersih desa di desa lama, selain itu kenapa tradisi bersih desa

di desa lama ini masih dipertahankan hingga sekarang. Tidak hanya itu, gambaran

umum tentang kondisi strukstur social yang berlaku di masyarakat juga

tergambarkan dengan baik melalui wawancara mendalam yang dilakukan.

Wawancara sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini melibatkan sejumlah orang yang diwawancarai sebagai informan. Perlu pula

disampaikan bahwa kegiatan wawancara dalam penelitian ini dapat dibagi atas

fase penelitian yang dilakukan. Sejalan dengan fase yang dijelaskan sebelumnya,

saat kegiatan prasurvey berlangsung, peneliti juga telah melakukan wawancara

secara bebas. Wawancara pada fase ini lebih banyak ditujukan untuk tujuan

mengidentifikasi tokoh atau individu yang secara khusus memiliki peran

tersendiri dimasyarakat dan membantu memetakan kondisi desa secara umum.

Pengalaman melakukan wawancara di fase ini dalam catatan peneliti

dimulai pada hari pertama kegiatan prasurvey yaitu pada hari Minggu tanggal 5

Februari 2018. Berdasarkan informasi yang telah diperoleh peneliti dari Ibu

Sakdiah tentang adanya beberapa tokoh masyarakat yang sebaiknya peneliti

23

Universitas Sumatera Utara


wawancarai, salah satunya yaitu tokoh adat Desa Lama. Kemudian penelitipun

akhirnya berupaya melakukan wawancara pada tokoh adat di Desa Lama yang

bernama Mbah Rejo. Kebetulan Mbah Rejo merupakan salah seorang tetangga

peneliti sendiri yang jarak rumahnya juga tak jauh dari rumah peneliti. Peneliti

akhirnya menemui Mbah Rejo di sore hari, tidak susah menemui Mbah Rejo

karena beliau seorang duda berusia 79 tahun yang tidak memiliki banyak aktifitas

sehari-hari, kebanyakan waktunya dihabiskan dirumah bersantai sambil merokok

atau hanya sekedari mengurus ternak ayamnya di belakang rumah. Saat peneliti

datang beliau mengajak duduk di teras rumahnya yang cukup luas terbuat dari

semen, maklum saja rumahnya merupakan pusat singgah anak-anaknya sehingga

sengaja didesain lebih luas agar nyaman saat perkumpulan keluarga diadakan.

Lebih lanjut beliau menanyakan maksud kedatangan peneliti dengan didahului

identitas peneliti yang tidak beliau kenal tanpa menyebutkan nama orang tua. Di

Desa Lama sendiri pada umumnya para orang tua yang sudah berusia 40 tahun

keatas sulit mengenali anak-anak disana tanpa mengetahui nama orang tuanya

terlebih dahulu, setelah itu barulah dimasukkan kedalam memori ingatan mereka,

baik itu laki-laki maupun perempuan. Kemudian peneliti mulai melakukan

wawancara.

Wawancara yang berlangsung lebih kurang 1 (satu) jam itu memberikan

pengalaman bagi peneliti terkait hal-hal yang telah terjadi pada masyarakat Desa

Lama. Dan mungkin hal ini masih banyak yang tidak mengetahuinya atau bahkan

tidak ingin mengetahuinya. Yakni bagaimana proses terjadinya kebudayaan yang

masyarakat lestarikan serta perjalanan sejarah yang terus berlangsung hingga saat

ini. Terlepas dari itu semua cerita kami pun akhirnya menyeret pada struktur

24

Universitas Sumatera Utara


social masyarakat Desa Lama serta urusan pribadi peneliti, karena bagi peneliti

Mbah Rejo ini sudah seperti kakek sendiri yang ingin mengetahui tentang diri

peneliti.

Sementara itu aktifitas wawancara lainnya berlangsung seiring dengan

berlangsungnya fase survey dan sesudahnya. Pada fase survey ini, metode yang

dipakai peneliti adalah wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini

dibagi kedalam tiga bentuk yaitu: informan pangkal, informan biasa, dan informan

kunci. Ada beberapa kriteria khusus yang harus dipenuhi sebagai informan, baik

informan pangkal, informan biasa, maupun informan kunci. Untuk informan

pangkal kriteria yang harus dipenuhi yaitu informan merupakan orang yang

mengetahui tentang kondisi desa serta, mengetahui perjalanan tradisi bersih desa

sendiri, sebagai contoh mengetahui pencetus tradisi bersih desa pada masyarakat

Desa Lama tersebut, dalam hal ini informan yang dilibatkan adalah para tetua

desa, panitia penyelenggaraan acara bersih dessa sendiri, yaitu kepala dusun,

untuk informan biasa yakni masyarakat setempat yang turut hadir dalam

kemeriahan penyelenggaraan bersih desa (seperti: orangtua, remaja, maupun

anak-anak), sedangkan untuk informan kunci kriteria yang harus dipenuhi yaitu

orang yang banyak mengetahui tentang tradisi bersih desa namun tidak secara

keseluruhan, seperti kepala desa, pemuka agama. Selain itu ada beberapa kriteria

khusus yang harus dipenuhi sebagai sumber data primer untuk menjawab

permasalahan dalam penelitian ini. Kriteria-kriteria informan kunci itu adalah

sebagai berikut:

 Lamanya informan menetap di Desa Lama. Semakin lama seorang

informan tinggal di Desa Lama maka akan semakin banyak

25

Universitas Sumatera Utara


informasi yang didapat dari informan terkait dengan dinamika

kehidupan yang terjadi di Desa Lama serta sejarah terbentuknya

Desa Lama.

 Kedudukan social informan dalam masyarakat. Artinya, informan

kunci merupakan mereka yang dapat mewakili lapisan-lapisan

social masyarakat di Desa Lama.

Dalam penelitian ini jumlah informan ada 13 (tiga belas) orang, masing-

masing terdiri dari informan pangkal 3 orang yang mana dua orang diantaranya

merupakan warga biasa yang mengetahui sejarah berdirinya desa Lama serta

perjalanannya hingga sekarang, satu lainnya merupakan masyarakat yang

memiliki kedudukan jabatan di Desa. Sementara itu informan biasa yang berhasil

diwawancarai berjumlah 5 orang. Sedangkan untuk informan kunci ada 5 orang

informan yang keseluruhannya bermata pencaharian utama sebagai petani.

Informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari berbagai latar belakang

kedudukan dan kehidupan social yang berbeda-beda dalam masyarakat. Dua

orang merupakan tokoh adat dalam masyarakat Desa Lama yang sangat disegani

terlebih usia mereka yang sudah lanjut. Satu orang merupakan tokoh agama yang

sangat terkemuka di kalangan masyarakat Desa Lama, selain itu memiliki jabatan

formal di masyarakat. Dua orang merupakan warga biasa yang sejak awal

berdirinya Desa Lama sudah tinggal menetap. Satu lainnya merupakan Pejabat

tertinggi di Desa Lama yakni kepala desa. Pemilihan informan-informan ini tentu

didasari atas pengamatan selama peneliti tinggal di Desa lama dan melihat orang-

orang yang berkompeten sesuai bidangnya masing-masing.

3) Pengembangan Rapport

26

Universitas Sumatera Utara


Dalam melakukan observasi maupun wawancara, membangun rapport

sangat diperlukan dalam penelitian, agar tercipta hubungan yang baik dengan

informan sehingga data-data yang dihasilkan benar-benar sesuai fakta di lapangan.

Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi infiormannya,

terlepas dari itu pengembangan raport dalam penelitian memang sangat

diperlukan demi mencapai tujuan dari penelitian tersebut.

4) Teknik Dokumentasi

Melalui teknik dokumentasi ini, peneliti mengumpulkan data-data yang

diperlukan dengan cara pengambilan gambar atau merekam video melalui bantuan

alat visual seperti kamera handphone dan juga kamera digital.

1.6 Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa

kualitatif. Proses analisa ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu sebgai

berikut:

 Tahap telaah dan pengkalsifikasian data. Dalam tahapan ini data

diklasifikasikan berdasarkan sumber darimana data diperoleh

 Tahapan reduksi data. Dalam tahapan ini data yang telah diklasifikasikan

berdasarkan sumber data direduksi atau disederhanakan sehingga mudah

dipahami. Selain itu dalam tahapan ini juga dilakukan penambahan atau

pengurangan data sebagai bentuk penyempurnaan data.

 Tahap kategorisasi data. Dalam tahapan ini data dikategorisasikan

berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini.

27

Universitas Sumatera Utara


 Tahap pemeriksaan keabsahan dan penafsiran data. Dalam tahapan ini

peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu melalui tiga tahapan

pengecekan sebagai berikut:

1. Pertama, triangulasi sumber data, yaitu membandingkan data yang

diperoleh melalui teknik wawancara dengan data hasil observasi dan

survey.

2. Kedua, melakukan review kajian terdahulu untuk mengetahui pendapat

para peneliti dan pakar lain yang melakukan penelitian serupa.

3. Ketiga, peneliti akan melakukan triangulasi teori, yaitu

membandingkan data empiris dengan kajian teoritis terutama

pendekatan ekologi kebudayan Julian Steward sebagai acuan teori

yang digunakan untuk melihat permasalahan dalam penelitian ini.

1.7 Pengalaman Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama enam bulan, yang mana sejak

bulan November 2017. Pada saat itu awalnya peneliti hanya melakukan observasi

biasa saja di sekitar rumah peneliti sendiri. Lantas sambil melakukan pengamatan

peneliti berfikir untuk melakukan wawancara bebas terlebih dahulu kepada

informan-informan yang sudah terdata dalam jajaran informan yang akan peneliti

libatkan tentunya. Keesokan harinya peneliti mulai berkeliling dengan berjalan

kaki kepada salah seorang informan yang kebetulan jarak rumah beliau dengan

peneliti sendiri tidak jauh, bisa dikatakan tetangga dekat peneliti. Di sore hari

sekitar pukul 15.00 dengan menggunakan pakaian rumah yang biasa saja layaknya

seorang muslimah peneliti mulai berjalan, dalam perjalanan melewati anak-anak

28

Universitas Sumatera Utara


yang sedang bermain samberlang4, lantas diseberang ibu-ibu yang sedang

membersihkan halaman rumah dengan membakar sampah dedaunan yang

berserakan di halaman rumahnya. Setelah melewati tiga rumah sampailah dirumah

informan yang seorang kakek tua tinggal seorang diri. Sesampainya peneliti

langsung disambut hangat oleh kakek yang kerap disapa Mbah Rejo itu. Di

usianya yang renta ia masih mampu memberikan guyonan kepada orang-orang.

Wawancara pun dimulai meskipun secara bebas. Karena kerap kali

ditengah pembicaraan kami menyinggung masalah pribadi peneliti sendiri, seperti

“cowokmu wong endi?”, “wes, kapan nikah iki?”,dengan gaya bahasa seorang

kakek tua tanpa gigi mmbuat hal ini semakin lucu, ditambah lagi pendengaran

beliau yang mulai menyamar sehingga membuat percakapan kami sore itu

terdengar sedikit riuh. Satu jam tak terasa sudah kami lewati dan akhirnya peneliti

pamit pulang agar tidak mengganggu aktifitas Mbah Rejo di sore hari yakni

membersihkan rumah dan memberi makan ayamnya dan membuat janji untuk

kembali lagi jika ada informasi yang kurang dimengerti. Namun sayangnya

sebelum peneliti kembali lagi beliau telah meninggal dunia pada awal Ramadhan

lalu. Hal tersebut membuat peneliti harus menambah jumlah informan kembali

untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya telah ada pada Mbah Rejo.

Pada saat melakukan wawancara bebas tidak banyak yang peneliti

libatkan, dikarenakan informasi yang dibutuhkan memang sudah dimiliki oleh

4
Samberlang merupakan permainan tradisional masyarakat Desa Lama yang dimainkan dengan
cara dua regu tanpa ada ketentuan jumlah anggotanya. Dimainkan dengan cara melemparkan bola
kasti kearah tumpukan pecahan yang telah disusun vertical berjumlah sepuluh dengan lingkaran
yang menaunginya. Pecahan yang digunakan pun biasanya tutup botol yang kaleng lalu
digepengkan hingga pipih. Setelah bola dilempar atau digelindingkan dan mengenai pecahan
tersebut makan kedua regu akan berlari menyelamatkan diri dari serangan bola penjaga rumah.
Misi permainan ini adalah menyusun kembali pecahan yang telah berserakan kedalam lingkaran
yang memiliki ruangan tanpa harus dikenai bola oleh penjaga rumah.

29

Universitas Sumatera Utara


daftar informan yang ada pada peneliti. Oleh karena itu tidak banyak waktu yang

terbuang untuk meraba- raba sampai pada akhirnya mendapatkan informasi yang

diinginkan. Saat itu informan yang baru sempat peneliti wawancara adalah Mbah

Rejo, karena keterbatasan waktu yang peneliti miliki, memutuskan untuk mencari

informasi padahari penyelenenggaraan kegiatan saja. Sementara itu, setelah

wawancara hari itu hingga bulan Februari 2018 peneliti melakukan observasi

jarak jauh via handphone melalui ibu peneliti yang syukurnya sangat membantu.

Hari demi hari pun berlalu, tibalah hari dimana penyelenggaraan tradisi

dimulai tepat tanggal 22 Maret 2018. Kegiatan dilaksanakan dalam dua hari

berturut-turut dan mengharuskan peneliti mengikuti prosesi tradisi dari awal

hingga akhir. Hari pertama saat itu peneliti mensurvei lokasi yang dijadikan

tempat penyelenggaraan dan meminta ijin dengan Kepala Desa terlebih dahulu

untuk mengikuti selama penyelenggaraan acara. Pak Jumin, beliau Kepala Desa

Lama yang terkenal sangat sulit ditemui sehingga harus membuat janji terlebih

dahulu, tentu saja tak terkecuali peneliti sendiri. Hari itu peneliti mencoba

menelepon dan ternyata mendapat respon baik dari beliau, akhirnya peneliti

memutuskan untuk menemui di tempat keberadaan beliau hari itu dan disetujui.

Warung Kopi dekat lapangan bola menjadi tempat sakral tongkrongan Pak Jumin,

sepanjang hari waktu beliau bisa dihabiskan di warung tersebut sambil berbincang

bersama sesama penikmat warung maupun orang-orang yang telah memiliki janji

dengan beliau.

Setelah berjumpa dengan Pak Jumin akhirnya peneliti memperoleh ijin

untuk mengikuti acara tradisi bersih desa hingga selesai. Kebetulan yang sangat

beruntung, pada saat penyelenggaraan acara ini ada salah satu paslon tingkat III

30

Universitas Sumatera Utara


yang mengadakan kampanye sehingga penyelenggaraan hari itu pun berjalan

sangat meriah tidak seperti biasanya. Peneliti mulai mengikuti acara dari pagi hari

saat warga sudah mulai beraktifitas untuk membangun tenda memasak yang

dilakukan di bawah keramat (kuburan) hingga esok harinya, yang mana setelah

sebelumnya masyarakat telah selesai bergotong royong terlebih dahulu. Satu per

satu rangkaian tenda pun tersusun. Di tempat yang berbeda warga juga sedang

mempersiapkan untuk acara hiburan berikut kampanye paslon yang jauh lebih

meriah, pada saat itu peneliti hanya mendokumentasikan dan berbincang sedikit

dengan salah satu orang tua yang sudah sepuh bernama Mbah Setrak dan seorang

polisi yang sedang bertugas berkeliling saat itu. Sayangnya tak ada satu pun kata-

kata dari mbah tersebut yang mampu peneliti pahami, dikarenakan beliau hanya

mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa halus ditambah lagi kondisi

gigi yang sudah tidak ada membuat pelafalan beliau sulit dipahami. Seharian

berlalu hingga malam peneliti mengikuti agenda kegiatan sambil berbincang-

bincang di bawah kramat dengan warga sambil membuat gulungan-gulungan daun

pisang yang akan digunakan untuk makan bersama esok pagi. Di tengah aktifitas

malam itu salah seorang ibu-ibu pun bertanya dengan temannya tentang peneliti,

benar saja jika warga yang sedang masak-masak sejak siang itu banyak yang tidak

mengenali peneliti sehingga terlihat sangat acuh. Setelah mengetahui barulah

keramahan mereka mulai terlihat dan bersahabat ketika peneliti melemparkan

berbagai pertanyaan terkait kegiatan. Tak terasa hari pun makin larut, peneliti

pamit untuk kembali ke rumah karena tidak sanggup jika harus bergadang

bersama bapak-bapak yang bertugas menjaga tenda hingga pagi dan membuat

janji untuk mengikuti ritual esok paginya.

31

Universitas Sumatera Utara


Keesokan paginya, ternyata janji pun meleset. Peneliti bangun kesiangan

dan telah melewatkan janji mengikuti ritual yang diadakan setahun sekali tersebut.

Kesal sekali rasanya, padahal hari itu adalah acara puncak dari kegiatan tahunan

ini. Meskipun demikian peneliti tetap melanjutkan rangkaian kegiatan pagi itu

hingga selesai. Tak ingin melewatkan kesempatan untuk kedua kalinya, sesaat

setelah pemuka adat yang memimpin ziarah pagi itu turun dari kramat langsung

peneliti hampiri dan terjadilah tanya jawab pagi itu sebelum acara kenduri selamet

dimulai. Dengan sapaan hangat Mbah Karno, selaku pemimpin ziarah pagi itu

menerima kedatangan peneliti dan menjawab semua pertanyaan peneliti dengan

santai dan menyeluruh. Pagi itu waktu yang kami gunakan ternyata tidaklah

cukup, hingga akhirnya peneliti memohon ijin untuk melanjutkan wawancara di

kediaman beliau nantinya pasca kegiatan selesai.

Saat acara selametan hari itu tiba-tiba peneliti menjadi seorang fotografer

yang mendapat amanat langsung dari Pak Jumin, kebetulan kami sudah sangat

akrab karena sering terlibat dalam banyak kegiatan terlebih beliau juga yang

sangat mengenal ibu peneliti dengan sangat baik menjadikan hubungan kami

terlihat sangat akrab. Pagi itu kenduri selamet berlangsung kurang lebih selama

satu jam. Dan selama itu juga peneliti melakukan tugasnya, tak lupa peneliti juga

mendapat siraman makanan dari acara tersebut. Kenduri selamet pagi itu berjalan

khidmat dan lancar meskipun tak banyak warga yang hadir. Rangkaian acara

kenduri terselesaikan satu persatu. Setelah acara selesai pun diajak makan

bersama oleh bapak kepala desa bersama rekan-rekan kerjanya juga pemuka

agama yang kala itu sedang berebut makanan.

32

Universitas Sumatera Utara


Setelah selesai kenduri selamet, selanjutnya dalam rangkaian acara peneliti

bergegas menuju tempat hiburan, disana juga terdapat makanan yang melimpah

ruah. Layaknya warga biasa dan tidak terlalu menonjol peneliti mengikuti hiburan

kala itu berupa wayang kulit serta tak lupa sambil menikmati hidangan yang

disajikan. Sekitar pukul 11.00 WIB wayang dimulai. Sambil menunggu sinden

selesai berdandan berbagai music disuguhkan dari mulai dangdut dan lain-lainnya

yang membuat suasana siang itu benar-benar meriah. Disekeliling panggung

wayang juga disesaki anak-anak. Sebelum adegan ditampilkan oleh dalang,

berbagai tembang jawa pun didendangkan oleh sinden serta kawan-kawan

gamelan lainnya sebagai pemanasan. Hari itu peneliti tidak sampai selesai

mengikuti hiburan dikarenakan tidak paham dengan tembang-tembang yang

didendangkan ditambah lagi phobia terhadap keramain, maka dari itu

memutuskan untuk kembali kerumah.

33

Universitas Sumatera Utara


BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Desa Lama


Desa Lama merupakan suatu kawasan perkampungan yang letaknya

sangat strategis dan sudah sangat terkenal di masyarakat kota Pangkalan Berandan

saat ini. Menilik kepada history desa yang mana informansi ini peneliti dapatkan

dari hasil wawancara dengan salah seorang warga yang sejak lahir memang sudah

menetap di Desa Lama. Sebenarnya banyak para orangtua dahulu yang rapi

menyimpan informasi ini, hanya saja sekarang tersisa dua orang saja, yang

lainnya sudah meninggal dunia. Wak Talib, biasa orang memanggilnya. Pria

kelahiran 1945 ini masih terlihat sangat sehat jasmani dan rohani saat peneliti

datang mengunjunginya pada 28 Juni 2018 pukul 20.20 WIB. Saat melakukan

wawancara, kakek Banjar ini masih sangat jelas mendeskripsikan semua

pertanyaan peneliti, meskipun sedikit agak ngawur dikarenakan usianya yang

sudah lanjut dan pendengaran yang sedikit bermasalah, namun secara keseluruhan

wawancara berjalan dengan baik. Saat melontarkan pertanyaan, dengan sigap

beliau memahami maksud pertanyaan tersebut dan langsung menjawabnya.

Berdasarkan hasil wawancara, Desa Lama merupakan kawasan hutan karet

pada masa itu, sejak lahir beliau memang sudah menetap di desa bersama

orangtuanya sekitar tahun 1940-an, sehingga dapat diperkirakan keberadaan

mereka memang sudah ada sejak tahun 1930-an. Kala itu jumlah penduduk

sangatlah sedikit dan jarak setiap rumah pun layaknya antar dusun. Menjadi

kawasan penghasil minyak mentah terbesar di Kabupaten Langkat pada masa itu

menjadikan Desa Lama sebagai salah satu asrama tentara, baik itu Jepang maupun

34

Universitas Sumatera Utara


Belanda. Aktivitas yang dilakukan penduduk setiap harinya adalah bercocok

tanam untuk memenuhi pangan para tentara serta mengangkut minyak bumi

menggunakan muntek5 melalui jalan sempit, namun sayangnya jejak muntek

sendiri sudah hilang sejak 1960-an beserta relnya. Keadaan ini pun terus

berlangsung sampai pada tahun 1960. Hingga pada akhirnya tentara perlahan

mulai hilang meninggalkan desa dikarenakan minyak bumi semakin merosot

pasokannya.

Di tengah-tengah perbincangan, kami disuguhi minuman manis berwarna

merah muda, yang biasa disebut sirup kurnia ditemani sisa-sisa kue lebaran.

Meskipun sederhana malam itu terdengar sangat riuh, karena saat peneliti

mewawancarai Wak Talib, ibu peneliti pun berbincang dengan teman lamanya

yakni istri Wak Talib. Kami duduk di ruang tengah di depan televisi bersama

salah seorang anak laki-laki Wak Talib. Di dalam rumah sederhana berdindingkan

papan dan bertanahkan semen dialasi tikar plastik dengan cahaya lampu ruangan

yang terlihat meredup, malam itu kami lewati dengan canda, tawa lewat obrolan

Wak May yang terdengar begitu bising karena intonasinya bicaranya yang tinggi

layaknya meggunakan microfon. Bagaimana tidak? sekali lagi, kegiatan

wawancara ini menjadikan ajang silaturrahim yang mana sudah sangat lama kedua

teman ini tidak bertemu meskipun jarak rumah mereka yang tidak terlalu jauh,

hanya berbeda dusun saja.

Lebih lanjut Wak Talib menjelaskan sejak tentara mulai menghilang

penduduk pun mulai berdatangan satu persatu, mereka mulai membuka kampung

5
Muntek merupakan alat transportasi seperti lori yang berbentuk persegi berfungsi untuk
mengangkut minyak bumi dan hanya bisa melalui rel pada masa tentara dahulu

35

Universitas Sumatera Utara


dengan menebang hutan. Pada umumnya penduduk yang datang merupakan suku

Jawa yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Kebun Lada Binjai,

Sumatera Utara. Sedangkan daerah asal mereka adalah Jawa Tengah. Bagaimana

mereka bisa sampai menjadi buruh di Kebun Lada? Hal itu dikarenakan

pemberontakan besar-besaran pada masa Partai Komunis Indonesia (PKI) dahulu

di Pulau Jawa, sehingga membuat penduduknya banyak yang bermigrasi keluar

pulau untuk menyelamatkan hidup, termasuk mereka diantaranya. Pulau Sumatera

merupakan tujuan hidup mereka dan sampailah ke Kota Binjai yang mana mereka

bekerja sebagai buruh kebun disana untuk melanjutkan hidup di tempat yang baru

tentunya. Setelah mereka di PHK lantas ada yang mengajak untuk membuat

kehidupan di suatu daerah yang akhirnya menuntun perjalanan hidup mereka ke

Desa Lama hingga saat ini. Kedatangan mereka tidak serta merta sekaligus

berbondong-bondong. Tahun 1968 warga mulai berdatangan meskipun jumlah

mereka yang masih sedikit hingga pada tahun 1970 puncak kedatangan warga

yang membuat Desa Lama berubah menjadi kawasan padat penduduk dan hutan

pun mulai ditebang berganti menjadi rumah-rumah penduduk.

Foto 1. Pintu Masuk ke Desa Lama

36

Universitas Sumatera Utara


Desa Lama sendiri merupakan sebuah nama yang diberikan oleh warga

terdahulu, warga asli Desa Lama. Namun seiring perkembangannya nama ini pun

mengalami beberapa perubahan diantaranya:

 Desa Lama Sungai Lepan : nama asli yang diberikan oleh penduduk

terdahulu di daerah ini yang mana keadaan saat itu masih hutan belantara

dengan jumlah penduduk yang sangat sedikit dan merupakan daerah aliran

sungai lepan

 Kramat Jaya: nama ini tercetus saat penduduk mulai bermunculan di Desa

Lama sekitar tahun 1960 an sampai 1975. Dasar pemberian nama ini

adalah kata ―kramat‖ yang mana menggambarkan keadaan desa pada

waktu itu penuh dengan hal mistis dan sangat dipercayai oleh masyarakat

setempat. Keadaan ini ditandai dengan berbagai kejadian-kejadian aneh

yang dialami masyarakat semenjak kedatangan mereka. Lantas dengan

berbagai kejadian tersebut diharapkan desa memiliki kejayaan meskipun

kerap ditimpa hal-hal gaib.

 Paya Mala : nama terakhir yang dihadirkan sekitar tahun 1975 sampai

sekarang saat mulai terjadi pergantian Kepala Desa disana.

Tak banyak orang yang mengetahui alasan pergantian nama-nama

tersebut, mereka lebih kepada mengikuti apa yang diperintahkan oleh pimpinan

mereka atau memang ikut-ikut saja sejak awal karena bukan kuasa bagi mereka

untuk bertanya. Meskipun telah beberapa kali mengalami perubahan nama desa,

namun hal ini tak menjadi sebuah keharusan bagi masyarakat untuk bertahan pada

satu nama saja. Hal ini masih sangat jelas terlihat banyak diantara masyarakat

yang masih menggunakan nama Desa Lama sebagai identitas tempat tinggal

37

Universitas Sumatera Utara


mereka, selain itu Kramat Jaya juga tak luput dari pilihan mereka terkhusus bagi

pengurus pemerintahan disana. Sedangkan nama Paya Mala sendiri sebenarnya

yang paling termahsyur dikalangan masyrakat setempat maupun masyarakat luar.

Dari hal tersebut setidaknya dapat tergambarkan kedudukan masing-masing nama

desa yang mana Desa Lama digunakan untuk kepentingan birokrasi dengan

pemerintahan luar, Kramat Jaya dugunakan dalam birokrasi pemerintahan dalam,

sedangkan Paya Mala adalah penggunaan bahasa sehari-hari masyarakat dalam

dan luar desa. Artinya, sampai saat ini ketiga nama yang pernah singgah di desa

tersebut memiliki tempat masing-masing dalam masyarakat tanpa harus

mempertahankan salah satunya dan meninggalkan lainnya.

Sejak tahun 1975 hingga sekarang penduduk semakin padat karena

kehidupan masyarakat sudah sampai kepada anak cucu mereka dan berbagai garis

keturunan yang saling sambung menyambung kepada keluarga lainnya. Hal inilah

yang menjadikan Desa Lama semakin mengalami kemajuan dibidang luas

wilayahnya dan kepadatan penduduknya.

2.2 Keadaan Geografis

Kabupaten Langkat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatera

Utara, Indonesia.Ibu kotanya berada di Stabat. Secara administratif Kabupaten

Langkat terdiri dari 23 Kecamatan yakni Babalan, Bahorok, Batang Serangan,

Besitang, Binjai, Brandan Barat, Gebang, Hinai, Kuala, Kutambaru, Padang

Tualang, Pangkalan Susu, Pematang Jaya, Salapian, Sawit Seberang, Secanggang,

Sei Bingai, Sei Lepan, Selesai, Sirapit, Stabat, Tanjung Pura dan Wampu dengan

luas 6.272 km² dan berpenduduk sejumlah 902.986 jiwa (2000). Kabupaten

Langkat merupakan salah satu daerah yang berada di Sumatera Utara. Secara

38

Universitas Sumatera Utara


geografis Kabupaten Langkat berada pada 3o 14' 00" - 4o 13' 00" Lintang Utara,

97o 52' 00" - 98o 45' 00" Bujur Timur dan 4 - 105 m dari permukaan laut.

Kabupaten Langkat menempati area seluas +- 6.263,29 Km2 (626.329 Ha)

yang terdiri dari 23 Kecamatan dan 240 Desa serta 37 Kelurahan Definitif. Area

Kabupaten Langkat di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh dan Selat

Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo, di sebelah Barat

berbatasan dengan Provinsi Aceh, dan di sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai. Berdasarkan luas daerah menurut

kecamatan di Kabupaten Langkat, luas daerah terbesar adalah kecamatan

Bahorok dengan luas 1.101,83 Km2 atau 17,59 persen diikuti kecamatan Batang

Serangan dengan luas 899,38 Km2 atau 14,36 persen. Sedangkan luas daerah

terkecil adalah kecamatan Binjai dengan luas 42,05 Km2 atau 0,67 persen dari

total luas wilayah Kabupaten Langkat. Wilayah kabupaten Langkat meliputi:

 Kawasan hutan lindung seluas +- 266.232 Ha (42,51 %) dan kawasan

lahan budidaya seluas +- 360.097 Ha (57,49 %).

 Kawasan hutan lindung terdiri dari kawasan pelestarian alam Taman

Nasional Gunung Leuser (TNGL) seluas +- 213.985 Ha.

 Kawasan Timur Laut seluas +- 9.520 Ha.

 Kawasan Penyangga seluas +- 7.600 Ha.

 Kawasan Hutan Bakau seluas +- 20.200 Ha dan kawasan lainnya +-

14.927 Ha. (https://www.langkatkab.go.id/page/14/iklim-dan-wilayah

diakses pada 10 juli 2018 pukul 13.19).

39

Universitas Sumatera Utara


Lokasi penelitian berada di Kecamatan Sei Lepan yaitu Desa Lama. Sei Lepan

merupakan salah satu kecamatan yang berada dalam wilayah administratif

Kabupaten Langkat. Kecamatan Sei Lepan terletak diantara 0 30 –110 sampai

dengan 590 –780 bujur timur. Jarak tempuh dari ibukota kabupaten adalah 54 km

dan dari ibukota provinsi adalah 80 km. Akses menuju Sei Lepan dapat ditempuh

melalui transportasi darat dengan menggunakan kendaraan bermotor. Jarak

tempuh melalui ibukota kabupaten yaitu Stabat, dapat ditempuh perjalanan

menuju Sei Lepan sekitar 2 jam perjalanan. Luas wilayah Kecamatan Sei Lepan

ini secara keseluruhannya sekitar 654, 04 Km2. Adapun batas-batas geografis

Kecamatan Sei Lepan antara lain adalah: Sebelah Utara berbatasan dengan

Kecamatan Berandan Barat, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang

Tualang, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Besitang, Sebelah Selatan

berbatasan dengan Kecamatan Babalan.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Pangkalan_Brandan diakses pada 10 juli 2018 pukul

13.19).

Desa Lama merupakan salah satu desa yang tercakup dalam administratif

Kecamatan Sei Lepan selain Desa alur Dua, Alur Dua Baru, Harapan Baru,

Harapan Jaya, Harapan Maju, Harapan Makmur, Lama Baru, Mekar Makmur,

Puraka I Pertamina, Puraka II, dan Telaga Said yang memiliki kepadatan

penduduk 562,50 per Km2, Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Alur

Dua, sebelah selatan Desa Lama Baru, sebelah timur Desa Securai Utara, sebelah

barat berbatasan dengan Desa Harapan Baru dan Kelurahan Alur Dua. Jarak Desa

Lama ke Kota Pangkalan Berandan 10 Km, ke Kota Stabat ±42 Km, sedangkan ke

Kota Medan 82 Km.

40

Universitas Sumatera Utara


Foto 2. Peta Lokasi Desa lama

2.3 Keadaan Penduduk

2.3.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Lama menurut jenis kelamin dan golongan umur

sesuai data monografi bulan Februari tahun 2018 tercatat 2.295 jiwa yang terbagi

ke dalam 641 Kepala Keluarga. dengan penduduk usia antara 0-4 tahun 380 jiwa,

dengan jumlah laki-laki 165 jiwa, dan jumlah perempuan 215 jiwa.. Penduduk

usia antara 5-9 tahun adalah 438 jiwa, dengan jumlah laki-laki 239 jiwa dan

perempuan 199 jiwa. Untuk rentang usia 10-14 tahun jumlah penduduknya 370

jiwa, dengan jumlah laki-laki 174 jiwa dan perempuan 196 jiwa. Sedang pada

rentang usia 15-19 tahun jumlah penduduk 462 jiwa, dengan jumlah laki-laki 230

jiwa dan perempuan 232 jiwa. Penduduk usia antara 20-24 tahun berjumlah 330

jiwa dengan jumlah laki-laki 139 jiwa dan perempuan 191 jiwa. Jumlah

41

Universitas Sumatera Utara


penduduk pada usia 25-29 adalah 282 jiwa, untuk jumlah penduduk laki-laki

adalah 125 jiwa dan jumlah penduduk perempuan adalah 157 jiwa. Penduduk

pada rentang usia 30-39 tahun berjumlah 664 jiwa, jumlah laki-laki 332 jiwa dan

perempuan 332 jiwa. Usia antara 40-49 tahun ada 633 jiwa dengan jumlah laki-

laki 306 jiwa dan perempuan 327 jiwa. Penduduk pada rentang usia 50-59 tahun

ada 613 jiwa dengan jumlah laki-laki 325 jiwa dan jumlah perempuan 288 jiwa.

Penduduk yang berusia 60-75 tahun ada 841jiwa dengan jumlah laki-laki 413 jiwa

dan perempuan 428 jiwa. Sedangkan penduduk berusia 75 tahun ke atas ada 76

jiwa dengan jumlah laki-laki 37 jiwa dan perempuan 39 jiwa. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel 1.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin

Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah


Umur
0-4 165 215 380
5-9 239 199 438
10-14 174 196 370
15-19 230 232 462
20-24 139 191 330
25-29 125 157 282
30-39 332 332 664
40-49 306 327 633
50-59 325 288 613
60-75 413 428 841
≥ 75 tahun 37 39 76
JUMLAH 2.485 2.604 5.089
Sumber: Data monografi desa lama per Februari 2018

42

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2
Kelompok PendudukUsiaProduktif

Umur Kelompok Jumlah


(Tahun)
18-56 Angkatan kerja 1.600
18-56 Masih sekolah dan tidak bekerja 349
18-56 Ibu rumah tangga 670
18-56 Bekerja penuh 950
18-56 Bekerja tidak menentu 700
18-56 Cacat dan tidak bekerja 12
18-56 Cacat dan bekerja 8
JUMLAH 4.289
Sumber: Data monografi desa lama per Februari 2018

Selain itu penduduk angkatan kerja (usia 18-56 tahun) berjumlah 1.600 jiwa,

penduduk yang masih sekolah dan tidak bekerja (usia 18-56 tahun) berjumlah 349

jiwa, penduduk yang menjadi ibu rumah tangga (usia 18-56 tahun) berjumlah 670

jiwa, penduduk yang bekerja penuh (usia 18-56 tahun) berjumlah 950 jiwa,

penduduk yang bekerja tidak menentu (usia 18-56 tahun) berjumlah 700 jiwa,

penduduk yang cacat dan tidak bekerja (usia 18-56 tahun) berjumlah 12 jiwa,

penduduk yang cacat dan bekerja (usia 18-56 tahun) berjumlah 8 jiwa.

berdasarkan data di atas jumlah penduduk yang tergolong dalam usia angkatan

kerja menempati posisi teratas dalam piramida jumlah penduduk, yang mana

dalam hal ini berarti Desa Lama memiliki Sumber Daya Manusia yang siap

mengisi lapangan pekerjaan.

2.3.2 Susunan Penduduk


Adapun dalam susunan penduduk dapat diklasifikasikan menurut:

1) Mata Pencaharian

43

Universitas Sumatera Utara


Manusia dalam memenuhi kebutuhan salah satunya harus mempunyai

penghasilan, untuk itu dibutuhkan mata pencaharian. Manusia dibekali

kemampuan yang berbeda satu sama lain, sehingga menyebabkan

keanekaragaman mata pencaharian manusia dalam suatu wilayah. Begitu juga

dengan Desa Lama. Dari 4.271 jiwa yang bermatapencaharian dengan usia di atas

10 tahun, sebagian besar masyarakat Desa Lama adalah bermatapencaharian

petani yaitu sebanyak 927 jiwa. Kemudian disusul oleh masyarakat yang

bermatapencaharian buruh tani sebanyak 382 jiwa. Lalu dilanjutkan oleh mata

pencaharian pengusaha menengah, kecil, besar sebanyak 214 jiwa. Pedagang

keliling sebanyak 128 jiwa, Karyawan Perusahaan Swasta sebanyak 84 jiwa,

buruh migran sebanyak 78 jiwa, pembantu rumah tangga sebanyak 47 jiwa,

karyawan perusahaan pemerintah 30 jiwa, montir sebanyak 15 jiwa, Pegawai

Negeri Sipil sebanyak 14 jiwa, perawat swasta sebanyak 9 jiwa, purnawirawan

sebanyak 6 jiwa, TNI sebanyak 4 jiwa, POLRI sebanyak 2 jiwa, dukun tradisional

sebanyak 2 jiwa, dan yang belum bekerja sebanyak 172 jiwa.

Tabel 3
Susunan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah


1 Petani 927
2 Buruh tani 382
3 Pengusaha kecil, menengah, besar 214
4 Pedagang keliling 128
5 Karyawan Perusahaan Swasta 84
6 Buruh migran 78
7 Pembantu rumah tangga 47
8 Karyawan Perusahaan Pemerintah 30
9 Montir 15
10 Pegawai Negeri Sipil 14
11 Perawat swasta 9

44

Universitas Sumatera Utara


12 Purnawirawan 6
13 TNI 4
14 POLRI 2
15 Dukun tradisional 2
16 Belum bekerja 172
JUMLAH 2.114
Sumber: Data monografi desa lama per Februari 2018

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa Desa Lama merupakan

kelompok masyarakat menengah keatas, hal ini dikarenakan masyarakat pada

umumnya bermatapencaharian sebagai petani, buruh tani, pengusaha kecil,

menengah dan besar. Selain itu juga terlihat dari tingkat kesejahteraan

masyarakatnya yang serba berlebihan jika dibandingan dengan masyarakat desa

lainnya.

Petani merupakan mata pencaharian masyarakat Jawa pada umumnya, salah

satunya yang terdapat pada warga Desa Lama. Lahan yang luas, menjadikan

setiap individunya memiliki kebebasan mendapatkan lahan yang diinginkan untuk

bercocok tanam. Luas sawah yang mencapai puluhan hektar juga menjadi tanda

bahwa kehidupan masyarakat ini didominasi oleh petani. Masyarakat Desa Lama

sendiri pada umumnya memiliki luas lahan persawahan yang sangat luas, terlebih

mereka yang menduduki tingkat pendapatan tertinggi, maka luas lahannya akan

mencapai hektaran. Namun bagi mereka yang memiliki pendapatan serba

kecukupan biasanya memiliki luas lahan yang masih dalam satuan rante. Kendati

demikian, tak menghalangi niat mereka untuk berusaha lebih keras dalam

mendapatkan hasil panennya, agar kelak dapat menambah pundi-pundi luas sawah

mereka. Disisi lain, bagi masyarakat yang hidup serba kekurangan akan memilih

45

Universitas Sumatera Utara


untuk menyewa lahan yang siap garap atau menjadi buruh tani saja. Meski

persentasi pendapatan lebih kecil, kenyataannya masih ada yang menggunakan.

Jumlah petani yang mendominasi merupakan perpaduan antara orang tua dan

anak. Yang mana setiap anak yang sebelum dan sesudah menikah pun akan

diberikan lahan garapan sendiri oleh orang tuanya, ataupun membantu

orangtuanya dengan sistem bagi hasil. Selain menjadi petani, ada jenis pekerjaan

lain yang mereka jalani, khususnya yang tidak memiliki lahan garapan. Tentu saja

jika dilihat persentasinya sangat lebih kecil dari jumlah petani yang ada. Seperti

pedagang keliling, buruh migran, serabutan, dan lain sebagainya. Sebagian besar

dari mereka merupakan warga pendatang yang menetap dan lainnya merupakan

orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan jenjang S-1.

2) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan masyakat Desa Lama tidaklah terlalu tinggi. Hal ini dapat

terlihat dari jumlah penduduk tamatan S-1 sebanyak 40 jiwa, penduduk tamatan

D-3 sebanyak 15 jiwa, penduduk tamat SMA sebanyak 263 jiwa, tamat SMP

sebanyak 276 jiwa, tamat SD sebanyak 822 jiwa. Penduduk usia 18-56 tahun tidak

pernah sekolah sebanyak 24 jiwa, Penduduk usia 7-18 tahun yang sedang sekolah

sebanyak 565 jiwa, penduduk usia 3-6 tahun yang sedang TK sebanyak 58 jiwa,

penduduk usia 3-6 tahun yang belum masuk TK sebanyak 132 jiwa.

46

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4
Susunan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
TK S-1 D-III
4% 2% 1%

SMA
18%

SMP
SD 19%
56%

Sumber: Data monografi desa lama per Februari 2018

Berdasarkan data tersebut jelas terlihat bahwa penduduk yang tamat SD

memiliki jumlah terbesar, kemudian disusul dengan penduduk yang masih

bersekolah. Tentunya hal ini harus menjadi perhatian bagi masyarakat setempat.

Penyebab angka tamat SD sangat besar adalah pola pikir masyarakat yang statis

dan mengikuti nenek moyang mereka. Mulai dari mata pencaharian, sistem

pernikahan, bahkan mainseat juga berkutat pada keterbelakangan pemikiran.

Namun sekarang anak-anak sudah di galakkan untuk bersekolah agar nasib

mereka tidak sama dengan orangtua mereka tentunya. Sosialisasi ini dicetuskan

oleh para penduduk yang telah menyelesaikan studi S-1 sebelumnya sehingga

mengajak adik-adiknya agar seperti mereka dan agar tidak memiliki

keterbelakangan pemikiran. Tenunya dengan cara ini diharapkan Desa Lama akan

menciptakan leader-leader perubahan terlebih bagi tempat tinggalnya sendiri.

Meskipun program ini sudah digalakkan, masih tetap saja ada warga masyarakat

yang tidak bisa menerima perubahan dalam diri mereka dan anak-anak mereka,

47

Universitas Sumatera Utara


terkhusus bagi yang memiliki anak perempuan. Pola pikir nenek moyang masih

terdengar dan diterapkan sampai sekarang.

3) Agama

Masyarakat Desa Lama merupakan penduduk yang mayoritasnya

memeluk agama Islam, yakni sebanyak 2.020 jiwa, sedangkan yang lainnya

memeluk agama Kristen sebanyak 275 jiwa. Berdasarkan hal tersebut terlihat

dari kehidupan social mereka, acara-acara, yang masih menggunakan cara

islami seperti wirit, kenduri, pesta pernikahan. Selain itu juga bangunan-

bangunan mesjid yang semakin hari menunjukkan kemajuan. Untuk yang

beragama Kristen jika ingin melakukan ibadah biasanya mereka akan pergi ke

kota, dikarenakan tidak ada bangunan gereja di desa.

2.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia dapat menunjukkan tingkat kemajuan

pembangunan desa, yang dapat dilihat lebih lengkap sebagai berikut:

1) Sarana Komunikasi Dan Informasi

Sarana komunikasi dan informasi yang tercatat per Februari 2018 di Desa

Lama terdapat beberapa macam yakni, Handphone sebanyak 2.407 buah yang

tergabung dalam pelanggan Telkom, GSM, dan CDMA, Radio sebanyak 458

buah, TV sebanyak 997 buah, dan Koran/Majalah.

Tabel 5
Sarana Komunikasi dan Informasi

N Media Komunikasi dan Jumlah


o Informasi
1 Handphone 2.407

48

Universitas Sumatera Utara


2 Radio 458
3 Televisi 997
JUMLAH 3.862
Sumber: Data monografi desa lama per Februari 2018

Dengan semakin banyaknya media komunikasi dan informasi yang dimiliki

oleh warga Desa Lama menjadikan masyarakatnya lebih melek informasi dan

berbagai kejadian-kejadian yang terjadi di luar sana tanpa berkutat dengan

pemikiran mereka yang melingkupi tempat tinggal saja. Bayangkan saja seperti

handphone misalnya, hampir seluruh anak-anak yang masih duduk di bangku

Sekolah Dasar sudah memiliki handphone masing-masing, belum lagi mereka

yang berusia di atasnya dan juga para orangtua. Selain itu media televisi juga

semakin diminati oleh para tetua disana, yang mana pada awalnya mereka lebih

menyukai radio sebagai media informasi mereka, setelah melihat berbagai

tayangan ditelevisi akhirnya radio dikesampingkan menjadi alternatif mengisi

waktu santai mereka.

2) Sarana Transportasi

Secara umum, sarana transportasi yang berupa kendaraan pribadi di Desa

Lama sudah memadai, dengan rincian sesuai dengan data Februari 2018 sebagai

berikut : untuk kendaraan pribadi seperti mobil pribadi sebanyak 10 buah,

sedangkan sepeda motor sebanyak 385 buah. Sepeda sebanyak 20 buah, dan

becak sebanyak 3 buah.

Tabel 6
Sarana Transportasi

No Jenis Transportasi Jumlah


1 Mobil Pribadi 10

49

Universitas Sumatera Utara


2 Sepeda motor 385
3 Sepeda 20
4 Becak 3
JUMLAH 418
Sumber: Data monografi desa lama per Februari 2018

Di jaman serba modern sekarang ini, manusia lebih mementingkan gengsi

ketimbang menilai kesanggupan dalam melakukan suatu hal. Memilih jenis

transportasi misalnya. Lihatlah betapa banyak orang yang tak mampu membeli

sepeda motor karena faktor ekonomi, namun karena gengsi akhirnya mereka tetap

memilih untuk memiliki, tak perduli kesusahan yang akan mereka alami nantinya.

begitu juga yang terjadi pada masyarakat Desa Lama. Sepeda motor sudah sangat

mendominasi di kalangan masyarakatnya, terlebih pada anak sekolah. Orang tua

lebih memilih memberikan setiap anaknya sepeda motor untuk pergi ke sekolah

khususnya mereka yang bersekolah di kota, ketimbang mengantarnya ataupun

memilih transportasi umum. Tidak hanya itu, pemandangan sore hari yang terlihat

dari jalan ke jalan antar dusun pun sudah dipenuhi dengan anak-anak berusia 7-9

tahun yang mengendarai sepeda motor berkeliling dan membonceng dua orang

temannya.

Kejadian tersebut berbanding terbalik dengan para orangtua. Kebanyakan dari

mereka lebih menyukai mengayuh sepeda ketimbang membawa sepeda motor saat

pergi ke sawah. Jika pun tidak, mereka lebih menyukai menggunakan sepeda

motor yang sudah dengan nilai jual rendah bahkan tidak laku untuk pergi ke

sawah. Meskipun sebagian dari mereka ada yng menggunakan juga namun jumlah

sepeda masih terlihat jelas melintas.

50

Universitas Sumatera Utara


Masyarakat yang memiliki mobil pribadi biasanya mereka yang mempunya

tingkat perekonomian lebih memadai ketimbang warga lainnya, ataupun orang

yang memiliki pekerjaan di luar petani dengan pendapatan yang sangat besar.

Sedangkan becak biasanya digunakan untuk mengantar anak-anak yang sekolah

madrasah dan TK pada pagi dan sore hari, dengan sistem sewa bulanan.

3) Prasarana Peribadatan

Sarana peribadatan yang tercatat per Februari 2018 ada 2 jenis yaitu masjid

sebanyak 3 buah, sedangkan langgar/surau sebanyak 4 buah.

Tabel 7
Sarana Peribadatan

No Jenis Prasarana Jumlah


1 Masjid 3
2 Langgar/surau 4
JUMLAH 7
Sumber: Data monografi desa lama per Februari 2018

Sarana peribadatan menjadi salah satu bangunan penting bagi umat islam,

karena di dalamnya mampu menciptakan sosialisasi saat melaksanakan kegiatan

ibadah, selain itu biasanya ada beberapa kegiatan keagamaan yang dilakukan juga

di lingkungan tersebut seperti kenduri, dzikir akbar, kegiatan ramadhan. Seiring

dengan perkembangan dan kemajuan masyarakatnya, kesadaran akan pentingnya

keindahan rumah ibadah pun menjadi salah satu tujuan mereka untuk memugar

surau-surau yang masih ada untuk dijadikan masjid.

4) Prasarana dan Sarana Kesehatan

Prasarana dan saranakesehatan yang tercatat per Februari 2018 ada puskesmas

sebanyak 1 unit dan posyandu sebanyak 2 unit.

51

Universitas Sumatera Utara


Tabel 8
Prasarana dan Sarana Kesehatan

No Sarana dan Prasarana Jumlah


1 Puskesmas 1
2 Posyandu 2
JUMLAH 3
Sumber: Data monografi desa lama per Februari 2018

Masyarakat Desa Lama sudah semakin mudah menikmati fasilitas kesehatan

yang didapatkan sekarang ini, sangat berbeda dengan yang dahulu. Bahkan

sekarang kebanyakan penikmat fasilitas pun berasal dari desa tetangga setempat.

Terlebih penyedia jasa ini beroperasi selama 24 jam membuat masyarakat merasa

lebih aman, ditambah lagi tenaga media yang berasal dari desa sendiri pun sudah

ada.

5) Prasarana dan Sarana Pendidikan

Prasarana dan sarana pendidikan yang tercatat per Februari 2018 terdapat

Gedung SMP milik sendiri 1 buah, gedung SD sendiri 2 buah, dan gedung TK

sendiri 1 buah.

Tabel 9
Prasarana dan Sarana Pendidikan

No Sarana dan Prasarana Jumlah


1 Gedung SMP 1
2 Gedung SD 2
3 Gedung TK 1
JUMLAH 4
Sumber: Data monografi desa lama per Februari 2018

52

Universitas Sumatera Utara


Kemajuan dibidang pendidikan membuat masyarakat Desa Lama lebih

mudah menikmati sarana pendidikan yang ada sekarang ini. Meskipun statusnya

yang masih milik swasta, namun peminatnya sudah cukup banyak berdatangan.

Terlepas dari itu, angka buta huruf juga semakin menurun dan tingkat kesadaran

masyarakat akan pentingnya pendidikan pun semakin bertambah. Dengan adanya

bangunan sekolah di desa sendiri juga menjadi harapan bersama akan pendidikan

yang layak bagi anak-anak demi kehidupan yang lebih baik.

2.5 Gambaran Umum Masyarakat Jawa di Desa Lama


Masyarakat Jawa yang sudah menetap di Desa Lama merupakan penduduk

yang datang dari berbagai daerah, khususnya Kebun Lada Binjai, Trans

(Secanggang), Aceh, Jawa Tengah, dan beberapa daerah yang tidak diketahui

lokasinya. Keberadaan mereka bukanlah kebetulan semata, ada beberapa factor

yang melatarbelakanginya, yakni:

 Merantau

 Pengungsi PKI yang bermigrasi

 Penduduk yang terusir saat peristiwa Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

 Mencari tempat tinggal baru

 Menemukan pasangan hidup

 Permintaan saudara yang sudah lama menetap di Desa Lama sebelumnya

 Kelangsungan hidup penduduk Desa Lama

Berbagai latar belakang tersebut mengharuskan masyarakat untuk berinteraksi

kembali di lingkungan baru mereka. Proses ini tidaklah sulit dikarenakan adanya

kesamaan suku dan budaya menjadikan mereka terlihat lebih akrab meskipun

baru.

53

Universitas Sumatera Utara


Masyarakat Jawa pada umumnya seperti yang diketahui bersama memiliki

karakter yang lembut dan sopan serta sifat yang nerima dalam hal apapun. Hal ini

juga menjadi salah satu karakter yang dimiliki masyarakat Desa Lama. Namun

sayangnya tidak terjadi saat para orangtua mengalami kemarahan menyikapi

tingkah laku anak-anak mereka. Justru yang terdengar adalah suara teriakan

sekencang-kencangnya seperti auman seekor harimau dengan membawa

pentungan berupa kayu di tangannya. Ya..hal ini biasa dilakukan oleh para ibu-ibu

jika sepulang dari sawah di sore hari tak menemukan anaknya dirumah.

Nerima, merupakan sebutan popular bagi masyarakat Jawa, tentu saja di

jaman yang serba modern saat ini sikap nerima harus dibarengi dengan

rasionalitas, karena jika tidak yang terjadi adalah pembodohan yang akan

diberikan oleh orang-orang yang haus kekuasaan, harta, jabatan. Hal ini juga telah

terjadi pada masyarakat Desa Lama. Betapa tidak, selama 10 tahun belakangan

mereka telah menjadi kambing congek oleh para aparatur desa, terutama kepala

desa. Atas kejadian tersebut warga menderita kerugian moral, dan juga pemikiran

yang tidak mengalami perubahan sedikitpun. Sikap nerima yang ditunjukkan pun

berbanding lurus dengan pola pikir masyarakat sendiri, tidak memahami apa yang

harus dilakukan dan apa yang harus disampaikan. Yang mereka mengerti

hanyalah ―sudah, terima saja‖. Berkat slogan tersebut dan suntikan pemikiran

beberapa orang faham lambat laun masyarakat mulai sadar akan apa yang telah

mereka lakukan, dan mulai bertindak cepat agar tidak terjadi kesalahan yang

sama.

Bicara aktivitas keseharian, yang dilakukan masyarakat Desa Lamatentu

saja bertani. Sejak pukul 06.00 WIB orang-orang sudah berjalan menuju sawah

54

Universitas Sumatera Utara


mereka dengan meninggalkan anak mereka yang sekolah, kemudian istirahat jam

12.00 WIB untuk makan siang, setelah itu kembali lagi dan akan pulang hingga

sore hari jam 18.00 WIB atau bahkan magrib. Karena semua itu tergantung

aktivitas apa yang sedang dikerjakan di sawah. Dan yang lainnya juga dengan

pekerjaan masing-masing.

Interaksi social masyarakat Desa Lama sangatlah erat terlihat terlebih

mereka yang petani, membentuk paguyuban merupakan keharusan bagi mereka.

Jika dilihat lebih dekat, sebenarnya interaksi social yang mereka bangun adalah

karena ikatan kekeluargaan, selain itu juga sistem barter dalam berbagai kegiatan

khususnya dalam hal bertani dan pesta pernikahan. Dalam bertani masyarakat

biasanya bertukar tenaga untuk menyemai, menanam, dan memanen. Karena jika

menggunakan sistem upah akan sama saja pengeluaran yang dikeluarkan

nantinya. Sedangkan dalam pesta pernikahan biasanya mereka yang dimintai

tenaga untuk masak akan memberikan bingkisan ataupun berbentuk uang kepada

tuan rumah, biasanya disebut dengan asok-an. Lantas semua asok-an tersebut

akan dikembalikan lagi oleh si penerima kepada si pemberi jika diminta. Desa

Lama juga terkenal dengan julukan Kampung Saudara, dikarenakan

masyarakatnya yang menganut sistem pernikahan endogami. Hal ini juga menjadi

dasar keterbelakangan pendidikan yang menyebabkan pola pikir masyarakatnya

tidak pernah ataau bahkan sulit berkembang. Mereka hanya meyakini apa yang

menurut mereka benar, tidak perduli jika itu salah. Yang lebih memprihatinkan

adalah sikap tertutup mereka yang tidak mau menerima saran dari orang-orang

yang paham sesuai dengan bidangnya masing-masing.

55

Universitas Sumatera Utara


BAB III
TRADISI BERSIH DESA DI DESA LAMA KECAMATAN SEI
LEPAN KABUPATEN LANGKAT

3.1 Sejarah Tradisi Bersih Desa

Tradisi (bahasa Latin : traditio, artinya diteruskan) menurut artian bahasa

adalah sesuatu kebiasaan yang berkembang di masyarakat baik, yang menjadi adat

kebiasaan, atau yang diasimilasikan dengan ritual adat atau agama. Atau dalam

pengertian yang lain, sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi

bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Tradisi-tradisi ini biasanya

dihubungkan antara suatu kegiatan manusia dengan aktivitas alam sekitar, antar

manusia, manusia dengan sang penguasa (bentuk umum). Memang secara

naluriah, manusia mengakui akan adanya sebuah penguasaan ‗sesuatu‘ terhadap

‗sesuatu‘ agar ‗sesuatu‘ tersebut tidak mengganggu aktivitas manusia dalam

kehidupan. (Kalau dalam Islam adalah Fitrah ketuhanan yang sudah ada terpatri

sejak zaman azali, sebagaimana saat manusia masih di alam ruh yang diminta

kesaksian akan keberadaan Sang Penciptanya, Qur‘an Surah Al A‘raf [7] ayat

172). Sebagai contoh tradisi yang dihubungkan antara kegiatan manusia dengan

aktivitas alam agar supaya aktivitas alam tersebut ‗mendatangkan keuntungan‘

bagi kehidupan manusia. Agar supaya panen dengan panenan yang baik,

tangkapan ikan yang baik, hasil toko yang baik, rumah yang selalu mendatangkan

rejeki yang baik, dan sebagainya. Bahasa simbol yang ada sebenarnya adalah

56

Universitas Sumatera Utara


bahasa simbol rasa syukur yang disimbolkan dengan ritual tertentu sebagai bentuk

rasa syukur mereka terhadap Sang Pemberi Rejeki.6

Secara umum, perwujudan dari kebudayaan itu sendiri adalah berupa

benda-benda yang diciptakan manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa

pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi-organisasi social,

religi/agama, seni dan lain-lain. Tujuannya untuk membantu manusia dalam

melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Jadi kebudayaan bisa didapat dari

mana saja, baik dalam pelajaran di sekolah maupun dari lingkungan sosialnya.

Orang biasanya banyak belajar dari apa yang ia lihat sehari-hari, mereka punya

kebiasaan yang umumnya sama dengan orang-orang di sekitarnya. Kebudayaan

itu secara tidak di sengaja muncul dalam masyarakat dan di setujui secara tidak

langsung oleh sebuah masyarakat tersebut. Namun biasanya dianut dan dipercaya

dalam suatu masyarakat.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah budaya ―Bersih Desa‖. Bersih

Desa ini terdapat di berbagai daerah yang didominasi oleh suku Jawa khususnya

masyarakat di Pulau Jawa. Pada dasarnya budaya/tradisi ini adalah sebagai

perwujudan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah pada tahun itu.

Kemudian juga agar panen tahun depan tidak berkurang dan daerah itu supaya

terhindar dari musibah. Aneh mungkin bagi orang yang tidak tahu. Namun masih

ada masyarakat kita yang meyakininya sebagai upacara adat. Masyarakat

mensyukurinya dengan cara memasak nasi dan lauk-pauknya dalam jumlah yang

besar kemudian dibawa ke suatu tempat untuk dido‘akan kemudian dimakan

bersama dan sisanya dibagikan kepada seluruh warga. Kemudian pada malam

6
https://abinehisyam.wordpress.com/2011/12/29/tradisi-dalam-masyarakat-islam/

57

Universitas Sumatera Utara


harinya di adakan pagelaran wayang kulit. Kebiasaan ini juga tidak jelas

bagaimana asal-usulnya, namun sampai saat ini masih terus dilakukan oleh

sebagian besar masyarakatnya. Ada orang-orang tua yang mungkin tahu seluk

beluk ―bersih desa‖ tapi ada juga yang hanya ikut-ikutan karena orangtuanya juga

melakukan hal seperti itu atau mungkin hanya karena ―umum sanak‖ atau biar

sama dengan warga kampung yang lain. Hal ini terjadi karena tradisi ―bersih

desa‖ ini sudah dilakukan sejak dulu.

Tradisi bersih desa di Desa Lama merupakan sebuah kebiasaan yang

berpangkal pada buah pemikiran masyarakat. Pada dasarnya banyak yang tidak

mengetahui mengenai asal usul tradisi bersih desa sendiri, mereka hanya

menganggap bahwa tradisi ini memang sudah ada sebelum mereka hadir. Namun

kenyataannya, kehadiran tradisi ini merupakan sebuah ketakutan yang dialami

oleh masyarakat sejak terjadi hal-hal aneh berbau mistis di desa tersebut hingga

pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan yang wajib dilaksanakan.

Sejak awal berdirinya, dapat dikatakan bahwa Desa Lama merupakan

sebuah kawasan yang aman dan damai meskipun pernah menjadi daerah singgah

tentara Belanda dan Jepang dahulunya. Seiring perkembangannya yang ditandai

dengan masuknya penduduk-penduduk dari berbagai daerah kawasan ini pun

menjadi kawasan padat penduduk. Tentunya dengan kehadiran mereka yang

setiap tahunnya semakin bertambah juga menghasilkan perilaku yang berbeda-

beda pula, baik itu yang sifatnya positif maupun negatif. Fakta yang terjadi di

lapangan, berbagai perilaku yang khususnya bernilai negatif menjadikan penjaga

desa menjadi murka hingga berbagai kejadian ganjil pun menimpa warga terus

menerus sesuai dengan tinggah laku mereka masing-masing.

58

Universitas Sumatera Utara


Kebanyakan orang Jawa percaya bahwa hidup manusia di dunia ini sudah

diatur dalam alam semesta, sehingga tidak sedikit dari mereka yang bersikap

nerima, yaitu menyerahkan diri kepada takdir. Inilah sebabnya manusia hidup

tidak terlepas dengan lain-lainnya yang ada di alam jagad. Jadi apabila lain hal

yang ada itu mengalami kesukaran, maka manusia kan menderita juga. Bersama-

sama dengan pandangan alam pikiran partisipasi tersebut, orang Jawa percaya

pada suatu kekuatan yang melebihi kekuatan dimana saja yang pernah dikenal,

yaitu kesakten, kemudian arwah atau ruh leluhur, dan makhluk-makhluk halus

seperti misalnya memedi, lelembut, tuyul, demit, serta jin lainnya yang menempati

alam sekitar tempat tinggal mereka.7

Rohani.8 Merupakan sesosok makhluk gaib yang dipercaya masyarakat

sebagai penunggu desa. Dia merupakan makhluk yang memiliki kebersihan hati

dan jiwa, sehingga tidak menyukai orang-orang yang berniat merusak lingkungan

yang sudah menjadi tempat tinggalkan sejak dahulu. Keberadaannya diperkuat

dengan hadirnya rohani di tengah-tengah masyarakat dengan merasuki seseorang

yang kiranya memenuhi kriteria untuk menjadi tempat bersinggah rohani dalam

menyampaikan informasi.Kemunculan rohani biasanya terjadi saat terdapat warga

masyarakat yang melakukan perbuatan yang dianggapnya buruk dan merusak.

Rohani akan muncul merasuki orang tersebut dan memberitahu apa saja kesalahan

yang kerap dilakukan warga dan apa saja yang harus dilakukan demi

kesejahteraan warga di desa tersebut. Diantara kebiasaan buruk masyarakat yang

sering terjadi adalah:

7
Lihat Kebudayaan Jawa dalam buku Prof. Dr. Koentjaraningrat: Manusia dan Kebudayaan Di
Indonesia. Jakarta, 1970, hlm. 347.
8
Rohani adalah nama seorang wanita leluhur yang mendiami Desa Lama dan bersemayam di
Kramat bersama Mbah Datuk

59

Universitas Sumatera Utara


a. Berbicara kotor seperti sering memaki atau hanya sekedar emosi

b. Meminta nomor togel kepada Mbah Datuk

c. Mencuri

d. Melakukan hubungan di luar pernikahan

Dari semua kebiasaan buruk tersebut tidak pula mereka bisa bebas begitu saja

dengan perbuatannya, karena pada akhirnya setiap perbuatan akan memiliki

balasannya masing-masing. Hal ini memang nyata telah terjadi dan dialami

langsung oleh masyarakat Desa Lama. Hukuman yang mereka dapatkan juga

sesuai dengan perbuatannya masing-masing, dan biasanya hanya berselang

beberapa jam saja dari kejadian yang baru saja terjadi, yaitu:

a. Jika berbicara kotor maka mulut mereka akan miring seperti orang terkena

stroke dan akan kembali seperti sedia kala saat mereka benar-benar

menyesali perbuatannya.

b. Minta nomor togel. Menyangkut perilaku ini biasanya akan dikabulkan

dan mereka benar-benar akan mendapatkan seperti yang diinginkan.

Namun sayangnya lambat laun mereka yang mendapatkan kesenangan

tersebut akan menjadi sombong dan melupakan bagaimana cara agar

mereka mendapatkannya, hingga pada akhirnya Mbah Datuk9 murka dan

membuat keluarganya hancur, baik itu suami dan istri, anak-anak, ataupun

dengan keluarga lainnya. Tidak perduli bagaimana dan apa yang akan

dirasakan orang tersebut. Hal tersebut dirasakan pantas yang diakibatkan

oleh perbuatannya sendiri. Selain itu hal-hal aneh juga akan terjadi

9
Sebutan bagi leluhur strata tertinggi sebagai penjaga Desa Lama yang diyakini dan ditakuti
keberadaannya sampai sekarang dan bersemayam di Kramat (tanah perkuburan desa)

60

Universitas Sumatera Utara


langsung ditempat mereka melakukan ritual jika masih saja ada warga

yang berusaha melakukan perbuatan yang sama, sayangnya tidak ada yang

tahu pasti mengenai kejadian ini.

c. Kemudian untuk mereka yang mencuri biasanya hukuman yang

didapatkan pun layaknya janji Tuhan kepada hambanya, yakni potong

tangan. Hal juga yang dialami oleh salah seorang warga. Mereka akan

kehilangan salah satu tangannya tanpa bisa kembali lagi. Tentunya dengan

kejadiaan ini siapapun tidak akan berani lagi melakukan perbuatan

tersebut dan memilih hidup normal.

d. Selanjutnya bagi mereka yang melakukan hubungan di luar pernikahan.

Sayangnya dalam hal ini tidak akan ada kata ampun atas perbuatannya,

tentu saja alat kelamin dari mereka akan hilang begitu saja. Meskipun

secara logika manusia manusia saat ini adalah sebuah kemustahilan,

namun kenyataannya hal ini benar-benar terjadi dan dialami langsung oleh

masyarakat desa tersebut sehingga tidak ada kata mitos belaka dalam

kisahnya.

Melihat berbagai peristiwa tersebut yang dinilai merusak citra tempat tinggalnya,

akhirnya Rohani meminta kepada masyarakat untuk membersihkan desa segera,

karena jika tidak maka desa akan mengalami malapetaka yang tidak akan

terpikirkan oleh masyarakat. Ketakutan masyarakat yang menyaksikan semakin

menjadi mendengar pernyataan tersebut dan kepanikan akhirnya mulai melanda

seluruh warga Kramat Jaya saat itu.

Berangkat dari kisah tersebut maka warga masyarakat mulai melaksanakan

sebuah kegiatan pembersihan desa. Secara kebetulan pula saat kejadian tersebut

61

Universitas Sumatera Utara


berlangsung, dalam waktu dekat pemerintahan desa akan dibentuk mulai dari

pembentukan kepala lorong/kepala dusun hingga pada akhirnya pengangkatan

kepala desa. Dilatarbelakangi oleh masyarakat yang mayoritas suku Jawa maka

diangkatlah kebiasaan Jawa sebagai pengisi kegiatan tersebut. Berbagai rangkaian

acara pun dilaksanakan dengan acara puncak berupa persembahan sembelihan

kepada Mbah Datuk yang dilakukan oleh pemuka agama disana melalui ritual

yang biasa mereka lakukan. Setelah kegiatan tersebut dilakukan, rohani pun tidak

pernah kembali lagi, kekhawatiran yang selama ini menyelimuti benak

masyarakat lambat laun mulai padam dan akhirnya dapat hidup dengan nyaman

tanpa harus ada kekhawatiran yang terus menghantui mereka selama ini.

Kemudian atas kesepakatan bersama dari para pemuka adat dan agama serta

beberapa petinggi masyarakat yang dihadiri oleh beberapa masyarakat biasa,

maka kegiatan pembersihan desa pun diadakan setiap tahunnya demi menjaga

ketentraman dan kesejahteraan warga Desa Lama, selain itu kegiatan ritual

tahunan ini juga dikaitkan dengan mata pencaharian masyarakat yang pada

umumnya merupakan petani sawah. Kegiatan ini pun terus dilangsungkan hingga

saat ini, yang mana masyarakat percaya jika sekali saja mereka melewatkan ritual

ini setiap tahunnya maka akan terjadi bencana di desa tersebut.

3.2 Kepercayaan masyarakat Desa Lama

3.3 Norma dan aturan yang terkait dengan bersih desa

Jika dilihat dari hubungan keteraturan antara manusia dan alam, maka

kosmologi memiliki hubungan yang erat dengan antropologi. Menurut Anton

Bakker, manusia secara obyektif tidak hanya merupakan bagian dari dunia saja,

62

Universitas Sumatera Utara


tetapi manusia menguasai dirinya dan korelasinya dengan yang lain dan dihayati

dalam dunia. Ini berarti bahwa refleksi manusia atas dirinya sendiri secara konkret

dan menyeluruh merupakan pula refleksi atas dunia. Jadi dunia tidak dapat

dipakai tanpa manusia, demikian juga sebaliknya, manusia dan dunia saling

mengimplikasikan, saling mengandung (Bakker,1970:2). Hubungan antara

manusia dan alam dalam pandangan filsafat Jawa sangat erat kaitannya, karena

secara kosmologis kehidupan di dunia merupakan bagian dari kesatuan yang

meliputi segalanya. Dalam kesatuan itu semua gejala mempunyai tempat dan

berada dalam hubungan-hubungan yang saling melengkapi dan terkoordinassi satu

sama lain. Kesatuan eksistensi itu mendapatkan titik puncaknya pada pusat yang

meliputi segalanya, pada yang Maha Satu yaitu hidup (urip).

Levi Strauss mengungkapkan bahwa alam menjadi suatu pengalaman yang

menentukan hidup.Ia meyakini bahwa manusia bukanlah makhluk di luar alam

dan makhluk agresif terhadap alam, melainkan sebagai bagian dari alam; manusia

sebenarnya bersahabat dengan alam yang menentukan hidup dan pikirannya.

Manusia bukan subyek bebas, otonom, sadar, Yang Maha Kuasa, melainkan ia

memainkan peranan sebagai sarana dalam proses pemekaran diri alam itu

(Cremers, 1997:18). Manusia juga sering menggunakan segi-segi yang lembut

dalam alam raya untuk menggambarkan kelembutan manusia dan menggunakan

sifat-sifat alam yang perkasa untuk menggambarkan seorang prajurit yang sedang

maju perang. Dengan kata lain manusia tanpa alam tidak mungkin, sebaliknya

alam tanpa manusia bukanlah alam manusia. Kemanunggalan alam dan semua

makhluknya yang ada di dalam itu merupakan unsur pokok pikiran alam pikiran

63

Universitas Sumatera Utara


orang Jawa.Semua berasal dari Tuhan sebagai pencipta alam dan akhirnya

kembali kepada-Nya.

Lalu bagaimana manusia dan alam saling berkorelasi? Hal ini tentu saja

terlihat dalam berbagai cara hidup makhluk manusia yang tercermin dalam pola-

pola tindakan (action) dan kelakuannya (behavior) terhadap lingkungan sekitarnya

maupun yang lebih kompleks melalui daya intelektual yang mereka miliki

masing-masing sehingga terwujud kerjasama social dalam membangun

keselarasan yang terkait dalam berbagai aspek kehidupan amssyarakat.

Kenyataannya, pada masyarakat Jawa sendiri sangat jelas terlihat bahwa berbagai

pola hidup dan tingkah laku mereka yang dalam dunia antropologi disebut dengan

kebudayaan, sangat berkaitan erat dengan kepercayaan mereka (religi).Roy A.

Rappaport mengatakan bahwa manusia dan lingkungannya sebagai suatu jaringan

yang amat kompleks, dan terwujud dalam sistem religi.

Menurut Frans Magnis Suseno, relasi kehidupan masyarakat jawa dengan

alam terbina erat. Kehidupan masyarakat jawa, bermula dari alam. Hal ini terbukti

dengan mata pencaharian masyarakat yang erat kaitannya dengan alam, seperti

petani, peternak dan lain-lain. Petani hidup dari alam. Para petani mengolah alam,

untuk menghasilkan bahan makanan. Lalu kehidupan yang selaras ini mampu

menguatkan sensifitas spiritual. Masyarakat jawa memang hidup di tengah

berbagai simbolisme, sebagai wujud spiritual. Kepercayaan terhadap sesuatu

―diluar‖ manusia inilah yang memunculkan simbol-simbol yang mampu menjaga

relasi hubungan manusia dengan alam. Salah satunya ialah ritual bersih

desa.Dalam setiap kesempatan penyelenggaraan tradisi pada masyarakat Jawa

selalu memunculkan nilai-nilai kepercayaannya, tanpa terkecuali. Jika dikaji satu

64

Universitas Sumatera Utara


persatu maka akan jelas tergambarkan makna yang terkandung dalam berbagai

perayaannya akan memiliki benang merah dengan kepercayaan yang mereka anut.

Hal ini jugalah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lama. Penyelenggaraan

Bersih Desa merupakan sebuah cara untuk memohon pertolongan kepada Tuhan

Yang Maha Esa untuk keberlangsungan hidup mereka yang mana akan penuh

dengan limpahan rejeki, kesehatan dan keselamatan serta dijauhkan dari segala

malapetaka seperti penyakit, gangguan-gangguan, kemiskinan, dan lain

sebagainya yang menjadi kekhawatiran seperti sebelum-sebelumnya yang dialami

beberapa masyarakat.

Terlepas dari penjelasan-penjelasan di atas, dalam menjalani keteraturan

hidup dengan alam tentunya ada berbagai norma dan aturan yang harus dipatuhi

oleh setiap individu agar terciptanya keselarasan yang diinginkan. Berbagai norma

dan aturan tersebut pun pada dasarnya juga diciptakan oleh manusia si pengikut

kebudayaan, diantaranya:

1). Pelaksanaan bersih desa dilaksanakan pada bulan maret setiap tahunnya

tanpa ada penanggalan khusus. Pelaksanaan dilakukan sebulan pasca panen lokal

sebelum masa tanam bibit kembali dilakukan.Seperti yang diketahui, masyarakat

Jawa tentu memiliki penanggalan-penanggalan khusus dalam setiap kesempatan

perayaan, tak terkecuali dalam perayaan bersih desa.Kekhususan penanggalan pun

dianggap pembawa keselamatan bagi mereka. Lain halnya di Desa Lama, tidak

ada penanggalan khsuus sama sekali saat pelaksanaan bersih desa. Namun yang

pasti adalah saat pelaksanaan tidak boleh ada masyarakat yang menyamainya

dengan perayaan sendiri dirumah seperti pesta pernikahan, khitanan, dan

lainnya.Artinya, sebulan sebelum pelaksanaan saat persiapan dilakukan

65

Universitas Sumatera Utara


masyarakat sudah menerima konfirmasi pelaksanaan bersih desa sehingga tidak

ada yang menyamainya.Penanggalan diserahkan kepada tokoh adat langsung yang

mengerti kelangsungan alam yang tepat untuk pelaksanaan.

2). Sejak awal bersih desa yang terjadi di Desa Lama ada kaitannya dengan

kehadiran makhluk gaib yang dipercaya sebagai para leluhur mereka yang telah

berlalu sebelumnya dan senantiassa menjaga keberadaan masyarakat di Desa

Lama.Hal ini juga diperkuat dengan kehadirannya ditengah-tengah masyarakat.

Didominasi dengan masyarakat pertanian, seringkali aturan-aturan yang dibuat

berhubungan dengan aktivitas pertanian mereka,yakni: tidak boleh berbohong,

jangan kotori desa dengan perbuatan keji, jangan berbuat curang. Intinya segala

aktivitas manusia harus mengandung nilai-nilai positif demi menjaga kenyamanan

bersama. Jika aturan tersebut ditaati maka sudah pasti kejadian-kejadian yang

tidak diinginkan akan terjadi dan masyarakat harus berbenah kembali untuk

memperbaiki segalanya dari awal.

3). Dalam benak setiap orang ketika mendengar masak-masak tentu yang

dapat melakukannya adalah orang yang dipercaya, ditunjuk, siapapun itu sesuai

selera si tuan rumah tanpa ada aturan yang terikat. Lain halnya yang terjadi pada

masyarakat Desa Lama. Kegiatan masak-masak yang dilakukan dalam

menyambut bersih desa setiap tahunnya ternyata memiliki kriteria/aturan sendiri

bagi orang yang akan dilakukannya. Aturan-aturan tersebut pun dibuat dan

diyakini akan selamat jika melakukannya, dan sebaliknya akan mendapat musibah

jika melanggarnya. Mayarakat Jawa di Desa Lama meyakini, segala aktivitas yang

mereka lakukan terlebih saat akan dan sedang penyelenggaraan bersih desa sang

penjaga tahu apa yang sedang mereka pikirkan dan mereka kerjakan. Oleh sebab

66

Universitas Sumatera Utara


itu setiap kegiatan yang dilakukan pun tidak sembarang agar senantiasa mendapat

penjagaan dari sang penjaga. Diantara kriteria tersebut adalah:

 Harus ikhlas

Ikhlas menjadi hal pertama yang disebutkan daam hal ini. Karena niat

seseorang tentu akan membawa perbuatan berikutnya. Seseorang yang

memiliki niat hati tidak ikhlas dari awal akan terlihat oleh sang

penjaga, dan apabila ini terjadi maka masyarakat tinggal menunggu

waktu hadiah datang atas perbuatan tersebut.

 Bagi wanita yang sedang datang bulan tidak boleh menghadiri apalagi

ikut melakukan aktivitas masak-masak ini. Masyarakat percaya, orang

dengan keadaan seperti ini akan sangat disukai oleh jin-jin yang

sedang berkeliaran. Alih-alih takut kejadian yang tidak diinginkan

muncul, lebih baik mereka tidak perlu bergabung. Selain itu Sang

Penjaga juga tidak menyukai orang-orang yang kotor. Kepercayaan

ini sudah sangat dipahami oleh seluruh masyarakat dan menjaganya

dengan baik agar tetap hidup dengan aman.

 Hewan yang akan disembelih adalah kambing, tidak boleh ayam, itik

atau bebek Kambing menjadi hewan pilihan karena sudah menjadi

tradisi sejak awal bagi mereka, hal ini juga berbanding dengan jumlah

dana yang dimiliki. Namun tidak menutup kemungkinan sapi akan

menjadi hewan pilihan lainnya jika dana mencukupi.

 Setelah memotong kambing, masakannya tidak boleh dicicipi

meskipun untuk merasa. Terdengar aneh memang bagi orang yang

tidak mengerti akan maksud tersebut. Namun dibalik aturan pasti ada

67

Universitas Sumatera Utara


makna tersembunyi yang dihadirkan, termasuk hal ini. Alasan

masakan tidak boleh dicicipi adalah masakan hasil cicipan tersebut

akan dianggap sebagai masakan sisa, dan ini sebuah penghinaan bagi

masyarakat tentuya. Oleh sebab itu tidak ada yang boleh mencicipi,

bagaimanapun rasa dan tampilan masakan yang hadir nantinya harus

dinikmati langsung bersama setelah kenduri selesai. Jikapun ada

masalah dengan rasa maka kembali lagi kepada individunya untuk

tidak mengumpat sedikitpun. Aturan tetaplah aturan yang harus

ditaati.

 Cara mengangkat makanan tidak boleh langsung menyentuh tanah.

Contohnya saat setelah masak gulai kambing. Gulai kambing yang

telah masak akan diwadahi agar lebih mudah dalam pembagian

nantinya. Setelah diwadahi tentunya langsung diletakkan diatas

tempat yang disediakan, baik itu meja, kursi, ataupun di bawah.

Lantas sebelum wadah tersebut menyentuh tempat yang disediakan

harus dilapisi terlebih dahulu mengggunakan apapun itu intinya tidak

boleh langsung menyentuh. Alasannya adalah jika makanan-makanan

yang telah diwadahi dan langsung diletakkan ditempat yang

disediakan dianggap kotor karena langsung menyentuh tanah.

Begitupun dengan seluruh makanan yang akan dihidangkan nantinya.

 Daging yang telah dimasak keseluruhannya harus dibagikan ke

masyarakat secara merata tanpa ada sisa atau berlebih setiap

orangnya, ini dimaksudkan meskipun secuil bersama kita makan.

68

Universitas Sumatera Utara


 Kepala kambing yang telah dipotong harus langsung ditanam.

Penanamannya juga dilakukan dengan kehati-hatian. Tidak sembarang

orang bisa melakukannya. Biasanya yang melakukan adalah tokoh

adat yang sudah mengerti tata caranya. Penguburan kepala kambing

ini adalah sedekah bumi yang dilakukan. Yang mana sebagai tanda

terima kasih kepada bumi atas rejeki, kesehatan, dan ketentraman

kehidupan yang telah diberi. Saat menanam kepala kambing ada

beberapahal yang harus dipersiapkan, yakni: Kain mori/kain kafan

sehelai untuk membungkus kepala kambing, bunga untuk ditaburkan

diatas nantinya, doa-doa yang akan dipanjatkan saat penanaman,

lubang yang digunakan berbentuk bulat sesuai kepala kambing dengan

kedalaman yang tak ditemtukan, dengan catatan kedalamannya harus

tidak tercium oleh anjing. Penananman kepala kambing biasanya

dilakukan tepat pada pukul 14.00 WIB sesaat setelah pemotongan

kambing dilakukan yang jaraknya tidak jauh dari lokasi masak-masak.

4). Hiburan yang dilaksanakan haruslah wayang kulit. Pemilihan ini bukan

semata-mata hasil diskusi antar warga atau keinginan tokoh-tokoh adat yang

memiliki wewenang, melainkan perintah langsung dari Mbah Datuk.Hal ini

diuangkapkan oleh Mbah Wagiman sebagai salah satu tokoh adat di Desa

Lama.Meskipun di beberapa daerah di daerah Jawa khususnya, hiburan bisa

ditampilkan dengan pilihan tersendiri selain wayang kulit seperti ronggeng, reog

dan lainnya.Pagelaran wayang kulit yang ditampilkan juga diyakini disaksikan

oleh Mbah Datuk, oleh sebab itu cerita yang dibawakan juga tidak sembarangan.

69

Universitas Sumatera Utara


3.3 Alasan Masyarakat Mempertahankan Tradisi Bersih Desa

Tradisi bersih desa merupakan warisan adat istiadat sebagi bangsa

Indonesia ini seyogyanya dipertahankan dan dilestarikan agar jangan musnah.Hal

ini perlu diketahui oleh generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang erlu

menjiwai nilai-nilai luhur bangsa berdasar Pancasila. Jika kita lihat dalam

perkembangan zaman teknologi yang berpangkal pada kehidupan modern, maka

adat istiadat bangsa Indonesia ini akan menghadapi tantangan berupa pergeseran

nilai. Tidak mustahil pergeseran nilai dapat mendangkalkan adat istiadat leluhur,

terlebih generasi muda yang mash belum kuat dan belum ammpu mengantisipasi

kedatangan budaya asing yang serba modern yang mendasarkan pada kemampuan

teknologi dan melupakan sumber nilai-nilai luhur yang mengakar pada adat

istiadat kebudayaan bangsa kita. Kalau pergeseran nilai dibiarkan berlarut- larut,

maka tidak mustahil adat bersih desa akan dilupakan dan bahkan tidak dikenal

oleh generasi muda dan akhirnya akan hilang sama sekali. Jika hal itu terjadi

maka akan sangat disayangkan.

Untuk dikatakan sebagai suatu masyarakat, sekelompok manusia harus

mempunyai unsur-unsur yaitu hidup dalam suatu wilayah dalam jangka waktu

relatif lama, di mana mempunyai tujuan hidup bersama dikarenakan kebutuhan

yang sama, maka dari itu dibutuhkan suatu nilai dan aturan untuk mengatur

kehidupan agar tercipta suatu keserasian dan keseimbangan. Masyarakat yang ada

di Desa Lama, Kecamatan Sei Lepan, merupakan masyarakat secara umum atau

society. Maksudnya adalah bahwa di samping sebagai suatu unit (kesatuan) sosial

yang menempati suatu daerah geografis yang dapat ditentukan, juga sebagai suatu

70

Universitas Sumatera Utara


kesadaran sosial yang para anggotanya diikat oleh ikatan-ikatan ketergantungan

satu sama lain.

Setiap anggota masyarakat mempunyai kecenderungan untuk

mempertahankan diri demi kelangsungan hidup, maka dari itu dibutuhkan suatu

kebudayaan. Dengan kebudayaan, manusia mempunyai bekal untuk memulai

sebuah kehidupan. Kebudayaan merupakan kumpulan acuan dan pegangan

manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, misalnya saja dengan

menciptakan segala sesuatu yang dapat membantu aktivitas manusia. Dibutuhkan

waktu yang sangat panjang untuk membentuk suatu masyarakat. Dari proses

hidup bersama yang dilalui, menjadikan suatu masyarakat mempunyai kebiasaan

sama, mulai dari perilaku, adat, dan norma. Salah satu contoh dari kebiasaan

adalah tradisi yang dilakukan secara turun-temurun. Tradisi ini tetap dilakukan

karena telah diyakini kebenarannya. Begitu juga dengan masyarakat Desa Lama,

Kecamatan Sei Lepan. Masyarakat kampung mempunyai suatu tradisi yang tidak

pernah ditinggalkan setiap tahunnya, yaitu tradisi bersih desa. Ada tiga alasan

mengapa tradisi ini tetap dipertahankan kelestariannya, yang pertama adalah

untuk melestarikan warisan para pendahulu dan kedua adalah sebagai wujud rasa

syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki dan keselamatan yang diberikan

dan ketiga adalah sebagai pengharapan agar kehidupan jauh lebih baik dengan

berkah yang diterima sebelumnya, yang dikenal dengan istilah ngalap berkah.

3.3.1 Untuk Melestarikan Warisan dari Para Pendahulu

Alasan pertama masyarakat Desa lama, Kecamatan Sei Lepan tetap

mempertahankan tradisi bersih desa adalah untuk melestarikan warisan para

pendahulu mereka, yakni para orangtua yang mengetahui sejarah dan berbagai

71

Universitas Sumatera Utara


kisah yang memuat didalamnya. Tradisi bersih desa merupakan rutinitas

masyarakat desa setiap tahun, sebagaimana pernyataan langsung yang

diungkapkan oleh salah satu warga,

“tradisi ini tidak ada yang tahu bagaimana awalnya…Selain itu, tradisi ini

dilakukan rutin tiap tahun.”

Pernyataan yang diungkapkan di atas, menunjukkan bahwa tradisi bersih desa

adalah suatu warisan dari para pendahulu, di mana rutinitas kegiatan sangat

terjaga.Hal ini bisa terlihat dari penyelenggaraan tradisi bersih desa yang selalu

dilakukan setiap tahun. Tradisi bersih desa di Desa Lama, Kecamatan Sei Lepan

dilakukan pada hari yang sama setiap tahunnya. Sebagaimana pernyataan oleh

salah satu informan,

”Bersih desa dilaksanakan setiap satu tahun sekali, yaitu pada hari Kamis malam

Jumat Kliwon pada bulan Sura. Kenapa bulan Sura, Jumat Kliwon dan Sura itu

kan hari dan bulan yang dikeramatkan oleh orang Jawa, sehingga masyarakat

percaya jika dilakukan ritual pada waktu itu akan mendatangkan kebaikan dan

kelancaran”

Pernyataan di atas, menyiratkan bahwa aturan-aturan yang berada di dalam tradisi

bersih desa tidak dapat dirubah dari dulu hingga sekarang.Misalnya saja hari

diselenggarakannya tradisi bersih desa.Dari awal mula tradisi bersih desa

dilakukan hingga sekarang, Kamis malam Jum‟at Kliwon pada bulan Sura adalah

hari yang digunakan untuk menyelenggarakan tradisi.Tidak ada yang berani untuk

merubah aturan-aturan yang telah dibuat oleh pendahulu mereka.

Selain itu, terdapat syarat yang harus dipenuhi di dalam tradisi bersih desa,

yaitu harus diadakan wayang semalam suntuk pada setiap acara besih desa

72

Universitas Sumatera Utara


dilakukan, hal ini dipertegas oleh pernyataan langsung salah satu informan yang

menyatakan,

“wayangan dilestarikan di Desa Lama sudah sejak dahulu. jika tidak, maka tidak

akan sempurna tradisi bersih desa ini. Ya walaupun tidak wajib dilaksanakan,

tapi tetap berusaha mengadakannya, karena semua tergantung dengan biaya

yang kita miliki”.

Berdasarkan pernyataan tersebut terlihat bahwa pagelaran wayang kulit menjadi

sebuah keharusan bagi mereka meskipun tidak wajib dilaksanakan. Hal ini juga

diperkuat dengan pernyataan salah seorang warga lainnya,

“diusahakan selalu buat wayangan, karena jika tidak maka rasanya belum

afdhol. Tapi jika dana tidak mencukupi yam au bagaimana lagi?! Tahun lalu saja

kita tidak menggunakan wayang, hanya kenduri slamet.”

Meskipun pada umumnya pagelaran wayang harus menyertai kenduri slamet,

namun lain halnya yang terjadi pada masyarakat Desa Lama, Kecamatan Sei

Lepan yang tidak mengharuskan pengadaan wayang, karena hal itu terjadi

bergantung dengan dana yang mereka miliki. Lagipula pagelaran wayang hanya

sebagai hiburan semata, jadi yang terpenting disini adalah acara inti bersih desa,

yakni kenduri slamet.Selain itu tidak ada ketakutan dan mitos yang beredar

maupun berkembang dimasyarakat jika tidak melaksanakan hiburan, sehingga

membuat masyarakat bersikap biasa saja bila tak ada.

Masyarakat Desa Lamapercaya bahwa tradisi bersih desa adalah warisan

dari para pendahulu sehingga kelestariannya harus senantiasa tetap dijaga.

Sebagaimana diungkapkan oleh dalang yang menjadi salah satu pengisi acara

tradisi bersih desa

73

Universitas Sumatera Utara


“saya itu kan dalang, saya pelaku seni, lah yang mbayar saya itu adalah orang

yang melestarikan tradisi. Tradisi dari mbah-mbah dulu itu sebenarnya semua

bagus, tidak ada yang jelek.Menciptakannya saja susah, kita sebagai penerus

tugasnya cuma menjaga dan melestarikan saja kenapa tidak mau.”

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tradisi bersih desa merupakan

salah satu warisan kebudayaan.Dikatakan oleh Mbah KN bahwa ajaran baik dari

nenek-moyang atau pendahulu setelahnya semuanya mengajarkan tentang

kebaikan bukan sebaliknya, begitu pula dengan tradisi bersih desa.Banyak nilai

yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup

masyarakat banyak. Bagi Mbah KN, melestarikan tradisi adalah suatu kewajiban.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Mbah SL menyatakan bahwa,

“karena semangat kegotongroyongan mbak, ya karena orang-orang dulu, ini

karena tradisi.”

Di dalam tradisi bersih desa, terdapat rasa ingin saling tolong-menolong terhadap

sesama untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang sama. Para warga saling

bahu-membahu untuk mewujudkan acara tradisi bersih desa yang merupakan

warisan luhur dari generasi terdahulu.

Hal ini mendapat penguatan dari SN yang menyatakan bahwa

“istilahnya, saya hanya nguri-uri tradisi Jawa mbak. Tidak ada maksud lain.

Terserah orang mengatakan itu ada hal mistik atau gaib, tetapi saya hanya

bertujuan nguri-uri budaya jawi aja. Halah mbak, kalo saya melakukan tradisi ini

bukan karena apa-apa mbak, ya cuma untuk melestarikan kebudayaan Jawa saja,

tidak ada maksud lain. Lah kalo orang mau ngomong itu mistik atau apa lah ya

terserah mereka. Itu kan menurut pemikiran mereka. Lagipula jika itu benar ya

74

Universitas Sumatera Utara


kenapa? Toh kita juga hidup bareng mereka dan kita butuh mereka sebagai

penjaga.”

Hal serupa juga dikatakan oleh Bp KL, yang menyatakan bahwa,

“kalau saya sendiri ikut berpartisipasi adalah untuk nguri-uri budaya jawi mbak.

Kalau untuk hal-hal mistik yang seperti orang lain bilang, saya kurang percaya.

Meskipun kebanyakan orang bilang ini ada kaitannya dengan hal mistik. Tradisi

bersih desa itu kan warisan orangtua dulu-dulu, dan tanggung jawab kita untuk

tetap menjaga dan melestarikannya.”

Dari dua pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi bersih desa masih

sering dihubungkan dengan hal-hal mistik di dalamnya.Tetapi bagi Bp SN, semua

hal-hal yang berbau mistik di dalam tradisi bersih desa adalah tidak masuk

akal.Bp SN dan Bp KL sebagai generasi penerus merasa mempunyai tanggung

jawab yang besar atas diadakannya tradisi bersih desa.Hal ini dikarenakan bahwa

tradisi yang dilakukan satu tahun sekali ini adalah salah satu kebudayaan jawa

yang harus tetap dijaga keberadaannya, jangan sampai dengan seiring berjalannya

waktu tradisi hilang begitu saja.Tradisi bersih desa terselenggara atas kerjasama

yang baik antar anggota masyarakat kampung, baik masyarakat asli maupun

masyarakat pendatang.Semua warga tolong-menolong setiap tahunnya, agar

bagaimana tradisi bersih desa tidak ditinggalkan setiap tahunnya.

Hal ini sebagaimana pernyataan oleh Ibu AS yang merupakan warga pendatang

dan bukan berasal dari golongan suku Jawa mengatakan,

“bersih desa sudah ada sejak saya tinggal di kampung ini, terus dilestarikan, ya

tugas generasi seperti saya yang melestarikan.”

75

Universitas Sumatera Utara


Meskipun bukan merupakan kebudayaan yang biasa dilakukan, setelah pindah ke

kampung, ibu AS merasa mempunyai kewajiban untuk turut serta dalam tradisi

bersih desa, bahkan beliau merasa mempunyai tanggung jawab dalam menjaga

dan melestarikan tradisi bersih desa di Desa Lama.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, tradisi bersih desa tetap

dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Desa Lama adalah untuk melestarikan

tradisi bersih desa, di mana istilah yang biasa disebut oleh masyarakat setempat

adalah nguri-uri budaya Jawi. Masyarakat desa berusaha untuk tetap menjaga

keberadaan tradisi bersih desa, karena tradisi tersebut adalah warisan dari para

pendahulu mereka. Bagi masyarakat, tradisi bersih desa adalah suatu ciri khas di

mana daerah lain belum tentu memilikinya. Pada saat banyak masyarakat Jawa

yang tersebar di Pulau Sumatera meninggalkan tradisi bersih desa, Desa Lama

tetap mempertahankan tradisi yang menjadi unggulan desa dan berharap akan

terkenal hingga ke kota Pangkalan Brandan.

3.3.2 Sebagai Wujud Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa

Pada dasarnya, masyarakat yang melakukan tradisi bersih desa adalah

masyarakat dengan mata pencaharian sebagai petani.Wilayah desa sebagian besar

terdiri dari persawahan.Begitupun juga dengan Desa Lama, Kecamatan Sei

Lepan.Tradisi bersih desa digunakan masyarakat desa untuk berkomunikasi

dengan Tuhan, baik untuk mengucapkan terimakasih atas segala yang telah

diberikan selama setahun terakhir, tetapi juga untuk meminta agar segala sesuatu

berjalan lancar bahkan lebih baik seperti tahun sebelumnya dalam kegiatan

76

Universitas Sumatera Utara


pertanian mereka berikutnya, sebagaimana diungkapkan oleh ketua panitia tradisi

bersih desa,

“tradisi bersih desa merupakan sarana dan media manusia untuk berdoa kepada

Tuhan Yang Maha Esa agar permintaan dikabulkan dan mendapatkan berkah,

tetapi kalau ada yang menyembah selain Tuhan ya biarkan saja. Saya yakin

mereka tidak tahu bagaimana tradisi itu sebenarnya.”

Pernyataan Bp DT di atas menggambarkan bagaimana posisi tradisi bersih desa

dalam hubungan antara manusia dengan penciptanya.Manusia di dunia mengucap

syukur atas berkah yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa selama satu tahun

terakhir dan memohon keberkahan untuk musim selanjutnya yaitu dengan

mengadakan tradisi bersih desa.Berkah tersebut misalnya saja keselamatan,

kesehatan dan rezeki.Tradisi bersih desa sangat berhubungan erat dengan

kesejahteraan masyarakat desa pada saat itu, karena desa tersebut dahulunya

adalah wilayah yang dianggap sakral dan suci,sehingga mengutuk para perusak

kesucian tersebut. Hal ini kemudian masyarakat gunakan untuk meminta

kesejahteraan dalam melakukan pekerjaan mereka sebagai petani, mulai dari awal

proses penebaran bibit sampai akhirnya masa panen tiba. Hal senada juga

diungkapkan oleh Bp TJ, di mana beliau mengatakan bahwa

“pada dasarnya tradisi bersih desa mempunyai tiga fungsi, salah satunya adalah

memetri desa, yaitu dengan menyajikan takir yang diberi cabai, ditujukan kepada

Tuhan agar padi yang ditanam subur sehingga menghasilkan panen yang banyak

dan agar tidak terserang hama. Apabila ada orang yang beranggapan bahwa hal

tersebut untuk memberikan sesajen kepada setan ataupun jin, saya tidak setuju.

Anggapan tersebut adalah anggapan yang dimiliki oleh seseorang dengan

77

Universitas Sumatera Utara


pemikiran yang salah tentang arti sejati dari tradisi yang dilakukan oleh nenek-

moyang terdahulu. Tradisi dilakukan hanya ditujukan kepada Tuhan yang Maha

Esa, bukan setan ataupun jin.”

Jadi pada dasarnya, tradisi yang dilakukan oleh para pendahulu sejak dahulu

adalah ditujukan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Mbah Datuk sebagai

media untuk mengucapkan syukur dan terimakasih atas segala sesuatu yang

diberikan kepada masyarakat desa. Jadi apabila terdapat warga yang menyembah

dan menyajikan sesaji pada saat tradisi bersih desa kepada sesuatu di luar Tuhan

adalah suatu kesalahan, karena mereka tidak mengetahui bagaimana sejarah atau

awal mula tradisi bersih desa dilakukan.

3.3.3 Bentuk Pengharapan Masyarakat Untuk Kehidupan Selanjutnya

Setiap manusia menginginkan kehidupan yang serasi, selaras dan

seimbang. Tidak terjadi sesuatu yang membahayakan dan merugikan bagi diri

maupun keluarga. Alasan Ibu AS sendiri ikut berpartisipasi dalam tradisi bersih

desa adalah untuk mendapat berkah. Ibu AS mengharapkan mendapat suatu

berkah dari yang maha kuasa, dengan diberikan rezeki dan keselamatan bagi ibu

dan keluarganya. Masih menurut salah satu warga kampung, selain warga yang

berharap mendapatkan berkah dari tradisi bersih desa, para dalang sebagai salah

satu pengisi acara juga mengharapkan berkah, karena ikut melakukan amal ibadah

dengan menarik bayaran seikhlasnya dari panitia bersih desa. Dikatakan oleh Bp

SM, yang terpenting bayaran yang diterima cukup untuk membayar para kru

wayang. Bahkan terkadang dibeberapa tempat, Bp SM sering merugi, karena

bayaran yang diberikan tidak cukup untuk membayar para niaga. Bagi Bp SM,

78

Universitas Sumatera Utara


“yang jelas, hukum di dunia ini hukumnya ada empat, hukum alam, adat, negara,

karma. Hukum karma istilahnya nandur ngunduh.”

Maksud dari ungkapan tersebut adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh

manusia akan mendapat balasan. Apabila melakukan tindakan kebaikan, maka

akan mendapatkan balasan yang baik pula, apabila melakukan kejahatan maka

akan dibalas dengan kejahatan. Kalaupun karma tidak diterima oleh pelaku, maka

karma tersebut akan diberikan kepada keturunannya. Maka dari itu, bagi Bp SM,

melakukan pertunjukan wayang dengan bayaran lebih kecil dari biasanya

dianggap sebagai amal ibadah, sehingga Bp SM hanya mengharapkan balasan dari

Tuhan. Selain itu, sebagai pelaku seni, dengan melakukan pertunjukan wayang di

Desa Lamaadalah merupakan salah satu wujud tindakan beliau untuk melestarikan

budaya Jawa yang adiluhung serta menjalin tali silaturrahmi sesama penduduk

Jawa.

Masyarakat desa percaya akan suatu kekuatan yang melebihi kekuatan

manusia. Kekuatan yang luar biasa tersebut dipercaya adalah makhluk halus yang

menjadi pelindung desa tersebut. Tidak jarang, masyarakat beranggapan bahwa

tradisi yang dilakukan adalah untuk ditujukan kepada makhluk selain kepada

Tuhan. Tradisi diteruskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Suatu tradisi

tidak boleh ditinggalkan, karena dipercaya dapat mendatangkan bala‟ atau

kesusahan bagi masyarakat desa baik cepat maupun lambat. Apabila terjadi suatu

peristiwa, maka para warga akan menghubungkan kejadian tersebut dengan tradisi

yang telah ditinggalkan. Sehingga masyarakat desa beranggapan bahwa kejadian

tersebut ada karena tradisi tidak dilakukan. Demikian juga dengan tradisi bersih

desa di Desa lama, Kecamatan Sei Lepan.. Sebagaimana dikatakan oleh Ibu HS,

79

Universitas Sumatera Utara


bahwa beliau percaya apabila melakukan tradisi bersih desa akan terhindari dari

bala’. Kejadian yang merugikan masyarakat akan terjadi apabila tradisi bersih

desa ditinggalkan. Dengan melakukan tradisi bersih desa ini masyarakat desa

mendapatkan berkah atau keselamatan dari Tuhan yang Maha Esa. Seperti yang

dikatakan oleh Ibu HS,

“dulu, desa juga tidak terjadi apa-apa mbak, desa aman-aman saja.. sebelum

pada akhirnyapenduduk ramai datang. pada saat terjadi berbagai kejadiaan aneh

yang dialami masyarakat mbak, itu orang-orang seperti kesetanan, tapi desa juga

aman-aman saja.”

Hal serupa juga didukung oleh ibu GT selaku staf Desa Lamabidang sosial dan

budaya, bahwa

“ya mungkin warga dari kampung masih percaya hal-hal mistik ya mbak. Ya

misalnya saja kalau tidak melakukan tradisi bersih desa akan kena bala atau

musibah begitu mbak. Jadi setiap tahun pasti dilaksanakan.”

Sedikit berbeda dengan beberapa pendapat di atas, Bp SD berusaha untuk tidak

mencampuradukkan tradisi dengan musibah apabila tradisi tersebut tidak

dilakukan.

“semuanya adalah berasal dari Tuhan, kalaupun tidak dilakukan tradisi bersih

desa dan kebetulan terjadi paceklik sawah, maka semua itu adalah berasal dari

Tuhan.”

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, tradisi yang ditinggalkan dengan musibah

yang terjadi adalah dua hal yang berbeda.Musibah datang dari Tuhan. Meskipun

tradisi yang diwariskan para terdahulu tetap dijaga, apabila kehendak dari Tuhan

80

Universitas Sumatera Utara


Yang Maha Esa terjadi paceklik atau gagal panen di desa tersebut, maka hal itu

akan tetap terjadi.

Jadi pada intinya, masyarakat Desa Lama melakukan tradisi bersih desa

adalah untuk melestarikan budaya Jawa, atau biasa disebut dengan istilah ‖nguri-

uri budaya Jawi”. Tradisi yang diwariskan para pendahulu dari generasi ke

generasi adalah salah satu kebudayaan Indonesia, dan kebudayaan itu adalah salah

satu kekayaan bangsa yang harus tetap dijaga keberadaannya. Selain itu, tradisi

dilakukan adalah sebagai wujud rasa terimakasih masyarakat atas keselamatan,

kesehatan, dan rezeki yang telah diberikan oleh Tuhan selama setahun terakhir,

dan merupakan pengharapan agar tahun depan segala sesuatu menjadi jauh lebih

baik, yang dikenal dengan istilah ngalap berkah (mengharap berkah). Sebagian

masyarakat desa percaya apabila tradisi bersih desa ditinggalkan, maka akan

terjadi musibah atau bala’, sehingga tidak ada orang yang berani untuk

menghentikan tradisi tersebut.

3.4 Persiapan Bersih Desa

Bersih desa dilaksanakan setiap setahun sekali pada bulan maret, pasca

panen padi local sebulan sebelumnya dan saat para petani akan melakukan turun

sawah (mulai menebar bibit padi). Hal ini merupakan wujud syukur atas rejeki

yang telah diberikan pada tahun sebelumnya dengan panennya padi mereka dan

dimaksudkan agar kegiatan bertani masyarakat tidak terjadi gangguan apapun,

padi yang dihasilkan juga memuaskan.Kegiatan ini biasanya dilaksanakan dalam

waktu dua hari dua malam tanpa jeda.Dalam setiap peringatannya, ada berbagai

rangkaian kegiatan yang dilaksanakan mulai dari tahap-tahap persiapan hingga

81

Universitas Sumatera Utara


penyelenggaraannya. Berikut adalah tahap-tahap persiapan yang dilakukan

sebelum tiba hari pelaksanaan bersih desa, diantaranya:

3.4.1 Rapat Persiapan

Dalam berbagai persiapan kegiatan akan selalu rapat dilakukan demi

kelancaran kegiatan pada hari pelaksanaannya. Rapat menjadi salah satu kegiatan

rutin demi meniliki kemajuan kinerja dari setiap tanggung jawab yang telah

diberikan kepada pemberi wewenang. Begitu yang terjadi pada persiapan

pelaksanaan bersih desa di Desa Lama sendiri. Persiapan haruslah sangatlah

mengingat acara tidak kecil yang melibatkan seluruh penduduk.Rapat persiapan

pun dilaksanakan dalam tiga tahapan yang mana dilakukan sejak Februari 2018,

tepat sebulan sebelum pelaksanaan.

 Rapat I: dilaksanakan dibalai desa dan dihadiri oleh BPD, Kepala Desa,

Aparatur Desa, dan masyarakat yang terdiri dari Kepala Dusun,RT/RW,

tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat. Rapat ini diselenggarakan

pertama kali dalam agenda penentuan anggaran biaya yang berasal dari

Anggaran Pendapatan Desa (APDes) 2018.

 Rapat II: Setelah penetapan anggaran telah menemukan hasil selanjutnya

pembentukan panitia, kali ini dilaksanakan di rumah salah seorang tokoh

adat sekaligus orangtua yaitu Mbah Wagiman. Pembentukan panitia dibuat

dalam dua bentuk

- Panitia Besar: Mencakup keseluruhan desa yang terdiri dari Kepala

Dusun,RT/RW, tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat.

Agenda dalam panitia besar sendiri adalah membicarakan lebih lanjut

82

Universitas Sumatera Utara


perihal anggaran berupa bantuan sukarelawan/sumbangan yang

berasal dari setiap Kepala Keluarga di Desa Lama tanpa terkecuali.

Artinya disini tidak ada patokan rupiah dalam pemberikan karena

sifatnya yang hanya sumbangan. Pengutipan sumbangan pun dilakukan

oleh Kepala Dusun/ RT dalam kegiatan wirid kamis malam disetiap

dusun sehingga lebih praktis dan tidak memakan waktu banyak.

Agenda lainnya adalah pembagian tugas setiap dusun. Desa Lama

terdiri dari enam dusun, kemudian keenam dusun ini harus ikut

berpartisipasi dalam kegiatan bersih desa tanpa terkecuali. Bersih desa

nantinya akan dilaksanakan di dua dusun berbeda yakni Dusun I

sebagai tempat kenduri dan Dusun III sebagai tempat makan bersama

dan hiburan. Lantas keempat dusun lainnya akan bergabung dimasing-

masing dusun tersebut untuk membantu baik selama pelaksanaan

maupun setelah pelaksanaan selesai seperti membongkar tenda,

membersihkan, dan mengembalikan peralatan masak-masak.

- Panitia Kecil: selain pantia besar, ada juga pembentukan panitia kecil

untuk memudahkan penanggung jawab pelaksanaan disetiap dusunnya,

yakni Dusun I dan III. Di Dusun I panitia membagi tugas dari belanja

kebutuhan masak-masak, persiapan perlengkapan yang dibutuhkan

untuk tenda dan masak-masak, membangun tenda, juru masak,

penanggung jawab penanaman kepala kambing, penanggung jawab

ziarah kubur, penanggung jawab kenduri, serta penanggung jawab

pelaksana pasca kegiatan. Sementara persiapan yang dilakukan di

Dusun III sebenarnya hampir sama, hanya saja persiapan lebih berat

83

Universitas Sumatera Utara


karena jumlah yang hadir lebih banyak dari Dusun I,yakni persiapan

mempersiapkan perlengkapan masak-masak dan tenda, belanja dapur,

penanggung jawab tamu, penanggung jawab tarub (panggung wayang

kulit), penanggung jawab pemilihan dalang, perlengkapan wayangan,

sinden dan kehadiran mereka serta sound system.

 Rapat III: Dilaksanakan di rumah Mbah Wagimin kembali dan menjadi

rapat terakhir dilaksanakan dengan agenda menindaklanjuti pembagian

tugas yang telah diberikan serta mengumpulkan dana sumbangan yang

telah dikumpulkan selama beberapa pekan. Dalam rapat kali ini semua

persiapan dianggap telah matang dan tinggal menunggu waktu

pelaksanaan tiba yang akan dilaksanakan pada 22-23 Maret 2018.

3.4.2Pembersihan/Gotong Royong

Kegiatan pembersihan. Biasanya dilakukan dengan membersihkan

kuburan, halaman, masjid, jalan-jalan atau gang-gang yang jarang dilewati orang.

Hal ini dimaksudkan agar keadaan kampung atau desa nampak bersih. Kegiatan

pembersihan ini dilakukan secara bersama-sama dengan gotongroyong/kerja

bakti.Gotong royong dilakukan pada hari pertama oleh laki-laki dari setiap dusun

baik yang masih lajang maupun yang sudah menikah, tanpa terkecuali kakek yang

dianggap masih sanggup untuk ikut kerjasama. Pagi harinya masyarakat sudah

memenuhi jalan disetiap gang-gang desa dengan membawa cangkul dan parang

untuk membersihkan parit-parit dan jalanan tanpa terkecuali, setelah selesai

mereka akan berlanjut membersihkan masjid dan yang terakhir membersihkan

kuburan, khususnya makam Mbah Datuk. Sementara dilain tempat para

84

Universitas Sumatera Utara


perempuan masing-masing dari rumah akan memberikan sumbangan makanan

berupa cemilan seperti gorengan, minuman teh dan atau kopi dan tak lupa dengan

tenaga tambahan berupa rokok yang diletakkan begitu saja dipinggir jalan tidak

jauh dari tempat pembersihan atau pos kamling. Jika sumbangan belum datang

biasanya para laki-laki akan berteriak agar menyegerakan pemberian karena

mereka yang sudah lelah.

Gotong royong dimulai sejak pukul 07.00 – 11.00 WIB saat matahari

mulai bersinar dengan sangat cerah dan mereka sudah mulai merasakan

lelah.Setiap jalan, gang, halaman rumah, masjid, maupun perkuburan harus benar-

benar bebas dari rumput atau sampah yang mengganggu sehingga terlihat bersih,

jika tidak maka pekerjaan mereka harus dilanjutkan sampai benar-benar bersih.

Dalam kegiatan ini masyarakat percaya jika tidak melakukan gotong royong

dengan baik maka itu merupakan cerminan dari hati warga yang tidak baik/kotor,

yang mana dalam kegiatan berikutnya ia juga tidak akan mendapatkan kebersihan

hati dan pertolongan dari Mbah Datuk. Oleh sebab itu tidak ada dari warga

masyarakat yang berani melakukan hal yang tidak disukai Mbah Datuk, karena

akan mendatangkan bala bagi kehidupannya sendiri.

3.4.3 Membangun Kemah/Tenda

Setelah selesai gotong royong dan beristirahat, maka selanjutnya

masyarakat akan bergotong royong mendirikan kemah. Kemah yang dimaksud

disini adalah tempat yang akan digunakan masyarakat untuk memasak jamuan

untuk keperluan tradisi, berupa pendirian tenda dan perangkat masak lainnya

seperti tungku dandang yang tersusun dari beberapa bata dan dibuat dalam

85

Universitas Sumatera Utara


beberapa titik, menyiapkan meja, dan keperluan lainnya terkait rewang. Tenda ini

berfungsi sebagai tempat masak-masak dan kenduri nantinya, biasanya didirikan

di bawah keramat.Sebuah tempat yang dianggap sakral bagi masyarakat setempat

dan tempat yang dianggap aman saat masyarakat melakukan kegiatan tersebut.

Foto 3. Tenda di dusun I yang berada dibawah kramat

Tenda berukuran kurang lebih 5x2 meter itu dibangun dari beberapa tiang

dari bambu yang berfungsi sebagai penopang, bamboo yang digunakan juga

berasal dari bawah keramat milik Mbah Datuk, uniknya dalam proses

pengambilan harus meminta ijin terlebih dahulu meskipun hanya sebagai simbolis

secara lisan saja kepada Mbah Datuk. Sedangkan atapnya menggunakan terpal

biru, begitupun dengan lantainya yang hanya beralaskan terpal biru.

Dilain tempat selain tenda untuk masak-masak, satu lagi yang harus didirikan

adalah tratak yang digunakan untuk kegiatan hiburan. Tratak ini letaknya terpisah

dengan tenda masak,

86

Universitas Sumatera Utara


Foto 4. Tenda di Dusun III tempat makan bersama dan hiburan

karena memang sudah kesepakatan diantara masyarakat untuk itu, artinya

kegiatan sakral dan hiburan harus terpisah. Lain halnya dengan tenda masak yang

dibangun secara sederhana, tratak didirikan dari rangkaian kayu balok yang sudah

mejadi perlengkapan inventaris desa.Tratak berukuran kurang lebih 6x2 meter ini

terdiri dari 2 blok yang mana masing-masingtersusun dilengkapi dengan bangku

panjang terbuat dari rangkaian kayu juga. Serta tak lupatratak untuk hiburan

berupa wayang kulit yang menghadap langsung ke depan tratak. Ukurannya

sedikit pendek namun lebih lebar, mengingat peralatan yang akan memenuhi

nantinya sangat banyak dan system pemainnya yang harus berkumpul menumpuk

jadi terlihat berbentuk persegi.

3.4.4 Masak-Masak

Setelah tenda selesai didirikan maka selanjutnya adalah tugas para wanita

untuk turut serta yaitu menyiapkan jamuan untuk keperluan kenduri dan berbagi

makanan ke masyarakat nantinya.Sore hari menjadi waktu kegiatan dimulai,

mengingat pembagian waktu kerja yang mereka miliki.Tidak hanya wanita, laki-

laki yang kebanyakan orangtua pun turut andil dalam membantu prosesnya,

87

Universitas Sumatera Utara


karena pada tahap ini juga membutuhkan tenaga laki-laki seperti mengaduk nasi,

memasak air panas, mengambil daun pisang, mengangkat dan lain sebagainya.

Menu makanan yang ditawarkan sederhana, tujuannya hanya untuk

merasakan keberbersama an meskipun hanya mendapat sedikit bagian saja. Dua

ekor kambing menjadi menu utama sebagai persembahan, kepala kambing akan

diberikan untuk Mbah Datuk, dan sisanya dibagikan kepada masyarakat setelah

dagingnya matang. Daging kambing hari itu digulai, tak lupa dengan teman

pelengkap makan lainnya yakni bihun goreng, tumis wortel dan buncis, serta

sambal ijo tempe dan kentang. Kegiatan ini berlangsung sejak sore hingga malam

hari sampai semua selesai, karena tidak boleh memasak sampai esok

paginya.Merupakan sebuah pantangan apabila hal tersebut dilakukan.

Foto 5. Kegiatan masak-masak di bawah kramat sejak sore sampai malam hari

88

Universitas Sumatera Utara


Malam itu ditemani keripik pisang dan teh hangat bapak-bapak dan ibu-

ibu yang masih belum selesai dengan pekerjaannya sambil duduk santai di bawah

tenda berbincang. Sesekali gelak tawa terdengar diantara mereka, seperti sudah

tidak ada batasan usia diantaranya. Pembahasan berlangsung mulai dari masalah

masakan hingga berlari ke topik lainnya.Semua persiapan dilakukan sampai

sekecil apapun seperti menggulung daun pisang untuk bungkus nasi acara esok

pagi dan lainnya. Setelah selesai semua ibu-ibu diharapkan pulang kerumah untuk

istirahat, sementara itu kemah dijaga oleh bapak-bapak sambil lek-lek an hingga

esok. Kemah tidak boleh ditinggalkan tanpa seorang pun, sudah menjadi

kewajiban bersaa bagi mereka untuk menjaganya dari gangguan apapun, naluri

merekalah yang membawa pada kewajiban tersebut tanpa intruksi dari siapapun

juga.

Disisi lain, terdapat satu kemah lagi yang digunakan untuk masak-masak,

yaitu disekitar tratak. Kemah ini bentuknya sama dengan kemah pertama hanya

saja karena letaknya yang disekitar rumah penduduk sehingga terlihat lebih

sempit. Makanan yang disajikan nantinya adalah hidangan Prancis layaknya

makanan di acara pesta pernikahan, sehingga hidangan pun akan terlihat lebih

mewah daripada yang sebelumnya. Dan dari segi jumlah, disini kapasitasnya dua

kali lipat daripada kemah pertama mengingat tamu yang hadir dan juga peserta

hiburan yang pastinya sangat membludak.Menu yang ditawarkan pun tentunya

lebih banyak dan meriah karena memotong seekor lembu, dan berbagai menu

makanan lainnya yang siap dicicipi oleh seluruh warga desa lama maupun tamu.

89

Universitas Sumatera Utara


Foto 6. Masak-masak di bagian tratak untuk tamu dan hiburan

Lain halnya pada kemah pertama yang nantinya hidangannya sebatas untuk acara

kenduri saja dan amsyarakat sekitar kemah, di kemah kedua seluruh masyarakat

Desa Lama boleh hadir untuk menikmati hidangan yang telah disajikan. Dan bagi

siapa yang belum hadir akan mendapatkan pesan untuk segera hadir menikmati

hidangan bersama warga lain sambil menikmati hiburan yang telah disediakan

nantinya.

3.4.5 Dzikir Akbar

Secara bersamaan, dilain tempat pada malam pertama dilakukan dzikir

akbar di dalam masjid yang dipimpin oleh seorang ustadz hal ini bertujuan

memohon perlindungan dan kelancaran acara kepada Allah Subhanahu Wata‘ala

sebagai pemilik alam semesta ini. Peserta dzikir akbar adalah seluruh penduduk

desa baik laki-laki maupun perempuan yang dilaksanakan setelah shalat isya

menggunakan pakaian serba putih.

90

Universitas Sumatera Utara


3.5 Penyelenggaraan Bersih Desa

3.5.1 Ziarah Kubur dan Persembahan

Keesokan paginya pada hari kedua, tepat pukul 06.00 WIB saat matahari

perlahan mulai mengintip, seorang pemuka adat sudah berjalan menuju

kramat.Kramat adalah lahan perkuburan yang di dalamnya juga terdapat makan

Mbah Datuk.Letaknya berada di atas bukit tempat kemah didirikan. Pagi itu

pemimpin ritual memulai ritualnya dengan membawa persembahan untuk Mbah

Datuk berupa dua ekor kepala kambing yang nantinya akan ditanam disekitaran

keramat, tak lupa juga bunga tujuh rupa, bubur merah-putih yang telah

dimasukkan bungkusan daun pisang berbentuk mangkuk persegi yang diletakkan

di atas makam Mbah Datuk. Sesampainya di makam biasanya siapapun itu

terlebih dahulu harus membersihkan kediaman Mbah Datukdan sekitar-sekitarnya.

Foto 7. Makam Mbah Datuk

91

Universitas Sumatera Utara


Tujuannya adalah sebagai ucapan selamat datang dan permohonan ijin melakukan

sesuatu di kediamannya.

Ziarah dilakukan selama kurang lebih satu jam, yang mana dalam hal ini

tidak boleh banyak yang ikut serta, hanya Pemimpin ritual dan dua oranglain

temannya yang membawa sesembahan. Pada saat ziarah dilaksanakan semua

keadaan harus tenang, tidak boleh ada keributan.Hal ini juga yang mendasari

pelaksanaannya dilakukan pada pagi hari sebelum masyarakat banyak yang

beraktifitas dan kendaraan yang melintas juga masih sangat sedikit, mengingat

letaknya yang tepat berada dipinggir jalan.Sesampainya di makam, ziarah pun

dimulai dengan dipimpin oleh Pemuka adat dan dilakukan dalam bahasa Jawa,

yang mengerti hanya orang tertentu seperti pemuka adat sehingga mereka sangat

dipercaya membawakan ziarah tersebut dan kedudukan mereka di dalam

masyarakat juga disegani.Semua dipersilahkan duduk dengan mengelilingi

makam Mbah Datuk, keadaan harus tetap tenang tanpa ada suara lain selain

serangga disekitar kubur. Pembacaan doa mulai dipanjatkan pertanda ziarah

dimulai dan peletakan seserahan yang telah dibawa merupakan bentuk

komunikasi dengan Mbah Datuk.. Selanjutnya bunga akan ditabur diatas makam

Mbah Datuk berikut dengan air bersih dan menyerahkan bubur merah putih tepat

di depan patok makam. Persembahan berupa dua kepala kambing tak luput

disampaikan pada saat pemanjatan doa setelah sebelumnya ditanam langsung di

dekat posisi masak-masak sore itu. Setelah semua selesai mereka berpamit pulang

dengan Mbah Datuk dan langsung turun kembali ke tenda untuk melaksanakan

kenduri selamet dengan membawa restu.

92

Universitas Sumatera Utara


Tanpa disadari dalam pelaksaan ziarah ternyata terdapat tujuan tersendiri

bagi masyarakat Desa Lama, yang mana adalah untuk menghormati bahwa

mereka adalah orang terdahulu atau leluhur Desa Lama yang lebih mengetahui

keadaan desa, sehingga mereka selalu dihormati dan diikutsertakan dalam

berbagai perayaan dengan cara memberikan persembahan melalui ziarah yang

dilakukan. Dengan kata lain, masyarakat tidak akan pernah melupakan keberadaan

mereka meskipun telah tiada.

3.5.2 Kenduri Slamet

Dalam berbagai pelaksanaan tradisi masyarakat Jawa, ritual slametan telah

menjadi pokok acara yang diyakini merupakan bentuk komunikasi kepada Tuhan

yang Maha Esa melalui para leluhur yang masyarakat percaya sebagai penjaga

mereka disebuah tempat.Slametan bersih desaberhubungan dengan pengkudusan

hubungan dalam ruang, denganmerayakan dan memberikan batas-batas kepada

salahsatu unit territorialdasar dari struktur sosial orang Jawa.Apa yang ingin

dibersihkan daridesa itu tentu saja adalah makhluk-makhluk halus yang

berbahaya.Ini dilakukan dengan mengadakan slametan, dimana

hidangandipersembahkan kepada danyang desa (―makhluk halus penjaga desa‖)

di tempat pemakamannya. Slametan merupakan suatu upacara makan bersama

makanan yang telah diberi doa sebelum dibagi-bagikan. Slametan tidak

terpisahkan dari pandangan alam pikiran partisipasi tersebut diatas, dan erat

hubungannya kepada kepercayaan kepada unsure-unsur kekuatan sakti maupun

makhluk-makhluk halus tadi.Sebab hampir semua slametan ditujukan untuk

memperoleh keselamatan hidup dengan tidak ada gangguan-gangguan apapun.

Hal ini juga terlihat pada asal kata nama upacara sendiri, yakni kata slamat.

93

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian mereka harus menyelaraskan diri dengan apa yang lebih agung

daripada mereka sendiri serta berusaha agar mereka tetap didalam keadaan damai

dan ketentraman emosional, slamet, yaitu suatu keadaan yang menyebabkan

segala peristiwa dengan halus mengikuti jalan yang sudah ditentukan dan tak ada

kemalangan yang menimpa siapapun (Koentjaraningrat 1960:95).

Di tempat yang berdampingan dengan kemah, menggunakan alas terpal

biru, kenduri dilaksanakan pada hari kedua pukul 09.00 WIB setelah ziarah kubur

telah selesai/turun, pada tahap inilah acara puncak penyelanggaraan tradisi bersih

desa di Desa Lama, upacara pokok untuk menopang, mempertahankan dan

memulihkan tata tertib yakni perjamuan kerukunan sosio religious yang diikuti

oleh para tetangga bersama dengan beberapa sanak saudara dan sahabat. Tanpa

pengadaannya masyarakat percaya bahwa desa mereka akan ditimpa suatu

musibah yang tidak tahu kapan akan terjadi, melihat sejarah yang sudah pernah

terjadi sebelumnya maka mereka tidak ingin membuat kesalahan yang sama lagi.

Segala persiapan telah dilakukan mulai dari tempat, makanan yang disusun dalam

beberapa nampan besar kemudian diletakkan ditengah-tengah peserta kenduri,

lauk-pauk yang dimasukkan ke dalam takir kecil-kecil, serta gulungan daun

pisang sebagi wadah makan, perlengkapan tepung tawar seperti beras kuning,

bunga tujuh rupa, upah-upah, air yang telah dicampur wewangian, dan tak lupa

benih bibit yang akan didoakan. Setelah semua persiapan telah selesai dan waktu

yang dinanti sudah tiba makan kenduri pun dimulai.

94

Universitas Sumatera Utara


Foto 8. Persiapan Kenduri Selamet

Foto 9. Masyarakat memadati tempat kenduri

Kenduri dilakukan dengan tertib acara sebagai berikut:

a. Perserta kenduri diwajibkan laki-laki dengan pakaian sopan

b. Datang tepat waktu dan langsung mengambil tempat duduk yang telah

disediakan. Sesampainya ditempat mereka akan langsung diberikan gulai

95

Universitas Sumatera Utara


kambing yang telah terbungkus di dalam plastik agar tidak terjadi

kerusuhan saat pembagian makanan nantinya.

c. Acara akan dibuka oleh pemuka adat sebagai pimpinan kenduri

d. Beberapa kata sambutan disampaikan oleh Kepala Desa, Ketua Panitia,

Pemuka Adat, dan Pemuka Agama

e. Acara tepung tawar bibit yang dibawakan oleh beberapa pemuka

masyarakat dan dipimpin oleh kepala desa. Yang harus disediakan adalah

bunga tujuh rupa beserta potongan jeruk purut yang telah dimasukkan

kedalam wadah baskom beserta air, selain itu tak lupa rangkaian daun

tepung tawar yang diikat sebagai gayungnya. Dalam hal ini tepung tawar

dimaksudkan untuk mengusir gangguan-gangguan yang asalnya dari

makhluk gaib serta memberikan perlindungan kepada warga desanya.

Foto 10. Tepung tawar bibit

f. Acara doa yang dipimpin oleh pemuka agama

g. Sebagai penutup yaitu nyambit sega ( serbu nasi ) yang sudah diletakkkan

ditengah-tengah peserta kenduri dalam beberapa tambah besar di isi

96

Universitas Sumatera Utara


dengan berbagai masakan yang telah disiapkan sebelumnya. Bersama

dengan ini makan bersama pun terjadi dengan menggunakan piring dari

daun pisang yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Foto 11. Makan bersama menggunakan daun pisang

Makanan yang telah disiapkan pun memiliki syarat tidak boleh dititipkan melalui

peserta kenduri, bagi siapapun masyarakat yang ingin menikmati gulai kambing

bisa langsung datang ke kemah dan meminta kepada panitia, tanpa rasa sungkan

sedikitpun mereka akan langsung memberikan. Karena bagi siapapun yang hadir

akan langsung mendapatkan satu bungkus gulai kambing langsung sebelum

duduk.Setelah semua rangkaian acara kenduri selesai masyarakat ada yang

langsung berlalu pergi, namun tak sedikit pula yang menepikan diri untuk

menikmati nasi ummat bersama warga lainnya, ada yang duduk, jongkok, maupun

berdiri, namun mereka tetap menikmati hidangan yang telah disediakan dengan

membawa pulang harapan tentunya.

Kenduri yang dilaksanakan selain sebagai acara puncak kegiatan bersih

desa, juga merupakan media penghubung anatara Dinas Pertanian,Masyarakat,

97

Universitas Sumatera Utara


Aparatur Desa, dan masyarakat. Pada kesempatan ini dinas pertanian akan

menjelaskan mengenai musim semai, musim tanam, terkait dengan tanggal yang

telah ditentukan dari pemerintah serta penjelasan lainnya yang berhubungan

dengan itu.

3.5.3 Wayang Kulit

Setelah serangkaian acara telah selesai dilaksanakan, termasuk acara inti

maka yang menjadi penutup rangkaian penyelenggaran tradisi bersih desa adalah

pagelaran wayang kulit. Acara ini akan digelar sejak siang hari selesai kenduri

slamet hingga semalam suntuk. Wayang Kulit sering kali menjadi pendamping

acara slametan, yang mana akan dipimpin oleh seorang dalang dengan

membawakan cerita yang berkaitan dengan keberlangsungan acara saat itu.

Dalang akan memimpin cerita yang mana di iringi dengan music dan sinden

sebagai penyanyi. Dentuman berbagai alat music yang membersamai saling

bersahut membuat suasana menjadi sangat hangat.Meskipun kenyataanya banyak

dari masyarakat yang tidak mengerti mengenai alur cerita, namun antusiasme

mereka tetap terlihat sepanjang pagelaran.Lenggak-lenggok wayang yang

ditampilkan menjadi obat pelepas rindu bagi para tetua disana.

98

Universitas Sumatera Utara


Foto 12. Pagelaran wayang kulit

Dalam pagelaran wayang kulit, biasanya menceritakan berbagai kisah yang

ditembangkan dalam bahasa Jawa tentunya.Namun kisah yang sering ditampilkan

adalah perjalanan hidup manusia serta jagat alam raya ini yang berkaitan antara

manusia dan makhluk gaib. Kisah hidup manusia yang berawal dari mulai dalam

kandungan hingga dilahirkan ke dunia ini lengkap dengan tugas-tugas yang akan

di emban nantinya. Untuk kisah jagat alam raya sendiri merupakan alur

keteraturan hidup antara manusia dan makhluk gaib yang menjalin kerjasama

dalam kehidupan di dunia ini.Hal ini merupakan sebuah keharusan, yang mana

merupakan sebuah ajaran yang disampaikan oleh para wali songo dan nabi kita

sejak dahulu kala.

3.6 Bentuk Partisipasi Masyarakat di dalam Tradisi Bersih Desa

Keberhasilan acara tradisi bersih desa ditentukan oleh seberapa besar

partisipasi masyarakat.Bentuk partisipasi masyarakat sangatlah beragam, mulai

99

Universitas Sumatera Utara


dari materi, fisik, dan emosi serta mental. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

sebagai berikut :

3.6.1 Keterlibatan material

Dalam tradisi bersih desa, keterlibatan suatu masyarakat sangat

diharuskan. Begitu pentingnya peran serta masyarakat kampung itu sendiri,

sehingga dapat dikatakan tidak ada tradisi bersih desa apabila tidak ada

masyarakat yang perduli akan kelangsungannya. Keterlibatan masyarakat salah

satunya adalah keterlibatan material, bisa berupa uang dan barang.

Seperti yang diungkapkan oleh pak DT selaku ketua panitia tradisi bersih desa,

bahwa

“Bentuk partisipasi warga desa dalam tradisi bersih desa salah satunya adalah

berupa materi dengan membayar iuran dengan system sumbangan sehingga

besarannya tidak ditentukan per KK, dikumpulkan kepada ketua RT masing-

masing.”

Pada saat penghitungan oleh panitia, dana yang terkumpul selalumencukupi sesuai

kebutuhan. Seperti yang diungkapkan oleh pak DT,

“Desa Lama sendiri terdiri dari enam dusun, yang berjumlah sekitar 641 Kepala

Keluarga..besaran dana yang dikumpulkan dari masyarakat tentunya tidak dapat

dipredisksikan karena tidak ada angka pasti pada jumlahnya.. Namun terkadang

dapatnya bisa saja melewati prediksi. Jadi terdapat beberapa kasus yaitu dalam

satu Kepala Keluarga terdapat beberapa keluarga, misalnya ada ayah dan ibu,

anak beserta istri dan anak, saudara laki-laki beserta istri. Sehingga dalam satu

Kepala Keluarga terdapat tiga keluarga. Masing-masing keluarga tersebut

100

Universitas Sumatera Utara


membayar sendiri-sendiri iuran, Sehingga dana yang terkumpul melebihi dari

yang seharusnya.‖

Meskipun begitu, terdapat beberapa warga yang tidak membayar iuran karena

tidak mampu, tetapi pihak panitia tidak mengharuskan untuk membayar,

sebagaimana pernyataan yang diungkapkan oleh Bp DT

“Dari panitia tidak mengharuskan untuk membayar, kalau ora enek tapi dienek-

enekne kan malah kasihan. Tetapi warga yang tidak mampu membayar tidak

banyak, hanya beberapa keluarga saja.” (Dari panitia tidak mengharuskan untuk

membayar, kalau tidak ada tetapi berusaha untuk mengadakan membuat kasihan.

Tetapi warga yang tidak mampu membayar tidak banyak, hanya beberapa

keluarga saja)”

Kendala lain yang dihadapi panitia tradisi bersih desa dalam pengumpulan iuran

adalah sebagaimana diungkapkan sebagai berikut :

“terkadang terdapat beberapa warga telat dalam mengumpulkan iuran, sehingga

saya harus mendatangi rumah para warga tersebut. Terkadang ada juga mbak

yang tidak bisa bayar penuh. Lha wongistilahnya saja, mereka…ya nyuwun sewu

susah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, jadi pihak sini (petugas) tidak bisa

apa-apa. Mereka terkadang hanya membayar semampunya saja, ya mungkin

seribu, dua ribu, ada juga yang lima ribu. Pihak panitia tidak membebani iuran

bagi warga yang memang tidak mampu membayar. Hal ini cukup dimaklumi oleh

panitia dan warga yang lain. Karena bagi warga yang tidak mampu membayar,

penghasilan hanya pas untuk kehidupan sehari-hari, tanpa bisa menabung.”

Dana yang terkumpul tidak hanya dari iuran warga yang masih tinggal di

desa saja, tetapi dari APBDes yakni dana desa yang setiap tahunnya menjadi salah

101

Universitas Sumatera Utara


satu kewajiban pengeluaran desa. Dana desa disini menjadi dana pokok setiap

penyelenggaraan tradisi bersih desa di Desa Lama, sedangkan iuran warga hanya

sebagai tambahan saja dan simbolis tradisi yang biasa mereka jalankan

sebelumnya di daerah masing-masing. Oleh sebab itu terkait dengan iuran warga

tidak terlalu dipaksakan oleh pihak panitia, terlebih mereka yang tidakmemiliki

sawah garapan sendiri. Pak DT kembali menegaskan bahwa

“meskipun dana yang terkumpul dalam jumlah yang sangat besar, baik itu yang

berasal dari dana desa iuran warga, tetapi semua itu sebanding dengan

pengeluaran nantinya. Jikapun jumlahnya berlebih maka akan kembali lagi untuk

kas desa. Wayangannya aja nanti udah 10 juta, belum lagi keyboardnya, terus

motong lembu apa kambing, biaya masak-masaknya, uang capek kaya rokok bagi

bapak-bapak. Ya..kalo dihitung-hitung habis jugalah uangnya.”

Meskipun terlihat sederhana, namun ternyata besaran biaya yang

dikeluarkan lumayan menguras. Oleh sebab itu panitia bekerja keras untuk

mengumpulkan dana sebanyak-banyaknya agar dapat menyelenggarakan bersih

desa dengan meriah.

Selain uang, biasanya ada tambahan lain yang harus dikeluarkan. Seperti

tahun 2018 ini, warga akan memberikan sumbangan uang dan beras wajib

sebanyak satu kilogram. Tanpa sungkan warga akan memberikannya, karena

dalam pelaksanaan bersih desa ini menjadi kesadaran bersama bagi setiap

warganya.

3.6.2 Keterlibatan Fisik

Keterlibatan masyarakat tidak hanya berupa materi saja di dalam tradisi bersih

desa.Dikatakan bahwa, keterlibatan masyarakat bisa berupa tenaga atau fisik.

102

Universitas Sumatera Utara


“Prosesi tradisi bersih desa terdiri dari, “diawali dengan gotong royong

masyarakat membersihkan setiap halaman rumah, jalan-jalan yang sepi, maupun

masjid dan kuburan. Kegiatan mulai dilakukan pada pagi hari, dengan

memanfaatkan tenaga laki-laki, yaitu dengan cara membagi tugas yang terbagi

dalam beberapa kelompok secara terpisah agar pelaksaannya merata di seluruh

bagian desa.”

Keterlibatan tenaga yang dinyatakan oleh Bp JM di atas, juga mendapatkan

dukungan dari Bp DT

“bersih desa dengan membersihkan seluruh desa, agar terlihat bersih sehingga

masyarakat desa dapat terhindar dari penyakit.”

Telah dikatakan di atas, bahwa semua tradisi yang diajarkan oleh para pendahulu

adalah ajaran yang baik.Begitupun juga dengan tradisi bersih desa.Tradisi bersih

desa mengajarkan kebersihan kepada masyarakatnya.Dibutuhkan tenaga para

masyarakat untuk mewujudkan desa yang bersih dan terhindar dari penyakit.

Dijelaskan di atas, bahwa selain keterlibatan fisik, di dalam tradisi bersih

desa keterlibatan masyarakat berupa keterlibatan materi, misalnya uang dan

barang. Keterlibatan berupa barang juga mendukung masyarakat dalam

keterlibatan fisik,

“misalnya saja untuk para panitia pada saat melakukan rapat guna membahas

pelaksanaan tradisi bersih desa, juga untuk para pekerja yang mempersiapkan

segala sesuatunya, seperti tempat pertunjukan atau panggung untuk pertunjukan

wayang.”

Mengambil dari pernyataan di atas, contoh konkrit keterlibatan masyarakat selain

gotong royong oleh para laki-laki desa adalah berupa tenaga untuk melakukan

103

Universitas Sumatera Utara


persiapan yaitu dengan melakukan rapat, membangun panggung guna pertunjukan

wayang, dan tenda untuk keperluan masak-masak dan makan bersama.

Bentuk keterlibatan fisik lain dalam mengkoordinir dana, sebagaimana dinyatakan

oleh Bp JM berikut ini

“ya kalau saya, selain iuran sepuluh ribu saya juga setor tenaga mbak. Saya yang

mencari donatur juga. Kebetulan saya punya teman yang punya perusahaan,

Alhamdulillah mereka mau membantu.”

Iuran para warga di dalam tradisi bersih desa dikumpulkan kepada ketua RT

masing-masing.Sehingga bisa dikatakan bahwa ketua RT tersebut secara otomatis

juga terlibat dalam hal tenaga.Sebagaimana dinyatakan oleh Bp SG, di mana

beliau selaku ketua RT 01.Banyak kendala yang dihadapi oleh Bp SG, misalnya

harus mendatangi rumah beberapa warga yang telat membayar.

Keterlibatan masyarakat di dalam tradisi bersih desa mutlak diperlukan, salah

satunya adalah keterlibatan secara fisik bagi ibu-ibu desa, sebagaimana

dinyatakan berikut ini

” ya di sini mbak yang dekat juga ikut membantu. Misalnya saja para ibu

memasak membuat tumpeng untuk keperluan masak-masak dan kenduri slamet

yang dilakukan setelah pertunjukan wayang pada sore harinya.”

Keterlibatan fisik terus ditunjukkan oleh masyarakat desa sejak awal mula

penyelenggaraan tradisi bersih desa hingga berakhir saat pembongkaran tenda dan

tratak yang telah digunakan sebelumnya.

104

Universitas Sumatera Utara


3.6.3 Keterlibatan Emosional dan Keterlibatan Mental

Pada dasarnya, tradisi bersih desa terselenggara karena kerjasama yang

baik antar warga desa yang masih tinggal di Desa Lama maupun yang telah

pindah ke luar kota. Semua warga ikut terlibat dengan kesadaran masing-masing

tanpa harus ada yang memaksa.Semua saling gotong-royong, mulai dari bapak-

bapak, ibu-ibu dan para pemuda kampung.Hal ini dikarenakan ikatan emosional di

antara mereka yang disebabkan oleh rasa satu identitas, yaitu satu wilayah dengan

satu kebudayaan.Hal yang serupa juga diungkapkan oleh ibu AS.

“setiap warga ikut terlibat dalam kegiatan tradisi bersih desa. Alasan yang

mendasari adalah bahwa mereka bergerak atas kesadaran masing-masing,

sehingga tidak ada suatu paksaan. Para warga bekerja tanpa mengharapkan

bayaran, mereka secara ikhlas saling tolong-menolong demi berlangsungnya

acara tradisi bersih desa ini setiap tahunnya.”

Para warga semua ikut terlibat tanpa terkecuali. Semua saling-tolong menolong

satu sama lain. Bagi ibu AS sendiri, melakukan tradisi bersih desa adalah suatu

keharusan, meskipun tradisi tersebut bukanlah tradisi asli dari seseorang.Ibu AS

adalah warga pendatang di desa ini, tetapi meskipun begitu, beliau selalu ikut

terlibat dalam tradisi bersih desa. Dengan hidup berdampingan satu sama lain

selama bertahun-tahun membuat para warga merasa satu ikatan persaudaraan yang

dibesarkan dalam satu wilayah. Sehingga tradisi bersih desa tercipta atas dasar

kekeluargaan masyarakat kampung untuk bahu-membahu meyelenggarakan

tradisi tahunan ini.

“Dukungan diperoleh penuh dari semua masyarakat untuk terselenggaranya

acara ini. Baik yang tua maupun yang muda, semua tahu kalau setiap tahun

105

Universitas Sumatera Utara


diadakan tradisi bersih desa, pokoknya hari kamis jum‟at kliwon, bulan Suro

mereka sudah pasti bersiap-siap untuk tradisi bersih desa. Semua didasarkan atas

kesadaran para warga masyarakat.”

Tidak ada yang memaksa, jadi ya…semuanya langsung ikut terlibat .”

Bagi Bp DT, tradisi bersih desa bisa bertahan karena adanyak kesadaran para

warga masyarakat untuk tetap mempertahankan keberadaannya. Tanpa ada peran

serta masyarakat, mustahil tradisi ini masih bisa dinikmati oleh generasi muda

sekarang.Para warga masyarakat mencurahkan emosi dan mental yang besar

untuk menyelenggarakan tradisi bersih desa. Dikatakan oleh ketua panitia

“saya akan melakukan apa saja mbak, untuk menyelenggarakan tradisi ini. Kalau

dana kurang, kita buat proposal, terus di masukkan ke pengusaha-pengusaha

relasi kita agar mereka ikut nyumbang. Ya capek, tapi itu kepuasan tersendiri.

Pokoknya diusahakan agar bersih desa ini tidak mandheg saat itu, bagaimana

caranya ya akan kita tempuh.”

3.7 Nilai- nilai yang tergambarkan dalam penyelenggaraan bersih desa

Dengan mengamati berbagai rangkaian kegiatan pada penyelenggaraan

bersih desa, maka dapat tergambarkan beberapa nilai-nilai di dalamnya, antara

lain:

 Adanya rasa takwa dan hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ini

terlihat dengan adanya kegiatan dzikir akbar bersama dan kenduri slamet

yang dilakukan bersama serta sesajen yang dimanifestasikan Mbah Datuk

sebagi penolong terhadap keberhasilan petani

106

Universitas Sumatera Utara


 Adanya perilaku rasa penghormatan terhadap orang yang lebih tua atau

yang lebih dulu ada. Ini memberikan suatu tauladan bahwa yang muda

sudah sewjarnya member hormat kepada yang lebih tua. Bagaimanapun

orang yang lebih tua itu sebagai panutan

 Adanya rasa kebersamaan, persatuan, gotong- royong, berarti

menghilangkan individualisme dan egoistis. Ini dapat kita lihat dalam

kerjasama dalam mmelaksanakan keberhasilan kenduri bersama

 Mengajarkan tentang kesehatan, kebersihan dan keindahan yang bisa kita

lihat adanya pelaksanaan kebersihan kuburan, jalan-jalan sepi, dan lain-

lain, sehingga akan menciptakan keindahan disamping kesehatan

107

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
TRADISI BERSIH DESA DAN PERUBAHAN YANG TERJADI

4.1 Tradisi Bersih Desa Dan Perubahan yang Terjadi

Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-

perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke

arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial

yang terjadi memang telah ada sejak zaman dahulu. Ada kalanya perubahan-

perubahan yang terjadi berlangsung demikian cepatnya, sehingga

membingungkan manusia yang menghadapinya. Perubahan yang terjadi mampu

merambah ke berbagai bidang yang membersamainya, salah satunya perubahan

kebudayaan.Perubahan kebudayaan merupakan pergeseran unsur-unsur yang telah

ada sebelumnya serta menggantinya dengan yang baru sesuai dengan tuntutan

perkembangan zaman.

Sebenarnya di dalam kehidupan sehari- hari, acap kali tidak mudah untuk

menentukan letak garis pemisah antara perubahan sosial dan kebudayaan. Hal ini

disebabkan tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, sebaliknya

tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Hal

ini mengakibatkan bahwa garis pemisah didalam kenyataan hidup antara

perubahan sosial dan kebudayaan lebih sukar lagi untuk di tegaskan.Biasanya

antara kedua gejala itu dapat di temukan hubungan timbal balik sebagai sebab dan

akibat.

108

Universitas Sumatera Utara


Perubahan sosial terjadi dalam masyarakat memiliki beberapa ciri, antara

lain sebagai berikut:

1. Setiap masyarakat mengalami perubahan baik secara lambat maupun cepat

sehingga tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya.

2. Perubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemasyarakatan akan diikuti oleh

perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Hal ini disebabkan

oleh lembaga-lembaga sosial bersifat interdependen akan saling memengaruhi

sehingga sulit sekali untuk mengisolir perubahan pada lembaga-lembaga sosial

tertentu, proses yang dimulai dari proses selanjutnya merupakan suatu mata rantai.

3. Perubahan sosial yang cepat biasanya menimbulkan disorganisasi yang

bersifat sementara karena berada dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi

tersebut akan diikuti oleh reorganisasi yang mencakup pemantapan dari kaidah-

kaidah dan nilai-nilai yang baru.

4. Perubahan sosial terjadi dalam bidang material dan immaterial karena

keduanya memiliki hubungan timbal balik.

5. Secara tipologis, perubahan sosial dapat dikategorikan dalam beberapa

bentuk, yaitu sebagai berikut:

a) Proses sosial, yaitu pergantian beragam pengahargaan, fasilitas, dan anggota

dari suatu struktur.

b) Segmentasi atau pembagian, yaitu pemekaran unit-unit struktural yang tidak

terlalu berbeda dengan unit-unit yang telah ada.

c) Perubahan struktur, yaitu timbulnya peran dan organisasi yang baru.

d) Perubahan struktur kelompok, yaitu pergantian komposisi kelompok, tingkat

kesadaran kelompok, dan hubungan antarkelompok dalam masyarakat.

109

Universitas Sumatera Utara


Salah satu perubahan kebudayaan tersebut terjadi pada tradisi bersih desa

di Desa Lama.Seiring dengan perkembangan zaman dengan berbagai pengetahuan

yang dimiliki masyarakatnya, bersih desa yang rutin dilakukan setiap tahunnya

pun mengalami perubahan dari waktu ke waktu, baik dari segi fisik maupun non

fisik.

4.1.1 Perubahan Fisik

Perubahan dalam bentuk fisik biasanya lebih cepat dialami. Perubahan-

perubahan fisik meliputi semua perubahan yang terdapat pada tubuh atau benda

baik yang melekat pada diri seorang atau tidak yang langsung dapat diamati

terjadinya. Dalam pelaksanaan bersih desa ada beberapa perubahan yang terkait

dengan fisik, diantaranya:

 Makanan yang dihadirkan dalam sedekah bumi berupa nasi kuning dan

panggang ayam dalam sebuah bakul kecil serta dilaksanakan di tengah

sawah. Pemandangan ini terjadi saat pertama kali bersih desa dilakukan,

dana yang dimiliki masyarakat juga masih sangat minim karena jumlah

penduduk pada saat itu masih sedikit, sehingga hanya membuat sedekah

bumi. Seiring dengan berjalannya waktu pertambahan penduduk mulai

terjadi, akhirnya mendorong keterlibatan masyarakat dalam kegiatan

tahunan ini juga semakin bertambah. Sedekah bumi yang dilakukan kini

berubah persembahannya menjadi satu ekor kepala kambing dan dilakukan

di bawah kramat. Ternyata dari satu ekor kepala kambing mengalami

perubahan kembali menjadi dua ekor kepala kambing sampai saat ini.

110

Universitas Sumatera Utara


 Hewan sembelihan yang digunakan sebagai ikon dalam makan bersama

adalah kambing. Sejak awal kemunculannya kambing memang sudah

menjadi hewan pilihan, namun saat itu jumlahnya hanya satu ekor saja.

Lama kelamaan secara bertahap degan kemampuan dana yang dimiliki

akhirnya jumlah kambing bertambah jadi dua ekor, selain karena

kecukupan dana yang dimiliki adalah untuk memenuhi semua kebutuhan

penduduk agar terbagi secara merata. Beberapa tahun belakangan ini

semenjak adanya dana APBDes masyarakat mulai menikmati daging sapi

sebagai tambahan makanan selain dua ekor kambing lainnya, tentunya

dengan adanya kemajuan ini menjadikan euphoria dalam pelaksanaan

bersih desa semakin bertambah.

 Penggunaan tenda untuk kenduri dan makan bersama. Seiring dengan

perkembangan zaman serta kemajuan diberbagai bidang kini tenda yang

digunakan tak lagi hanya sekedar tikar plastik, melainkan sudah mampu

menghasilkan tenda inventaris desa sendiridan bahkan menyewa tenda di

rental peralatan pesta demi kemeriahan pelaksanaan.

 Sama halnya dengan tenda, peralatan masak juga sudah pasti mengalami

perubahan seiring dengan perkembangan jaman sekarang ini. Berbagai

peralatan amsak yang dibutuhkan akan semakin mudah ditemukan dan

didapatkan.

 Dalang yang digunakan dalam mengisi pagelaran wayang kulit selalu Pak

Sular yang berasal dari daerah Trans (daerah secanggang, Kota Stabat,

Kabupaten Langkat). Namun beberapa tahun belakangan langganan

111

Universitas Sumatera Utara


penduduk Desa Lama ini tidak dapat mengisi dikarenakan keterlambatan

membuat janji yang mengharuskan untuk mencari dalang lain.

 Gamelan, menjadi salah satu peralatan andalan pagelaran wayang kulit

untuk mengiringi dalang dalam menyampaikan ceritanya. Mengingat

tradisi bersih desa merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan di Desa

Lama, maka masyarakat memutuskan untuk memiliki inventaris peralatan

sendiri agar lebih memudahkan. Seiring dengan perkembangan waktu

gamelan inventaris tersebut mengalami penurunan kualitas pakai

disebabkan sudah usang, meskipun selalu dirawat dengan baik namun

lambat laun barang-barang juga akhirnya mengalami kerusakan. Sejak saat

itulah gamelan sekarang harus disewa dari tempat lain.

4.1.2 Perubahan Non Fisik

Dalam mperubahan non fisik, biasnya terjadi dalam kurun waktu yang

lambat, kebalikan dari perubahan fisik.Perubahan non fisik meliputi segala jenis

yang tidak tampak namun benar adanya, yakni terkait dengan kegiatan-kegiatan.

Perubahan itu meliputi:

 Pengadaan dzikir akbar. Dzikir akbar sebagai salah satu aktivitas

keagamaan bagi umat islam sekarang ini yang sangat banyak

digunakan, tak terkecuali dalam pelaksanaan bersih desa.

Pengadaan ini dilatarbelakangi oleh pengetahuan spiritual

masyarakat yang sudah semakin bertambah dari waktu ke waktu

dan juga persamaan agama yang dimilki.

112

Universitas Sumatera Utara


 Penambahan fungsi dan tujuan bersih desa. Fungsi dan tujuan

bersih desa merupakan sebuah langkah pembersihan baik secara

individu atau kelompok, meminta perlindungan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, serta pengharapan akan kesejahteraan hidup di

masa yang akan datang. Seiring dengan perkembangan jaman yang

semakin modern, tujuan penyelenggaraan bersih desa pun

menambahkan tujuan laindi dalamnya yakni dalam bidang

politik.Temuan yang didapat, saat penyelenggaraan bersih desa

juga dilakukan aktivitas kampanye yang seolah-seolah

menggambarkan ketidakmurnian sejak awal penyelenggaraannya.

Meskipun dinilai tidak mengganggu karena tak ditemukannya

kejanggalan dalam penyelenggaraannya, namun tetap saja banyak

pihak yang merasakan ketidakmurnian tersebut. Sebagai rakyat

biasa yang mengikuti perintah atasannya mereka pun tak bisa

berbuat apapun selain mengikut saja aturan yang dibuat Kepala

Desa. Dalam hal ini yang terpenting adalah aktivitas dalam

penyelenggaraannya tiada yang kurang satupun, tiada yang

dikurangi sedikit pun.

 Sistem gotong royong yang berubah menjadi sistem upah.

Kegiatan bersih desa yang dilaksanakan setiap tahunnya ternyata

memiliki banyak perubahan tak terkecuali dalam sitemnya. System

gotong royong merupakan system yang sejak awal digunakan

dalam pelaksanaan bersih desa, mulai dari persiapan, pelaksanaan,

hingga pasca pelaksanaan dikerjakan dengan sukarela. Berbeda

113

Universitas Sumatera Utara


dengan saat ini, system upah menjadi keharusan dalam

pelaksanaan bersih desa. Hal ini disebabkan terdapat perubahan

dalam diri masyarakat sendiri yang tidak mau bekerja jika tidak di

upah, dengan kata lain nilai-nilai kesadaran pun sudah semakin

berkurang. Sejak persiapan, pelaksanaan hingga pasca pelaksanaan

semua pelaku dibayar. Tukang masak saja misalnya, setiap

orangnya akan diberi uang sabun sebesar Rp20.000,- untuk ibu-

ibu, sedangkan yang laki-laki akan mendpatkan uang rokok. Begitu

juga dengan yang membangun tenda dan yang membongkar tenda.

4.2 Temuan Studi yang dikaitkan dengan Kajian Teori

Manusia tidak bisa lepas antara satu dengan lainnya, karena manusia

adalah makhluk sosial.Di dalam Bahasa Inggris, masyarakat dikenal dengan

istilah society.―Society adalah sekelompok orang yang telah menjadi satu kesatuan

wilayah, fungsional, dan kultural.‖(Soleman B. Taneko, 1990: 59).Manusia dan

alam merupakan satu kesatuan. Hubungan kedua elemen tersebut seakan tak bisa

lepas satu sama lain. Hubungan simbiosis keduanya pun menjadi sebuah

keniscayaan.Namun dalam perkembangan manusia modern, alam seakan menjadi

objek untuk meneguhkan dan meneruskan kehidupan manusia.Disinilah

diperlukan kesadaran ekologis manusia untuk paham dengan alam.Manusia yang

secara sadar perduli dengan alam.Yang menarik adalah, pada masyarakat kita

dahulu begiu menghargai alam.Hal ini terbukti dengan adanya ritual bersih desa,

sebagai bentuk atau wujud penghormatan manusia terhadap alam.

114

Universitas Sumatera Utara


Menanggapi pendapat “bahwa segala aspek kebudayaan itu saling

berhubungan secara fungsional dengan cara yang tidak pasti”, Steward

berpendapat ―bahwa tingkat dan macam hubungan itu dalam segala aspek

kebudayaan bermacam-ragam. Dia berusaha mengisolasi aspek-aspek tertentu dari

kebudayaan yang sedang dianalisisnya.Ikatan fungsional dengan alam sekitarnya

dari aspek-aspek ini tampak sangat eksplisit.Selain itu kesalingtergantungan

antara pola-pola kebudayaan dan hubungan organisme lingkungan hidup tampak

jelas dan sangat penting.aspek-aspek kebudayaan yang lebih luas ini dinamainya

inti kebudayaan (cultural core). Inti kebudayaan itu meliputi pola-pola social,

politik, dan agama yang secara empiris ditetapkan bahwa hubungannya dengan

penyusunan-penyusunan itu sangat erat.

Masyarakat Desa Lama merupakan salah satu contoh masyarakat yang

hingga saat ini masih memberikan penghormatan terhadap alam, terlihat dengan

adanya tradisi bersih desa yang masih rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Hal ini

dilakukan juga sebagaimana bentuk adaptasi masyarakat Desa Lama terhadap

lingkungan mereka dalam bentuk kebudayaan tradisi atau adat. Berdasarkan

temuan ini kemudian dikaitkan melalui kajian tentang hubungan antara budaya

dengan lingkungan ke dalam bidang kajian ekologis. Suatu ciri dalam ekologi

budaya adalah perhatian mengenai adaptasi pada dua tataran: pertama

sehubungan dengan cara sistem budaya berdaptasi terhadap lingkungan totalnya,

dan kedua sebagai konsep adaptasi sistemik, perhatian terhadap cara institusi-

institusi dalam suatu budaya baradaptasi dan saling menyesuaikan diri. Ekolog

budaya menyatakan bahwa diperlukannya proses-proses adaptasi akan

115

Universitas Sumatera Utara


memungkinkan kita melihat cara kemunculan, pemeliharaan dan transformasi

sebagai konfigurasi budaya.

Unit adaptasi makhluk manusia meliputi organisme dan lingkungan yang

merupakan suatu ekosistem; yaitu sistem atau kesatuan yang berfungsi, dan terdiri

atas lingkungan fisik berikut berbagai organisme yang hidup di dalamnya. Proses

adaptasi telah menghasilkan keseimbangan yang dinamis karena manusia sebagai

bagian dari salah satu organisme hidup dalam lingkungan fisik tertentu. Melalui

kebudayaan yang dimilikinya ia mampu mengembangkan seperangkat sistem

gagasannya, dengan kata lain manusia sebagai salah satu bentuk organisme,

melalui sistem gagasan yang dikembangkan dan dimilikinya, mampu

menyesuaikan diri dengan bagian dari ekosistem.

Dalam berdaptasi dengan lingkungan, menurut Steward, manusia memiliki

corak yang khas dan unik, salah satunya adalah, proses perkembangan

kebudayaan. Proses perkembangannya di berbagai belahan bumi tidak terlepas

antara satu dan lainnya, dan bahkan ada beberapa diantaranya yang tampak sejajar

terutama pada sistem mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan dan sistem

religi. Hal ini dikarenakan perkembangan yang sejajar di daerah tertentu.

Masyarakat Desa Lama merupakan masyarakat Jawa yang didominasi

mata pencaharian petani. Melihat luas wilayah persawahan yang dimiliki masing-

masing penduduknya memperlihatkan tingkat kesejahteraan hidup masyarakatnya

pula.Namun semua yang mereka lakuan tentu saja tak terlepas dari kerjasama

dengan alam, sebagai wujudnya yaitu tradisi bersih desa.Tradisi bersih desa

merupakan wujud penghormatan mereka terhadap alam. Tradisi yang

116

Universitas Sumatera Utara


dilaksanakan setiap setahun sekali ini dipercaya sebagai salah satu cara

menyeimbangkan kehidupan mereka dengan alam. Ketakutan yang terjadi apabila

tradisi tidak dilaksanakan akan mendapatkan musibah baik secara individu

maupun universal.

Tradisi yang dilaksanakan secara turun temurun ini pada pelaksanaannya

menggunakan kebiasaan suku Jawa.Dilaksanakan sebulan pasca panen lokal

serentak dan sebelum turun bibit (turun sawah) kembali. Ada beberapa tujuan

pelaksanaan bersih desa, yakni:

a. Wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen yang telah

diberikan pada tahun sebelumnya, dan memohon kembali untuk kelancaran dalam

masa tanam berikutnya.

b. Memohon perlindungan untuk seluruh warga desa agar terhindar dari

malapetaka baik yang sifatnya alamiah maupun disengaja.

c. Penghormatan kepada arwah leluhur pendahulu mereka di desa tersebut, yang

mana telah menjaga mereka selalu dari segala malapetaka. Jikapun terjadi hal

yang tak diinginkan maka hal itu kembali kepada Tuhan mereka.

Selain sebagai sebuah tradisi, tujuan yang tersirat dalam tradisi bersih desa sendiri

adalah sebagai bentuk interaksi masyarakat dalam system adat yang mereka miliki

demi mempertahankan budaya yang telah ada selama ini, tentunya kaitan ini

adalah terciptanya keharmonisan hidup rukun bertetangga dan bermasyarakat

terlebih dalam hal melestarikan ajaran-ajaran nenek moyang.

Melihat kearifan lokal masyrakat Desa Lama tidak sekedar sebagai acuan

tingkah laku seseorang, tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendimanisasi kehidupan

yang penuh keadaban. Selanjutnya kearifan lokal menjadi kecenderungan umum

117

Universitas Sumatera Utara


masyarakat Desa Lama. Menurut Wibowo (2011) bahwa fungsi dan makna

kearifan lokal, yaitu: Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya

alam, berfungsi untuk pengembangan sumberdaya manusia, berfungsi untuk

pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, berfungsi sebagai petuah,

kepercayaan, sastra dan pantangan. bermakna social, bermakna sosial ekonomi,

bermakna etika dan moral, bermakna politik. Kearifan lokal juga disebut sebagai

semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau etika yang menuntun

prilaku manusia dalam kehidupan didalam komunitas ekologis (Keraf, 2010). Jadi

kearifan lokal yang terjadi di Desa Lama bukan hanya menyangkut pengetahuan

dan pemahaman masyarakat adat tentang manusia dan bagaimana relasi yang baik

diantara manusia, melainkan juga menyangkut pengetahuan dan adat kebiasaan

tentang manusia, alam dan bagaimana relasinya diantara semua penghuni

komunitas ekologis pemberdayaan masyarakat yang secara sadar atau tidak dalam

pengelolaan dan pembangunan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Semua

kearifan lokal yang terjadi telah membawa perubahan untuk selalu dihayati,

dipraktikkan, diajarkan, dan diwariskan dari satu generasi ke generasi lain yang

sekaligus membentuk pola prilaku pemberdayaan masyarakat Desa Lama. 10

10
Ibad, S. 2017. Kearifan Lokal Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan dan Pembangunan
Sumberdaya Perikanan yang Berkelanjutan (Studi Kabupaten Situbondo). Samakia: Jurnal Ilmu
Perikanan, 8 (1): 24-31

118

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan terhadap masalah tentang

Tradisi Bersih Desa (Studi Kasus di Desa Lama, Kecamatan Sei Lepan,

Kabupaten Langkat, Pangkalan Berandan), penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Tradisi bersih desa dilaksanakan setahun sekali, yakni pada bulan Maret

setiap tahunnya. Waktu ini adalah waktu dimana panen lokal telah selesai

pada bulan Februari dan memasuki masa turun bibit (masa tanam) tanpa

ada penanggalan khusus dalam penetapannya.

2. Dalam pelaksanaan bersih desa, ada berbagai norma dan aturan yang wajib

dilaksanakan demi menjaga kelancaran dan ketentraman dalam hidup

masyarakatnya. Berbagai norma dan aturan tersebut juga dilaksanakan

secara turun temuru tanpa ada yang membantah.

3. Dalam pelaksanaan bersih desa, ada tahap-tahap persiapan hingga

pelaksanaan dilakukan. Tahap-tahap persiapan mulai dari rapat yang

dilaksanakan sebulan sebelum pelaksanaan untuk membicarakan

pembagian tugas dan rencana anggaran, bergotong royong membersihkan

desa, mulai dari parit-parit, halaman rumah, masjid, hingga area

perkuburan. Setelah semua bersih dilanjutkan memasang tenda masak-

119

Universitas Sumatera Utara


masak. Sore harinya aktivitas masak-masak di mulai oleh para ibu-ibu dan

bapak-bapak sebagai tenaga pendukung. Masak-masak hanya boleh

dikerjakan hingga larut malam saja, karena terdapat pantangan jika

dilakukan hingga keesokan paginya.

4. Pelaksanaan bersih desa dilakukan dalam dua hari berturut-turut, yang

mana pada hari pertama masyarakat mulai Setelah shalat isya‘ dzikir

akbar. Selepas itu kemudian para laki-laki akan begadang sambil main

kartu ditemani kopi dibawah tenda masak-masak sekaligus menjaga agar

tidak terjadi apa-apa hingga esok. Hari kedua dimulai dengan ziarah

kubur sebelum matahari terbit. Setelah itu kemudian pelaksanaan acara

puncak, kenduri selamet. Setelah selesai diakhiri dengan hiburan dan

makan-makan seluruh warga desa.

5. Ada beberapa tujuan pelaksanaan bersih desa, yakni:

 Wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen yang telah

diberikan pada tahun sebelumnya, dan memohon kembali untuk

kelancaran dalam masa tanam berikutnya.

 Memohon perlindungan untuk seluruh warga desa agar terhindar dari

malapetaka baik yang sifatnya alamiah maupun disengaja.

 Penghormatan kepada arwah leluhur pendahulu mereka di desa tersebut,

yang mana telah menjaga mereka selalu dari segala malapetaka. Jikapun

terjadi hal yang tak diinginkan maka hal itu kembali kepada Tuhan

mereka.

6. Bentuk partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan tradisi bersih desa

ada tiga macam.

120

Universitas Sumatera Utara


 Pertama adalah berbentuk materi, berupa uang yaitu iuran para warga

masyarakat dan Anggaran Pendapatan Desa (APBDes) 2018.

 Kedua adalah berupa fisik atau tenaga. Bentuk partisipasi ini tidak bisa

dinilai dengan uang, yang dibutuhkan pada saatgotong royong, memasak

guna keperluan kenduri dan makan besar, membangun tenda untuk

masak, dan teratak untuk pertunjukan wayang. Selain itu tenaga juga

dibutuhkan untuk mengumpulkan iuran serta sumbangan dari para

donatur.

 Ketiga adalah keterlibatan secara mental dan emosional, yang ditunjukkan

masyarakat dengan ikut berpartisipasi tanpa ada paksaan. Dukungan

diperoleh penuh dari seluruh masyarakat untuk menyelenggarakan tradisi,

yang dibuktikan dengan eksistensi tradisi bersih desa yang dilakukan rutin

setiap tahun sekali tanpa pernah terlewatkan.

7. Alasan masyarakat tetap melestarikan tradisi bersih desa adalah karena

 Pertama tradisi bersih desa merupakan warisan dari nenek-moyang atau

para pendahulu mereka sehingga wajib dilestarikan dengan baik.

 Kedua yaitu, sebagai media antara manusia dan Tuhan dalam rangka

mengucapkan terimakasih atas berkah yang diberikan selama satu tahun

terakhir, berupa kesehatan, keselamatan, dan rezeki.

 Ketiga adalah mengambarkan suatu pengharapan, agar kehidupan jauh

lebih baik dengan berkah yang diterima. Masyarakat kampung percaya

apabila melaksanakan tradisi bersih desa secara rutin, maka kampung akan

terhindar dari segala kejadian yang merugikan, dan apabila dilanggar maka

akan mendapatkan suatu bala’.

121

Universitas Sumatera Utara


8. pelaksanaan bersih desa sejak awal kehadirannya hingga sekarang ini

banyak mengalami perubahan, baik itu sifatnya fisik dan non-fisik.

 Fisik meliputi: Sedekah bumi, hewan sembelih, peralatan memasak

dan acra makan bersama, dalang yang digunakan, gamelan sebagai

pendamping dalang

 Non fisik meliputi: Pengadaan dzikir akbar, penambahan fungsi

dan tujuan, dan system yang dijalankan dalam pelaksanaan bersih

desa

5.2 Saran

Setelah mengadakan penelitian dan pengkajian tentang tradisi bersih desa

(Studi Kasus di Desa Lama, Kecamatan Sei lepan, Pangkalan Berandan), penulis

memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi panitia tradisi bersih desa, hendaknya lebih menekan biaya yang

dikeluarkan, sehingga dana yang tersisa dapat digunakan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat setempat.

2. Bagi para orangtua, diharapkan dapat melahirkan generasi-generasi baru yang

akan mempertahankan tradisi ini. Selama proses penyelenggaraan yang terlihat

hanya bapak-bapak dan ibu-ibu, anak muda tidak kelihatan sedikitpun. Hal ini

justrunya menjadi sebuah PR penting bagi warga Desa Lama untuk memberikan

pelajaran terhadap budaya kepada anak-anak mereka. Karena tidak mustahil suatu

saat apabila tidak ada lagi orangtua yang mampu, maka tradisi ini akan hilang

ditelan masa.

122

Universitas Sumatera Utara


3. Bagi Pemerintahan Desa Lama khususnya yang berperan dalam Bidang

Kesejahteraan Masyarakat , hendaknya lebih berperan serta dalam melestarikan

tradisi besih desa di Desa Lama, mengingat tradisi ini adalah suatu aset desa yang

apabila dilestarikan dan dikembangkan misalnya saja mempromosikan tradisi

bersih desa dikalangan umum.

123

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Anshoriy, H.M Nasruddin, Sudarsono. 2008. Kearifan Lingkungan dalam

perspektif Budaya Jawa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Geertz, Clifford. 1983. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di

Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Geertz, Clifford. 2014. Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi Dalam

Kebudayaan Jawa pdf. Depok: Komunitas Bambu

Koenjtaraningrat. 2009.Pengantar Ilmu Antropologi. Rev.ed. Jakarta: Rineka

Cipta

Koentjaraningrat, 1970, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan,

Jakarta

Koentjaraningrat. 2008. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan

Martono, Nanang. 2014.Sosiologi Perubahan Sosial. Rev.ed. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Muchtar, Prof. Rusdi. 2009. Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia.

Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama

Mulder, Dr. Niels, 1983. Jawa- Thailand: Beberapa Perbandingan Sosial

Budaya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

124

Universitas Sumatera Utara


Parsudi Suparlan. 1984. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungannya. Jakarta : CV.

Rajawali.

Poerwanto, Dr. Hari, 2000. Kebudayaan dan Lingkungan: Dalam Perspektif

Antropologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

SH, Sudarsono, dan HM Nasruddin Anshoriy Ch, 2008, Kearifan Lingkungan:

Dalam Perspektif Budaya Jawa, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Sutardjo, Imam. 2008. Kajian Budaya Jawa. Surakarta: Jurusan Sastra Daerah

FSSR UNS

Sumber Internet:
http://pustaka-makalah.blogspot.co.id/2011/03/upacara-adat-bersih-desa-
sebagai.html (diakses 06 desember 2017 pukul 14:58)
http://bpad.jogjaprov.go.id/public/article/508/2_bersih_desa_di_Jawa_timur.pdf
(diakses pada 20 Maret 2018 pukul 11:35)
https://media.neliti.com/media/publications/164691-ID-tayuban-dan-tradisi-
bersih-desa-di-wonog.pdf(diakses pada 20 Maret 2018 pukul 12:00)
https://eprints.uns.ac.id/9309/1/144991308201011291.pdf(diakses pada 20 Maret
2018 pukul 12:00)
https://books.google.co.id/books/about/Kejawen.html?hl=id&id=k5cn1iEadxgC(d
iakses pada 21 Maret 2018 pukul 08:00)
http://www.zonasiswa.com/2015/09/budaya-lokal-dan-budaya-asing.html (diakses
pada 30 April 2018 pukul 08:32)
https://spektrumologi.wordpress.com/2014/01/08/ekologi-jawa-dalam-involusi-
pertanian-proses-perubahan-ekologi-di-indonesia-clifford-geertz/ (diakses pada 30
April 2018 pukul 08:35)
https://www.langkatkab.go.id/page/14/iklim-dan-wilayah (diakses pada 10 juli
2018 pukul 13.19)
https://id.wikipedia.org/wiki/Pangkalan_Brandan (diakses pada 10 juli 2018 pukul
13.19)
https://abinehisyam.wordpress.com/2011/12/29/tradisi-dalam-masyarakat-islam/
(diakses pada 10 juli 2018 pukul 15.06)

125

Universitas Sumatera Utara


http://pustaka-makalah.blogspot.com/2011/03/upacara-adat-bersih-desa-
sebagai.html (diakses pada 10 september 2018 pukul 05.00)
http://verapriechieliapa.blogspot.com/2013/01/perubahan-sosial-dan-
kebudayaan.html (diakses pada 10 september 2018 pukul 05.00)

126

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai