Anda di halaman 1dari 5

Knowledge Capture dalam Studi Kasus

Pemutusan Kontrak dalam Pengadaan Barang/Jasa dan Tindak


Lanjutnya
Penulis
Hasan Ashari

Kasus
Dalam pelaksanan pekerjaan, terutama pekerjaan kontruksi, bisa terjadi permasalahan dalam
pelaksanaan kontrak. Permasalahan kontrak biasanya terkait dengan keterlambatan pekerjaan
yang dapat di lihat dari deviasi antara jadwal pelaksanaan pekerjaan dengan realisasi di
lapangan. Pada tahap yang paling rawan adalah apabila terjadi permasalahan yang berdampak
pada pemutusan kontrak. Bagaimana proses pemutusan kontrak dan tindak lanjutnya?

Jawab:
Hal pertama yang harus dipahami adalah pengertian pemutusan kontrak. Pemutusan Kontrak
adalah tindakan yang dilakukan oleh Pejabat Penandatangan Kontrak atau Penyedia untuk
mengakhiri berlakunya Kontrak karena alasan tertentu. Pemutusan kontrak bisa terjadi karena
dua kondisi yaitu:
a. Pemutusan kontrak oleh PPK
b. Pemutusan kontrak oleh Penyedia Barang/Jasa

Pemutusan Kontrak oleh PPK


Pemutusan Kontrak oleh PPK adalah pemutusan kontrak yang inisiatifnya datang dari PPK.
Pejabat Penandatangan Kontrak melakukan pemutusan Kontrak apabila:
a. Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses
pengadaan yang diputuskan oleh Instansi yang berwenang.
b. Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggaran
persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh
Instansi yang berwenang;
c. Penyedia berada dalam keadaan pailit;
d. Penyedia terbukti dikenakan Sanksi Daftar Hitam sebelum penandatangan Kontrak;
e. Penyedia gagal memperbaiki kinerja setelah mendapat Surat Peringatan sebanyak 3 (tiga)
kali;
f. Penyedia tidak mempertahankan berlakunya Jaminan Pelaksanaan;
g. Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki
kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
h. berdasarkan penelitian PPK, Penyedia tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan
pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender
sejak
i. masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;
j. setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh)
hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak
dapat
k. menyelesaikan pekerjaan;
l. Penyedia menghentikan pekerjaan selama waktu yang ditentukan dalam Kontrak dan
penghentian ini tidak tercantum dalam program mutu serta tanpa persetujuan pengawas
pekerjaan.
Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia:
a. Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
b. Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia atau Jaminan Uang Muka dicairkan (apabila
diberikan);
c. Penyedia dikenakan sanksi Daftar Hitam.
Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh Pejabat Penandatangan Kontrak
karena kesalahan Penyedia, maka Pokja Pemilihan dapat menunjuk pemenang cadangan
berikutnya pada paket pekerjaan yang sama atau Penyedia yang mampu dan memenuhi
syarat.
Pemutusan kontrak yang dilakukan oleh PPK dengan alasan keterlambatan penyedia dalam
melaksanakan pekerjaan tentunya harus melalui prosedur-prosedur tertentu seperti diberikan
peringatan secara tertulis atau dikenakan ketentuan tentang kontrak kritis. Kontrak dinyatakan
kritis apabila:
 Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0%-70% dari kontrak), realisasi fisik pelaksanaan
terlambat lebih besar 10% dari rencana;
a. Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70%-100% dari kontrak), realisasi fisik
pelaksanaan terlambat lebih besar 5% dari rencana;
b. Rencana fisik pelaksanaan 70%-100% dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat 
kurang dari 5% dari rencana dan akan melampaui tahun anggaran berjalan.
 Penanganan kontrak kritis tersebut dilakukan dengan rapat pembuktian atau Show Cause
Meeting (SCM) dengan prosedur sebagai berikut:
a. Pada saat kontrak dinyatakan kritis direksi pekerjaan menerbitkan surat peringatan kepada
penyedia dan selanjutnya menyelenggarakan SCM.
b. Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi teknis dan penyedia membahas dan menyepakati
besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia dalamperiode waktu tertentu (uji
coba pertama) yang dituangkan dalam berita acara SCM Tahap I;
c. Apabila penyedia gagal pada uji coba pertama, maka harus diselenggarakan SCM Tahap II
yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh
penyedia dalam periode waktu tertentu (uji coba kedua) yang dituangkan dalam berita acara
SCM Tahap II;
d. Apabila penyedia gagal pada uji coba kedua, maka harus diselenggarakan SCM Tahap III
yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh
penyedia dalam periode waktu tertentu (uji coba ketiga) yang dituangkan dalam berita acara
SCM Tahap III;
e. Pada setiap uji coba yang gagal, PPK harus menerbitkan surat peringatan kepada penyedia
atas keterlambatan realisasi fisik pelaksanaan pekerjaan.
Dalam hal terjadi keterlambatan rencana fisik pelaksanaan 70%-100% dari kontrak, realisasi
fisik pelaksanaan terlambat kurang dari 5% dari rencana dan akan melampaui tahun anggaran
berjalan, maka PPK dapat langsung memutuskan kontrak secara sepihak dengan
mengesampingkan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata setelah dilakukan rapat
bersama atasan PPK sebelum tahun anggaran berakhir.
 
Pemutusan Kontrak oleh Penyedia
Disamping PPK, Penyedia juga mempunya hak untuk melakukan Pemutusan Kontrak.
Penyedia melakukan pemutusan Kontrak apabila:
a. Setelah mendapatkan persetujuan Pejabat Penandatangan Kontrak, Pengawas pekerjaan
memerintahkan Penyedia untuk menunda pelaksanaan pekerjaan atau kelanjutan
pekerjaan, dan perintah tersebut tidak ditarik selama waktu yang ditentukan dalam Kontrak.
b. Pejabat Penandatangan Kontrak tidak menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
untuk pembayaran tagihan angsuran sesuai dengan yang disepakati sebagaimana
tercantum dalam Syarat-syarat Kontrak.

Pemberian Kesempatan
Dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa pelaksanaan kontrak
berakhir, namun Pejabat Penandatangan Kontrak menilai bahwa Penyedia mampu
menyelesaikan pekerjaan, Pejabat Penandatangan Kontrak memberikan kesempatan Penyedia
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan pengenaan sanksi denda keterlambatan.
Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan dituangkan dalam
adendum kontrak yang didalamnya mengatur pengenaan sanksi denda keterlambatan kepada
Penyedia dan perpanjangan masa berlaku Jaminan Pelaksanaan (apabila ada).
Pemberian kesempatan kepada Penyedia menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima
puluh) hari kalender, sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan. Pemberian kesempatan
kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan dapat melampaui Tahun Anggaran.

Denda dan Ganti Rugi


Apabila terjadi pemutusan kontrak maka ada sanksi dan denda yang dikenakan kepada kedua
belah pihak baik PPK maupun Penyedia. Jenis sanksi dan denda adalah:
a. Sanksi finansial yang dikenakan kepada Penyedia sesuai ketentuan yang berlaku karena
terjadinya cidera janji/wanprestasi yang tercantum dalam Kontrak.
b. Sanksi finansial dapat berupa sanksi ganti rugi atau denda keterlambatan.
c. Cidera janji/wanprestasi dapat berupa kegagalan bangunan, menyerahkan jaminan yang
tidak bisa dicairkan, melakukan kesalahan dalam perhitungan volume hasil pekerjaan
berdasarkan hasil audit, menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak sesuai dengan
Kontrak berdasarkan hasil audit, dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
d. Sanksi ganti rugi apabila terjadi; kegagalan bangunan, menyerahkan jaminan yang tidak
bisa dicairkan, melakukan kesalahan dalam perhitungan volume hasil pekerjaan
berdasarkan hasil audit, menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak sesuai dengan
Kontrak berdasarkan hasil audit. Besarnya sanksi ganti rugi adalah sebesar nilai kerugian
yang ditimbulkan.
e. Denda keterlambatan apabila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Besarnya
denda keterlambatan adalah:
1) 1‰ (satu permil) per hari dari harga bagian Kontrak yang tercantum dalam Kontrak; atau
2) 1‰ (satu permil) per hari dari harga Kontrak.
f. Bagian Kontrak adalah bagian pekerjaan dari satu pekerjaan yang ditetapkan dalam
dokumen pemilihan
g. Tata cara pembayaran denda diatur di dalam Dokumen Kontrak.
Para pihak yang berkontrak wajib memenuhi kewajiban terkait sanksi dan denda ganti rugi.
Apabila terjadi pelanggaran pidana atau perdata maka para pihak dikenakan sanksi pidana atau
perdata.

Penyelesaian pekerjaan akhir tahun anggaran


Bahwa pada dasarnya semua pekerjaan yang menggunakan kontrak tahun tunggal harus
sudah selesai pada akhir masa kontrak dalam tahun anggaran berjalan. Jadi apabila sejak awal
sudah diketahui bahwa pelaksanaan pekerjaan akan melewati tahun anggaran, maka kontrak
yang digunakan adalah kontrak tahun jamak.

Namun ada hal-hal tertentu dalam kontrak tahun tunggal, pelaksanaan pekerjaan ternyata
belum bisa diselesaikan dalam tahun anggaran berjalan dan baru diselesaikan di tahun
anggaran berikutnya. PPK dapat memberikan kesempatan kepada penyedia barang/jasa untuk
menyelesaikan keseluruhan pekerjaan dalam waktu maksimal 50 (lima puluh) hari kalender
sejak berakhirnya masa pelaksanaan pekerjaan dan adanya surat pernyataan bermaterai dari
penyedia yang menyatakan kesanggupan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu paling
lambat 50 (lima puluh) hari kalender. Karena pemberian kesempatan 50 hari ini adalah sudah
masuk dalam ranah keterlambatan pekerjaan, maka penyedia dikenakan denda keterlambatan
sebesar 1/1000 dari nilai kontrak atau nilai bagian kontrak untuk setiap hari keterlambatan.

Anda mungkin juga menyukai