Anda di halaman 1dari 8

Lex Privatum Vol. V/No.

1/Jan-Feb/2017

PENGIKATAN JAMINAN DALAM dan pemilik jaminan (bisa debitur atau pihak
PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT BANK lain bukan debitur) yang disebut perjanjian
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 10 pengikatan jaminan. Ada beberapa macam
TAHUN 19981 jaminan kebendaan dan bentuk pengikatan
Oleh : Adrian Alexander Posumah2 jaminan menurut hukum Indonesia.
Bentuk pengikatan jaminan tergantung dari
ABSTRAK jenis benda yang menjadi jaminan apakah
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk benda bergerak atau benda tidak bergerak.
mengetahui bagaimana proses pemberian Jenis dari benda jaminan akan menentukan
kredit bank menurut Undang-Undang Nomor bentuk pengikatan. Semua perjanjian
10 Tahun 1998 dan bagaimana pengikatan pengikatan jaminan bersifat accessoir artinya
jaminan kredit perbankan di Indonesia. Dengan perjanjian pengikatan jaminan eksistensinya
menggunakan metode penelitian yuridis atau keberadaannya tergantung perjanjian
normative, dapat disimpulkan: 1. Proses pokok yaitu perjanjian kredit atau perjanjian
pemberian kredit bank menurut Undang- utang. Jaminan dalam pemberian kredit
Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana perbankan dikenal ada dua jaminan yaitu
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor jaminan perorangan dan jaminan kebendaan.
10 Tahun 1998 tentang perbankan yaitu melalui Jaminan perorangan dan jaminan
beberapa tahapan. Tahapan yang pertama kebendaan perlu diikat keberadaannya yaitu
adalah mengajukan permohonan kredit secara dengan ikatan hukum agar memiliki kepastian
tertulis. Tahapan yang kedua adalah melakukan hukum yang jelas bagi kreditur maupun
analisis kredit dengan cara menggunakan debitur. Tujuan pengikatan jaminan tersebut
penilaian 5C (character, capacity, capital, agar memudahkan pada proses eksekusinya.
condition, dan collateral). Tahap ketiga Perlakuan bank terhadap jaminan kredit yang
persetujuan kredit; tahap keempat melakukan diterimanya dalam praktik perbankan ternyata
perjanjian kredit; dan tahap kelima pencairan tidak selalu sama, terutama antara satu bank
fasilitas kredit oleh bank kepada pemohon. 2. dengan bank lainnya.
Pengikatan jaminan kredit bank di Indonesia, Pengikatan jaminan kebendaan fidusia di
yaitu yang pertama pengikatan jaminan atur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun
perorangan dan yang kedua pengikatan 1999 tentang Jaminan Fidusia, pengikatan Hak
jaminan kebendaan melalui hak tanggungan, Tanggungan di atur dalam Undang-Undang
fidusia, gadai, dan cessie. Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
Kata kunci: Pengikatan jaminan, pemberian atas Tanah Beserta Benda-Benda yang
kredit. Berkaitan dengan Tanah, dan pengaturan-
peraturan lainnya yang mengatur pengikatan
PENDAHULUAN jaminan kebendaan. Pengikatan jaminan kredit
A. Latar Belakang secara umum akan mengamankan kepentingan
Jaminan kredit adalah segala sesuatu yang bank adalah bila dilakukan melalui suatu
mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang lembaga jaminan. Terdapat lima lembaga yang
diikat dengan janji sebagai jaminan untuk dapat digunakan untuk mengikat jaminan
membayar dari hutang debitur berdasarkan utang, yaitu: gadai, hak tanggungan, jaminan
perjanjian kredit yang dibuat kreditur dan fidusia dan cessie. Dalam praktik perbankan
debitur. Kredit yang diberikan selalu diamankan keharusan untuk melakukan pengikatan
dengan jaminan kredit dengan tujuan untuk jaminan melalui suatu lembaga jaminan
menghindari adanya risiko debitur tidak seringkali hanya dilakukan untuk jenis tertentu
membayar hutangnya. Jaminan yang diberikan karena alasan-alasan tertentu dari masing-
debitur harus dibuat perjanjian antara kreditur masing bank.
Besarnya nilai kredit, jangka waktu kredit,
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Firdja Baftim, SH,
jenis atau bentuk jaminan merupakan sebagian
MH; Fonny Tawas, SH, MH dari hal-hal yang dipertimbangkan bank untuk
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. mengikat atau tidak mengikat objek jaminan
120711229

56
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

kredit melalui suatu lembaga jaminan. Untuk 1. Tahapan pertama, pengajuan permohonan
mendapat perlindungan hukum yang cukup, kredit
bank perlu mengikat kebendaan yang Permohonan kredit dilakukan oleh nasabah
diserahkan kepadanya dengan lembaga atau calon nasabah dengan tujuan
jaminan kebendaan yang diperuntukkan untuk mendapatkan kredit sesuai dengan yang
itu. Pengikatan jaminan ini membuat bank dibutuhkan. Permohonan ini harus dilakukan
mendapatkan kedudukan yang diutamakan secara tertulis dan ditunjukan ke pihak bank.
atau didahulukan dari kreditur lain. Permohonan ini menjelaskan kebutuhan
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, pinjaman yang diinginkan serta jenis
maka penulis tertarik untuk mengambil judul: pembiayaan yang diharapkan. Permohonan
_Pengikatan Jaminan Dalam Pelaksanaan kredit ini juga merupakan langka awal
Pemberian Kredit Bank Menurut Undang- hubungan antara pihak bank dengan nasabah.4
Undang Nomor 10 Tahun íõõô_X Dengan adanya permohonan kredit
tersebut, bank dapat segera melakukan
B. RUMUSAN MASALAH penilaian yang paling mendasar pada langkah
1. Bagaimana proses pemberian kredit bank awal ini. Penilaian itu memuat informasi
menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun mengenai bisnis yang akan dibiayai dan
1998? kemampuan serta kemauan calon nasabah
2. Bagaimana pengikatan jaminan kredit dalam menjalankan usaha tersebut. informasi
perbankan di Indonesia? bisnis ini juga dapat dilakukan melalui
keterangan dari pesaing, pembeli, pemasok,
C. METODE PENELITIAN dan pihak terkait lainnya.
Berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh
penulis, maka metode penelitian yang 2. Tahap kedua, Analisis Kredit
digunakan adalah penelitian hukum normatif. Analisis kredit adalah proses pengolahan
informasi dasar yang telah diperoleh menjadi
PEMBAHASAN informasi yang lengkap. Informasi yang lengkap
A. Proses Pemberian Kredit Bank Menurut terdiri dari beberapa faktor diantaranya
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 peluang dan ancaman yang akan memengaruhi
Peranan bank dalam perekonomian sebagai usaha serta kelancaran pembayaran kredit.
lembaga keuangan sangatlah penting. Hampir Analisis kredit juga dilengkapi dengan evaluasi
semua kegiatan perekonomian masyarakat atas kebutuhan modal yang dibutuhkan
membutuhkan bank dengan fasilitas kreditnya. nasabah.
Untuk memperoleh kredit bank seorang debitur Mengenai keyakinan berdasarkan analisis
harus melalui beberapa tahapan, yaitu dari yang mendalam atas itikad baik dan
tahap pengajuan permohonan kredit sampai kemampuan serta kesanggupan debitur untuk
dengan tahap penerimaan kredit. Tahapan- melunasi utangnya sesuai dengan yang
tahapan tersebut merupakan suatu proses baku diperjanjikan, maka hal itu dijelaskan lebih
yang berlaku bagi setiap debitur yang lanjut oleh penjelasan Pasal 8 Ayat (1) Undang-
membutuhkan kredit bank.3 Undang Nomor 10 Tahun 1998 yakni:
Proses pemberian kredit oleh suatu bank (1) Untuk memperoleh keyakinan tersebut,
dengan bank lain tidak jauh berbeda. Kalaupun sebelum memberikan kredit, bank
ada perbedaan hanya terletak pada harus melakukan penilaian yang
persyaratan dan ukuran penilaian yang seksama atas watak, kemampuan,
ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan modal, agunan, dan prospek usaha
masing-masing dengan tetap memperhitungkan debitur.
unsur persaingan atau kompetisi. Proses (2) Mengingat bahwa agunan sebagai salah
pemberian kredit oleh bank secara umum akan satu unsur pemberian kredit, maka
dijelaskan berikut ini.
4
Ade Arthesa dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga
3
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Keuangan Bukan Bank, PT. Indeks Kelompok Gramedia,
Edisi Kedua Cet. VII, Kencana, Jakarta, 2013, hlm. 68. Jakarta, 2006, hlm. 170.

57
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

apabila berdasarkan unsur-unsur lain bank. Dalam prakteknya, pencairan kredit ini
telah dapat diperoleh keyakinan atas berupa pembayaran dan/atau
kemampuan debitur mengembalikan pemindahbukuan atas beban rekening
utangnya, agunan hanya dapat berupa pinjaman atau fasilitas lainnya. Pencairan kredit
barang, proyek, atau hak tagih yang dilaksanakan sebagaimana disepakati dalam
dibiayai dengan kredit yang perjanjian kredit yang telah dibuat. Kapan
bersangkutan.5 kredit itu dicairkan tergantung pada perjanjian
yang dibuat oleh para pihak. Cara pencairan
3. Tahap Ketiga, Persetujuan Kredit kredit yang telah disetujui dapat dilakukan
Persetujuan pemberian kredit harus dengan alat-alat dan cara yang ditentukan oleh
didasarkan pada penilaian menyeluruh atas bank, antara lain pencairan dengan cara
semua fasilitas jenis kredit yang diberikan oleh mencari cek atau giro bilyet, dengan kuitansi,
bank secara bersamaan atau secara bertahap. dengan dokumen-dokumen lainnya yang oleh
Hal ini terutama berkaitan dengan analisis bank dapat diterima sebagai perintah
kredit, administrasi dan dokumentasi kredit, pembayaran, atau dengan pemindahbukuan
monitoring atau pengawasan kredit, atas beban rekening pinjaman nasabah.8
peninjauan ulang atau kolektibilitas kredit dan
pembinaan kredit.6 B. Pengikatan Jaminan Kredit Bank Di
Indonesia
4. Tahap keempat, Perjanjian kredit Jaminan perorangan dan jaminan
Perjanjian kredit dilakukan oleh bank kebendaan perlu diikat keberadaannya, yaitu
sebagai kreditur dan calon nasabah sebagai dengan ikatan hukum agar memiliki kepastian
debiturnya. Dibuat secara tertulis baik hukum yang jelas bagi kreditur maupun
berbentuk akta di bawah tangan atau akta debitur. Tujuan pengikatan jaminan tersebut
notaris. Bagian ini amat penting untuk agar memudahkan pada proses eksekusinya.
diketahui oleh nasabah debitur sebab dengan 1. Jaminan Perorangan
dasar perjanjian kredit, bank dapat menyatakan Jaminan perorangan dapat diikat dengan
kredit tersebut bermasalah atau tidak sehingga akta penanggungan borgtocht. Bila dilakukan
dapat mengambil langkah-langkah tertentu oleh perorangan maka penanggungannya
yang bisa jadi memberatkan nasabah. disebut personal guaranty, sedangkan bila
Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok dilakukan oleh perusahaan atau badan hukum
atau prinsipil yang bersifat riil. Sebagai maka dinamakan company guaranty. Dasar
perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan hukum mengenai penanggungan perorangan
adalah assessor-nya. Ada dan berakhirnya diatur dalam buku ketiga tentang Perikatan Bab
perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian XVII tentang Penggunaan Utang Pasal 1820
pokok. Arti riil ialah bahwa terjanjinya sampai dengan Pasal 1850 KUHPerdata.
perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan Penanggungan tidak pernah ada jika tidak
uang oleh bank kepada nasabah debitur. Di ada perikatan (perjanjian) pokok yang sah.
lihat dari bentuknya, umumnya perjanjian Tetapi seorang boleh menanggung perikatan
kredit perbankan menggunakan bentuk tersebut apabila perikatan tersebut dapat
perjanjian baku (standard contract).7 dibatalkan, misalnya orang yang berutang
belum dewasa. Dalam hukum penanggungan, si
5. Tahap kelima Pencairan kredit penanggung tidak boleh diikat lebih berat
Pencairan kredit adalah setiap transaksi kecuali sama dengan apa yang ditanggungnya.9
dengan menggunakan kredit yang disetujui oleh Bahkan si penanggung diperbolehkan
menanggung hanya sebagian utangnya saja.
5
Lihat, Penjelasan Pasal 8 Ayat (1) Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
8
Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Thomas Suyatno dkk, Op-Cit, hlm. 85.
6 9
H. Moh. Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial: Badriah Haru, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah:
Konsep dan Kasus, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Solusi Hukum (Legal Action) dan Alternatif Penyelesaian
1999, hlm. 180. Segala Jenis Kredit Bermasalah, Pustaka Yustisia,
7
Hermansyah, Op-Cit, hlm. 71. Yogyakarta, 2010, hlm. 71.

58
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Apabila penanggungan itu lebih berat dari 2) Benda tidak bergerak : Berupa hak
utangnya atau dengan syarat yang lebih berat, tanggungan.
maka dalam hukum, penanggungan tersebut b. Penyerahan
tidak sah dan sahnya penanggungan hanya 1) Benda bergerak : Dilakukan dengan
meliputi perikatan pokoknya saja. Seseorang penyerahan nyata.
dapat menjadi penanggung utang baik diminta 2) Benda tidak bergerak : Penyerahannya
maupun tidak oleh para pihak yang dilakukan dengan balik nama.
mengikatkan dari dalam utang piutang. c. Kedaluarsa
Bahkan penanggung dapat melakukan 1) Benda bergerak : Tidak memiliki batas
perbuatan penanggungan tersebut di luar waktu.
sepengetahuan debitur. Tetapi bagi 2) Benda tidak bergerak : memiliki batas
penanggung yang tidak diketahui oleh debitur waktu sampai dengan 30 tahun.
harus menyatakan dirinya secara tegas dan Jenis pengikat jaminan tersebut adalah sebagai
tidak menanggung selain melebihi ketentuan berikut :
yang menjadi syarat sewaktu mengadakan 1) Hak Tanggungan
tanggungan itu. Seseorang dapat menjadi 2) Fiducia
penangung atas putusan hakim, namum pada 3) Gadai, dan
kemudian hari tidak dapat menanggung lagi 4) Cessie Piutang
karena ketidakmampuannya, maka haruslah
ditunjuk penanggung baru. Penanggungan juga Masing-masing pengikatan jaminan tersebut
dapat berpindah kepada ahli waris. akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Hak Tanggungan
2. Jaminan Kebendaan Hak tanggungan adalah hak jaminan atas
Di dalam hukum, benda dibedakan menjadi tanah untuk pelunasan utang yang memberikan
benda bergerak dan benda tidak begerak. kedudukan istimewa kepada seseorang kreditur
Benda bergerak terdiri dari jaminan benda terhadap kreditur-kreditur lain. Hak
bertubuh dan benda tidak bertubuh. Sebagai tanggungan tesebut dapat dilaksanakan apabila
contoh, benda bertubuh adalah kendaraan debitur cedera janji, kreditur pemegang hak
bermotor, mesin dan peralatan kantor, barang tanggungan berhak menjual melalui pelelangan
periasan, dan sebagainya. umum terhadap tanah yang dijadikan jaminan
Benda tidak bertubuh adalah wesel, promes, dengan hak mendahului daripada kreditur-
deposito berjangka, sertifikat deposito, piutang kreditur yang lain.
dagang, surat saham, obligasi, dan surat Hak tanggungan merupakan suatu hak
berharga sekuritas lainnya. Benda tidak kebendaan yang harus dibuat dengan akta
bergerak dalam perjanjian kredit adalah tanah otentik dan didaftarkan serta bersifat accessoir
dengan dan tanpa bangunan atau tanaman dan eksekutorial, yang diberikan oleh debitur
diatasnya, mesin dan peralatan yang melakat kepada kreditur sebagai jaminan atas
pada tanah atau bangunan dan merupakan satu pembayaran utang-utangnya yang berobjekkan
kesatuan, kapal laut bervolume 20 meter kubik tanah dengan atau tanpa segala sesuatu yang
ke atas dan sudah didaftarkan. ada di atas tanah tersebut, yang memberikan
Bangunan rumah susun tanah tempat hak prioritas bagi pemegangnya untuk
bangunan didirikan, hak milik atas satuan mendapatkan pembayaran utang terlebih
rumah susun, bangunan rumah susun atau hak dahulu daripada kreditur lainnya meskipun
milik atas satuan rumah susun jika tanahnya tidak harus yang mendapat pertama.10
berstatus hak pakai atas tanah negara. Proses pembebasan hak tanggungan
Perbedaan jenis benda ini memiliki konsekuensi dilaksanakan melalui dua tahap kegiatan, yaitu :
yuridis yang berbeda, yakni : 1) Tahap pemberian hak tanggungan, dengan
a. Pembebanan Jaminan dibuatnya Akta Pemberian Hak Tanggungan
1) Benda bergerak : Pengikatan berupa oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah, untuk
fidusia atau gadai.
10
Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang, Erlangga, Jakarta,
2013, hlm. 69.

59
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

selanjutnya disebut PPAT, yang didahului Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun


dengan perjanjian utang piutang atau yang 1999 tentang Jaminan Fidusia mengatakan
dijamin. bahwa fidusia adalah pengalihan hak
2) Tahap pendaftaran oleh kantor Pertanahan, kepemilikan suatu benda atas dasar
yang merupakan saat lahirnya hak kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda
tanggungan yang dibebankan. yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut
Menurut Undang-Undang, PPAT adalah tetap dalam penguasaan pemilik benda. Selain
pejabat umum yang berwenang membuat akta fidusia, dikenal juga jaminan fidusia.12
pemindahan hak atas tanah dan akta lain dalam Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas
rangka pembebanan hak atas tanah, yang benda bergerak baik yang berwujud maupun
bentuk aktanya ditetapkan sebagai bukti yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak
dilakukannya perbuatan hukum tertentu khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani
mengenai tanah yang terletak dalam daerah hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam
kerjanya masing-masing. Dalam kedudukan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
sebagai yang disebutkan di atas, maka akta- Hak Tanggungan yang tetap berada dalam
akta yang dibuat oleh PPAT berupa akta penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan
otentik.11 bagi pelunasan utang tertentu, yang
Dalam memberikan hak tanggungan, memberikan kedudukan yang diutamakan
pemberi hak tanggungan wajib hadir dihadapan penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.13
PPAT. Jika karena suatu sebab tidak dapat hadir Fidusia tidak berlaku terhadap: hak
sendiri, ia wajib menunjuk pihak lain sebagai tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan
kuasanya, dengan Surat Kuasa Membebankan bangunan, sepanjang peraturan perundang-
Hak Tanggungan (SKMHT) yang berbentuk akta undangan yang berlaku menentukan jaminan
autentik. Pembuatan SKMHT selain kepada atas benda-benda tersebut wajib didaftar;
notaris, ditugaskan juga kepada PPAT yang hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi
keberadaannya sampai pada wilayah kotor berukuran 20 meter kubik atau lebih;
kecamatan, dalam rangka memudahkan hipotek atas pesawat terbang; dan gadai.
pemberian pelayanan kepada pihak-pihak yang
memerlukan. c. Gadai
Pada saat membuah SKMHT dan akta Gadai adalah suatu hak yang diperoleh
pemberian hak tanggungan, harus terdapat seorang berpiutang atau kreditur atas suatu
keyakinan pada notaris atau PPAT yang barang bergerak, yang diserahkan kepadanya
bersangkutan, bahwa pemberi hak tanggungan oleh seorang berhutang atau debitur, atau oleh
mempunyai kewenangan untuk melakukan seorang lain atas namanya, dan yang
perbuatan hukum terhadap objek hak memberikan kekuasaan kepada si berhutang
tanggungan yang dibebankan. Walaupun atau kreditur itu untuk mengambil pelunasan
kepastian mengenai dimilikinya kewenangan dari barang tersebut secara didahulukan
tersebut baru dipersyaratkan pada waktu daripada orang-orang berpiutang atau kreditur
pemberian hak tanggungan itu didaftarkan. lainnya, dengan perkecualian biaya untuk
Tahap pemberian hak tanggungan oleh melelang barang tersebut dan biaya yang telah
pemberi hak tanggungan kepada kreditur, hak dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah
tanggungan yang bersangkutan belum lahir. barang itu digadaikan biaya-biaya mana harus
Hak tanggungan itu baru lahir pada saat didahulukan.14
dibukukannya dalam buku tanah di kantor Dasar hukum gadai dimuat dalam Pasal 1150
pertanahan. Oleh karena itu, kepastian sampai dengan Pasal 1160 Kitab Undang-
mengenai saat didaftarkannya hak tanggungan
tersebut adalah sangat penting bagi kreditur.
12
Lihat, Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
b. Fidusia 13
Lihat, Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
14
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Bank, Cet. II,
11
Badriah Harun, O-Cit, hlm. 73. Cv. Alfabeta, Bandung, 2004, hlm. 228.

60
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Gadai eksekusi benda gadai. Dalam hal ini gadai hanya
memiliki unsur-unsur sebagai berikut: semata-mata ditujukan bagi pelunasan utang.
a) Gadai diberikan hanya atas benda Gadai tidaklah memberikan hak kepada
bergerak; pemegang gadai atau penerima gadai untuk
b) Jaminan gadai harus dikeluarkan dari memanfaatkan benda yang digadaikan, terlebih
penguasaan pemberi gadai (debitur), lagi mengalihkan atau memindahkan
adanya penyerahan benda gadai secara penguasaan atas benda yang digadaikan.
fisik (lavering);
c) Gadai memberikan hak kepada kreditur d. Cessie
untuk memperoleh pelunasan terlebih Cessie merupakan suatu cara pengalihan
dahulu atas piutang kreditur (droit de antara piutang atau hak kebendaan tak
preference); berwujud lainnya dari satu kreditur lainnya.
d) Gadai memberikan kewenangan kepada Penyerahan piutang tersebut dilakukan dengan
kreditur untuk mengambil sendiri membuat akta cessie. Pengalihan dilakukan
pelunasan secara mendahului dari dengan adanya pemberitahuan dari pihak yang
kreditur lain yang tidak memiliki hak mengalihkan piutang kepada debitur yang
istimewa.15 memiliki utang. Bentuk pengalihan cessie atas
Gadai merupakan perjanjian yang bersifat suatu hak kebendaan tak berwujud dapat juga
accessoir (tambahan) terhadap perikatan dijadikan jaminan atas pelunasan utang
pokok, yaitu tanpa adanya keberadaan dari tertentu.16
utang pokok, maka hak atas benda yang Penyerahan hak-hak piutang atas nama
digadaikan tidak pernah ada. gadai diberikan kepada pihak ketiga, khususnya untuk benda
setelah adanya perjanjian pokok, dalam hal ini bergerak dilakukan dengan cessie. Cessie
yaitu perjanjian kredit. Hapusnya perjanjian merupakan penggantian orang berpiutang lama
kredit juga dapat menghapus juga hak (cedent), dengan seseorang berpiutang baru
pemegang gadai. (cessionaris). Misalnya, Bank 1 memberikan
Gadai bersifat memaksa berkaitan dengan kredit kepada Tuan Banu, tetapi Bank 1
adanya penyerahan secara fisik benda gadai menyerahkan piutang itu kepada Bank,
dari debitur atau pemberi gadai kepada sehingga Bank 2-lah yang berhak atas piutang
kreditur atau penerima gadai. Gadai juga dapat yang ada pada Tuan Banu.
beralih atau dipindahkan, benda gadai dapat Menurut Pasal 613 Kitab Undang-Undang
dialihkan atau dipindahkan oleh penerima Hukum Perdata, penyerahan itu harus
gadai kepada kreditur lain namun dengan dilakukan dengan akta, baik akta autentik atau
persetujuan dari pemberi gadai. akta dibawah tangan. Penyerahan secara lisan
Gadai melekat secara utuh pada utangnya tidak sah. Ada dua persyaratan yang harus
meskipun karena meninggalnya debitur atau dipenuhi agar cessie memiliki kekuatan hukum
kreditur diwariskan secara terbagi-bagi, namun atau daya berlaku terhadap debitur, yaitu
hak gadai atas benda yang digadaikan tidak dengan pemberitahuan penyerahan secara
dapat hapus dengan begitu saja hingga seluruh nyata dari cedent (piutang lama) kepada
utang telah dilunasi. Gadai tidak dapat dipisah- debitur atau dengan adanya pengakuan dari
pisahkan (onsplitsbaarheid), berarti pemberian debitur secara tertulis.
gadai hanya dapat diberikan untuk keseluruhan Apabila pemberitahuan itu tidak dilakukan,
benda yang dijadikan jaminan dan tidak debitur dapat melakukan pembayaran terhadap
mungkin hanya sebagian saja. cedent, asalkan debitur masih menganggap
Dengan demikian sifat gadai mengikuti cedent sebagai kreditur yang jujur. Pasal 613
kebendaannya. Bersifat mendahulu, bahwa KUH Perdata Ayat (2) menyatakan bahwa akta
penerima gadai mempunyai hak yang cessie tersebut baru berlaku terhadap cessus
didahulukan terhadap kreditur lainnya untuk
mengambil pelunasan piutang atas hasil 16
Irma Davita Purnamasari, Paduan Lengkap Hukum
Praktis Populer: Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak
Memahami Masalah Hukum Jaminan Perbankan, Cet. I,
15
Badriah Harun, Op-Cit, hlm. 93. PT. Mirzan Pustaka, Bandung, 2011, hlm. 167.

61
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

(debitur), kalau kepadanya sudah diberitahukan Peraturan Bank Indonesia), UII Press,
adanya cessie atau secara tertulis disetujui atau Yogyakarta, 2007.
diakui olehnya. 17 Arthesa dan Edia Handiman, Ade., Bank dan
Lembaga Keuangan Bukan Bank, PT.
PENUTUP Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta,
A. Kesimpulan 2006.
1. Proses pemberian kredit bank menurut Bahsan, M., Hukum Jaminan dan Jaminan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Kredit Perbankan Indonesia, PT. Raja
sebagaimana telah diubah dengan Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Harun, Badriah., Penyelesaian Sengketa Kredit
tentang perbankan yaitu melalui Bermasalah: Solusi Hukum (Legal
beberapa tahapan. Tahapan yang Action) dan Alternatif Penyelesaian
pertama adalah mengajukan Segala Jenis Kredit Bermasalah, Pustaka
permohonan kredit secara tertulis. Yustisia, Yogyakarta, 2010.
Tahapan yang kedua adalah melakukan Hermansyah., Hukum Perbankan Nasional
analisis kredit dengan cara menggunakan Indonesia, Edisi Kedua Cet. VII,
penilaian 5C (character, capacity, capital, Kencana, Jakarta, 2013.
condition, dan collateral). Tahap ketiga Fuady, Munir., Hukum Perkreditan
persetujuan kredit; tahap keempat Kontemporer, Citra Aditya Bakti,
melakukan perjanjian kredit; dan tahap Bandung, 1996.
kelima pencairan fasilitas kredit oleh _______., Hukum Jaminan Utang, Erlangga,
bank kepada pemohon. Jakarta, 2013.
2. Pengikatan jaminan kredit bank di Gandaprawira, D., Perkembangan Hukum
Indonesia, yaitu yang pertama Perkreditan Nasional dan Internasional,
pengikatan jaminan perorangan dan yang Badan Pembinaan Hukum Nasional,
kedua pengikatan jaminan kebendaan Jakarta, 1992.
melalui hak tanggungan, fidusia, gadai, Gazali, Rachmadi Usman, dan Djoni S., Hukum
dan cessie. Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,
B. Saran Edisi Revisi Cet. XIV, PT. Raja Grafindo
1. Diharapkan bank dapat melakukan Persada, Jakarta, 2014.
penilaian yang baik kepada calon debitur Purnamasari, Irma Davita., Paduan Lengkap
dalam mengajukan permohonan kredit, Hukum Praktis Populer: Kiat-Kiat
agar supaya dikemudian hari debitur Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami
tidak wanprestasi dan dapat melunasi Masalah Hukum Jaminan Perbankan,
kredit tersebut. Cet. I, PT. Mirzan Pustaka, Bandung,
2. Diharapkan perlu adanya perubahan 2011.
terhadap Undang-Undang Perbankan, Sjahdeini, Sutan Remy., Peranan Jaminan dan
mengenai pengikatan jaminan kredit Agunan Kredit Menurut Undang-
bank, agar selain di atur dalam lembaga Undang Perbankan 1992, Makalah
jaminan kebendaan (hak tanggungan, disampaikan pada seminar nasional
fidusia, gadai, cessie) dapat di atur pula tentang eksistensi agunan dan
dalam Undang-Undang Perbankan. permasalahannya dalam perbankan,
Surabaya, 1993.
DAFTAR PUSTAKA Sorjono, Soekanto dan Sri Mamudji., Penelitian
Anshori, Abdul Ghofur., Payung Hukum Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Perbankan Syariah (Undang-Undang di Singkat, Cet. II, PT. Raja Grafindo
Bidang Perbankan, Fatwa MUI, dan Persada, 2009.
Supramono, Gatot., Perbankan dan Masalah
Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, Rineka
17
Lihat, Pasal 613 Ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Cipta, Jakarta, 2009.
Perdata.

62
Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Sutarno., Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada


Bank, Cetakan Kedua, Cv. Alfabeta,
Bandung, 2004.
Sutojo, Siswanto., Strategi Manajemen Kredit
Bank Umum: Konsep Teknik dan Kasus,
PT. Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2000.
Suyatno dkk, Thomas., Dasar-Dasar
Perkreditan, Edisi Keempat Cet. X, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2003.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,
1988.
Tjoekam, H. Moh., Perkreditan Bisnis Inti Bank
Komersial: Konsep dan Kasus, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1999.
Untung, H. Budi., Kredit Perbankan di
Indonesia, Andi, Yogyakarta, 2005.
Usman, Rachmadi., Aspek-Aspek Hukum
Perbankan di Indonesia, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2001.

SUMBER-SUMBER LAIN
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
dengan tentang Perbankan.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda yang Berkaitan dengan Tanah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005
tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

63

Anda mungkin juga menyukai