ABSTRACT
The traditional fisherman dive to get a lot of fish, they called traditional divers. The majority
of traditional divers do not use equalization techniques while diving, because they have an
assume that equalization techniques is not important. The traditional divers also have some
signs of barotrauma symptoms such as headaches, ear pain, feeling full in the ears, chest pain,
dizziness after diving. The incidence of barotrauma can be reduced if traditional divers can
do equalization technique while diving. The target and output are they have better knowledge,
skills and awareness to use equalization techniques while diving to prevent barotrauma
independently. The method of activities was a seminar and workshop on day 1, demonstration
and role play on day 2. The activity was held on 27-28 July 2019, the subject was 70 traditional
divers at Kedung Cowek District Surabaya, and was delivered by lecturers and students of
STIKES Hang Tuah Surabaya. They have beenbetter improvement in knowledge, skills and
awareness of they standard diving procedures, especially in equalization technique to prevent
barotrauma.
2006 dalam (Arini et al., 2017). Desa Kedong sharing pengalaman dan tukar informasi
Cowek mayoritas masyarakatnya sebagai pengenai pengetahuan dan ketrampilan baru
nelayan tradisional dan untuk mendapatkan mengenai pennyelaman yang aman khususnya
tangkapan ikan yang banyak nelayan tehnik equalisasi untuk mencegah barotrauma
tradisional juga melakukan penyelaman atau karena keterbatan pengetahuan dan informasi.
biasa disebut penyelam tradisional. Penyelam Kejadian barotrauma dapat berkurang jika
tradisional belajar menyelam secara alami dari penyelam tradisional dapat melakukan teknik
keluarga atau temannya. Penyelam tradisional equalisasi pada saat menyelam,terbukti dari
tidak mendapatkan pendidikan penyelaman hasil penelitian (Arini et al., 2017) bahwa
dengan baik sesuai standar kompetensi 90% penyelam tradisioanl yang menggunakan
penyelaman seperti tidak menggunakan teknik tehnik equalisasi tidak terjadi barotrauma.
equalisasisaat menyelam karena mereka Barotrauma merupakan kerusakan jaring-
beranggapan sudah terbiasa menyelam tanpa an tubuh yang terjadi akibat perbedaan
menggunakan tehnik equalisasi.Penyelam tekanan udara didalam ruang yang berongga
tradisioanal banyak juga yang mengalami dengan tekanan lingkungan. Barotrauma
tanda gejala barotrauma seperti nyeri kepala, dapat menyebabkan berbagai manifestasi
nyeri telinga, rasa penuh pada telinga, nyeri mulai dari nyeri telinga, sakit kepala sampai
dada, pusing setelah menyelam. nyeri persendian, paralisis, koma dan
Hasil penelitian dari(Arini et al., 2017), kematian.Barotrauma juga bisa menyebabkan
kejadian Barotrauma dikecamatan Bulak kerusakan pada sinus paranasalis, paru-
pada penyelam tradisional sebesar 71,4% paru, telinga tengah, penyakit dekompresi,
dan sebagian besar mengalami barotrauma luka akibat ledakan (bom) dan terbentuknya
telinga sebesar 68, 5 %, barotrauma hidung emboli udara dalam arteri. Barotrauma dapat
2,9 % dan tidak terjadi barotrauma 28,6%. berpengaruh pada beberapa area tubuh yang
Umur mayoritas penyelam tradisioanal 35 berbeda, termasuk telinga, muka (sinus
-45 tahun (57.1%), lama menyelam pada paranasalis), dan paru-paru (Sumiarto & Mes,
penyelam tradisional 80% lebih dari 10 2015).
tahun, Pendidikan 80% adalah SMP. Semua Kejadian barotrauma dapat di minimalkan
penyelam tradisional (100%) mempunyai alat jika penyelam tradisioanl menggunakan tehnik
komunikasi seperti handpon sebagai media equalisasi saat menyelam. Hal ini disebabkan
sosial tetapi tidak pernah digunakan untuk karena pada saat menyelam tekanan dari luar
akan menekan sehingga respon tubuh akan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran
menyamakan tekanan tersebut dengan cara melakukan standar penyelaman yang aman
melakukan equalisasi, tekanan antara luar dan dengan menggunakan tehnik equalisasi saat
dalam tubuh akan sama atau seimbang dan menyelam guna mencegah barotrauma dan
tidak terjadi barotrauma. Pencegahan agar juga mandiri dan terampil dalam menggunakan
penyelam tradisional terhindar dari penyakit tehnik equalisasi saat menyelam.
penyelaman seperti barotrauma, maka perlu
diberikan pembinaan dan pendampingan METODE PELAKSANAAN
kepada penyelam tradisional mengenai tehnik
Tahap persiapan merupakan perencanaan
equalisasi untuk mencegah barotrauma pada
kegiatan yang akan dilakukan. Proses
penyelam tradisional.Kegiatan ini bertujuan
perencanaan meliputi identifikasi kebutuhan,
agar penyelam tradisional mempunyai
identifikasi potensi dan kelemahan yang
pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran
ada, menentukan jalan keluar dan kegiatan
melakukan standar penyelaman yang aman
yang akan dilakukan, dan membuat
dengan menggunakan tehnik equalisasi saat
pengorganisasian kegiatan. Kegiatan
menyelam guna mencegah barotrauma dan
ini dimulai dengan mempersiapkan dan
juga mandiri dan terampil dalam menggunakan
melakukan koordinasi dengan tim yang
tehnik equalisasi saat menyelam.
berkaitan dengan kegiatan yang akan
dilakukan. Penyusunan jadwal kegiatan,
MASALAH, TARGET DAN LUARAN menentukan tempat pelatihan, absen peserta,
Masalah yang dihadapi penyelam undangan peserta.
tradisional adalah keterbatasan pengetahuan Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama
dan ketrampilan meggunakan tehnik 2 hari, pada hari pertama dilakukan pada
aqualisasi untuk mencegah barotrauma. tanggal 27 juli 2019 jam 08.00 s/d 11.30 WIB,
Berdasarkan permasalahan diatas, perlu seminar dan workshop di Balai Desa Kedung
dilakukan pembinaan dan pendampingan Cowek Kecamatan Bulak, Surabaya, Jatim,
kepada penyelam tradisional melakukan mengenai standar penyelaman yang aman,
tehnik equalisasi saat menyelam guna tehnik equalisasi saat menyelam, bahaya jika
mencegah barotrauma. tidak menggunakan tehnik equalisasi dan
Target dan luaran yang dicapai pemeriksaan kesehatan (tekanan darah & gula
adalah penyelam tradisional mempunyai darah) kepada peserta dengan jumlah peserta
70 peserta. Hari ke dua pada tanggal 28 juli berada dipesisir khususnya Desa Kedung
2019 jam 08.00 s/d 12.00 WIB demontrasi Cowek, Kecamatan Bulak, Surabaya, Jawa
dan roll play di pantai Kelurahan Kedung Timur adalah sebagai nelayan tradisional.
Cowek untuk melakukan penyelaman Nelayan tradisional untuk mendapatkan
yang aman dengan menggunakan tehnik tangkapan ikan yang banyak yaitu dengan
equalisasi.Peserta dibagi menjadi 9 kelompok cara menyelam yang biasa disebut sebagai
yang masing masing kelompok terdiri dari penyelam tradisional.
7-8 anggota kelompok. Setiap kelompok Penyelaman adalah kegiatan yang
didampingi oleh 2 fasilitator yaitu 1 fasilitator dilakukan di bawah air dengan menggunakan
dari instruktur penyelam dan 1 fasilitator dari alat atau tanpa alat (Soepadmo, 1990
UKM mahasiswa KESMALA (Kesehatan dalam (Arini et al., 2017). Penyelam yang
matra laut) Stikes Hang Tuah Surabaya. menghirup nafas penuh dipermukaan akan
Evaluasi kegiatan dilakukan dengan role merasa terdapat tekanan pada paru-parunya
play dan demontrasi pada tiap-tiap peserta dan semakin lama semakin tertekan oleh
dan diakhir kegiatan semua peserta diberikan air disekelilingnya pada saat turun. Gas
sembako. yang berada didalam rongga tubuh akan
terpengaruh oleh hubungan volume dan
HASIL PEMBAHASAN tekanan. Organ tubuh yang terdapat gas salah
Indonesia merupakan negara bahari satunya adalah telinga, terutama pada telinga
dimana luas laut 2/3 total luas seluruh tengah. Cairan tubuh akan menghantarkan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tekanan air kedalam rongga udara pada telinga
(Ramdhan and Arifin, 2013). Bangsa tengah, sehingga tekanan akan meningkat
Indonesia di laut nusantara mempunyai dan volume akan berkurang. Telinga bagian
kepentingan untuk memanfaatan laut yang tengah terdapat didalam rongga tulang kaku,
sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. rongga yang sebelumnya terisi oleh udara
Pemanfaatan ini telah terlihat dengan laju akan terisi oleh jaringan yang membengkak,
pertumbuhan ekonomi dewasa ini yang berdarah dan menonjol ke dalam gendang
Ardianto, & Dwiyanti, 2010), dimana salah salah satu hal yang dapat dilakukan untuk
satu kegiatan masyarakat Indonesia yang mencegah terjadinya kerusakan jaringan pada
saat menyelam (Jhon F, Petar D, 2014 dalam rongga telinga tengah dan membran timpani
(Arini et al., 2017). akan menonjol (Jhon F, Petar D .2014;Van
Upaya yang dilakukan untuk mencegah Gijn J, Gijselhart J.P, 2010 dalam Arini et al.,
Telinga memiliki tuba auditori yang Tekanan relatif negatif akan menimbulkan
menutup saat terdapat tekanan dan harus distrosi atau kerusakan pada jaringan lunak
dibuka dengan cara menguap atau perasat dalam rongga. Dapat terjadi kongesti vaskular
lain, jika tuba mengalami gangguan dan tidak edema mukos disertai transudasi cairan tubuh
dan bahkan perdarahan kedalam rongga- yang dapat menghambat saluran atau
rongga fisiologis tubuh. Peristiwa barotrauma ostium sinus. Tekanan yang meningkat akan
akibat turun ini dekenal sebagai “Sequeeze”. menyebabkan nyeri pada bagian frontalis dan
Jadi squeeze umumnya terjadi pada waktu dapat terjadi epitaksis dan salah satu tanda dari
seseorang penyelam turun dan medapatkan barotrauma hidung (Maulana Otto, Rosadi,
pertambahan tekanan (Pitoyo Y, Bashirudin,J, Adi dkk, 2000; dalam Arini et al., 2017).
Alfian F., Hari Haksono, Septawati B, 2009; Barotrauma hidung (Sinus paranasalis)
LAKESLA, 2013, Rahayu D, Jimmy F, waktu turun (Descent), Sumbatan pada
Vennetia R .,2015). saluran sinus disebabkan karena terjadi
Barotrauma telinga Waktu Naik (Ascent), kegagalan equalisasi pada saat penyelam
penyelam akan mendapatkan penurunan turun di dalam air. Tekanan yang meningkat
tekanan di sekelilingnya pada saat naik dari luar akan dihantarkan oleh dinding
kepermukaan. Penurunan tekanan akan sinus sehingga tekanan pada waktu yang
mengakibatkan pengembangan (expansion) sama akan relatif negatif dalam sinus karena
dari udara dalam rongga-rongga fisiologis kontraksi dari udara. Mukosa memiliki
tubuh. Udara yang mengembang normalnya elastisitas, jika batas elastisitas mukosa
dapat disalurkan keluar lewat rongga-rongga terlewati dapat terjadi perdarahan baik dalam
fisiologis tubuh. Tekanan akan seimbang submukosa ataupun dari ruang mukosa dan
antara rongga-rongga tubuh dengan tekanan masuk ke dalam lumen sinus.Perubahan
sekeliling, jika terdapat obstruksi, udara inilah yang dapat menimbulkan gejala nyeri
yang mengembang akan terperangkap dan dan dapat menimbulkan odema mukosa dan
meningkatkan tekanan dalam rongga-rongga keluarnya cairan secara serosa kedalam sinus.
fisiologis tubuh. Barotrauma ini umumnya Pencegahan dari barotrauma sinus waktu
menimbulkan nyeri mendadak akibat kenaikan turun yaitu dilarang menyelam bila dijumpai
tekanan dalam rongga dan teoritis juga infeksi saluran nafas atas, sinusitis, rhinitis,
terdapat bahaya emboli vena (LAKESLA, atau kelainan pada hidung lainnya, penyelam
2013; Rahayu, Jimmy, & Vennetia, 2015) dilarang melakukan penurunan (descent) di
Hidung memiliki sinus paranasalis dalam air dengan terlampau cepat, penyelam
yang didalamnya terdapat rongga, pada saat yang memiliki riwayat gangguan pada hidung
menyelam jika terjadi kegagalan equalisasi atau sinus harus diperiksa lebih teliti sebelum
akibat dari adanya rhinitis, polip dan sinusitis melakukan penyelaman. (Mathieu, 2006;
Riyadi, 2013 dalam Arini et al., 2017).
Barotrauma hidung (Sinus paranasalis) saat turun karena penyelam tidak mempunyai
Waktu Naik (ascent)dapat terjadi pada saat suplai udara untuk mengequalisasikan tekanan
naik ke permukaan (ascent).Barotrauma intrapulmonal dengan tekanan sekeliling.
ini terjadi karena adanya obstruksi yang Paru-paru merupakan organ yang dapat
mempunyai mekanisme katup satu arah.Udara dikompresi volumenya (compressible), pada
yang masuk melalui sinus saat penyelam turun penyelam tanpa alat tekanan intrapulmonal
lancar tidak ada hambatan tetapi pada saat dapat dipertahankan sama dengan tekanan
naik udara yang keluar dari sinus terganggu sekelilingnya dengan menurunkan volume
sehingga terjadi peningkata tekanan dalam paru. Penurunan ini untuk mengequalisasi
sinus. Obstruksi ini disebabkan karena tekanan intrapulmonal sehingga terjadi
peradangan pada mukosa, kista atau polip kontraksi otot pernapasan dan membuat
yang mengganggu udara untuk keluar dari posisi diafragma semakin tinggi. Kompresi
sinus (Mathieu, 2006; Riyadi, 2013 dalam paru oleh dinding thorax dapat ditolelir
Arini et al., 2017). sampai tercapai volume residu paru, setelah
Barotrauma paru adalah barotrauma tercapai kompresi pada paru secara teoritis
lainnya. Penyelam akan terpajan dengan pada jaringan paru. Volume residu yang kecil
tekanan yang meningkat pada pembuluh sangat menguntungkan untuk penyelam tanpa
darah saat menyelam. Peningkatan tekanan alat melakukan penyelaman selain itu faktor
dengan peningkatan tekanan partial gas-gas paru, pulmonary vascular bad dilatation.
respirasi (O2 dan N) sehingga larutan dalam Hukum boyle dijelaskan bahwa kedalaman
jaringan tubuh akan meningkat dan tekanan maksimal penyelam tanpa alat berbanding
yang meningkat akan membentuk gelembung- lurus dengan volume paru sebelum menyelam
gelembung gas di dalam darah dan jaringan dan berbanding terbalik dengan volume
tubuh(Mathieu, 2006; Riyadi, 2013 dalam residu. Penyelam tanpa alat (breath hold
pembulu darah pada thorax menggantikan (water inhalation), penyakit yang dapat
sebagaian tempat udara sehingga volume menimbulkan obstruksi seperti asma, kista,
residu tidak semakin kecil.Kerusakan tumor dan gangguan sistem pernapasan
jaringan paru pada barotrauma ini adalah lainnya. Penyelam yang naik ke permukaan
kerusakan pada pembulu vena kecil, cairan dengan cepat dan tidak sesuai dengan
keluar lewat membran alveoli dari kapiler prosedur penyelaman di sertai ekshalasi
dan jaringan kemudian masuk kedalam yang inadekuat menyebabkan perubahan
alveoli dan saluran nafas. Gejala klinis yang efek fisiologis.Volume gas yang meningkat
ringan pada barotrauma paru jenis ini hanya dan keluarnya gelembung gas yang masuk
menimbulkan rasa nyeri dada dan eksudari kejaringan menimbulkan barotrauma pada
ringan yang akan direabsorbsi pada saat naik penyelam. Ekhalasi yang inadekuat dapat
ke permukaan (Mathieu, 2006; Riyadi, 2013 disebabkan akibat dari panik, obstruksi pada
dalam Arini et al., 2017). saluran pernapasan(Mathieu, 2006; Riyadi,
Barotrauma paru waktu naik (Ascent), 2013 dalam Arini et al., 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Arini, D., Farida, I., & Sari, R. R. (2017). CORRELATION OF EQUALIZATION TECHNICAL
TO BAROTRAUMA EVENTS IN TRADITIONAL DIVERS VILLAGE KEDUNG
COWEK, DISTRICT BULAK, KENJERAN, SURABAYA. In Proceeding of Surabaya
International Health Conference (pp. 535–544).
LAKESLA. (2013). Buku Ajar ilmu Kesehatan Penyelaman Dan Hiperbarik. Jakarta: Lembaga
Kesehatan Kelautan TNI-AL.
Paskarini, I., Tualeka, A. R., Ardianto, D. Y., & Dwiyanti, E. (2010). Kecelakaan dan
Gangguan Kesehatan Penyelam Tradisional dan Faktor-faktor yang mempengaruhi di
Kabupaten Seram, Maluku. Retrieved from http://download.portalgaruda.org/article.
php?article=17835&val=1095
Rahayu, D., Jimmy, F., & Vennetia, R. (2015). Analisa Gangguan Pendengaran Pada Penyelam
Didanau Tondano Desa Watumea Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi
Utara. Journal E Biomedik, 3(1).
Ramdhan, & Arifin. (2013). Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penilaian Proporsi
Luas Laut Indonesia. Jurnal Ilmiah Geomatika, 19(2), 141–146. Retrieved from http://
jurnal.big.go.id/index.php/GM/article/viewFile/208/205
Sumiarto, D., & Mes, S. (2015). Paket Instruksi Scuba Sistem Terbuka Khusus Penyelam Scuba
(Scuba Diver). Surabaya: Komando Pengembangan Dan Pendidikan TNI.