Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
REFLEKSI KASUS
F20.0 Skizofrenia Paranoid
Oleh
Ni Wayan Ananda Hening Mayakosa
H1A 016 065
Pembimbing:
dr. Emmy Amalia, Sp.KJ
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Segala Rahmat dan
Berkah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penugasan refleksi
kasus berjudul Skizofrenia Paranoid. Tugas ini merupakan salah satu prasyarat
dalam rangka mengikuti kepaniteraan klinik madya di bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma
Provinsi NTB.
Tugas ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik
dari dalam institusi maupun dari luar institusi Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram dan jajaran RSJ Mutiara Sukma. Melalui kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr.
Emmy Amalia, Sp.KJ selaku pembimbing dan juga seluruh pihak yang membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Mataram,
Oktober 2020
Penulis
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. M
Tanggal Lahir : 15 Maret 1986
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Sopir
Status : Sudah menikah
Alamat : Batukliang, Lombok Tengah
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Pasien
: Cerai
: Tinggal serumah
4. Abdomen
Inspeksi : bentuk normal, jejas (-), scar (-), distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) dalam batas normal
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepatosplenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), deformitas (-/-)
C. Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal : (-)
Refleks patologis : (-)
Refleks fisiologis : normal
Motorik : +5/+5/+5/+5
Sensorik : baik
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pemeriksaan status mental dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2020 di Bangsal
Melati RSJ Mutiara Sukma Provinsi NTB.
A. Kesan Umum
1. Penampilan
Pasien laki– laki kulit sawo matang dan wajah sesuai usia. Pasien
tampak bersih dan cukup rapi, mengenakan baju seragam berwarna biru
pasien RSJ Mutiara Sukma dan memakai sendal jepit.
2. Psikomotor (perilaku dan aktivitas motorik)
Normoaktif
3. Sikap terhadap Pemeriksa
Cukup kooperatif dan mampu melakukan kontak mata kepada
pemeriksa selama dilakukan wawancara.
B. Bicara
Bicara pasien spontan dengan volume yang cukup, intonasi yang cukup,
dan artikulasi yang cukup jelas. Pasien dapat menjawab sesuai dengan
pertanyaan yang diberikan oleh pemeriksa.
C. Mood dan Afek
1. Mood : Eutimia
2. Afek : luas
3. Keserasian : serasi
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi : auditorik (+), visual (+), olfaktori (+)
Ilusi : (-)
Derealisasi : (-)
Depersonalisasi : (-)
E. Pikiran
Bentuk pikir : non realistik
Arus pikir : koheren
Isi pikir : waham kebesaran (+)
F. Fungsi Intelektual
1. Orientasi
Waktu: baik. Pasien mengetahui waktu saat dilakukan
wawancara yaitu pagi menjelang siang hari
Tempat: baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dirinya berada
di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma.
Orang: baik. Pasien mengetahui namanya dan mengetahui
bahwa yang memeriksanya adalah seorang dokter muda
2. Daya Ingat
Jangka segera: baik. Pasien dapat menyebutkan 3 nama benda
yang disebutkan oleh pemeriksa
Jangka pendek: baik. Pasien dapat mengingat menu sarapannya
pada pagi hari sebelum dilakukan wawancara.
Jangka menengah: baik. Pasien dapat mengingat siapa yang
mengantar pasien ke RSJ Mutiara Sukma.
Jangka panjang: baik. Pasien dapat mengingat dengan baik
terkait nama sekolahnya saat SD.
3. Konsentrasi dan Perhatian
Selama proses wawancara dan pemeriksaan, pasien dapat
mempertahankan kontak mata dengan pemeriksan dan perhatian pasien
tidak mudah teralihkan ke orang sekitar atau benda-benda disekitarnya.
Saat diminta melakukan pengurangan sederhana menggunakan angka,
pasien dapat menyelesaikannya dengan baik.
4. Kemampuan Membaca dan Menulis
Saat diminta membaca tulisan pemeriksa, pasien dapat
melakukannya dengan baik, benar, dan lancar. Namun saat pasien
diminta untuk menulis pasien menolak dikarenakan merasa bahwa
tulisan tangannya jelek
5. Kemampuan Visuospasial
Saat diminta untuk menyalin dua buah gambar yang berhimpitan,
pasien menolak untuk melakukannya.
6. Pikiran Abstrak
Pasien dapat menyebutkan apa persamaan antara buah apel dan buah
pir, pasien juga dapat menyebutkan perbedaan antara meja dan kursi.
7. Pengendalian Impuls
Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan baik.
G. Judgment
Baik. Pasien mengatakan bahwa jika menemukan dompet orang lain
yang berisi uang di jalan maka pasien akan mengembalikan dompet tersebut
ke pemiliknya.
H. Insight/Tilikan
Tilikan derajat 3
I. Dorongan Instingtual
Insomnia (-), raptus (-)
J. Taraf Dapat Dipercaya
Informasi yang disampaikan oleh pasien tidak dapat dipercaya
sepenuhnya.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dan rontgen thoraks dalam batas normal
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien laki-laki berusia 34 tahun datang ke RSJ Mutiara Sukma dibawa oleh
adik dan keluarganya pada 7 Oktober 2020 karena mengamuk, berbicara sendiri,
merusak barang-barang dirumah dan sampai memukul anaknya dirumah. Pasien
tidak mengetahui alasan mengapa dirinya tiba-tiba mengamuk. Keluhan
mengamuk ini dirasakan kurang dari 1 minggu yang lalu. Selain itu, pasien juga
mendengar bisikan-bisikan sekitar 2-3 orang berbicara mengenai dirinya. Pasien
juga merasa bahwa dirinya dirasuki oleh 2-3 orang syekh/ulama yang membuat
pasien merasa dirinya memiliki kekuatan kebal terhadap energi jahat. Keluhan
bisikan dan perasaan seperti dirasuki dirasakan oleh pasien sejak kurang lebih 7
tahun yang lalu. Namun bisikan ini terasa semakin sering didengar dan pasien
mengatakan lebih sering merasa dirinya dirasuki sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
terkadang melihat bayangan syekh yang memasuki dirinya dan terkadang
mencium bau bunga ketika syekh akan memasuki dirinya.
Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Sehari-hari pasien tinggal
bersama adik, ibunya dan anak-anaknya. Menurut keluarga, hubungan pasien
dengan keluarga dan tetangga sekitar baik. Pasien sudah menikah dan memiliki 5
orang anak. Namun sekitar 4 tahun yang lalu pasien bercerai dengan istrinya. Adik
pasien mengatakan bahwa semenjak bercerai dengan istrinya pasien menjadi lebih
sering kambuh. Selain itu, pasien sudah sekitar 8 kali masuk ke RSJ dengan
keluhan serupa. Pasien mengakui bahwa dirinya pernah mengkonsumsi alkohol
dan menggunakan NAPZA namun sudah berhenti sejak kurang lebih 3 tahun yang
lalu.
Hasil pemeriksaan status mental menunjukkan mood eutimia dengan afek
luas dan serasi antar keduanya. Selain itu, ditemukan pasien mengalami gangguan
persepsi yaitu terdapat halusinasi auditorik, halusinasi visual dan halusinasi
olfaktori. Bentuk pikir pasien non realistik dengan isi pikir terdapat waham
kebesaran. Pada aspek bicara, daya ingat, orientasi, konsentrasi, perhatian,
pemahaman abstrak, pengendalian impuls dan judgment masih baik. Namun pada
aspek seperti menulis dan pemahaman visuospasial pasien menolak untuk menulis
dan menggambar 2 buah gambar yang berhimpitan. Selain itu, pasien memiliki
tilikan derajat 3.
XII. PROGNOSIS
Hal yang meringankan prognosis:
1. Tidak terdapat keluarga pasien yang menderita gangguan jiwa
2. Pasien tidak memiliki penyakit medis berat
3. Peningkatan GAF Scale selama perawatan
Hal yang memperburuk prognosis:
1. Pasien tidak rutin kontrol dan tidak rutin mengkonsumsi obat setelah
pulang rawat inap karena menganggap dirinya sudah sehat
2. Pasien sudah bercerai dari istrinya
3. Relaps berulang kali
4. Tilikan derajat 3
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka prognosis pasien ini adalah:
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad malam
(a) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu – minggu atau berbulan – bulan terus menerus.
(b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (ex-
citement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas
cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
(d) Gejala – gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak
wajar, biasanya yang mengakitbatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
atau medikasi neuroleptika.
3) Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal)
4) Harus ada suatu perubahan konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.
Sedangkan pedoman diagnostik untuk skizofrenia paranoid meliputi:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan:
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing)
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delution of control), dipengaruhi (delution
of influence), atau “passivity” (delution of passivity) dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang
paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata atau tidak menonjol.
Tatalaksana
Terapi farmakologi berupa anti psikosis masih merupakan pilihan utama
untuk pasien skizofrenia. Penggunaan obat anti psikosis pada skizofrenia
sebaiknya mengikuti 5 prinsip utama2:
1. Klinisi sebaiknya secara cermat menentukan gejala target yang akan
diobati
2. Obat antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu bagi
seorang pasien sebaiknya digunakan kembali.
3. Lama minimum percobaan antipsikotik adalah 4 sampai 6 minggu
pada dosis adekuat. Bila percobaan tidak berhasil, obat antipsikotik
yang berbeda, biasanya dari kelas yang berbeda dapat dicoba
4. Secara umum, penggunaan lebih dari satu obat antipsikotik pada satu
waktu adalah jarang.
5. Pasien sebaiknya dipertahankan pada dosis obat efektif yang serendah
mungkin. Dosis rumatan seringkali lebih rendah daripada yang
digunakan untuk mencapai pengendalian gejala selama episode
psikotik.
Antipsikosis dibagi menjadi 2 golongan yaitu obat anti psikosis tipikal
(APG-1) dan obat anti psikosis atipikal (APG-2). Mekanisme kerja obat anti
psikosis tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik
neuron di otak, khususnya sistem limbik dan sistem ekstrapiramindal
(Dopamine D2 receptor antagonist) sehingga efektif untuk gejala positif.
Sedangkan obat anti psikosis atipikal disamping berafinitas terhadap
“Dopamine D2 Receptors” juga terhadap 5 HT2 receptors (Serotonin-
dopamine antagonists), sehingga efektif juga untuk gejala negatif.5 Meski obat
antipsikotik tetap merupakan penanganan utama skizofrenia, penelitian telah
menemukan bahwa intervensi psikososial termasuk psikoterapi dapat
mempercepat perbaikan klinis. Modalitas psikososial sebaiknya
diintergrasikan secara seksama ke dalam regimen terapi obat dan sebaiknya
mendukung terapi.2
DAFTAR PUSTAKA