Anda di halaman 1dari 10

Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (57-66)

https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.102

PEMBATALAN TRANSAKSI HAK ATAS TANAH OLEH PENJUAL


DENGAN ALASAN BELUM LUNAS

Retno Kus Setyowati


Asmaniar
Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana
email: retnoksetyowati@gmail.com

Naskah diterima: 21 Juni 2020, direvisi: 17 Juli 2020, disetujui: 4 Agustus 2020

ABSTRAK
Prinsip transaksi atas tanah yang berlaku di Indonesia mendasarkan pada prinsip jual beli
dari hukum adat yaitu “terang dan tunai”. Artinya penyerahan hak atas tanah dilakukan
dihadapan pejabat umum yang berwenang dalam hal ini Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) serta pembayarannya dilakukan secara tunai dan bersamaan. Bukti telah
dilakukannya perbuatan hukum jual beli tanah disajikan dalam bentuk Akta Jual Beli
(AJB). AJB merupakan bentuk penyerahan (levering) yuridis dari penjual kepada
pembeli, AJB juga sebagai dasar untuk melakukan pengalihan hak dengan cara
mencatatkan pengalihan tersebut ke kantor pertanahan. Di dalam banyak kasus
pembayaran belum lunas akan tetapi sudah dibuat AJB bahkan telah terjadi pemindahan
hak milik. Ternyata maksud tunai dalam prinsip jual beli tanah dalam hukum adat tidaklah
berhubungan dengan pembayaran uang, melainkan salah satu syarat atau kondisi agar jual
beli tersebut sah dan mengikat secara hukum, dimana syarat tunai dalam jual beli tanah
adalah sebagai tanda pelunasan seketika, bahwa tidak ada lagi hubungan hukum antara
pihak penjual dengan tanahnya sekaligus beralihnya kepemilikan tanah tersebut kepada
pembeli. Apabila pembayaran jual beli atas tanah belum lunas, atau bahkan belum dibayar
sama sekali maka pihak penjual bisa memohonkan pembatalan lewat gugatan ke
pengadilan dengan alasan wanprestasi.
Kata Kunci: transaksi atas tanah, prinsip terang dan tunai, pembatalan, wanprestasi.

ABSTRACT
The principle of transaction land rights that apply in Indonesia is based on the principle
of buying and selling from customary law, namely "light and cash". This means that the
transfer of land rights is carried out in front of the public official in charge, in this case,
the Land Deed Making Officer (PPAT) and the payment is made in cash and
simultaneously. Evidence of legal acts of sale and purchase of land is presented in the
form of Deed of Sale and Purchase (AJB). AJB is a form of the jurisdiction (levering)
from the seller to the buyer, AJB is also a basis for transferring rights by registering the
transfer to the land office. In many cases, the payment has not been paid yet, but the AJB
has even made a transfer of ownership. It turns out that the purpose of cash in the
principle of buying and selling land in customary law is not related to payment of money,
but rather one of the terms or conditions so that the sale and purchase are legal and
legally binding, where the cash terms in the sale and purchase of land are a sign of
immediate repayment, that there is no again the legal relationship between the seller and
his land as well as transfer of ownership of the land to the buyer.
Keywords: transaction of land, the principle of light and cash, cancellation, default

57
PEMBATALAN TRANSAKSI HAK ATAS TANAH… (Retno Kus Setyowati dan Asmaniar)

PENDAHULUAN “1) Jual beli ini dilakukan dengan


harga sebesar yang telah disepakati; 2)
Latar Belakang
Pihak Pertama (penjual) mengaku
Peristiwa transaksi atas tanah antara telah menerima sepenuhnya harga
penjual dan pembeli, sering timbul pembelian tanah sebesar …. tersebut
permasalahan dikemudian hari yang pada di atas dan pihak kedua dan untuk
akhirnya terjadi sengketa yang penerimaan yang tersebut akta ini
penyelesaiannya harus dilakukan di berlaku pula sebagai tanda penerimaan
Pengadilan. Kejadian seperti ini banyak yang sah (kuitansi); dan 3) Jual beli ini
penyebabnya, seperti ketakpahaman dilakukan dengan syarat-syarat
penjual atas proses transaksi yang sebagai berikut….”
dimanfaatkan oleh pembeli yang tidak
Dengan demikian, dengan telah
jujur, kurang terbukanya para pihak kepada
dibuatnya AJB maka telah sah terjadinya
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
jual beli, dan penjual telah menerima uang
sebagai pejabat yang membuat Akta Jual
sebagaimana yang telah disepakati. Akan
Beli (AJB), sehingga diantara penjual dan
tetapi di dalam praktik sering dijumpai
pembeli tidak paham tentang hak dan
dibuatnya AJB ternyata harga belum
kewajibannya ataupun tidak ada penjelasan
dibayar lunas karena baru dibayar sebagian
yang cukup dari PPAT apabila tentang
bahkan belum dibayar sama sekali, akan
risiko apabila AJB dibuat sebelum adanya
tetapi telah dilakukan pendaftaran
pembayaran yang lunas.
pembelian hak atas tanah tersebut ke
Sebelum dibuatnya AJB pada Kantor Pertanahan setempat (BPN) untuk
umumnya kedua belah pihak telah dibuat pengalihan hak dari nama penjual ke
menyepakati harga dan tata cara pembeli.
pembayarannya, pada umumnya sebelum
Transaksi hak atas tanah menurut
AJB terbit antara penjual dan pembeli telah
hukum agraria Nasional Republik
membuat perjanjian baik secara lisan
Indonesia, adalah pemindahan hak atas
maupun dengan akta dibawah tangan, atau
tanah yang bersifat permanen, sehingga
bahkan membuat akta autentik untuk
istilah “Tunai”, artinya begitu terjadi jual
pengikatan jual beli tersebut yang sering
beli dengan dibuktikan adanya akta
dinamakan Akta Perjanjian Pengikatan
autentik disertai adanya suatu pembayaran
Jual Beli (PPJB) yang dibuat oleh Pejabat
kontan, maka seketika itu juga peralihan
yang berwenang untuk itu (notaris), yang
hak terjadi secara sempurna. Dengan kata
pada pokoknya berisi tentang hak dan
lain, sejak saat itu putus hubungan antara
kewajiban antara penjual dan pembeli,
pemilik yuridis yang lama dengan tanah
harga yang telah disepakati, cara
tersebut untuk selama-lamanya. Peralihan
pembayaran dan jatuh tempo
1 hak, terjadi secara seketika, ketika asas
pembayarannya.
“Terang” dan “Tunai” terpenuhi.
Suatu hal yang pasti bahwa pada saat
Asas “Tunai”, memiliki dua opsi
dibuatnya, AJB harga tanah yang
sebagai alternatif:
disepakati harus sudah dibayar lunas, hal
ini terdapat dalam isi AJB,2 yang 1. Dibayar lunas saat terjadi perikatan
menerangkan bahwa pihak pertama jual beli, atau
(penjual) dan pihak kedua (pembeli) telah 2. Baru dibayar sebagian (down
bersepakat bahwa: payment).

1 Tiara Syahra Syabani, “Cara Pembuatan Akta Jual 2 Deejay Satugus Susanto, “Akta Jual Beli
Beli Tanah (AJB) Dilengkapi Syarat,” (Contoh),” https://www.slideshare.net/satugus/ajb-
https://www.99.co/blog/indonesia/pembuatan-ajb/, 29254360, diakses 26 Juni 2020.
diakses 26 Juni 2020.

58
Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (57-66)
https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.102

Opsi “pembayaran separuh” biasanya Tujuan Penelitian


terjadi dalam pembelian rumah yang masih Dengan menelaah latar belakang dan
berbentuk rencana pembangunan (site rumusan masalah, dapat dikemukakan
plan/denah lokasi) atau bila tanah yang tujuan dari penelitian ini adalah:
bersangkutan secara fisik masih dihuni
oleh si penjual atau pihak ketiga dan belum 1. Tujuan umum, sebagai suatu
diserahkan kepada pihak pembeli. sumbangan pemikiran yang
bermanfaat untuk pengetahuan
Di dalam kasus yang sering terjadi, hukum, khususnya yang berkaitan
dengan pembayaran yang belum lunas dengan masalah hukum pertanahan.
tetapi sudah dibuat AJB bahkan telah Untuk menambah wawasan dan
terjadi perpindahan hak milik atas pengetahuan masyarakat luas serta
tanah/rumah, sehingga pihak penjual atau menjadi suatu masukan yang
pihak pemilik sebelumnya menyatakan bermanfaat bagi para pihak yang
dirinya adalah masih sebagai pemilik yang berkecimpung dalam hukum perdata
sah atas objek jual beli, sebaliknya pembeli dan hukum administrasi negara.
juga menyatakan dirinya sebagai
merupakan objek jual beli telah didaftarkan 2. Tujuan khusus, untuk mengetahui
ke BPN untuk dibuat perubahan apakah transaksi atas tanah yang
kepemilikan apabila tanah tersebut telah belum dibayar lunas tetapi sudah
bersertifikat, atau dibuatkan sertifikat dibuat AJB menjadi tidak sah dan
apabila merupakan pendaftaran yang dapat dibatalkan dan untuk
pertama kali. mengetahui bagaimana proses
pembatalan transaksi atas tanah yang
Berdasarkan pada proses transaksi hak belum dibayar lunas.
atas tanah/rumah yang belum dibayar
lunas, atau belum dipenuhinya perjanjian Metode Penelitian
yang dibuat oleh penjual dan pembeli Penelitian ini menggunakan bentuk
(perjanjian yang mendahului sebelum penelitian yuridis normatif, dan
dibuat AJB), akan menimbulkan masalah pendekatan yang digunakan dalam topik
apabila pembeli dalam melakukan penelitian ini lebih mengarah pada
transaksi ini memiliki itikad yang tidak pendekatan perundang undangan-
baik atau pembeli yang tidak jujur, undangan (statute approach) daripada
sehingga akan menimbulkan permasalahan pendekatan kasus (case approach) atau
yang pada akhirnya harus diselesaikan pendekatan normalnya.
lewat pengadilan.
Dilihat dari hasil penelitian ini
Rumusan Masalah diarahkan sebagai penelitian deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk analitis dengan maksud untuk menerapkan
menjawab suatu masalah: kesimpulan serta memberikan saran
terhadap apa yang harus dilakukan dalam
1. Bagaimana transaksi atas tanah yang mengatasi permasalahan yang dibahas.
belum dibayar lunas tetapi sudah
dibuat AJB menjadi tidak sah dan Sumber data yang digunakan dalam
dapat dibatalkan? penelitian ini utamanya berupa jenis data
sekunder, meskipun ada data hasil
2. Bagaimana proses pembatalan observasi terhadap kasus-kasus yang
transaksi atas tanah yang belum terjadi, akan tetapi data observasi ini hanya
dibayar lunas tersebut? digunakan untuk mendukung data
sekunder tersebut.

59
PEMBATALAN TRANSAKSI HAK ATAS TANAH… (Retno Kus Setyowati dan Asmaniar)

PEMBAHASAN Pembuat Akta Tanah (PPAT).5 Penyerahan


seperti ini disebut sebagai penyerahan
Transaksi Hak atas Prinsip Tanah
yuridis yang dilakukan dihadapan PPAT
Prinsip sebagaimana yang berlaku di dan merupakan perwujudan dari prinsip
Indonesia adalah prinsip yang diambil dari terang.
kebiasaan jual beli (transaksi) dari hukum
Sedangkan dengan pembayaran uang
adat Indonesia yaitu prinsip “terang dan
transaksi/jual beli tanah yang belum
tunai”.3
dibayar secara lunas, maka dalam hal ini
Pengertian tunai dalam perjanjian tidak menjadikan batalnya transaksi/jual
transaksi/jual beli hak atas tanah ternyata beli hak atas tanah. Dalam transaksi/jual
adanya pemahaman yang berbeda antara beli secara umum, sebagaimana yang
maksud yang ada dalam prinsip awal dalam diatur dalam KUH Perdata, penjual
hukum adat dengan pemahaman yang maupun pembeli wajib bersepakat
berlaku pada sebagian masyarakat. mengenai barang dan harganya, artinya
Pengertian tunai dalam transaksi penjual secara jelas memberikan informasi
perjanjian jual beli, sebagai suatu bentuk secara lengkap barang yang dijual dan hal
keharusan untuk melakukan pembayaran itu juga telah dipahami oleh pembeli.
uang, sehingga harga transaksi/jual beli Sedangkan mengenai harga merupakan
atas tanah tersebut menjadi lunas. Bahwa kesepakatan antara penjual dan pembeli
maksud tunai dalam prinsip hukum adat beserta tata cara pembayarannya. Ketika
adalah tidaklah berhubungan dengan sudah terjadi kesepakatan mengenai
pembayaran uang, melainkan salah satu barang dan harganya, maka sejak saat itu
syarat atau kondisi agar jual beli tersebut jual beli sudah dianggap terjadi dan sah,
sah dan mengikat secara hukum. Syarat walaupun penyerahan barang belum
tunai menurut hukum adat dalam jual beli dilakukan dan harga belum dibayar.
tanah adalah sebagai tanda pelunasan Perjanjian jual beli seperti ini masih
seketika, bahwa tidak ada lagi hubungan bersifat obligator saja yaitu menguatkan
hukum antara pihak penjual dengan hak dan kewajiban. Hal ini adalah berbeda
tanahnya sekaligus beralihnya kepemilikan apabila diterapkan dalam jual beli atas
tanah tersebut kepada pihak pembeli. tanah di Indonesia yang berlandaskan
Dengan demikian hukum adat adalah Undang-Undang Pokok Agraria, sehingga
sebagai pelengkap hukum tanah nasional prinsip jual beli atas tanah adalah tidak
positif yang tertulis.4 sama prinsipnya dengan jual beli
sebagaimana yang diatur dalam KUH
Transaksi hak atas tanah/jual beli hak Perdata.
atas tanah merupakan salah satu perjanjian
pengalihan hak. Karena merupakan salah Pasal 26 Undang-Undang Pokok
satu perjanjian pengalihan hak atas tanah, Agraria menyebutkan bahwa jual beli,
maka perlu dilakukan penyerahan penukaran, penghibahan, pemberian
(levering) hak atas tanah tersebut. Sebagai dengan wasiat, pemberian menurut adat
bentuk penyerahan hak atas tanah maka dan perbuatan-perbuatan lain yang
dilakukan dengan membuat akta jual beli dimaksudkan untuk memindahkan hak
secara autentik, yang dilakukan dihadapan milik serta pengawasannya diatur dengan
pejabat yang berwenang yaitu Pejabat

3 Bh4kt1, “Prinsip Tunai/Kontan Dalam Jual Beli Dan Pelaksanaannya (Jakarta: Universitas Trisakti,
Tanah,” 2016) hlm. 212-213.
https://bh4kt1.wordpress.com/2018/12/17/prinsip- 5 Effendi Perangin, Praktek Jual Beli Tanah (Jakarta:
tunai-kontan-dalam-jual-beli-tanah/, diakses 26 Rajawali Pers, 1987) hlm. 21.
Juni 2020.
4 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah
Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi

60
Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (57-66)
https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.102

peraturan pemerintah.6 Artinya jual beli telah menyerahkan tanahnya kepada


tanah tidak semata-mata suatu perbuatan pembeli, dan pembeli dianggap telah
dalam ranah perdata, melainkan juga diatur membayar seluruh harganya. Apabila
dalam hukum publik. pembeli belum membayar sebagian
uangnya, demi hukum haruslah dianggap
Dalam hukum adat, dikenal lembaga
telah dibayarkannya pada saat tersebut.
jual beli yang bersifat terang dan tunai.
Atas hutang pembayaran tersebut, menurut
Terang karena dilakukan dihadapan kepala
konsep hukum adat, berlaku lepas dari jual
adat, agar diketahui oleh umum. Menurut
beli tersebut. Penjual tidak dapat
Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 24
berargumentasi bahwa karena harga belum
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
dibayarkan seluruhnya, maka jual beli
“jual beli tanah dapat dilakukan jika
menjadi batal dan tanah kembali
aktanya dibuat dihadapan PPAT yang
kepadanya.
berwenang”.7 Mengadopsi hukum adat
tersebut, sifat terang di sini karena wajib Kesimpulan dari sifat tunai bukanlah
dilakukan dihadapan PPAT, pejabat yang mendasarkan pada kondisi pembayaran
ditunjuk khusus oleh pemerintah yang lunas atau tidak lunas, akan tetapi
wilayah kerjanya sesuai dengan lokasi konsekuensi dari sifat tunai tadi, maka
tanah yang akan dijual. Disebut tunai harga jual beli tanah justru haruslah
karena perbuatan penyerahan tanah dan dianggap lunas walaupun baru membayar
pembayaran harga tanah dianggap terjadi sebagian, dan hal ini dinyatakan tegas
bersamaan, artinya jual beli tersebut telah dalam AJB, artinya PPAT tidak mungkin
terpenuhi seketika ketika tanah telah membuatkan AJB dengan kondisi bahwa
diserahkan. harga belum dibayar lunas yang tegas
dinyatakan dalam akta tersebut. Apabila
Sifat tunai jual beli dalam transaksi
mengenai pembayarannya dinyatakan
atas tanah tidak harus harga jual beli telah
belum lunas dalam AJB, maka hal tersebut
dibayar lunas, melainkan juga boleh tidak
tidak memenuhi unsur tunai tadi, karena
lunas, sehingga jual beli tanah dapat
sifat tunai, artinya pembayaran justru harus
dilangsungkan oleh PPAT dengan
lunas atau dianggap lunas. Hal lainnya,
membuat akta jual beli dengan kondisi
walaupun namanya perjanjian jual beli,
tanah belum dibayar lunas. Prinsip tunai
akan tetapi AJB tanah yang dibuat PPAT
dalam hukum adat tidak berurusan dengan
bukanlah suatu perjanjian konsensuil
soal pembayarannya, melainkan suatu
ataupun perjanjian obligator, melainkan
keadaan dimana dua perbuatan/tindakan
suatu perbuatan hukum sebagai syarat
terjadi secara bersamaan, seketika
penyerahan (levering) tanah, yang menurut
terpenuhi kesemuanya. Ketika tanah sudah
ketentuannya harus ditindaklanjuti dengan
diserahkan, otomatis pembayaran sudah
pendaftaran peralihan hak miliknya (hak
dianggap selesai dilunasi. Prinsip ini
kepemilikannya).
membawa suatu konsekuensi dari sifat
tunai dari jual beli tanah, ketika Dalam Peraturan Pemerintah Nomor
pembayaran harga belum dilakukan secara 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
penuh maka, dengan diserahkannya tanah memang tidak disebutkan bahwa transaksi
tersebut dengan dibuatnya AJB, atas tanah harus dengan pembayaran lunas.
pembayaran haruslah dianggap sudah Berbeda dengan peralihan hak karena
lunas, sehingga tidak ada kewajiban yang lelang (pembelian memalui lelang), unsur
perlu diselesaikan lagi, artinya ketika AJB pelunasan pembayaran menjadi syarat dari
dilakukan, maka penjual (pemilik tanah) peralihan hak milik itu sendiri. Mengenai

6 7
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (LN No. 104 Tentang Pendaftaran Tanah (LN No. 59 Tahun
Tahun 1960, TLN No. 2043) Pasal 26 ayat (1). 1997, TLN No. 3696) Pasal 37 ayat (1).

61
PEMBATALAN TRANSAKSI HAK ATAS TANAH… (Retno Kus Setyowati dan Asmaniar)

lunas atau tidaknya pembayaran harga menyelesaikan perkara perdata melalui


tanah, pada akhirnya kembali kepada para pengadilan adalah merupakan solusi
pihak, apakah pihak pembeli setuju dengan terakhir, setelah penyelesaian secara
harga yang belum dibayar seluruhnya, musyawarah diantara keduanya tidak
namun tanah sudah diserahkan. Apabila berhasil.
setuju maka pembayaran tetap harus Dalam pengajuan gugatan ini,
dianggap lunas pada saat tersebut, dan penggugat dalam hal ini adalah penjual
kekurangannya akan dianggap sebagai harus hati-hati dalam mengemukakan
utang yang lepas dari jual beli tersebut. alasan gugatannya, karena salah dalam
Proses Pembatalan Transaksi atas menentukan alasan akan berakibat tidak
Tanah diterima atau ditolaknya gugatan tersebut.
Dalam gugatan perdata hanya dikenal 2
Pada penyelesaian persoalan terhadap
(dua) alasan gugatan yaitu Perbuatan
transaksi atas tanah yang telah dibuat
Melawan Hukum (PMH)8 dan wanprestasi.
dengan AJB, akan tetapi penjual baru
Sering dalam gugatan yang diajukan
mendapatkan pembayaran sebagian
dengan dalil perbuatan melawan hukum
bahkan belum mendapatkan pembayaran
karena disertai adanya unsur “penipuan”,
sama sekali, akan tetapi di dalam AJB telah
dengan maksud sebagai dalil pamungkas
dinyatakan telah lunas dan selanjutnya
untuk membatalkan akta jual beli.
ternyata pembeli tidak melaksanakan
kewajiban membayar, maka akan terjadi Akan tetapi, di dalam praktiknya
sengketa perdata. beracara di pengadilan dalil ini justru
menjadi senjata makan tuan bagi
Sengketa perdata terkait jual beli hak
penggugat, karena majelis hakim pada
atas tanah yang bermula dari akta jual beli
Pengadilan Negeri menjadi mudah saja
yang dibuat oleh profesi Pejabat Pembuat
dalam menjatuhkan putusan yang pada
Akta Tanah (PPAT) yang menyatakan:
pokoknya menyatakan gugatan tidak dapat
“Bahwa penjual menyatakan dengan diterima, dengan pertimbangan hukum
akta ini bahwa harga pembayaran jual bahwa penipuan tidak dapat
beli telah LUNAS dimana akta jual dipersangkakan, namun harus dibuktikan
beli ini berlaku sebagai tanda bukti terlebih dahulu dalam putusan perkara
pelunasan harga jual beli”. pidana penipuan terhadap yang dilakukan
Di dalam kenyataannya harga jual beli oleh tergugat yang berkekuatan hukum
belum benar-benar dilunasi oleh pihak tetap, sehingga gugatan a quo bersifat
pembeli. gugatan yang prematur.

Persoalan harga transaksi atas tanah Terhadap pertimbangan hukum seperti


yang senyatanya belum benar-benar ini, tidak terlepas dari sistem pembuktian
dilunasi, namun akta jual beli menyatakan dalam hukum acara perdata di Indonesia.9
telah “lunas”, senyatanya bukanlah Meskipun penggugat dalam hal ini adalah
merupakan masalah baru, karena banyak penjual yang memang tertipu, karena tidak
persoalan yang timbul dalam transaksi atas dibayar lunas, bahkan tidak dibayar sama
tanah sebagai akibat dari karakter sekali, akan tetapi agar gugatannya
ketentuan jual beli yang demikian, diterima dan dikabulkan maka dalam
sehingga untuk menyelesaikan persoalan gugatannya harus didalilkan bahwa harga
ini dilakukan dengan mengajukan gugatan jual beli belum dibayar lunas, bahkan
ke pengadilan. Bahwa untuk belum dibayar sama sekali, maka
selanjutnya membatasi diri dengan
8 9
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum: Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga,
Pendekatan Kontemporer (Bandung: Citra Aditya Hukum Pembuktian (Jakarta: Rineka Cipta, 1997)
Bakti, 2002) hlm. 3. hlm. 194.

62
Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (57-66)
https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.102

mengutarakan teori serta konsep hukum pengadilan dengan kualifikasi wanprestasi.


perihal wanprestasi, dimana salah satu Sesuai dengan Pasal 1266 KUH Perdata11
akibat dari wanprestasi maka petitum yang mengatur
penjual sebagai penggugat dapat berupa: “Syarat batal dianggap selalu
1. Tuntutan agar dibayarkan sejumlah dicantumkan dalam persetujuan yang
dana yang sebelumnya disepakati; timbal balik, andai kata salah satu
pihak tidak memenuhi kewajibannya.
2. Memaksa pihak dalam perikatan untuk
Dalam hal demikian persetujuan tidak
mengindahkan apa yang telah
batal demi hukum, tetapi pembatalan
disepakati dalam perjanjian; atau
harus dimintakan kepada pengadilan”
3. Membatalkan perjanjian.
Meskipun dalam gugatan tersebut
Membatalkan perjanjian merupakan senyatanya ada unsur penipuan, akan tetapi
kewenangan pengadilan terutama dalam di dalam posita atau alasan-alasan gugatan
persidangan perdata. Persoalan tidak jangan sampai mendasarkan pada unsur
membayar jual beli apa yang telah tersebut, akan tetapi cukup fokus pada dalil
diperjanjikan, dapat dianalogikan atau terjadinya wanprestasi, sehingga besar
dipersamakan sebagai tidak terpenuhinya kemungkinan bahwa gugatan pembatalan
“sepakat” dalam suatu perikatan jual beli, jual beli hak atas tanah tersebut dapat
yang merupakan unsur subjektif dari suatu dikabulkan oleh hakim, karena salah satu
syarat sahnya perjanjian. tuntutan dalam wanprestasi adalah
Dalam KUH Perdata menentukan pembatalan perjanjian yang telah dibuat
sahnya suatu perjanjian yaitu:10 para pihak, akan tetapi diingkari oleh alah
satu pihak yaitu pembeli. Kekeliruan
1. Adanya kesepakatan kedua belah dalam menyusun gugatan yang dilakukan
pihak; oleh penggugat terkait jual beli tanah yang
2. Kecakapan; meskipun dalam AJB dinyatakan telah
lunas sering dianulir oleh putusan
3. Suatu hal tertentu; dan pengadilan dalam perkara perdata.
4. Suatu sebab atau kausa yang halal. Apabila gugatan memaksa dengan
Syarat yang pertama dan kedua mencantumkan dalil adanya penipuan,
merupakan syarat yang subjektif, karena maka sebetulnya bahwa penjual yang
menyangkut diri para pihak, sehingga bertindak sebagai penggugat telah terjebak
apabila tidak terpenuhinya syarat subjektif dalam gugatannya sendiri, karena dalam
ini maka perikatan yang dilakukan dapat yurisprudensi yang menyatakan bahwa
dibatalkan, melalui putusan pengadilan. penipuan tidak dapat dipersangkakan,
Sedangkan syarat ketiga dan keempat harus terlebih dahulu terbit putusan pidana
merupakan syarat objektif, sehingga tidak terkait terjadinya kebenaran adanya tindak
terpenuhinya syarat objektif maka pidana penipuan yang didalilkan oleh
perikatan adalah batal demi hukum. penggugat.
Pada kasus transaksi atas tanah, Apabila penjual yang menggugat
dimana harga belum dibayar lunas atau pembeli yang belum membayar lunas
bahkan belum dibayar sama sekali namun tersebut dapat membuktikan bahwa adanya
sudah dinyatakan terbayar lunas dalam wanprestasi dari tergugat, maka akan dapat
AJB, maka pihak penjual dapat memulihkan hak-hak penjual seperti
mengajukan pembatalan melalui dibatalkannya jual beli ataupun

10 11
R. Tjitrosudibio dan R. Subekti, Kitab Undang- Ibid.
Undang Hukum Perdata (Jakarta: Pradnya
Paramita, 2006) Pasal 1320.

63
PEMBATALAN TRANSAKSI HAK ATAS TANAH… (Retno Kus Setyowati dan Asmaniar)

mewajibkan pihak pembeli untuk melunasi sehingga bunyi kalimat “Sudah Lunas”
dengan disertai sita jaminan yang dalam AJB dapat dipastikan kebenarannya.
kemudian bisa dilakukan sita eksekusi Akan tetapi, mencicil harga jual beli
terhadap tanah yang semula miliknya, terhadap penjual perorangan, sangatlah
karena telah dibaliknamakan atas nama berisiko tinggi terjadinya ingkar janji.
pembeli atau pihak ketiga.12 Memang kondisi yang paling aman adalah
pembayaran jual beli adalah dilakukan
Terhadap peristiwa yang sering terjadi
dihadapan PPAT, sehingga pada saat
dalam gugatan pembatalan perjanjian
dibuatnya AJB harga pembelian benar-
transaksi atas tanah yang belum dibayar
benar sudah dibayar secara lunas, namun
akan tetapi, dinyatakan telah lunas dalam
kondisi ini juga tidak memungkinkan
AJB. Seharusnya majelis hakim harus
mengingat harga transaksi atas tanah sudah
memfokuskan pada kemampuan
barang tentu dengan harga ratusan juta
pembuktian tergugat sebagai pembeli
bahkan mungkin puluhan miliar yang tidak
harus mampu membuktikan telah
mungkin pembeli membawa uang sekian
membayar kepada penjual dengan bukti
banyak pada saat pembuatan AJB tersebut.
kuitansi atau transfer uang sebagai bukti
bahwa gugatan tidak benar. Pembayaran sebetulnya juga bisa
diberikan dengan cek pada saat pembuatan
Suatu hal yang sudah menjadi
AJB tersebut, akan tetapi juga bisa terjadi
kebiasaan dalam praktik transaksi hak atas
setelah dibuat AJB cek tersebut akan
tanah, bahwa harga jual beli yang
dicairkan ternyata dananya kosong alias
dicantumkan di dalam AJB nominalnya
penjual tanah dibayar dengan cek kosong.
lebih kecil dari yang sebenarnya, dan ini
Untuk itu maka kondisi yang paling tepat
merupakan hasil kompromi antara penjual
adalah pembayaran itu dilakukan di muka
dengan pembeli, hal seperti ini dilakukan
bank, sekaligus sudah dipersiapkan PPAT
guna memperkecil pungutan pajak
sudah mempersiapkan AJB yang
penjualan dan pajak pembelian yang
ditandatangani kedua belah pihak pada saat
ditanggung pembeli dan penjual, juga Bea
pembeli membayar di muka bank tersebut.
Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB),
sedangkan harga jual beli yang sebenarnya Mengingat bahwa dalam jual beli atas
dibuat dalam perjanjian terpisah antara tanah yang terjadi di dalam masyarakat
pihak penjual dengan pembeli. Mengingat banyak melalui sistem cicilan, maka di
nilai nominal harga jual beli sebenarnya dalam bunyi kalimat dalam AJB harus
dalam akta jual beli dapat dipastikan lebih disesuaikan dengan kenyataan yang terjadi,
murah atau lebih rendah dari nilai nominal maka solusi yang paling rasional, maka
jual beli sebenarnya dalam perjanjian sudah saatnya hukum tanah tidak lagi
terpisah yang dibuat oleh kedua belah mensyaratkan “sudah lunas” barulah AJB
pihak, maka dapat dipastikan harga jual dapat dilangsungkan antara pihak penjual
beli belum benar-benar lunas. dan pihak pembeli, mengingat hukum
tanah Indonesia mengakui serta
Suatu kondisi yang berbeda tentunya
mengadopsi asas dalam hukum adat yang
dalam peristiwa jual beli dengan developer
dikenal dengan sebutan “asas terang dan
(pengembang perumahan), dimana
tunai”.
pembeli tidak keberatan memberi
kepercayaan dengan cara mencicil harga Asas terang dimaksudkan sebagai
jual beli dengan ikatan berupa Perjanjian peralihan hak dan kewajiban dihadapan
Pengikatan Jual Beli (PPJB), barulah Kepala Desa dan/atau PPAT, Sementara
kemudian dilanjutkan dengan proses AJB, asas tunai dimaknai sebagai harus telah

12 H S Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis


(BW) (Jakarta: Sinar Grafika, 2002) hlm. 112.

64
Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (57-66)
https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.102

lunas, namun cukup uang panjar PENUTUP


dibayarkan oleh pembeli kepada pihak Prinsip transaksi atas tanah yang
penjual, dimana selanjutnya adalah berlaku adalah “terang dan tunai” yang
hubungan hukum hutang piutang dan didasarkan pada kebiasaan transaksi dari
seketika itu juga peralihan hak telah sah hukum adat yaitu prinsip terang dan tunai.
terjadi sekalipun belum lunas. Terang karena dilakukan dihadapan
Mengingat akta jual beli tidak harus pejabat yang berwenang, agar diketahui
berupa format baku pencantuman frasa umum, sedangkan tunai tidak berpedoman
“Sudah Lunas”. Namun dapat disesuaikan pada kondisi pembayaran yang sudah
dengan realita seperti dalam AJB disertai lunas, akan tetapi maksud tunai di sini
dengan kalimat “Dibayar dengan uang adalah pada saat dibuatnya AJB oleh
panjar sebesar…. Sebagaimana dibuktikan PPAT, maka harga transaksi atas tanah
pembayaran oleh pihak pembeli kepada haruslah dianggap lunas, karena prinsip
penjual berupa kuitansi, atau bukti transfer dalam hukum adat tunai itu tidak berurusan
dsb”. dengan soal pembayarannya, melainkan
suatu keadaan dimana dua perbuatan
Sedangkan masalah pajak, meskipun
terjadi secara bersamaan, yaitu ketika tanah
belum lunas, namun aturan hukum tetap
sudah diserahkan, otomatis pembayaran
mewajibkan pihak pembeli membayar
sudah dianggap selesai dilunasi.
BPHTB dan pihak penjual membayar PPh
(pajak penghasilan) sebesar nilai total Terhadap pembatalan transaksi atas
harga jual beli dalam AJB. Dan selanjutnya tanah, apabila tidak bisa diselesaikan
masalah belum lunas menjadi hubungan secara musyawarah, maka
hutang piutang antara pihak penjual penyelesaiannya hanya bisa dilakukan
dengan pembeli, dimana pihak penjual lewat pengadilan, dan alasan pembatalan
menjadi kreditur, sedangkan pembeli yang paling tepat adalah wanprestasi,
menjadi debitur. sekalipun di dalamnya ada unsur penipuan.
Suatu hal yang menjadi perhatian,
bahwa untuk kasus dimana penjual belum DAFTAR PUSTAKA
pernah dibayar sama sekali, hal ini jelas
telah melanggar “asas tunai” dalam hukum Buku
pertanahan nasional, maupun hukum adat Afandi, Ali. Hukum Waris, Hukum
terkait jual beli hak atas tanah. Dalam Keluarga, Hukum Pembuktian.
kasus seperti ini maka pihak pembeli tidak Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
mungkin bisa menunjukkan bukti
pembayaran kepada penjual, maka berarti Fuady, Munir. Perbuatan Melawan
telah ada pelanggaran hukum, maka Hukum: Pendekatan Kontemporer.
berlakulah cacat syarat sahnya perjanjian Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.
unsur objektif, yaitu suatu sebab yang halal Harsono, Boedi. Hukum Agraria
karena melanggar asas tunai pertanahan, Indonesia: Sejarah Pembentukan
dengan akibat hukum peralihan hak atas Undang-Undang Pokok Agraria, Isi
tanah menjadi batal demi hukum yang Dan Pelaksanaannya. Jakarta:
perlu dimohonkan ke pengadilan untuk Universitas Trisakti, 2016.
pembatalan jual beli tersebut.
Perangin, Effendi. Praktik Jual Beli Tanah.
Jakarta: Rajawali Pers, 1987.
Salim, H S. Pengantar Hukum Perdata
Tertulis (BW). Jakarta: Sinar Grafika,
2002.

65
PEMBATALAN TRANSAKSI HAK ATAS TANAH… (Retno Kus Setyowati dan Asmaniar)

Tjitrosudibio, R, dan R Subekti. Kitab


Undang-Undang Hukum Perdata.
Jakarta: Pradnya Paramita, 2006.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (LN No. 104 Tahun 1960,
TLN No. 2043).
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah (LN
No. 59 Tahun 1997, TLN No. 3696).
Internet
Bh4kt1. “Prinsip Tunai/Kontan Dalam Jual
Beli Tanah,”
https://bh4kt1.wordpress.com/2018/1
2/17/prinsip-tunai-kontan-dalam-
jual-beli-tanah/. Diakses 26 Juni
2020.
Susanto, Deejay Satugus. “Akta Jual Beli
(Contoh),”
https://www.slideshare.net/satugus/aj
b-29254360. Diakses 26 Juni 2020.
Syabani, Tiara Syahra. “Cara Pembuatan
Akta Jual Beli Tanah (AJB)
Dilengkapi Syarat,”
https://www.99.co/blog/indonesia/pe
mbuatan-ajb/. Diakses 26 Juni 2020.

66

Anda mungkin juga menyukai