Anda di halaman 1dari 99

OTORHINOLARYNGOLOGY

Batch Agustus 2019


EAR
TELINGA LUAR
FISTULA PREAURIKULA
OVERVIEW

• Adanya lubang kecil di depan auricula akibat tidak tertutupnya sulcus


brachialis II → lubang yang berlanjut sebagai saluran pendek/panjang, dpt
sampai kavitas tympani atau faring, dibatasi epitel squamous sehingga dari
lubang dapat keluar hasil deskuamasi epitel.
• Bila lubang tetap terbuka → tidak ada gangguan, bila lubang tertutup →
kista atau abses

PEMERIKSAAN FISIK

• Asimtomatik, bisa keluar sekret yang berasal dari kelenjar sebacea.


• Infeksi (abses, pyoderma, selulitis fasial) → Pembengkakan hiperemis,
purulent, nyeri.

PEMERIKSAAN PENUNJANG KHUSUS

Pemeriksaan radiologik : Fistulografi

TATALAKSANA

• Fistula : tidak ada tatalaksana khusus, pencegahan infeksi (hindari


manipulasi, dibersihkan)
• Infeksi : antibiotik, kompres hangat. Bila terjadi abses, incisi pada lubang,
rekurensi tinggi, sehingga harus ekstirpasi.
ERISIPELAS & SELULITIS AURIKULA
ERYSIPELAS
• Penyebab: group A β-hemolytic Streptococcus
• Pemeriksaan : Erysipelas has more distinctive anatomic features
than cellulitis; erysipelas lesions are raised above the level of
surrounding skin, and there is a clear line of demarcation between
involved and uninvolved tissue
• Pilihan antibiotik : Penicillin, Amoxicillin, Erythromycin

CELLULITIS
• Penyebab: Staphylococcus or Streptococcus, Pseudomonas (jarang).
• Involves the deeper dermis and subcutaneous fat
• Pemeriksaan : Skin erythema, edema, warmth
• Faktor resiko : Infeksi bakteri aurikula ➔ abrasi, laserasi atau ear
piercing
• Pilihan antibiotik : Amoxicillin, Clindamycin, Cefadroxil, Dicloxacillin
KONDRITIS & PERIKONDRITIS

Perichondritis / chondritis ➔ a bacterial infection of


perichondrium or cartilage of the auricle.

Etiologi: inadequately treated auricular cellulitis, acute


otitis externa, accidental or surgical trauma, or multiple
ear piercing in the scapha.
The most common pathogen: Pseudomonas sp.

Sign: painful, red, swollen & drains serous - purulent


exudates. Extend to the surrounding soft tissues of the
face & neck. Usually ear lobe still intact (uninvolved)

©Bimbel UKDI MANTAP


HEMATOM AURIKULA
• Etiologi : Trauma langsung pada aurikula anterior dan merupakan cedera fasial yang
sering terutama pada pegulat. Trauma mengakibatkan terlepasnya perikondrium dan
kartilagonya → pecahnya pembuluh darah perikondrium dan terbentuknya hematoma.
• Komplikasi : Terkumpulnya darah di subperichondrial menstimulus timbulnya kartilago
baru yang asimetris akibat proses fibrosis (Cauliflower ear).
PSEUDOKISTA AURIKULA
OVERVIEW

• Terdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan oleh adanya


kumpulan cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan
tulang rawan telinga
• Patogenesis belum pasti diketahui, bisa muncul spontan atau setelah
trauma minor berulang.
• Diagnosis didasarkan pada temuan klinis dan tidak adanya bukti
infeksi

TANDA DAN GEJALA

• Biasanya asimtomatik, rasa tidak nyaman, pembengkakan pada daun


telinga berkembang 4-12 minggu.
• Pemeriksaan didapatkan pembengkakan dengan tidak ada atau
minimal tanda inflamasi. Dapat ditemukan nyeri tekan. Konsistensi
cairan seperti olive oil, jernih atau kekuningan.

TATALAKSANA

Insisi drainase diikuti pressure dressing, compression suture therapy,


terapi farmakologik dll. Belum ada kesepakatan terapi terbaik.
OTITIS EKSTERNA
OVERVIEW

Adalah inflamasi atau infeksi CAE,


aurikula atau keduanya

DIAGNOSIS

• Onset gejala dalam 48 jam di 3 minggu


terakhir; DAN
• Gejala inflamasi : nyeri, gatal atau
terasa penuh dengan atau tanpa
penurunan pendengaran atau nyeri
rahang; DAN
• Tanda inflamasi : nyeri tekan
tragus/pina atau edema/kemerahan
pada kanal telinga dengan atau tanpa
otorea, eritem membran timpani,
selulitis pina atau limfadenitis lokal.
OTITIS EKSTERNA FURUNKULOSA OTITIS EKSTERNA DIFUSA
(SIRKUMSKRIPTA) (SWIMMER EAR)
• Etiologi : Staph. Aureus, Staph. • Etiologi : Pseudomonas (usually),
Albus. Staph albus, E. Coli.
• Terkait dengan infeksi folikel • Bentuk umum OE, inflamasi
rambut atau gld sebasea yang mengenai seluruh CAE,
tersumbat. Hanya terjadi di 1/3 ext menyebabkan penyempitan kanal.
canal (part kartilaginosa) karena • Mekanisme :
mengandung adnexa kulit. Manipulasi liang telinga →
• Mekanisme : hilangnya lapisan lemak→ muara
Trauma → Abrasi/maserasi → kelenjar terbuka → resorbsi cairan
Staphy. Sp (DM) → Infeksi → dari luar → oedem → sekresi
Spontan/Rekuren kelenjar sebacea & sudorifera →
• Terapi : permukaan kulit kering → rasa gatal
infiltrat diberikan salep ikhtiol atau pada liang telinga → ingin
salep antibiotik seperti polymixin B menggaruk & laserasi kulit →
atau basitrasin. Kebanyakan mempermudah invasi kuman
furunkel direabsorpsi secara (Mawson 1974 )
spontan, namun jika dalam 24-48 • Terapi :
jam bisulnya belum pecah maka Masukkan tampon yang
dilakukan insisi dan drainase mengandung antibiotik ke liang
telinga supaya terdapat kontak yang
Untuk kedua otitis, antibiotik sistemik dapat baik antara obat dengan kulit yang
diberikan dengan pertimbangan infeksi yang meradang. Pilihan antibiotika yang
cukup berat : Ampisillin 250 mg qid atau dipakai adalah campuran polimiksin
eritromisin 250 qid (Anak-anak diberikan B, neomisin, hidrokortison dan
dosis 40-50 mg/kg BB) anestesi topikal. (PPM Puskesmas)
OTITIS EKSTERNA MALIGNA /
NECROTIZING OTITIS EXTERNA
• Merupakan komplikasi Otitis • Manifestasi Klinis:
eksterna bakterial → infeksi – Severe otalgia extend to
menginvasi lebih dalam temporomandibular
mengenai katilago, jaringan joint → pain at chewing
lunak dan tulang → Selulitis, – Purulent otorrhea
chondritis, dan osteomyelitis – Cranial nerve paralysis,
• Sering terjadi pada penderita most often facial nerve
diabetes, usia tua atau paralysis
imunokompromised • Terapi : antibiotik dan
• 95% kasus disebabkan oleh debridement agresive
Pseudomonas aeruginosa For adults, ciprofloxacin
(400 mg intravenously [IV]
• Dapat mengenai saraf kranial every 8 hours; 750 mg
terutama nervus VII orally every 12 hours)
meskipun dapat juga remains the antibiotic of
mengenai nervus kranial yang choice
lain kecuali nervus I, III, IV
• Kematian → jika terjadi
trombosis sinus lateralis
OTOMIKOSIS
OVERVIEW
• Otitis Eksterna yang disebabkan oleh jamur
• Faktor resiko : cuaca yang lembab, ketiadaan serumen, instrumentasi pada
telinga, olah raga air, immunocompromised, peningkatan pemakaian preparat
steroid dan antibiotik topikal.
• Gejala : gatal, otalgia dan otorrhea (paling banyak dijumpai), kurangnya
pendengaran, rasa penuh pada telinga
Aspergillus
niger:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Newspaper
• Skuama dari kerokan kulit liang telinga diperiksa dengan KOH 10 % → mass like
✓Aspergillus niger: hifa lebar, berseptum dan dapat ditemukan spora kecil. appearance
✓Candida albicans: pseudohifa dan blastospora.
• Pembiakan : Skuama dibiakkan pada media agar Saboraud dan dieramkan
pada suhu kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu.

TATALAKSANA
• Ear toilet
• Obat anti jamur topikal (Miconazole → efektif utk Aspergillus sp., Nystatin →
efektif untuk Candida sp.,) Candida sp :
• Asam asetat 2 % dalam alkohol → sebagai keratolytic Cotton wool
• Jaga telinga tetap kering dan cegah manuver2 pada telinga appearance
HERPES ZOOSTER OTICUS
The virus stays dormant in the sensory ganglia
(geniculate ganglion) & reactivates under conditions of
decreased immune competence.

The virus causes blisters on the auricle, the EAC, even on


the lateral surface of the tympanic membrane.

Involvement of the facial & cochleovestibular nerves ➔


facial palsy, with or without hearing loss & dizziness ➔
Ramsay Hunt syndrome.

Mostly self-limiting.

Pharmacologic Treatment
• Acyclovir 5x800 mg 7-10 hari
• Valacyclovir 3x1000 mg 7hari
©Bimbel UKDI MANTAP
SERUMEN PROP
OVERVIEW

Serumen prop : sumbatan seluruh atau sebagian liang telinga oleh


serumen (hasil secret kelebjar seruminosa, glandula pilosebaceous,
epitel kulit yang terlepas, debu dll).

TANDA DAN GEJALA

Hearing impairment (deafness) → CHL, Earache, Reflex cough, Fullness


in the ear, Tinitus – vertigo

TATALAKSANA (PPK PUSKESMAS, 2017)

• Hindari membersihkan telinga secara berlebihan, memasukkan air


atau apapun ke dalam telinga
• Serumen lembek → bersihkan dengan kapas yang dililitkan pada Pelunak serumen : berbahan
pelilit kapas. dasar air (Hidrogen peroksida
(H2O2) 3%, Asam asetat 2%,
• Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret →
Natrium bikarbonat 10%, air
serumen tidak dapat dikeluarkan, dilunakkan dengan tetes
(H2O) dan NaCl 0,9%), berbahan
karbogliserin 10% atau H2O2 3% selama 3 hari.
dasar bukan air / bukan minyak
• Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga → (Gliserol, Karbogliserin 10%),
irigasi air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh. berbahan dasar minyak (minyak
kelapa (murni), minyak zaitun
KERATOSIS OBTURANS
Penumpukan epitel skuamous dalam jumlah besar yang susah di
keluarkan

Sering terjadi pada usia muda

Akibat kegagalan migrasi sel epitel ke arah luar

Menyebabkan erosi tulang sirkumferensial

Manifestasi Klinis: tuli konduktif, nyeri, liang telinga lebih luas,


sekret telinga berkurang

Tx: aural drops, campuran dari alkohol/ gliserin dalam H2O2, 3x


seminggu

Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003.


Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
BACK
BENDA ASING TELINGA
OVERVIEW
• Teknik pengambilan benda asing telinga bermacam-macam, bergantung
pada situasi klinis, tipe benda asing dan pengalaman dokter.
• Pilihan Teknik : irigasi, forceps removal (ex : alligator forceps), cerumen
loops, right-angle ball hooks, dan suction catheters.

CATATAN KHUSUS
• Benda asing yang besar dapat ditarik dengan pengait serumen
sedangkan yang kecil dapat diambil dengan pengait atau cunam.
• Objek yang potensial mudah hancur/remuk sebaiknya diekstraksi
menggunakan alat suction daripada menggunakan forsep.
• Pada kasus serangga hidup, ditetesi alkohol, khloroform, atau minyak
mineral (PPK Puskesmas 2014: lidokain atau anestesi lokal) supaya
serangga tidak banyak bergerak sekaligus untuk lubrifikasi dinding
kanalis. Ekstraksi dapat dengan mudah dikeluarkan dengan memegang
serangga menggunakan forceps alligator.
• Irigasi jangan dilakukan pada benda asing baterai karena konten baterai
atau electrical current dapat sebabkan nekrosis likuefaksi jaringan.
• Benda asing styrofoam atau cyanoacrylate (ex : superglue) dapat
digunakan aseton untuk melarutkan.
MEMBRAN TIMPANI DAN
TELINGA TENGAH

Reflek Akustik/Stapedius/Auditori : kontraksi otot


involunter (tensor timpani dan stapedius) yang
berespon terhadap suara. Suara intensitas tinggi
→ otot kontraksi → mengurangi admitansi suara.
Tensor timpani dipersarafi n. tensor timpani
(cabang N.V), stapedius dipersarafi n. stapedius
(cabang N.VII).
Pars tensa
TIMPANOSKLEROSIS
• Timpanosklerosis merupakan sebuah kelainan Gejala dan tanda klinis
proses penyembuhan dimana terjadi penumpukan
jaringan ikat kolagen pada telinga tengah (terutama • Penurunan pendengaran
pada membran timpani). konduktif
• Penyebab timpanosklerosis dapat berupa proses • Riwayat infeksi telinga
penyembuhan OMSK atau OME kronis yang tidak berulang, tindakan invasif
sempurna, komplikasi dari operasi telinga dan pada membran timpani,
pemasangan grommet tube. atau trauma telinga
• Timpanosklerosis juga dapat disertai dengan • Membran timpani
kalsifikasi pada tulang-tulang pendengaran → terlihat berwarna putih,
memperburuk penghantaran suara. dengan plak sklerotik
menyerupai kapur

Terapi

Tymphanoplasty dan
ossicular reconstruction

Clinically, myringosclerotic lesions are seen


as whitish, sclerotic plaques (chalk
©Bimbel UKDI MANTAP
patches) in the tympanic membrane (TM)
OTITIS MEDIA
The presence of inflammation
in the middle ear accompanied
by the rapid onset of signs and
symptoms of an ear infection

Acute Subacute Chronic


<3 minggu 3 minggu – > 2 bulan
2 bulan
Otitis Media Efusi
Definisi
Otitis Media Efusi adalah terdapatnya cairan di
telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala
dari infeksi akut (AAO 2016)

Etiologi
• Infeksi saluran napas atas
• Spontan karena buruknya fungsi tuba (alergi,
barotrauma)
• Sekuel dari OMA
Otitis Media Akut

Stadium Oklusi Stadium Stadium Stadium Stadium


Hiperemis / Supuratif Perforasi Resolusi
Presupuratif

Patofisiologi Fungsi tuba Patogen masuk ke Pus yang terbentuk Tekanan semakin Fase
terganggu, telinga tengah, di telinga tengah meningkat penyembuhan,
terbentuk tekanan terjadi respon semakin banyak mengakibatkan penutupan
negatif di telinga inflamasi di telinga sehingga tekanan di rupturnya kembali membran
tengah, memicu tengah telinga tengah membran timpani timpani
terjadinya efusi dan meningkat
retraksi membran
timpani

Symptoms • Penurunan • Nyeri telinga • Nyeri telinga • Nyeri telinga • Cairan dari
pendengaran • Penurunan semakin berkurang telinga
• Sensasi penuh pendengaran memberat • Anak-anak : berkurang
di telinga • Demam tinggi • Anak anak: lebih tenang • Penurunan
semakin rewel • Demam pendengaran
• Tidak ada
• Demam berkurang
demam
• Keluar cairan
dari telinga
Stadium Oklusi Stadium Stadium Stadium Stadium
Hiperemis / Supuratif Perforasi Resolusi
Presupuratif
Signs • Membran Membran timpani Membran timpani • Membran • Edem mukosa
timpani retraksi, tampak hiperemis tampak menonjol timpani berkurang
tampak suram dan kongesti (bulging) dan tampak • Discharge
• Tes penala : Tuli hiperemis perforasi berkurang
konduktif • Tampak • Perforasi
discharge dari semakin
telinga menutup
tengah

Terapi Perbaiki fungsi tuba Antibiotik 10 -14 Miringotomi (kasus • Obat cuci Sekret tenang →
tetes hidung HCl hari: rujukan) dan telinga H2O2 observasi
efedrin 0,5-1% (atau Ampisilin : Dewasa pemberian 3% selama 3-
oksimetazolin 0,025 4 x 500 mg; Anak 25 antibiotik. Antibiotik 5 hari
– 0,05%) mg/kgBB 4 x sehari yang diberikan: • Antibiotik
atau Amoxyciline adekuat yang
Amoksisilin: Dewasa Erythromycine tidak
3 x 500 mg; Anak 10 Cotrimoxazole ototoksik
mg/kgBB 3 x sehari seperti
atau ofloxacin (5
Eritromisin: Dewasa tetes/12 jam)
4 x 500 mg; Anak 10 tetes telinga
mg/kgBB 4 x sehari sampai 3
minggu
Pengobatan Operatif

Miringotomi Pemasangan Tube Terapi Pembedahan


Insisi kecil melubangi gendang Ventilasi (operatif)
telinga → mengeluarkan (Grommet’s tube) faktor predisposisi (+) -
cairan dari telinga dalam dan mungkin dibutuhkan
menghilangkan rasa sakit. Tube ventilasi ini dipasang
sifatnya sementara, adenoidektomi, tonsilektomi
Lokasi insisi di kuadran dan mencuci (membersihkan)
berlangsung 6 hingga 12
posterior inferior (Buku Ajar sinus maksillaris
bulan di dalam telinga hingga
THT FK UI)
infeksi telinga bagian tengah
Indication : Suppurative stage membaik dan sampai tuba
AOM, impending intracranial Eustachi kembali normal.
complications, perforated
AOM with insufficient
drainage, secretory AOM,
Hemotimpanum,
Unresolutive AOM
(Bhargava, 2002)
©Bimbel UKDI MANTAP
Komplikasi
Komplikasi Intra Komplikasi Intra
Temporal Kranial
• Mastoiditis • Abses extradura
• Petrositis • Abses otak
• Labirintitis • Abses subdura
• Paralisis nervus • Thromboflebitis
fasialis sinus sigmoid
• Otic
hydrocephalus
• Meningitis
1. Mastoiditis
Inflammation of the mastoid air cells Abses Bezold
of the temporal bone • Terjadi penjebolan nanah pada ujung bawah
dinding medial mastoid
Acute mastoiditis associated with • Abses didalam M.Sternocleidomastoideus
sehingga terdorong keluar
AOM. Chronic mastoiditis most Abses Citelli
commonly associated with Chronic
suppurative otitis media (OMSK) • Abses terbentuk dibelakang mastoid sampai ke
and particularly with cholesteatoma os occipital
formation
Abses Luc (Meatal)
Sign and Symptoms • Pus menjebol dinding antara antrum dan
Fever, otalgia, pain behind ear, meatus acusticus externa
swelling, redness, ear discharge • Pus tampak di CAE
2. Petrositis 3. Labirinitis
Labyrinthitis is an inflammatory disorder of the
Inflammation of pneumatized spaces of inner ear, or labyrinth
petrous portion of temporal bone
Etiology
• Viral
Gradenigo Syndrome (Apical Petrositis) • Prenatal : Rubella, CMV
• Postnatal : Mumps, measles, varicella
• Lateral rectus palsy (N.abducens
palsy) • Bacterial
• Otorrhea • Consequence of meningitis or otitis media.
• Retroorbital, facial pain or headache Clinical Presentation
(Vth cranial nerve irritation)
• Vertigo
• Hearing loss,
✓Otitis media-induced : mixed hearing loss
✓Viral labyrinthitis : SNHL
• Tinnitus
• Fever
• Otalgia
• Facial weakness
MIRINGITIS BULOSA
Infeksi pada membran timpani terkait dengan
kejadian OMA, yang dikarakteristikkan dengan onset
cepat, nyeri sekali, dan ukuran bula yang bervariasi
pada membran timpani dan struktur tulang sekitar
kanalis

Terjadi pada 5% kasus OMA anak usia di bawah 2 tahun

Penyebab: virus, Mycoplasma, dan bakteria

Bula → cairan serosa dan hemoragic

Tx: Sama dengan terapi OMA tanpa disertai bullae


Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat
keluarnya sekret dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus-menerus atau
hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

Biasanya OMSK akibat campuran bakteri Faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK:
aerob dan anaerob:
• Terapi terlambat diberikan
Aerobic: Pseudomonas aeruginosa, • Terapi tidak adekuat
Staph. aureus and epidermidis, • Virulensi kuman tinggi, infeksi persisten
proteus species, klebsiella, and E. coli • Daya tahan tubuh pasien rendah, gizi kurang
Anaerobic: • Higiene buruk
prevotella and porphyromonas,
• Gangguan fungsi tubuh oleh ISPA, obstruksi parsial/total →
anaerobic Streptococci, Bacteroides retraksi membrane timpani
fragilis.
• Perforasi membrane telinga persisten
P aeruginosa is the most commonly • Aerasi telinga tengah/mastoid yang mengalami obstruksi
recovered organism from the • Skuestri atau osteomyelitis
chronically draining ear. Various • Alergi
researchers over the past few decades • ISPA dengan sepsis atau obstruksi (adenoid, tonsillitis kronis,
have recovered pseudomonads from sinusitis)
48-98% of patients with CSOM.
Benign/Safe Dangerous/Unsafe
Perforasi Central Attic or marginal
Discharge Frekuensi Intermiten Kontinu
Mukus Mukopurulen/purulen Selalu purulent
Bau tidak enak +/- +
Warna Putih/kekuningan Kekningan/kecoklatan/kehijauan
Berdarah Jarang Bisa ada darah
Volume Banyak Sedikit
Hubungan ↑ Tidak berpengaruh
dengan URTI
Polyp Jarang Sering
Kolesteatoma Sangat jarang Hampir selalu ada
Tuli Konduksi – ringan sampai Konduksi atau mix – Ringan
sedang sampai berat
Complication Sangat jarang Sering
Radiograph mastoid Seluler or sklerotik Sklerotik with erosi
Terapi
Sekret aktif : Mastoidektomi dengan atau

OMSK maligna
OMSK benigna

tanpa timpanoplasti.
1. Aural toilet H2O2 3% selama 3-
5 hari. Bila terdapat abses subperiosteal
retroaurikuler, dilakukan insisi
2. Setelah berkurang tetesi
abses sebelum mastoidektomi.
antibiotik lokal yang non
ototoksik maksimal 2 minggu. Terapi medikamentosa hanyalah
sementara sebelum pembedahan.
3. Antibiotik oral golongan
penisilin, ampisilin, eritromisin
sebelum hasil tes resistensi
diterima
Sekret tenang:
Observasi selama 2 bulan. Bila
membran timpani belum
menutup, dilakukan miringoplasti
atau timpanoplasti

(BUKU AJAR THT FK UI)


AEROTITIS / BAROTRAUMA
Disebabkan perubahan tekanan telinga tengah menjadi negatif
dalam waktu cepat. Mukosa tuba bersifat one way ball valve.

Saat take off → tekanan telinga tengah > lingkungan luar → masih
dapat terkompensasi dengan absorpsi udara oleh mukosa telinga
tengah

Saat landing → tekanan telinga tengah < lingkungan luar →


Retraksi membran timpani & resiko hemotympanum dan efusi

Pencegahan:

• Preflight dose of a 12 hour vasoconstricting nasal spray like


oxymetazoline
• Oral decongestant
• Gum chewing while landing
OTOSKLEROSIS
Penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di
daerah kaki stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat
menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik

Terjadi bilateral, perempuan lebih sering, usia 11-45 tahun.


Penyebab belum dapat dipastikan, beberapa faktor yang
mempengaruhi faktor keturunan dan gangguan sirkulasi pada
stapes

Gejala dan tanda klinis Terapi


1. Penurunan pendengaran 1. Stapedektomi, stapes
progresif diganti bahan prostesa
2. Tinnitus dan Vertigo 2. Pemberian Alat Bantu
3. Membran timpani kemerahan Dengar (ABD)
akibat pelebaran pembuluh
3. Suplemen flouride
darah pada promontorium
(Schwarte’s sign)
4. Pasien merasa pendengaran
lebih baik pada ruang bising
©Bimbel UKDI MANTAP
(Paracusis Willisi)
PEMERIKSAAN PENDENGARAN

1. Sound resources → receiver Objektif


organ
2. Physical energy conversion • Audiometri Impedans
→ nerve impuls • OAE (Otoacoustic Emission)
3. Nerve impuls → hearing • BERA (Brainstem Evoked
cortex Response Audiometry)
Subjektif
• Tes Bisik
• Tes Garpu Tala
• Audiometri Nada Murni
• Audiometri Nada Tutur

BACK
PEMERIKSAAN
PENDENGARAN OBJEKTIF
Audiometri Impedans

• Terdiri dari pemeriksaan fungsi 3 komponen : Timpanometri,


Refleks stapedius, Tuba Eustachius

OAE
(Otoacoustic Emissions)
• Tes ini mendeteksi getaran yang dihasilkan oleh sel rambut
luar saat distimulus oleh suara
• Sering dipakai untuk screening pendengaran pada bayi baru
lahir

BERA
(Brainstem Evoked Response Audiometry)
• Menggunakan elektroda yang dipasang di kepala, tes ini
mendeteksi fungsi koklea dan jalur sensoris di otak (brain
pathway)
• Pasien diperiksa saat sedang tenang atau tidur
• Dapat digunakan juga untuk screening bayi baru lahir
PEMERIKSAAN
PENDENGARAN SUBJEKTIF
Suara berbisik, setengah ekspirasi, pemeriksa
Tes Bisik (Whispered mengucapkan materi tes.
Voice Test) Telinga tidak diperiksa ditutup & pasien tidak
melihat bibir pemeriksa (pemeriksa berdiri
sekitar 0.6 m dibelakang pasien)
Syarat :
Tes Garputala 1. Ruangan cukup sepi, kebisingan maksimal 40
dB.
2. Ruangan cukup lebar, jarak 6 meter.
Audiometri Nada 3. Materi tes disiapkan, diusahakan memakai
Murni (Pure tone perkataan yang digunakan sehari-hari.
audiometry) 4. Pemeriksa harus terlatih mengucapkan
materi tes.
Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry)
PEMERIKSAAN
PENDENGARAN SUBJEKTIF

Tes Bisik (Whispered


Voice Test) TES RINNE

Tes Garputala

TES WEBER
Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)

Audiometri Nada TES SCHWABACH


Tutur (Speech
audiometry) BACK
Garpu tala 512 HZ!!!
TES RINNE WEBER SCHWABACH

TUJUAN AC VS BC BC Ka VS Ki BC Px VS Pasn

©Bimbel UKDI MANTAP


PEMERIKSAAN
PENDENGARAN SUBJEKTIF

Tes Bisik (Whispered


Voice Test)

Tes Garputala

Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)

Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry)
Audiogram
• Tinta merah untuk telinga kanan, dan
tinta biru untuk telinga kiri
• Hantaran udara (Air Conduction =
AC)
– Kanan = O
– Kiri = X
• Hantaran tulang (Bone Conduction =
BC)
– Kanan = C
– Kiri = ‫כ‬
– Hantaran udara (AC) dihubungkan Audiogram Normal (Telinga Kanan) :
dengan garis lurus ( ) 1. AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB
dengan menggunakan tinta merah 2. AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone gap
untuk telinga kanan dan biru untuk
telinga kiri
Disebut terdapat air-bone gap apabila antara AC dan
– Hantaran tulang (BC) dihubungkan
BC terdapat perbedaan lebih atau sama dengan 10
dengan garis putus-putus ( - - - - - - - -)
dB, minimal pada 2 frekuensi yang berdekatan.
dengan menggunakan tinta merah
untuk telinga kanan dan biru untuk
telinga kiri
©Bimbel UKDI MANTAP
Tuli Konduktif Tuli sensori neural
1. BC normal atau kurang dari 25 dB 1. AC dan BC lebih dari 25 dB
2. AC lebih dari 25 dB 2. AC dan BC berimpit
3. Terdapat air-bone gap 3. Tidak ada air-bone gap

Tuli Campuran
1. BC lebih dari 25 dB
2. AC lebih besar dari BC
3. Terdapat air-bone gap

©Bimbel UKDI MANTAP


PEMERIKSAAN
PENDENGARAN SUBJEKTIF

Tes Bisik (Whispered


Voice Test)

Tes Garputala • Kata-kata ➔ sumber bunyi


• Kegunaan :
1. Mengetahui jenis & derajat ketulian
2. Mengetahui lokasi kerusakan rantai pendengaran
Audiometri Nada
3. Mengetahui kenaikan ambang pendengaran post-
Murni (Pure tone timpanoplasti
audiometry) 4. Untuk pemilihan hearing aid
• SRT Speech Reception Threshold → menirukan secara
betul kata-kata yang disajikan sebanyak 50%.
Audiometri Nada • SDS Speech Discrimination Score → Diperoleh dg ↑
Tutur (Speech intensitas antara 25 – 40 dB diatas titik SRT →
menirukan jumlah kata disajikan antara 90 – 100%.
audiometry)
TULI SENSORINEURAL KOKLEA
Gejala klinis
• Penurunan pendengaran progresif,
simetris
• Tinnitus nada tinggi
• Pasien dapat mendengar suara
percakapan tetapi sulit memahaminya,
terutama bila diucapkan dengan latar
belakang bising (Cocktail party deafness)
• Bila intensitas ditinggikan akan timbul PRESBIKUSIS NOISE INDUCED HEARING LOSS
rasa nyeri di telinga (recruitment) Tuli sensorineural Akibat pajanan bising yang
cukup keras dalam waktu yang
Usia > 65 tahun
Diagnosis cukup lama
Bilateral Pemeriksaan audiometri nada
• Tes penala didapat tuli sensorineural Akibat proses degenerasi murni didapat tuli sensori
neural pada frekuensi 3000-
• Pemeriksaan audiometri nada murni 6000 Hz, terberat pada 4000 Hz
didapat hasil tuli saraf nada tinggi,
bilateral dan simetris
• Pemeriksaan audiometri nada tutur
menunjukkan gangguan diskriminasi
wicara (speech discrimination)
©Bimbel UKDI MANTAP
Noice Induced
Presbycusis Hearing Loss

Gradually slopping downward pattern “Noise notch” at 4000 Hz

©Bimbel UKDI MANTAP


OTOTOXIC DRUG
Aminoglikosida
(Streptomisin, Eritromisin
Neomisin, Kanamisin
Gentamisin)

Loop Diuretic
Kerusakan yang ditimbulkan
(Furosemide, Anti inflamasi
• Degenerasi stria vaskularis bumetanide, (Salisilat dan aspirin)
Terjadi pada hampir semua ethycrinic acid)
obat ototoksik
• Degenerasi sel epitel
sensori pada organon corti Anti Tumor
dan labirin vestibular. Pada Anti Malaria
penggunaan aminoglikosida (Cisplatin
(Kina dan Klorokuin)
• Degenerasi sel ganglion Karboplatin)
Sekunder akibat degenerasi
sel epitel sensori
©Bimbel UKDI MANTAP
NOSE
RHINITIS ALERGI
Rhinitis alergi adalah kelainan pada
hidung dengan gejala bersin-bersin,
rinorea, rasa gatal dan tersumbat
setelah mukosa hidung terpapar
alergen yang diperantai oleh IgE.
(WHO ARIA tahun 2007)
Etiologi Rhinitis Alergi
Rhinitis alergi merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe 1 yang terjadi akibat paparan
alergen. Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:

Alergen • masuk bersama dengan udara pernapasan


• misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel, dan bulu
inhalan binatang serta jamur.

Alergen • masuk ke saluran cerna berupa makanan seperti susu, telur,


coklat, ikan, udang.
ingestan

Alergen • masuk melalui suntikan atau tusukan


injektan

Alergen • masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misal bahan
kosmetik atau perhiasan
kontaktan
©Bimbel UKDI MANTAP
Diagnosa Rhinitis Alergi
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang

• Serangan bersin
berulang
• Keluar ingus
(rhinorrhea) encer
dan banyak
• Hidung tersumbat
• Hidung dan mata
yg gatal
• Kadang2 disertai
dengan lakrimasi
• Riwayat alergi
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
• Rhinoskopi anterior: mukosa edem, basah, livid, sekret encer yang banyak

Geographic Cobblestone Appearance


tongue

Facies adenoid Allergic Shiner Allergic Salute Allergic Crease


BACK
Medikamentosa
1. H1-antagonist, • - Cetirizine 10mg, 1x1
generasi 2: • - Loratadine 10mg, 1x1

• Nasal: Phenylephrine 0,5% 4x2 tetes/hari (max 3-4 hari)


2. Decongestant • Sistemik: Pseudoepehdrine 2 x 60 mg

• - Fluticasone spray
3. Steroid • - Mometasone spray

4. Leukotriene • - Zafirlukast
inhibitor
BACK
Rhinitis Non Alergi
Rhinitis gustatory Rhinitis hormonal Rhinitis Medikamentosa

• Rhinitis terkait makanan. Minuman • Penyebabnya meliputi hypotiroid • Rinitis karena obat dapat karena
beralkohol dapat menyebabkan (myxedema), naiknya hormon pemakaian obat sistemik dan
rinitis karena efek langsung dilatasi esterogen pada kehamilan, topikal.
pembuluh darah hidung. Makanan pemakaian kontrasepsi oral dan • Pemakaian obat sistemik yang paling
yang pedas dapat mengakibatkan siklus menstruasi. sering adalah obat antihipertensi
rinore profus melalui mekanisme • Estrogen terbukti meningkatkan seperti reserpin metildopa, beta
vagal. asam hyaluronat yg membuat bloker, ACE-I.
edema dan nasal congestion • Obat-obat topikal adalah cocain,
nasal dekongestan.
• Tatalaksana : stop pemakaian obat
pencetus, kortikosteroid oral jangka
pendek dosis tinggi atau topikal min.
2 minggu, dekongestan oral.

Non-allergic rhinitis with


Rhinitis vasomotor (idiopathic) Rhinitis Atrophy
eosinophilia (NARES)
• Keluhan utama pasien hidung • Secara klinis sangat serupa • Rinitis atropi atau rinitis sicca
tersumbat, bergantian kiri dan dengan Rinitis alergi. ditandai adanya atropi mukosa
kanan tergantung posisi tidur • Gejalanya berupa rinore yang septum, konka, dinding lateral
pasien. Pada pagi hari saat kronik, hidung gatal dan bersin. rongga hidung.
bangun tidur, kondisi memburuk • Pada pemeriksaan swab • Rinitis atropi dg ozaena ditandai
karena adanya perubahan suhu mukosa hidung banyak eosinofil. adanya krusta yg tebal berbau.
yang ekstrem, udara yang Tes alergi hasilnya negatif. Yang tanpa ozaena akan tampak
lembab, dan karena adanya asap mukosa atropi dfan kering
• Penyebabnya diduga
rokok.
berhubungan dengan intoleransi
• Dibagi menjadi tipe runner, aspirin.
sneezer, dan blocker
RHINOSINUSITIS RHINOSINUSITIS AKUT
Purulen nasal drainage DISERTAI sumbatan nasal,
facial-pain-pressure-fullness atau keduanya
DEFINISI

Rinosinusitis adalah peradangan


simtomatis mukosa sinus paranasal & RHINOSINUSITIS KRONIS
mukosa hidung (Clinical Practice Guideline • Terdapat 2 atau lebih tanda berikut
Adult Sinusitis AAO 2015)
1.Discharge nasal purulen
2.Obstruksi nasal
KLASIFIKASI
3.Nyeri atau sensasi penuh di wajah
1.Akut : ≤4 minggu 4.Menurunnya fungsi penghidu
S. Pneumonia (30-50%), H. Influenzae • DAN terdapat minimal satu dokumentasi tanda
(20-40%), M. Catarrhalis inflamasi dari pemeriksaan
2.Subakut : 4-12 minggu 1.Mucus purulen atau edema pada meatus
3.Kronis : ≥12 minggu media/regio ethmoid anterior
S. Aureus (40%), P. Aeruginosa (10- 2.Polip di cavum nasi atau meatus media
25%), K. Pneumoniae, P. Mirabilis 3.Gambaran radiologis yang menunjukkan
inflamasi dari sinus paranasal
Rekuren Kronik eksaserbasi akut - CT scan: mucosal thickening, bone changes,
≥4x/tahun, setiap Perburukan RSK, namun air-fluid levels
episode ≥7-10 hari, ada kembali ke baseline
periode sembuh setelah terapi - Plain sinus Xray: air-fluid levels atau >5 mm
sempurna opasifikasi pada ≥ 1 sinus
muara dari sinus
bag. anterior
(maksilaris,
frontalis,
ethmoidalis
anterior)

MANIFESTASI KLINIS
1 Sinusitis Nyeri di dahi, bertambah berat jika berbaring, pembengkakan di
Frontalis kelopak mata atas, nyeri tekan dasar sinus orbita (medial atap orbita)
2 Sinusitis Nyeri diantara mata, nyeri dan loss of smell ketika menekan kedua sisi
Ethmoidalis hidung, jarang sebabkan pembengkakan (kecuali sudah terbentuk
abses), nyeri tekan di daerah kantus medius
3 Sinusitis Nyeri pada telinga, leher atau puncak kepala atau nyeri dalam
Sphenoidalis belakang dahi
4 Sinusitis Pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah, nyeri tekan pipi
Maksilaris dan nyeri ketuk gigi
1-4 Pansinusitis Mirip sinusitis
Treatment

©Bimbel UKDI MANTAP


©Bimbel UKDI MANTAP
EPISTAKSIS
Epistaksis anterior Epistaksis posterior

• Perdarahan dari arteri • Perdarahan dimulai


eithmoidalis anterior dari arteri ethmoidalis
atau pleksus kisselbach posterior atau arteri
• Biasanya diawali oleh sphenopalatine.
trauma atau infeksi • Mempengaruhi pasien
• Penanganan awal dengan hipertensi atau
berupa penekanan arteriosclerosis.
digital selama 10-15 • Terapi: aplikasi tampon
menit. Jika perdarahan belloq/posterior
terlihat dapat dikauter selama 2-3 hari.
• Jika masih berdarah
dapat ditampon
anterior 2x24 jam

Buku ajar ilmu THTK&L FKUI edisi keenam


©Bimbel UKDI MANTAP
©Bimbel UKDI MANTAP
POLIP HIDUNG
OVERVIEW

• Adalah masa dari lapisan hidung atau sinus yang


bersifat noncancer, painless dan bertangkai
disebabkan inflamasi kronis terkait dengan asma,
infeksi berulang, alergi, drug sensitivity atau beberapa
peyakit imun.
• Asal polip dari kompleks ostio-meatal di meatus
media dan sinus ethmoid. Polip yang tumbuh ke
belakang, membesar di nasofaring (kebanyakan
berasal dari sinus maksilaris) disebut polip
(antro)koana.

GEJALA

Hidung tersumbat, rinorea (bening sd purulen),


hyposmia atau anosmia, nyeri hidung, sakit kepala.
Gejala sekunder berupa nafas melalui mulut, halitosis,
suara sengau, gangguan tidur dll
MEDIKAMENTOSA

1.Kortikosteroid
Lini pertama adalah intranasal kortikosteroid
dibandingkan dengan oral. Contoh : Flutikasone (200
mcg bid), budesonide (200 mcg twice daily), and
mometasone (280 mcg daily)
2.Antileukotriene
3.Antiallergi

OPERASI

Indikasi: anak dengan multipel, benign polip nasi atau


rhinosinustitis kronis yang tidak membaik dengan terapi
medis maximum
1.Polipektomi
• Etmoidektomi intranasal/ekstranasal → polip etmoid
• Operasi Caldwell-Luc → sinus maxilla
2.ESS (Endoscopic sinus surgery)
Melebarkan celah di meatus media → rekurensi
berkurang

CUCI HIDUNG

Tindakan dilakukan dengan menyemprotkan cairan steril


(biasanya cairan infus) dengan alat penyemprot khusus
atau alat suntik ke dalam salah satu lubang hidung
kemudian akan diikuti mengalirnya air bekas cucian dari
lubang hidung yang berlawanan.
BENDA ASING HIDUNG
Benda asing di hidung terjadi paling sering pada
anak-anak. Benda asing dapat berupa organik atau
benda inorganik.

MANIFESTASI KLINIS
• Riwayat memasukan benda asing ke hidung
tanpa ada gejala. (71 – 88 %)
• Keluar cairan hidung unilateral
mukopurulen (17 - 24 %)
• Bau mulut (9 %)
• Epistaxis (3 - 6 %)
• Sumbatan hidung (1 - 3 %)
• Bernafas melalui mulut (2 %)

©Bimbel UKDI MANTAP


MOUTH & THROAT
KELAINAN PADA LIDAH
GLOSSITIS

• Adalah inflamasi pada lidah.


• Median rhomboid glossitis : Smooth,
shiny, erythematous, sharply
circumscribed, rhomboid shaped plaque;
usually asymptomatic, but burning or
itching possible; dorsal midline location.
Median rhomboid glossitis is commonly
associated with a candidal infection and
responds to antifungals.
• Atrophic glossitis : Smooth, glossy
appearance with red or pink background.
Atrophic glossitis is primarily a
manifestation of underlying conditions.
Nutritional deficiencies of iron, folic acid,
vitamin B12, riboflavin, and niacin are
common causes.
FISSURED TONGUE

Deep grooves can develop due to physiologic deepening of normal


tongue fissures. These typically occur with aging and require no
treatment, unless trapping of food and bacteria leads to inflammation of
the fissures. Fissured tongue has been associated with Down syndrome,
acromegaly, psoriasis, and Sjögren syndrome

GEOGRAPHIC TONGUE

With geographic tongue, the dorsal tongue develops areas of papillary


atrophy that appear smooth and are surrounded by raised serpiginous
borders. The condition is benign and localized, generally requiring no
treatment except reassurance. Some patients may have sensitivity to hot
or spicy foods.

HAIRY TONGUE

Accumulation of excess keratin on the filiform papillae of the dorsal


tongue leads to the formation of elongated strands that resemble hair.
The color of the tongue can range from white or tan to black. This occurs
most commonly in smokers and in persons with poor oral hygiene.

ORAL HAIRY LEUKOPLAKIA

Oral hairy leukoplakia differs from hairy tongue in its location and
association with immunosuppression. The condition is characterized by
white, hairy appearing lesions localized to the lateral margins of the
tongue, in a unilateral or bilateral fashion. It is caused by Epstein-Barr
virus infection. If oral hairy leukoplakia occurs in the absence of a known
immunocompromising condition, HIV testing should be considered.
ABSES LEHER DALAM
Overview

• Adalah abses yang terbentuk di dalam


ruang potensial antara fasia leher dalam.
• Gejala dan tanda umumnya adalah nyeri
dan pembengkakan ruang terkait.

Etiologi

Kuman penyebab : Streptococcus,


staphylococcus, kuman anaerob bacterioides
atau campuran.

Bentuk Abses leher Dalam

• Angina Ludwig/Ludovici
• Abses submandibula
• Abses peritonsil
• Abses retrofaring
• Abses parafaring
ANGINA LUDWIG/LUDOVICI
Overview

• Infeksi ruang submandibular berupa selulitis


• Ditandai dengan pembengkakan (edema) pada bagian
bawah ruang submandibular yang mencakup jaringan
yang menutupi otot antara laring dan dasar mulut →
kekerasan berlebihan jar. dasar mulut → mendorong
lidah ke atas dan belakang → obstruksi jalan napas

Etiologi

• Infeksi gigi molar, premolar


• Tindik lidah → peradangan kelenjar limfe servikal

Tanda dan Gejala

Demam, nyeri tenggorokan, drooling, trismus,


pembengkakan teraba keras dan terjadi bilateral.
ABSES SUBMANDIBULA
OVERVIEW

Abses yang terbentuk dalam ruang submandibular.

ETIOLOGI

Bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur, kelenjar


limfa, atau dari ruang leher dalam lainnya. Kuman penyebab
biasanya campuran aerob dan anaerob.

TANDA DAN GEJALA

Demam, nyeri leher, pembengkakan di bawah mandibula


umumnya unilateral.

TATALAKSANA

Antibiotik IV, evakuasi abses (insisi drainase) pada tempat


yang paling berfluktuasi atau setinggi os hyoid.
ABSES PERITONSILER / ABSES QUINSY
OVERVIEW

• Kumpulan pus di belakang tonsil palatina


• Gejala : gejala tonsillitis, demam, malaise, nyeri tenggorokan (>>1
sisi), disfagia, otalgia, odinofagia
• Tanda : Palatum molle edema, hiperemis, deviasi uvula ke sisi
kontralateral, pembesaran tonsil, trismus, drooling, hot potato
voice, halitosis, cervical limfadenitis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
PILIHAN ANTIBIOTIK
• Aspirasi dengan jarum – pus mengkonfirmasi diagnosis.
INTRAVENA
• Intraoral USG – cellulitis VS abses (Steyer, 2002).
• Ampicilin/sulbactam 3 gr/6
• CT/MRI diindikasikan apabila suspek penyebaran infeksi selain jam
peritonsiler/komplikasi leher lateral. • Penicilin G 10 jt U/6 jam +
Metronidazole 500 mg/6 jam
• Alergi Penisilin : Klindamisin
TATALAKSANA
900 mg/8 jam
• Umum : rehidrasi, antipiretik, analgetik, kumur cairan hangat, ORAL
kompres dingin leher. • Amoxicilin/clavulanate 875
• Medikamentosa : antibiotic empiris : Penisilin IV dosis tinggi mg/12 jam
sebelum disesuaikan dengan hasil kultur. • Penicilin VK 500 mg/6 jam +
• Bedah : aspirasi jarum (bias diagnostik atau terapetik, bisa Metronidazole 500 mg/6 jam
dilanjutkan ataupun tidak dengan insisi drainase), insisi drainase, • Klindamisin 600 mg/12 jam
tonsilektomi. atau 300 mg/6 jam
TONSILITIS
OVERVIEW

• peradangan yang umumnya merujuk pada tonsil palatina (salah


satu bagian dari cincin waldeyer).
• Cincin waldayer lain : tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual (tonsil
pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (Gerlach tonsil).
• Rute penyebaran infeksi: airborne droplets, kontak langsung
• Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak X
Tonsilitis akut X
penularan mikroorganisme melalui droplet → menginfiltrasi lapisan
epitel jaringan tonsil → epitel terkikis → reaksi dari jaringan limfoid X
superfisial → reaksi radang berupa keluarnya leukosit
polimorfonuklear → terbentuk detritus (kumpulan leukosit, bakteri
yang mati, dan epitel yang terlepas) → mengisi kriptus tonsil dan
tampak sebagai bercak kuning

Tonsilitis kronis

Jika proses radang ini berulang → epitel mukosa dan jaringan limfoid
akan terkikis → jaringan parut→ pengerutan sehingga kripta tertarik Histologi normal tonsil.
dan melebar → drainase kripta menjadi kurang baik → retensi debris X = kripta tonsil
sel → menembus kapsul tonsi → perlekatan dengan jaringan di
sekitar fossa tonsilaris. ©Bimbel UKDI MANTAP
TONSILITIS AKUT VIRAL
OVERVIEW

Penyebab infeksi virus antara lain oleh virus Epstein Barr


(tersering), Haemofilus influenzae (tonsilitis akut supuratif),
dan virus coxschakie (luka-luka kecil pada palatum disertai
tonsil yang sangat nyeri)

TANDA, GEJALA, PEMERIKSAAN FISIK

• Gejala yang tampak seperti common cold + nyeri tenggorok


(Demam, nyeri menelan, sakit tenggorokan)
• Tonsil dan oropharynx umumnya hiperemis, biasanya tanpa
eksudat

BENTUK KHUSUS TONSILITIS VIRAL

1. Coxsackie virus result in herpangina, which presents as Herpangina


ulcerative vesicles over the tonsils, posterior pharynx, and
palate
2. Consider infectious mononucleosis due to EBV in an
adolescent or younger child with acute tonsillitis, particularly
when it is accompanied by tender cervical, axillary, and/or
inguinal nodes; splenomegaly; severe lethargy and malaise;
and low-grade fever. A gray membrane may cover tonsils that EBV
are inflamed from an EBV infection. This membrane can be infection
removed without bleeding. ©Bimbel UKDI MANTAP
TONSILITIS AKUT BAKTERI
1. GABHS
OVERVIEW

• Group A beta-hemolytic streptococci (GABHS) most common and


important pathogen causing acute bacterial pharyngotonsillitis.
• most commonly presents in children aged 5–6
Strawberry tongue
SIGN & SYMPTOMS

characterized by fever, dry sore throat, cervical adenopathy,


dysphagia, otalgia (referred pain from n.IX) and odynophagia.

PHYSICAL EXAMINATION

• The tonsils and pharyngeal mucosa are erythematous and may be Tonsilitis folikularis
covered with purulent exudate; the tongue may also become red
("strawberry tongue").
• Bentuk detritus:
✓ Jelas → tonsilitis folikularis
✓ Bercak detritus menjadi satu, membentuk alur → tonsilitis
lakunaris
✓ Melebar membentuk pseudomembrane
Tonsilitis lakunaris
4 TANDA GEJALA
KLASIK INFEKSI
STREPTOKOKUS

1.Pembesaran
dan eksudat
pada tonsil
2.Limfadenopati
servikal anterior
3.Riwayat demam
>38°C
4.Tidak ada batuk
Modified Centor score and management options using clinical decision rule. Other factors
should be considered (e.g., a score of 1, but recent family contact with documented
streptococcal infection).
©Bimbel UKDI MANTAP (GABHS = group A beta-hemolytic streptococcus; RADT = rapid
antigen detection testing.)
2. DIFTERI
OVERVIEW

Disebabkan oleh bakteri gram positif Corynebacterium


diphteriae.

TANDA DAN GEJALA

kenaikan suhu subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan,


badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri menelan.

PEMERIKSAAN FISIK

tonsillitis, faringitis ditutupi bercak putih kotor yang


melekat erat dengan dasarnya, mudah berdarah, infeksi
yang menjalar ke kelenjar limfe bull neck (+)

PEMERIKSAAN LAB

Kultur atau PCR. Kultur menggunakan media Amies dan


Stewart (dulu : Loeffler atau telurit). Pengambilan sampel
dilakukan pada hari 1, 2 dan 7.
©Bimbel UKDI MANTAP
TATALAKSANA DIFTERI
TATALAKSANA UMUM
DOSIS ADS
• Isolasi hingga fase akut terlampaui dan apusan tenggorok
negative 2 kali berturut-turut (jarak 24 jam), cairan dan diet Kulit 20.000
adekuat, cek EKG.
• Terapi simtomatik Hidung 20.000

ANTI DIFTERI SERUM Tonsil 40.000


20.000-100.000 unit berdasarkan lokasi dan keparahan. Faring 40.000

ANTIBIOTIK Laring 40.000

• Penisilin prokain 25.000 - 50.000 U/kgBB/hari (maksimum 1,2 Nasofaring 60.000


juta U/hari) IM 14 hari.
• Alergi : Eritromisin 40 mg/kgBB/hari (maksimum 2 g/hari) dibagi Kombinasi di atas tanpa 80.000
4 dosis. hidung/nasal
KORTIKOSTEROID Difteri + penyulit dan/atau 80.000-100.000
bullneck
Kortikosteroid diberikan untuk kasus difteri yang disertai dengan
gejala obstruksi saluran napas bagian atas (dapat disertai atau tidak Terlambat berobat (>72 jam), 80.000-100.000
bullneck) dan bila terdapat penyulit miokarditis. Prednison 2 lokasi dimana saja
mg/kgBB/hari selama 2 minggu kemudian diturunkan bertahap

TRAKEOSTOMI

Ditemukannya obstruksi saluran napas karena membran dan edema


perifaringeal, bahkan apabila telah tampak kegelisahan, iritabilitas
serta gangguan pernafasan yang progresif merupakan indikasi
tindakan trakeostomi.
TONSILITIS KRONIS
OVERVIEW

• Tonsilitis kronik berlangsung dalam jangka waktu yang


lama (bulan atau tahun) dan dikenal sebagai penyakit
menahun.
• Tonsilitis kronik timbul akibat rangsangan kronis dari rokok,
kebersihan mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan
fisik, beberapa jenis makanan, dan pengobatan tonsilitis
akut yang tidak adekuat.
• Beberapa literatur sudah tidak menggunakan istilah
tonsilitis kronik, digantikan dengan tonsilitis akut rekuren,
yaitu adanya episode berulang dari tonsilitis akut yang
diselingi dengan interval tanpa atau dengan adanya keluhan
yang tidak signifikan.

PEMERIKSAAN FISIK
ETIOLOGI

Bakteri penyebab tonsilitis kronik sama halnya dengan Saat pemeriksaan dapat
tonsilitis akut, namun kadang-kadang bakteri berubah ditemukan tonsil membesar
menjadi bakteri golongan gram negatif. dengan permukaan tidak rata,
kripte membesar/melebar, dan
terisi detritus.
TANDA DAN GEJALA

Nyeri tenggorok persisten, anoreksia, penurunan BB, disfagia,


rasa kering dan mengganjal di tenggorok, nafas berbau.
DERAJAT BESAR UKURAN TONSIL

T0 tonsil berada di dalam fossa tonsil atau telah diangkat


T1 besar tonsil 1/4 jarak arkus anterior dan uvula, dimana tonsil
tersembunyi di dalam pilar tonsilar
T2 besar tonsil 2/4 jarak arkus anterior dan uvula, dimana tonsil
membesar ke arah pilar tonsilar
T3 besar tonsil 3/4 jarak arkus anterior dan uvula, atau terlihat mencapai
luar pilar tonsilar.
T4 besar tonsil mencapai arkus anterior atau lebih, dimana tonsil
mencapai garis tengah
INDIKASI TONSILEKTOMI
INDIKASI ABSOLUT INDIKASI RELATIF

• Hipertrofi tonsil yang menyebabkan: • Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil
obstruksi saluran napas misal pada OSAS, tiap tahun dengan terapi antibiotik
disfagia berat yang disebabkan obstruksi, adekuat.
gangguan tidur, komplikasi kardiopulmoner, • Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak
gangguan pertumbuhan dentofasial, membaik dengan pemberian terapi medis.
gangguan bicara (hiponasal). • Tonsilitis kronik atau berulang pada karier
• Riwayat abses peritonsil yang tidak streptokokus B-hemolitikus yang tidak
membaik dengan pengobatan medis dan membaik dengan pemberian antibiotik
drainase. resisten β-laktamase.
• Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk
menentukan patologi anatomi terutama
untuk hipertrofi tonsil unilateral.
• Tonsilitis yang menimbulkan kejang
demam.

KONTRA Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai


kontraindikasi, namun bila sebelumnya dapat diatasi, operasi
dapat dilaksanakan dengan tetap memperhitungkan dengan
INDIKASI imbang antara “manfaat dan risiko”. Keadaan tersebut adalah:
Gangguan perdarahan, risiko anestesi yang besar atau penyakit
TONSILEKTOMI berat, Anemia, Infeksi akut yang berat, Palatoskizis.
HIPERTROFI ADENOID
Overview

Adenoid : massa limfoid di dinding posterior nasofaring, membesar


pada anak 3 tahun dan mengecil dan menghilang pada 14 tahun.

Perjalanan Penyakit

• Sering terjadi infeksi → hipertrofi adenoid → sumbatan koana


(→ facies adenoid, faringitis, bronchitis, gangguan ventilasi dan
drainase sinus paranasal (→sinusitis kronik)) dan sumbatan tuba
eustachius (→ OMA → OMSK).
• Gangguan tidur, tidur ngorok, reardasi mental, pertumbuhan fisik
kurang.

Diagnosis

• Berdasarkan tanda dan pemeriksaan klinis. Rinoskopi anterior :


tertahannya gerakan felum palatum mole pada fonasi, rinoskopi
posterior : sulit pada anak, digital : meraba adanya adenoid.
• Radiologi : foto lateral kepala.

Tatalaksana

Adenoidektomi
©Bimbel UKDI MANTAP
FARINGITIS AKUT
OVERVIEW
• Inflamasi dinding faring, dapat disebabkan infeksi virus (>>),
bakteri, alergi, trauma, toksin dll. Hanya <20% kasus yang jelas
menunjukan indikasi jelas yang membutuhkan antibiotik.
• Apabila melibatkan tonsil → Tonsilofaringitis.
ETIOLOGI
• Virus : Coryza, konjungtivitis, malaise, hoarseness, dan low-grade
fever. Penyebabnya adalah Rhinoviruses, Influenza, Parainfluenza,
Coxsackie virus, Herpes simplex, EBV dll.
• Bakteri : umumnya tidak ditemukan rhinorea, batuk atau
konjungtivitis. Penyebab paling sering adalah GABHS. Etiologi lain
adalah difteri, gonorea, candida, tuberculosis dll.
• Jamur : Umumnya disebabkan oleh candida.
• Kawasaki disease : penyebab belum diketahui menyerang anak
<5 tahun. Gejala awal : sore throat, demam, konjungtivitis
bilateral nonpurulen, limfadenopati sevikal anterior, inflamasi
faring, mukosa oral hiperemis dan strawberry tongue. Dalam 3
hari onset muncul gejala dermatologi : cracked red lips,
generalized polymorphous erythematous rash dengan edema ,
eritema tangan kaki, deskuamasi periungual dan telapak
terkelupas. Komplikasi : vasculitis, inflamasi jantung
©Bimbel UKDI MANTAPdll.
FARINGITIS FUNGAL/
OROFARINGEAL CANDIDIASIS (THRUSH)
OVERVIEW

• Disebabkan oleh candida, flora yang normal ada di tubuh


(mulut, tenggorok, vagina, usus dll). Ketidakseimbangan flora
normal → overgrowth candida albican.
• Faktor resiko : bayi <1 bulan, pasien imunokompromised (DM,
HIV, kanker dll), pengobatan antibiotik jangka Panjang.

PEMERIKSAAN FISIK

• Ditemukan White cottage-cheese-like plaques di atas dinding


faring.
• Plaques berdarah apabila diangkat dengan tongue depressor

TATALAKSANA

Klotrimazole troche 5 x 10 mg atau Mikonazole mucoadhesive


buccal 1 x 50 mg atau larutan nistatin (100 000 unit/ml), olesi
1–2 ml di dalam mulut sebanyak 4 kali©Bimbel
sehariUKDI
selama 7-14 hari.
MANTAP
FARINGITIS KRONIS
OVERVIEW

• Peradangan dinding faring yang bertahan melebihi beberapa minggu


yang perlu diinvestigasi lebih lanjut.
• Disebabkan oleh : infeksi persisten struktur sekitar, terkena iritan
kronis (rokok, alcohol dll), polusi lingkungan, sering bernafas melalui
mulut dll.
Chronic catarrhal
TANDA DAN GEJALA pharyngitis

Mirip dengan faringitis akut, tenggorok terasa tidak nyaman, sensasi


benda asing di tenggorokan, lelah bersuara , batuk dll.

KLASIFIKASI

• Kataral (Diffuse) : tampak kongesti, vasa tampak membengkak, arcus


Chronic Granular
palatina menebal, dapat ditemukan sekret mukus
pharyngitis
• Hipertrofi (Granular) : kelenjar limfa membengkak di bawah mukosa Reddish nodules on
faring dan hiperplasi lateral band, mukosa dinding posterior tidak the posterior
rata, bergranular, nodul kemerahan, uvula dapat tampak memanjang pharyngeal wall
dan edema.
• Atrofi : Sering bersamaan dengan rhinitis atrofi. Tanda dan gejala :
tenggorok kering, mulut berbau, mukosa faring ditutup lendir kental
atau krusta, bila diangkat, mukosa tampak kering.
LARYNGOPHARYNGEAL REFLUX (LPR)
OVERVIEW Temuan laringoskopi
: erythema (panah),
• Laryngopharyngeal reflux (LPR) obliterasi ventricular,
is the retrograde movement of hyperplasia
postcricoid dan
gastric contents (acid and
pseudosulcus.
enzymes such as pepsin) into
the laryngopharynx leading to
symptoms referable to the
larynx/hypopharynx GERD LPR
• GERD involves lower esophageal
Heartburn and/or YES NO (minimal)
sphincter dysfunction
regurgitation
• LPR involves both upper and
lower esophageal sphincter Hoarseness, dysphagia, NO YES
dysfunction globus, throat clearing, cough

Endoscopic esophagitis YES NO


CLINICAL MANIFESTATION NO YES
Laryngeal inflammation
Dysphonia or hoarseness, cough, Reflux on supine (nocturnal) YES Sometimes
globus, throat clearing, dysphagia Sometimes YES
Reflux on upright (awake)
REFLUX FINDING SCORE(RFS) A score > 7 indicates LPR

REFLUX SYMPTOM INDEX (RSI) A score > 13 indicates LPR


Clinical Management LPR
EPIGLOTITIS AKUT

Akibat Hib (Haemophilus influenzae type B)

Onset rapid, sorethroat,


odynophagia/dysphagia, muffled voice/hot
potato voice, adanya preceeding ISPA

Tripod position, drolling, stridor (late finding),


cervical adenopathy

X ray : thumb sign

©Bimbel UKDI MANTAP


LARINGITIS
Etiologi Tatalaksana

• Infeksi virus (paling sering). Infeksi bakteri sangat • Tatalaksana simtomatik


jarang. • Dapat diberikan cough
• Coughing-induced laryngitis dapat muncul pada suppressants, voice rest dan
bronchitis, pneumonia, difteri dll. Sebab lain : inhalasi uap,
penggunaan suara berlebih, GER, bulimia, obat (ex : ACE • Bergantung kepada penyebab,
inhibitor). dapat diberikan terapi spesifik
untuk GER, bulimia, hindari rokok
dll.
Tanda dan Gejala

Perubahan suara, volume suara umumnya berkurang


(bisa afonia), serak, sensasi tenggorokan gatal, kasar dan
keinginan terus menerus untuk clear the throat. Gejala
lain : demam, malaise, disfagia, odinofagia, stridor dan
dispneu (karena edema laring).

Diagnosis

•Diagnosis umumnya berdasarkan gejala.


•Apabila gejala >3 minggu → laringoskopi direk/indirek.
Temuan : mukosa laring edema, eritem. Refluk →
terdapat edema pada batas dalam laring dan kemerahan
pada plika vokalis yang meluas ke atas dan bawah tepi
bagian belakang plika. Difteri → Pseudomembran.
©Bimbel UKDI MANTAP
LARINGOMALASIA

Laringomalasia adalah kelainan kongenital dimana kartilago epiglotis lemah

Kelemahan epiglotis akan menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan→ nafas


berbunyi/stridor terutama saat berbaring, no feeding intolerance, biasanya remisi
usia 2 tahun

Pada pemeriksaan dapat terlihat laring berbentuk omega

Bila sumbatan semakin hebat maka dapat dilakukan intubasi

©Bimbel UKDI MANTAP


MASSA PITA SUARA

NODUL PITA SUARA POLIP PITA SUARA KEGANASAN LARING


• Biasanya disebabkan oleh • Keluhan : Pasien biasa Keganasan pada daerah
penggunaan suara dalam mengeluhkan suara parau. laring, faktor risiko berupa
waktu lama (seorang guru, •Pemeriksaan fisik : lesi perokok, peminum alkohol
penyanyi dll) bertangkai pada 1/3 anterior, dan terpajan sinar radioaktif.
• Keluhan : suara parau, sepertiga tengah atau
batuk. seluruh pita suara. Tampak
• Pemeriksaan fisik : nodul lebih kemerahan dari nodul
sebesar kacang hijau pita suara karena lebih
berwarna keputihan, tervaskularisasi.
umuknya bilateral terletak
di sepertiga anterior dan
medial pita suara.
• Terapi : Istirahat bicara dan
voice therapy. Bedah mikro
(bila dicurigai keganasan
atau lesi fibrotik).
KISTA PITA SUARA GRANULOMA PITA SUARA PAPILLOMA LARING
• kista retensi kelenjar minor • Akibat iritasi pada laring • Akibat infeksi virus HPV
laring, terbentuk akibat (vocal abuse, reflux disease, subtipe 6 dan 11.
tersumbatnya kelenjar (kista intubasi). • Pertumbuhan massa
retensi mucus dan kista • Predileksi pada posterior raspberry like.
epidermoid/sebaceous) plica vocalis. • Terjadi pada epitel plica
• Faktor risiko: iritasi kronis, • Lebih besar dari nodul. vocalis.
GERD dan infeksi.
PARALISIS VOCAL CORD

INERVASI MOTORIK PLIKA VOKALIS

Nervus laryngeus reccurent (RLN) → Motorik


Abductor dan Adductor plika vokalis (kecuali
salah satu otot adductor, otot cricotiroid yang
dipersarafi Nervus lariyngeus superior). Aduksi Plika Abduksi Plika

OVERVIEW PARALISIS

• Paralisis nervus laringeus dapat berupa


unilateral atau bilateral. Selain itu dapat juga
mengenai n. laryngeus reccurent atau n.
laryngeus superior atau keduanya.
• Abductor fiber lebih rentan dibandingkan
adductor. Moderate trauma → pure abductor
paralysis. Severe trauma → Abductor dan
Adductor paralisis.
PARALISIS N. LARYNGEUS RECCURENT

• Unilateral : complete (abductor + aduktor) → kehilangan


abduksi, aduksi sebagian oleh otot cricotiroid. Posisi plika
paramedian dan ketika inspirasi tidak bergerak ke lateral.
• Bilateral : complete → plika vokalis ada di antara abduksi dan
aduksi. Incomplete (abductor bilateral terkena) → distress nafas
parah. Paralisis adductor bilateral bukan suatu clinical entity.

PARALISIS N. LARYNGEUS SUPERIOR

• Damage to the external branch of the superior laryngeal nerve


or to the superior laryngeal nerve trunk causes paralysis of the
cricothyroid muscle (the tuning fork of the larynx), resulting in
hoarseness that improves with time because of increased
compensatory action of the opposite muscle.
• The glottic chink appears oblique during phonation.
The aryepiglottic fold on the affected side appears shortened,
and the one on the normal side is lengthened. The cords may
appear wavy. The symptoms include frequent throat clearing
and difficulty in raising the vocal pitch.

TOTAL BILATERAL PARALISIS NERVUS VAGUS

A total bilateral paralysis of vagus nerves affects the


recurrent laryngeal nerves and the superior laryngeal nerves. In
this condition, the cords assume the abducted, cadaveric
position. The vocal cords are relaxed and appear wavy.
AKALASIA
OVERVIEW

In achalasia, nerve cells in the esophagus degenerate for reasons that are not
known → The muscles that line the esophagus do not contract normally & The
lower esophageal sphincter (LES) fails to relax normally with swallowing.

SYMPTOMS

• The most common symptom of achalasia is difficulty swallowing. This problem


often begins slowly and progresses gradually.
• Other symptoms can include chest pain, regurgitation of swallowed food and
liquid, heartburn, difficulty burping, a sensation of fullness or a lump in the
throat, hiccups, and weight loss

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Esophageal manometry (aka esophageal motility study) measures changes in


pressures within the esophagus that are caused by the contraction of the
esophageal muscles. Bird beak sign or Rat tail Sign
• X ray : Bird beak sign or Rat tail Sign

TREATMENT

• Injection with botulinum toxin (Botox). This may help relax the sphincter
muscles, but any benefit wears off within a matter of weeks or months.
• Medications, such as long-acting nitrates or calcium channel blockers,
• Surgery (called an esophagomyotomy)
• Widening (dilation) of the esophagus at the location of the narrowing
(pneumatic balloon dilatation)
TUMOR DI BIDANG THT
NASOPHARYNGEAL CARCINOMA JUVENILE NASOPHARYNGEAL ANGIOFIBROMA
Risk Factors : Risk Factors :
sex (men >> women), race, age (>> 30-50), EBV infection, There are no clear risk factors identified for the tumor, but
family history, history of smoking, preservative food it is almost exclusively seen in males (age range 7-19
(exposure to nitrite and nitrosamines) years). Its believed the cause of JNA is hormonal factors
Sign & Symptoms : Sign & Symptoms :
Nose Symptoms : Epistaksis, nose obstruction nosebleeds, stuffy nose, and headaches. If the tumor
Ear Symptoms : Tinnitus, otalgia, CHL spreads to adjoining regions in the face or mouth, it can
Others : Headache, cranial nerve paralysis, diplopia, cause reduced sense of smell, deafness, or even facial
neuralgia trigeminal, lump in neck disfigurement
Physical Examination : Physical Examination :
Neck Mass : metastasis limfonodi inferior angulus Anterior rhinoscopy : red shiny/bluish mass. No lymph
mandibula dan jugularis superior nodes enlargement
Therapy : Therapy :
Radiotherapy, chemoradiation, surgery. arterial embolization, radiation therapy, or a complete
surgical excision and removal depending on the assessment
by the healthcare provider
RADIOLOGI DI BIDANG THT

Radiography of Radiography of
Sinus Paranasal Temporal Bone
• Waters View • Schuller
• Schedel View • Stenver
• Caldwell View • Towne
• Submentovertical View
Sumber :
K. J. Lee: Essential Otolaryngology and Head and Neck Surgery (IIIrd Ed)
Radiography of Sinus Paranasal
WATERS VIEW

• Proyeksi terbaik untuk sinus maksilaris


• Dapat memperlihatkan sinus sphenoid dan
septumnya jika dilakukan dengan membuka mulut

SCHEDEL VIEW
Waters view
• Foto cranium AP dan lateral
• Dapat memperlihatkan semua sinus paranasal
• Pada proyeksi lateral terbaik untuk sinus sphenoid

CALDWELL VIEW

• Terbaik untuk memperlihatkan sinus frontalis


• Beberapa struktur maxillofasial seperti maxilla,
mandibula, sutura zygomaticofrontal, dan zygoma Schedel view

SUBMENTOVERTICAL VIEW

• Sinar x ray melalui basis cranii


• Dapat berguna untuk mengevaluasi kelainan di
sinus sphenoid
Radiography of Temporal Bone
TOWNE VIEW

• Memperlihatkan struktur apex petrosus, canalis


auditorius internus, eminensia arcuata, antrum et
processus mastoid
• Dipakai pada evaluasi kondisi apical petrositis, acoustic
neuroma dan cerebellopontine angle tumor

STENVER VIEW

• Memperlihatkan sebagian mastoid dan telinga dalam


(vestibulum, cochlea, canalis semicircularis)
• Eksposur ringan akan memperlihatkan struktur
mastoid, eksposur berat memperlihatkan apex
petrosus

SCHULLER VIEW

• Proyeksi lateral dari mastoid dengan angulasi 30


derajat cephalocaudal
• Memperlihatkan sebagian besar mastoid dan telinga
tengah
• Pada evaluasi OMSK, Schuller lebih unggul
dibandingkan Stenver dalam menilai kolesteatom
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai