PEMERIKSAAN FISIK
TATALAKSANA
CELLULITIS
• Penyebab: Staphylococcus or Streptococcus, Pseudomonas (jarang).
• Involves the deeper dermis and subcutaneous fat
• Pemeriksaan : Skin erythema, edema, warmth
• Faktor resiko : Infeksi bakteri aurikula ➔ abrasi, laserasi atau ear
piercing
• Pilihan antibiotik : Amoxicillin, Clindamycin, Cefadroxil, Dicloxacillin
KONDRITIS & PERIKONDRITIS
TATALAKSANA
DIAGNOSIS
TATALAKSANA
• Ear toilet
• Obat anti jamur topikal (Miconazole → efektif utk Aspergillus sp., Nystatin →
efektif untuk Candida sp.,) Candida sp :
• Asam asetat 2 % dalam alkohol → sebagai keratolytic Cotton wool
• Jaga telinga tetap kering dan cegah manuver2 pada telinga appearance
HERPES ZOOSTER OTICUS
The virus stays dormant in the sensory ganglia
(geniculate ganglion) & reactivates under conditions of
decreased immune competence.
Mostly self-limiting.
Pharmacologic Treatment
• Acyclovir 5x800 mg 7-10 hari
• Valacyclovir 3x1000 mg 7hari
©Bimbel UKDI MANTAP
SERUMEN PROP
OVERVIEW
CATATAN KHUSUS
• Benda asing yang besar dapat ditarik dengan pengait serumen
sedangkan yang kecil dapat diambil dengan pengait atau cunam.
• Objek yang potensial mudah hancur/remuk sebaiknya diekstraksi
menggunakan alat suction daripada menggunakan forsep.
• Pada kasus serangga hidup, ditetesi alkohol, khloroform, atau minyak
mineral (PPK Puskesmas 2014: lidokain atau anestesi lokal) supaya
serangga tidak banyak bergerak sekaligus untuk lubrifikasi dinding
kanalis. Ekstraksi dapat dengan mudah dikeluarkan dengan memegang
serangga menggunakan forceps alligator.
• Irigasi jangan dilakukan pada benda asing baterai karena konten baterai
atau electrical current dapat sebabkan nekrosis likuefaksi jaringan.
• Benda asing styrofoam atau cyanoacrylate (ex : superglue) dapat
digunakan aseton untuk melarutkan.
MEMBRAN TIMPANI DAN
TELINGA TENGAH
Terapi
Tymphanoplasty dan
ossicular reconstruction
Etiologi
• Infeksi saluran napas atas
• Spontan karena buruknya fungsi tuba (alergi,
barotrauma)
• Sekuel dari OMA
Otitis Media Akut
Patofisiologi Fungsi tuba Patogen masuk ke Pus yang terbentuk Tekanan semakin Fase
terganggu, telinga tengah, di telinga tengah meningkat penyembuhan,
terbentuk tekanan terjadi respon semakin banyak mengakibatkan penutupan
negatif di telinga inflamasi di telinga sehingga tekanan di rupturnya kembali membran
tengah, memicu tengah telinga tengah membran timpani timpani
terjadinya efusi dan meningkat
retraksi membran
timpani
Symptoms • Penurunan • Nyeri telinga • Nyeri telinga • Nyeri telinga • Cairan dari
pendengaran • Penurunan semakin berkurang telinga
• Sensasi penuh pendengaran memberat • Anak-anak : berkurang
di telinga • Demam tinggi • Anak anak: lebih tenang • Penurunan
semakin rewel • Demam pendengaran
• Tidak ada
• Demam berkurang
demam
• Keluar cairan
dari telinga
Stadium Oklusi Stadium Stadium Stadium Stadium
Hiperemis / Supuratif Perforasi Resolusi
Presupuratif
Signs • Membran Membran timpani Membran timpani • Membran • Edem mukosa
timpani retraksi, tampak hiperemis tampak menonjol timpani berkurang
tampak suram dan kongesti (bulging) dan tampak • Discharge
• Tes penala : Tuli hiperemis perforasi berkurang
konduktif • Tampak • Perforasi
discharge dari semakin
telinga menutup
tengah
Terapi Perbaiki fungsi tuba Antibiotik 10 -14 Miringotomi (kasus • Obat cuci Sekret tenang →
tetes hidung HCl hari: rujukan) dan telinga H2O2 observasi
efedrin 0,5-1% (atau Ampisilin : Dewasa pemberian 3% selama 3-
oksimetazolin 0,025 4 x 500 mg; Anak 25 antibiotik. Antibiotik 5 hari
– 0,05%) mg/kgBB 4 x sehari yang diberikan: • Antibiotik
atau Amoxyciline adekuat yang
Amoksisilin: Dewasa Erythromycine tidak
3 x 500 mg; Anak 10 Cotrimoxazole ototoksik
mg/kgBB 3 x sehari seperti
atau ofloxacin (5
Eritromisin: Dewasa tetes/12 jam)
4 x 500 mg; Anak 10 tetes telinga
mg/kgBB 4 x sehari sampai 3
minggu
Pengobatan Operatif
Biasanya OMSK akibat campuran bakteri Faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK:
aerob dan anaerob:
• Terapi terlambat diberikan
Aerobic: Pseudomonas aeruginosa, • Terapi tidak adekuat
Staph. aureus and epidermidis, • Virulensi kuman tinggi, infeksi persisten
proteus species, klebsiella, and E. coli • Daya tahan tubuh pasien rendah, gizi kurang
Anaerobic: • Higiene buruk
prevotella and porphyromonas,
• Gangguan fungsi tubuh oleh ISPA, obstruksi parsial/total →
anaerobic Streptococci, Bacteroides retraksi membrane timpani
fragilis.
• Perforasi membrane telinga persisten
P aeruginosa is the most commonly • Aerasi telinga tengah/mastoid yang mengalami obstruksi
recovered organism from the • Skuestri atau osteomyelitis
chronically draining ear. Various • Alergi
researchers over the past few decades • ISPA dengan sepsis atau obstruksi (adenoid, tonsillitis kronis,
have recovered pseudomonads from sinusitis)
48-98% of patients with CSOM.
Benign/Safe Dangerous/Unsafe
Perforasi Central Attic or marginal
Discharge Frekuensi Intermiten Kontinu
Mukus Mukopurulen/purulen Selalu purulent
Bau tidak enak +/- +
Warna Putih/kekuningan Kekningan/kecoklatan/kehijauan
Berdarah Jarang Bisa ada darah
Volume Banyak Sedikit
Hubungan ↑ Tidak berpengaruh
dengan URTI
Polyp Jarang Sering
Kolesteatoma Sangat jarang Hampir selalu ada
Tuli Konduksi – ringan sampai Konduksi atau mix – Ringan
sedang sampai berat
Complication Sangat jarang Sering
Radiograph mastoid Seluler or sklerotik Sklerotik with erosi
Terapi
Sekret aktif : Mastoidektomi dengan atau
OMSK maligna
OMSK benigna
tanpa timpanoplasti.
1. Aural toilet H2O2 3% selama 3-
5 hari. Bila terdapat abses subperiosteal
retroaurikuler, dilakukan insisi
2. Setelah berkurang tetesi
abses sebelum mastoidektomi.
antibiotik lokal yang non
ototoksik maksimal 2 minggu. Terapi medikamentosa hanyalah
sementara sebelum pembedahan.
3. Antibiotik oral golongan
penisilin, ampisilin, eritromisin
sebelum hasil tes resistensi
diterima
Sekret tenang:
Observasi selama 2 bulan. Bila
membran timpani belum
menutup, dilakukan miringoplasti
atau timpanoplasti
Saat take off → tekanan telinga tengah > lingkungan luar → masih
dapat terkompensasi dengan absorpsi udara oleh mukosa telinga
tengah
Pencegahan:
BACK
PEMERIKSAAN
PENDENGARAN OBJEKTIF
Audiometri Impedans
OAE
(Otoacoustic Emissions)
• Tes ini mendeteksi getaran yang dihasilkan oleh sel rambut
luar saat distimulus oleh suara
• Sering dipakai untuk screening pendengaran pada bayi baru
lahir
BERA
(Brainstem Evoked Response Audiometry)
• Menggunakan elektroda yang dipasang di kepala, tes ini
mendeteksi fungsi koklea dan jalur sensoris di otak (brain
pathway)
• Pasien diperiksa saat sedang tenang atau tidur
• Dapat digunakan juga untuk screening bayi baru lahir
PEMERIKSAAN
PENDENGARAN SUBJEKTIF
Suara berbisik, setengah ekspirasi, pemeriksa
Tes Bisik (Whispered mengucapkan materi tes.
Voice Test) Telinga tidak diperiksa ditutup & pasien tidak
melihat bibir pemeriksa (pemeriksa berdiri
sekitar 0.6 m dibelakang pasien)
Syarat :
Tes Garputala 1. Ruangan cukup sepi, kebisingan maksimal 40
dB.
2. Ruangan cukup lebar, jarak 6 meter.
Audiometri Nada 3. Materi tes disiapkan, diusahakan memakai
Murni (Pure tone perkataan yang digunakan sehari-hari.
audiometry) 4. Pemeriksa harus terlatih mengucapkan
materi tes.
Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry)
PEMERIKSAAN
PENDENGARAN SUBJEKTIF
Tes Garputala
TES WEBER
Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)
TUJUAN AC VS BC BC Ka VS Ki BC Px VS Pasn
Tes Garputala
Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)
Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry)
Audiogram
• Tinta merah untuk telinga kanan, dan
tinta biru untuk telinga kiri
• Hantaran udara (Air Conduction =
AC)
– Kanan = O
– Kiri = X
• Hantaran tulang (Bone Conduction =
BC)
– Kanan = C
– Kiri = כ
– Hantaran udara (AC) dihubungkan Audiogram Normal (Telinga Kanan) :
dengan garis lurus ( ) 1. AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB
dengan menggunakan tinta merah 2. AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone gap
untuk telinga kanan dan biru untuk
telinga kiri
Disebut terdapat air-bone gap apabila antara AC dan
– Hantaran tulang (BC) dihubungkan
BC terdapat perbedaan lebih atau sama dengan 10
dengan garis putus-putus ( - - - - - - - -)
dB, minimal pada 2 frekuensi yang berdekatan.
dengan menggunakan tinta merah
untuk telinga kanan dan biru untuk
telinga kiri
©Bimbel UKDI MANTAP
Tuli Konduktif Tuli sensori neural
1. BC normal atau kurang dari 25 dB 1. AC dan BC lebih dari 25 dB
2. AC lebih dari 25 dB 2. AC dan BC berimpit
3. Terdapat air-bone gap 3. Tidak ada air-bone gap
Tuli Campuran
1. BC lebih dari 25 dB
2. AC lebih besar dari BC
3. Terdapat air-bone gap
Loop Diuretic
Kerusakan yang ditimbulkan
(Furosemide, Anti inflamasi
• Degenerasi stria vaskularis bumetanide, (Salisilat dan aspirin)
Terjadi pada hampir semua ethycrinic acid)
obat ototoksik
• Degenerasi sel epitel
sensori pada organon corti Anti Tumor
dan labirin vestibular. Pada Anti Malaria
penggunaan aminoglikosida (Cisplatin
(Kina dan Klorokuin)
• Degenerasi sel ganglion Karboplatin)
Sekunder akibat degenerasi
sel epitel sensori
©Bimbel UKDI MANTAP
NOSE
RHINITIS ALERGI
Rhinitis alergi adalah kelainan pada
hidung dengan gejala bersin-bersin,
rinorea, rasa gatal dan tersumbat
setelah mukosa hidung terpapar
alergen yang diperantai oleh IgE.
(WHO ARIA tahun 2007)
Etiologi Rhinitis Alergi
Rhinitis alergi merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe 1 yang terjadi akibat paparan
alergen. Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:
Alergen • masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misal bahan
kosmetik atau perhiasan
kontaktan
©Bimbel UKDI MANTAP
Diagnosa Rhinitis Alergi
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
• Serangan bersin
berulang
• Keluar ingus
(rhinorrhea) encer
dan banyak
• Hidung tersumbat
• Hidung dan mata
yg gatal
• Kadang2 disertai
dengan lakrimasi
• Riwayat alergi
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
• Rhinoskopi anterior: mukosa edem, basah, livid, sekret encer yang banyak
• - Fluticasone spray
3. Steroid • - Mometasone spray
4. Leukotriene • - Zafirlukast
inhibitor
BACK
Rhinitis Non Alergi
Rhinitis gustatory Rhinitis hormonal Rhinitis Medikamentosa
• Rhinitis terkait makanan. Minuman • Penyebabnya meliputi hypotiroid • Rinitis karena obat dapat karena
beralkohol dapat menyebabkan (myxedema), naiknya hormon pemakaian obat sistemik dan
rinitis karena efek langsung dilatasi esterogen pada kehamilan, topikal.
pembuluh darah hidung. Makanan pemakaian kontrasepsi oral dan • Pemakaian obat sistemik yang paling
yang pedas dapat mengakibatkan siklus menstruasi. sering adalah obat antihipertensi
rinore profus melalui mekanisme • Estrogen terbukti meningkatkan seperti reserpin metildopa, beta
vagal. asam hyaluronat yg membuat bloker, ACE-I.
edema dan nasal congestion • Obat-obat topikal adalah cocain,
nasal dekongestan.
• Tatalaksana : stop pemakaian obat
pencetus, kortikosteroid oral jangka
pendek dosis tinggi atau topikal min.
2 minggu, dekongestan oral.
MANIFESTASI KLINIS
1 Sinusitis Nyeri di dahi, bertambah berat jika berbaring, pembengkakan di
Frontalis kelopak mata atas, nyeri tekan dasar sinus orbita (medial atap orbita)
2 Sinusitis Nyeri diantara mata, nyeri dan loss of smell ketika menekan kedua sisi
Ethmoidalis hidung, jarang sebabkan pembengkakan (kecuali sudah terbentuk
abses), nyeri tekan di daerah kantus medius
3 Sinusitis Nyeri pada telinga, leher atau puncak kepala atau nyeri dalam
Sphenoidalis belakang dahi
4 Sinusitis Pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah, nyeri tekan pipi
Maksilaris dan nyeri ketuk gigi
1-4 Pansinusitis Mirip sinusitis
Treatment
GEJALA
1.Kortikosteroid
Lini pertama adalah intranasal kortikosteroid
dibandingkan dengan oral. Contoh : Flutikasone (200
mcg bid), budesonide (200 mcg twice daily), and
mometasone (280 mcg daily)
2.Antileukotriene
3.Antiallergi
OPERASI
CUCI HIDUNG
MANIFESTASI KLINIS
• Riwayat memasukan benda asing ke hidung
tanpa ada gejala. (71 – 88 %)
• Keluar cairan hidung unilateral
mukopurulen (17 - 24 %)
• Bau mulut (9 %)
• Epistaxis (3 - 6 %)
• Sumbatan hidung (1 - 3 %)
• Bernafas melalui mulut (2 %)
GEOGRAPHIC TONGUE
HAIRY TONGUE
Oral hairy leukoplakia differs from hairy tongue in its location and
association with immunosuppression. The condition is characterized by
white, hairy appearing lesions localized to the lateral margins of the
tongue, in a unilateral or bilateral fashion. It is caused by Epstein-Barr
virus infection. If oral hairy leukoplakia occurs in the absence of a known
immunocompromising condition, HIV testing should be considered.
ABSES LEHER DALAM
Overview
Etiologi
• Angina Ludwig/Ludovici
• Abses submandibula
• Abses peritonsil
• Abses retrofaring
• Abses parafaring
ANGINA LUDWIG/LUDOVICI
Overview
Etiologi
ETIOLOGI
TATALAKSANA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PILIHAN ANTIBIOTIK
• Aspirasi dengan jarum – pus mengkonfirmasi diagnosis.
INTRAVENA
• Intraoral USG – cellulitis VS abses (Steyer, 2002).
• Ampicilin/sulbactam 3 gr/6
• CT/MRI diindikasikan apabila suspek penyebaran infeksi selain jam
peritonsiler/komplikasi leher lateral. • Penicilin G 10 jt U/6 jam +
Metronidazole 500 mg/6 jam
• Alergi Penisilin : Klindamisin
TATALAKSANA
900 mg/8 jam
• Umum : rehidrasi, antipiretik, analgetik, kumur cairan hangat, ORAL
kompres dingin leher. • Amoxicilin/clavulanate 875
• Medikamentosa : antibiotic empiris : Penisilin IV dosis tinggi mg/12 jam
sebelum disesuaikan dengan hasil kultur. • Penicilin VK 500 mg/6 jam +
• Bedah : aspirasi jarum (bias diagnostik atau terapetik, bisa Metronidazole 500 mg/6 jam
dilanjutkan ataupun tidak dengan insisi drainase), insisi drainase, • Klindamisin 600 mg/12 jam
tonsilektomi. atau 300 mg/6 jam
TONSILITIS
OVERVIEW
Tonsilitis kronis
Jika proses radang ini berulang → epitel mukosa dan jaringan limfoid
akan terkikis → jaringan parut→ pengerutan sehingga kripta tertarik Histologi normal tonsil.
dan melebar → drainase kripta menjadi kurang baik → retensi debris X = kripta tonsil
sel → menembus kapsul tonsi → perlekatan dengan jaringan di
sekitar fossa tonsilaris. ©Bimbel UKDI MANTAP
TONSILITIS AKUT VIRAL
OVERVIEW
PHYSICAL EXAMINATION
• The tonsils and pharyngeal mucosa are erythematous and may be Tonsilitis folikularis
covered with purulent exudate; the tongue may also become red
("strawberry tongue").
• Bentuk detritus:
✓ Jelas → tonsilitis folikularis
✓ Bercak detritus menjadi satu, membentuk alur → tonsilitis
lakunaris
✓ Melebar membentuk pseudomembrane
Tonsilitis lakunaris
4 TANDA GEJALA
KLASIK INFEKSI
STREPTOKOKUS
1.Pembesaran
dan eksudat
pada tonsil
2.Limfadenopati
servikal anterior
3.Riwayat demam
>38°C
4.Tidak ada batuk
Modified Centor score and management options using clinical decision rule. Other factors
should be considered (e.g., a score of 1, but recent family contact with documented
streptococcal infection).
©Bimbel UKDI MANTAP (GABHS = group A beta-hemolytic streptococcus; RADT = rapid
antigen detection testing.)
2. DIFTERI
OVERVIEW
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN LAB
TRAKEOSTOMI
PEMERIKSAAN FISIK
ETIOLOGI
Bakteri penyebab tonsilitis kronik sama halnya dengan Saat pemeriksaan dapat
tonsilitis akut, namun kadang-kadang bakteri berubah ditemukan tonsil membesar
menjadi bakteri golongan gram negatif. dengan permukaan tidak rata,
kripte membesar/melebar, dan
terisi detritus.
TANDA DAN GEJALA
• Hipertrofi tonsil yang menyebabkan: • Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil
obstruksi saluran napas misal pada OSAS, tiap tahun dengan terapi antibiotik
disfagia berat yang disebabkan obstruksi, adekuat.
gangguan tidur, komplikasi kardiopulmoner, • Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak
gangguan pertumbuhan dentofasial, membaik dengan pemberian terapi medis.
gangguan bicara (hiponasal). • Tonsilitis kronik atau berulang pada karier
• Riwayat abses peritonsil yang tidak streptokokus B-hemolitikus yang tidak
membaik dengan pengobatan medis dan membaik dengan pemberian antibiotik
drainase. resisten β-laktamase.
• Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk
menentukan patologi anatomi terutama
untuk hipertrofi tonsil unilateral.
• Tonsilitis yang menimbulkan kejang
demam.
Perjalanan Penyakit
Diagnosis
Tatalaksana
Adenoidektomi
©Bimbel UKDI MANTAP
FARINGITIS AKUT
OVERVIEW
• Inflamasi dinding faring, dapat disebabkan infeksi virus (>>),
bakteri, alergi, trauma, toksin dll. Hanya <20% kasus yang jelas
menunjukan indikasi jelas yang membutuhkan antibiotik.
• Apabila melibatkan tonsil → Tonsilofaringitis.
ETIOLOGI
• Virus : Coryza, konjungtivitis, malaise, hoarseness, dan low-grade
fever. Penyebabnya adalah Rhinoviruses, Influenza, Parainfluenza,
Coxsackie virus, Herpes simplex, EBV dll.
• Bakteri : umumnya tidak ditemukan rhinorea, batuk atau
konjungtivitis. Penyebab paling sering adalah GABHS. Etiologi lain
adalah difteri, gonorea, candida, tuberculosis dll.
• Jamur : Umumnya disebabkan oleh candida.
• Kawasaki disease : penyebab belum diketahui menyerang anak
<5 tahun. Gejala awal : sore throat, demam, konjungtivitis
bilateral nonpurulen, limfadenopati sevikal anterior, inflamasi
faring, mukosa oral hiperemis dan strawberry tongue. Dalam 3
hari onset muncul gejala dermatologi : cracked red lips,
generalized polymorphous erythematous rash dengan edema ,
eritema tangan kaki, deskuamasi periungual dan telapak
terkelupas. Komplikasi : vasculitis, inflamasi jantung
©Bimbel UKDI MANTAPdll.
FARINGITIS FUNGAL/
OROFARINGEAL CANDIDIASIS (THRUSH)
OVERVIEW
PEMERIKSAAN FISIK
TATALAKSANA
KLASIFIKASI
Diagnosis
OVERVIEW PARALISIS
In achalasia, nerve cells in the esophagus degenerate for reasons that are not
known → The muscles that line the esophagus do not contract normally & The
lower esophageal sphincter (LES) fails to relax normally with swallowing.
SYMPTOMS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TREATMENT
• Injection with botulinum toxin (Botox). This may help relax the sphincter
muscles, but any benefit wears off within a matter of weeks or months.
• Medications, such as long-acting nitrates or calcium channel blockers,
• Surgery (called an esophagomyotomy)
• Widening (dilation) of the esophagus at the location of the narrowing
(pneumatic balloon dilatation)
TUMOR DI BIDANG THT
NASOPHARYNGEAL CARCINOMA JUVENILE NASOPHARYNGEAL ANGIOFIBROMA
Risk Factors : Risk Factors :
sex (men >> women), race, age (>> 30-50), EBV infection, There are no clear risk factors identified for the tumor, but
family history, history of smoking, preservative food it is almost exclusively seen in males (age range 7-19
(exposure to nitrite and nitrosamines) years). Its believed the cause of JNA is hormonal factors
Sign & Symptoms : Sign & Symptoms :
Nose Symptoms : Epistaksis, nose obstruction nosebleeds, stuffy nose, and headaches. If the tumor
Ear Symptoms : Tinnitus, otalgia, CHL spreads to adjoining regions in the face or mouth, it can
Others : Headache, cranial nerve paralysis, diplopia, cause reduced sense of smell, deafness, or even facial
neuralgia trigeminal, lump in neck disfigurement
Physical Examination : Physical Examination :
Neck Mass : metastasis limfonodi inferior angulus Anterior rhinoscopy : red shiny/bluish mass. No lymph
mandibula dan jugularis superior nodes enlargement
Therapy : Therapy :
Radiotherapy, chemoradiation, surgery. arterial embolization, radiation therapy, or a complete
surgical excision and removal depending on the assessment
by the healthcare provider
RADIOLOGI DI BIDANG THT
Radiography of Radiography of
Sinus Paranasal Temporal Bone
• Waters View • Schuller
• Schedel View • Stenver
• Caldwell View • Towne
• Submentovertical View
Sumber :
K. J. Lee: Essential Otolaryngology and Head and Neck Surgery (IIIrd Ed)
Radiography of Sinus Paranasal
WATERS VIEW
SCHEDEL VIEW
Waters view
• Foto cranium AP dan lateral
• Dapat memperlihatkan semua sinus paranasal
• Pada proyeksi lateral terbaik untuk sinus sphenoid
CALDWELL VIEW
SUBMENTOVERTICAL VIEW
STENVER VIEW
SCHULLER VIEW