1. Maksudnya adalah Negara Indonesia merupakan negara hukum ,
yang berdasarkan bunyi Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945 setelah diamandemen ketiga yang disahkan 10 November 2001. Penegasan ketentuan konstitusi ini bermakna, bahwa segala aspek kehidupan dalam kemasyarakatan, kenegaraan dan pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas hukum. Untuk mewujudkan negara hukum salah satunya diperlukan perangkat hukum yang digunakan untuk mengatur keseimbangan dan keadilan di segala bidang kehidupan dan penghidupan rakyat melalui peraturan perundang-undangan dengan tidak mengesampingkan fungsi yurisprudensi. Hal ini memperlihatkan bahwa peraturan perundang-undangan mempunyai peranan yang penting dalam negara hukum Indonesia.
2. a. Mengenai peryataan tersebut jawaban saya ialah, memang harus
tata hukum Indonesia berdasarkan pada Pancasila dan UUDN RI Tahun 1945 karena Pancasila dan UUDN RI Tahun 1945 sendiri mengandung makna sebagai salah satu obyek penyelidikan Hukum Tata Negara. Dimana kajian hukum atas Pancasila dan UUDN RI Tahun 1945 itu sangat penting, karena selama ini masyarakat hanya ditanamkan pada pengertian politik dan kesejarahan Proklamasi, sehingga cukup dibacakan setiap tanggal 17 Agustus dan sesudah itu dilupakan lagi.
b. Ius constituendum adalah hukum yang masih berada dalam alam
ide atau dicita-citakan, hukum yang diharapkan untuk disahkan dan diterapkan. Menurut saya hukum yang sekarang berlaku atau ius constitutum merupakan manifestasi dari ius constituendum di masa lampau. Sehingga Masyarakat selalu mengalami perubahan dan kemajuan dari sisi manapun, terutama perekonomian. Oleh karena itu hukum sebagai suatu perangkat yang melindung hak dari setiap warga Negara harus selalu bisa berjalan seiringan denga perubahan yang ada. Namun jika tidak maka hak-hak warga Negara yang seharusnya dilindungi akan terabaikan. 3. a. Pendapat saya terkait hal tersebut berdasarkan sumber yang saya dapat, Pemerintah dan DPR sendiri akhirnya memutuskan untuk merevisi UU KUHP. Namun beberapa pasal yang direvisi menuai kontroversi. Antara lain, pasal soal penghinaan Presiden dan Wakil Presiden, pasal penghinaan. Sehingga terjadi penolakan dan menimbulkan gelombang demonstrasi.
b. Sebenarnya pemerintah sudah tepat untuk merevisi UU KUHP
tersebut, namun yang masih disesali yaitu tentang pasal-pasal yang direvisi sehingga menimbulkan penolakan dari berbagai kalangan dan kedepannya seharusnya pemerintah juga harus melihat dari sisi lingkup aspek negara dan keadaannya.
4. a. Pemahaman saya mengenai hierarki peraturan perundang-undangan
di Indonesia, yaitu Hierarki atau tata urutan peraturan perundang- undangan di Indonesia merujuk pada Pasal 7 ayat (1) Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dengan perubahannya yang terdiri atas: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
b. Proses pengharmonisasian dimaksudkan agar tidak terjadi atau
mengurangi tumpang tindih peraturan perundang-undangan. Untuk RUU, proses pengharmonisasian bisa dilakukan sejak dari penyusunan Naskah Akademis, tidak harus menunggu di ujung proses pengharmonisasian. Dengan Naskah Akademis, fakta yang dianggap bermasalah dipecahkan secara bersama oleh Pemerintah dan DPR-RI, tanpa mementingkan golongan atau kepentingan individu. Pengharmonisasian dilakukan terhadap rancangan peraturan perundang-undangan, bukan terhadap peraturan perundang-undangan yang sudah jadi. Untuk peraturan perundang-undangan yang sudah jadi proses yang dilakukan adalah pengujian yang dilakukan oleh lembaga yudisial. Hasil pengujian dapat berupa suatu pasal atau ayat dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat atau secara keseluruhan peraturan perundang-undangan tersebut dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Selain pengujian oleh lembaga yudisial, terhadap peraturan perundang-undangan yang sudah jadi juga dapat dilakukan pengkajian. Hasil pengkajan tersebut dapat dijadikan pertimbangan oleh pemrakarsa untuk menentukan sikap atas peraturan perundang-undangan yang dikaji tersebut
5. a. Menurut pendapat saya, Rancangan Undang-Undang ‘Omnibus
Law’ Cipta Lapangan Kerja diharapkan dapat mempermudah perizinan investasi. Namun terdapat beberapa pasal yang menimbulkan kontroversi dan penolakan oleh serikat buruh dan malah lebih membuat para buruh/pekerja lebih sengsara. Namun pada RUU Ciptaker ini ada hal positif juga sehingga menurut saya harus adanya pengkajian ulang akan pasal pada buruh. Dan sebaiknya Presiden mengeluarkan perpu sekaligus membatalkan pasal-pasal yang dianggap merugikan kepentingan berbagai elemen masyarakat, termasuk buruh. Juga pasal-pasal yang menguntungkan segelintir kaum oligarki, terutama soal penguasaan tanah dan tambang.
b. Seharusnya lembaga yang berkaitan harus lebih hati-hati dan teliti
karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Dan menurut saya ini merupakan kesalahan yang sangat fatal dan menjadikan UU ini menjadi cacat dari sisi prosedur maupun substansi