Anda di halaman 1dari 10

MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI MODAL

SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

Penulis

Nama : Nur Afni Aprilia

NPM : 2020021005

P.S. : Ilmu Penyuluhan Pembangunan / Pemberdayaan Masyarakat

Mata Kuliah : Modal Sosial

Dosen : Dr. Ir. Dewangga Nikmatullah, M.S.

Jurusan Ilmu Penyuluhan Pembangunan / Pemberdayaan Masyarakat


Fakultas Pertanian dan Multidisiplin Universitas Lampung
Bandar Lampung
19 Januari 2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adanya perubahan paradigma pembangunan yang terjadi di beberapa negara belum


memberikan pengaruh positif bagi masyarakat. Upaya penanggulangan kemiskinan
dan membebaskan negara dari keterbelakangan belum juga menghasilkan sesuatu
yang optimal hingga saat ini. Hal ini berkaitan dengan modal sosial yang tidak
dimasukkan ke dalam faktor-faktor penting yang mempengaruhi efisiensi dan
efektifitas suatu kebijakan. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya dimensi
kultural dan pemanfaatan peranan dari lembaga-lembaga tertentu perlu
ditumbuhkan agar tercipta proses-proses pembangunan yang optimal (Halil, 2011).

Pada perkembangan berikutnya, terjadi pergeseran paradigma ke arah


pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat tidak dilihat sebagai objek, tetapi
sebagai pelaku pembangunan, dan proses pembangunan diarahkan pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Wacana pembangunan yang banyak
diadopsi dalam proses kebijakan public adalah konsep people centered development
dan bottom-up development planning (Cahyono dan Adhiatma, 2012).
Pembangunan pertanian akan berhasil apabila petani sebagai subjek pembangunan
bergairah dan termotivasi untuk bekerja keras, motivasi akan menumbuhkan daya
kreasi kerja dan kegotong-royongan di antara mereka yang pada gilirannya
menumbuhkan modal sosial yang telah menjamin keberhasilan penerapan teknologi
untuk keberlanjutan pembangunan di masa yang akan datang (Hasbullah, 2006).
Meskipun demikian, Hasbullah (2006) telah menekankan bahwa memasukkan
modal sosial sebagai salah satu komponen pembangunan bukanlah sebuah langkah
yang mudah. Spektrum modal sosial dengan berbagai dimensinya sangat beragam
tergantung pada sejarah kebudayaan pada masing-masing daerah atau negara.
Selain itu, struktur sosial dan peradaban yang telah terbentuk cukup lama sesuai
dengan lingkungannya. Hubungan yang terbentuk antara budaya dan institusi
memiliki jaringan yang sangat kompleks. Adanya institusi dan lembaga dalam
masyarakat tidak akan terbangun dengan kuat tanpa modal sosial, begitupun
sebaliknya, modal sosial tidak akan eksis tanpa institusi atau lembaga yang
menunjangnya (Hasbullah, 2006).

B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui peran modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat.
2. Mengetahui peran akses informasi dalam pemberdayaan masyarakat.
3. Mengetahui peran fasilitator dalam pemberdayaan masyarakat.
4. Mempelajari elemen-elemen partisipasi dalam masyarakat.
5. Memahami tahapan dalam sosialisasi untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat.
6. Mengetahui peningkatan partisipasi sebagai modal sosial dalam pembangunan
pertanian di Wonosobo.
II. ISI

A. Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat

Modal sosial adalah kemampuan sosial yang luas menyangkut inklusivitas, hak
asasi manusia, keadilan sosial, partisipasi ekonomi dan politik secara keseluruhan
dari masyarakat sehinggga investasi modal sosial merupakan salah satu strategi
yang bermanfaat dalam pemberdayaan masyarakat. Peranan modal sosial dalam
pemberdayaan masyarakat adalah adanya rasa saling percaya, kekerabatan,
pertetanggaan dan pertemanan, norma sosial, kerjasama, tolong-menolong, dan
adanya jaringan masyarakat. Pemberdayaan disajikan dengan modal sosial dan
kapasitas masyarakat sebagai strategi untuk memperkuat faktor perlindungan
sosial. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
peningkatan kondisi kehidupan atas dasar tingkat modal sosial yang berbeda.
Pemberdayaan masyarakat dapat menyumbangkan pengaruh pada pembangunan
melalui kegiatan individu ataupun komunitas yang didukung oleh kebijakan dan
program tertentu (Sulaeman dkk., 2015).

B. Peran Akses Informasi dalam Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Sulaeman dkk. (2015), akses informasi berperan dalam pemberdayaan


masyarakat meliputi pengetahuan, kemampuan untuk menemukan, memahami,
menginterpretasikan sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dalam
menentukan suatu program pemberdayaan masyarakat. Berbagai jenis informasi
berperan dalam peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar masyarakat
dapat memahami cara-cara melaksanakan identifikasi dan pemecahan masalahnya.
Adanya akses informasi akan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kegiatan pembangunan atau pemberdayaan, baik pada tingkat individu maupun
kelompok masyarakat.

C. Peran Fasilitator dalam Pemberdayaan Masyarakat

Fasilitator bertugas untuk menciptakan suasana dialogis dengan masyarakat dan


mampu menumbuhkan, menggerakkan, serta menjaga keberlangsungan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan, mulai dari perencanaan sampai dengan
evaluasi hasil kegiatan. Peranan fasilitator menurut Mardikanto dalam Sulaeman
dkk. (2015) adalah mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh masyarakat dalam proses mengadopsi inovasi, meningkatkan kapaitas
individu, entitas, dan jaringan sosial. Selain itu, fasilitator juga berperan dalam
melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat agar mereka
sadar akan permasalahan yang dihadapi, baik di masa sekarang maupun di masa
depan, sehingga pelaksanaan program dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
Beberapa hal yang harus dimiliki fasilitator sehingga dapat mempengaruhi
keberhasilan program pemberdayaan, yaitu kinerja professional, perilaku
kepemimpinan, kompetensi, kompensasi, motivasi kerja, dan kecerdasan emosi.

D. Elemen-Elemen Partisipasi dalam Masyarakat

Menurut Setiawan (2009), salah satu pemacu dan motivasi untuk melakukan upaya
yang lebih baik dalam menangani masalah terkait pemenuhan kebutuhan dasar
manusia menjadi modal sosial untuk mencapai tujuan pembangunan melalui
partisipasi. Beberapa elemen partisipasi dalam masyarakat, antara lain:
1. Kepercayaan (trust), masyarakat saling percaya dalam mengembangkan ide dan
melaksanakan program pembangunan adalah kunci utama menuju keberhasilan;
2. Adanya jaringan (network), jaringan sosial termasuk salah satu unsur modal
sosial yang penting dalam pengembangan kelembagaan dan institusi lokal;
3. Kemudahan bekerjasama (ease of cooperation), sebagian besar dari mereka
adalah kerabat atau tetangganya sehingga sudah memiliki hubungan sosial yang
akrab di antara mereka.

E. Tahapan dalam Sosialisasi untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak bisa dilakukan


secara instan, melainkan harus melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Membaur dengan masyarakat, yaitu salah satu prasyarat suatu organisasi yang
memiliki program pengembangan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh dukungan dari pimpinan lokal sehingga dapat terhindar dari
masalah di kemudian hari.
2. Melakukan pendataan, hasil dari pendataan tersebut diharapkan dapat
menggambarkan aktivitas masyarakat yang akan menjadi penerima manfaat
baik dari segi ekonomi maupun sosial.
3. Menganalisis dan memahami keadaan masyarakat, merupakan tahapan dapat
memberikan gambaran nyata tentang pola kehidupan masyarakat baik dari segi
ekonomi maupun sosial.
4. Pengembangan kader masyarakat, sebagian orang yang selalu aktif dan terlibat
dalam kegiatan biasanya menjadi kader masyarakat. Para kader ini merupakan
jajaran utama program dan sebaiknya diperlakukan sebagai motivator bagi
masyarakat.
5. Mobilisasi sumber dan pengembangan program, dengan adanya hasil pendataan
yang diperoleh kader masyarakat, kebutuhan dapat diidentifikasi. Kemudian
dikembangkan dalam rencana kegiatan yang meliputi tujuan tertentu dan
strategi yang akan dilakukan untuk mencapai keberhasilan program.
6. Pengembangan jaringan sosial, pembentukan jaringan kerja dan hubungan
dengan lembaga atau organisasi perlu dilakukan agar mendukung atau menjadi
support system bagi masyarakat itu sendiri.
F. Peningkatan Partisipasi sebagai Modal Sosial dalam Pembangunan Pertanian
di Wonosobo

Modal sosial dalam suatu negara adalah faktor utama dalam komposisi dan
pertumbuhan ekonomi. Pada bidang pertanian telah terbukti bahwa terdapat
dampak positif modal sosial terhadap produktivitas para petani yang menggunakan
teknologi modern dibandingkan dengan penggunaan metode tradisional. Di
Thailand, petani yang menempuh pendidikan minimal empat tahun memiliki
potensi lebih besar dalam mengadopsi teknologi modern dibandingkan dengan
petani yang berpendidikan lebih rendah. Modal manusia terhadap modal sosial
menunjukkan bahwa keduanya saling menciptakan kerjasama yang produktif.
Modal sosial dalam masyarakat seharusnya dipahami bahwa dalam suatu komunitas
terdapat keragaman (agama, budaya, kepentingan, status sosial, pendidikan,
pendapatan, keahlian, dan gender) dari anggotanya. Unsur-unsur penting dalam
modal sosial adalah rasa memiliki antaranggota, jaringan kerjasama, rasa percaya
dan jaminan keamanan para anggota, saling memberi satu sama lain, berpartisipasi,
dan bersikap proaktif (Cahyono dan Adhiatma, 2012).

Kesejahteraan sosial dan masyarakat menjadi tolok ukur utama dalam keberhasilan
pembangunan di pedesaan. Modal sosial sebagai sarana dalam mencapai
kesejahteraan sosial yang mampu memecahkan berbagai masalah di Kecamatan
Kertek, Kabupaten Wonosobo. Masalah sumber daya manusia (SDM) terkait
dengan kurangnya keterampilan masyarakat setempat, kurangnya kedisiplinan
dalam pengembalian uang pinjaman, rendahnya pendidikan masyarakat, dan
kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan atau pertemuan.
Penanggulangan berbagai masalah yang ada memerlukan keterlibatan berbagai
pihak, mulai dari pemerintah kecamatan dan kabupaten, sampai pemerintah
provinsi dan pusat (Cahyono dan Adhiatma, 2012).
Hasil penelitian Cahyono dan Adhiatma (2012) menyatakan bahwa terdapat
beberapa cara untuk meningkatkan partisipasi (optimalisasi modal sosial), yaitu
dengan memberikan pembinaan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhannya,
melakukan bimbingan dalam pemasaran hasil produksi pertanian, pelatihan-
pelatihan teknis bertani dan bercocok tanam yang efektif, memberikan bantuan
berupa sarana dan prasarana (pupuk, alat rajang tembakau, dan obat-obatan), serta
pelatihan yang berkaitan dengan akses modal bagi para petani. Minimal terdapat
dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan, yaitu sebagai fungsi
ekonomi (mengurangi biaya transaksi dikaitkan dengan mekanisme koordinasi
formal) dan fungsi politik (mendorong demokrasi yang diwujudkan dalam
dinamika masyarakat dengan sikap saling percaya antarsesama warga serta antara
warga dan negara).
III. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Peran modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat adalah adanya rasa saling
percaya, kekerabatan, pertetanggaan dan pertemanan, norma sosial, kerjasama,
tolong-menolong, dan adanya jaringan masyarakat.
2. Peran akses informasi dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar masyarakat dapat memahami cara-cara
melaksanakan identifikasi dan pemecahan masalahnya.
3. Peran fasilitator dalam pemberdayaan masyarakat adalah mempengaruhi proses
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh masyarakat dalam proses mengadopsi
inovasi, meningkatkan kapaitas individu, entitas, dan jaringan sosial.
4. Elemen-elemen partisipasi dalam masyarakat, antara lain, kepercayaan (trust),
adanya jaringan (network), kemudahan bekerjasama (ease of cooperation).
5. Tahapan dalam sosialisasi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, yaitu
membaur dengan masyarakat, melakukan pendataan, menganalisis dan memahami
keadaan masyarakat, pengembangan kader masyarakat, mobilisasi sumber dan
pemgembangan program, pengembangan jaringan sosial.
6. Peningkatan partisipasi sebagai modal sosial dalam pembangunan pertanian di
Wonosobo dapat dilakukan dengan memberikan pembinaan kepada masyarakat
sesuai dengan kebutuhannya, melakukan bimbingan dalam pemasaran hasil
produksi pertanian, pelatihan-pelatihan teknis bertani dan bercocok tanam yang
efektif, memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana (pupuk, alat rajang
tembakau, dan obat-obatan), serta pelatihan yang berkaitan dengan akses modal bagi
para petani.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. dan Adhiatma, A. 2012. Peran Modal Sosial Dalam Peningkatan


Kesejahteraan Masyarakat Petani Tembakau di Kabupaten Wonosobo.
UNISSULA. Semarang. Proceedings of CBAM. 1 (1) : 131 – 144.

Halil, W. 2011. Memahami Modal Sosial dalam Pembangunan Pertanian. Buletin


Balitbang Pertanian Sulsel.

Hasbullah, J. 2006. Social Capital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia.


MR United Press. Jakarta.

Setiawan, H. H. 2009. Partisipasi Masyarakat dan Modal Sosial dalam Pembangunan.


Jurnal Informasi. 14 (3) : 34 – 48.

Sulaeman, E. S., Murti, B., dan Waryana. 2015. Peran Kepemimpinan, Modal Sosial,
Akses Informasi serta Petugas dan Fasilitator Kesehatan dalam Pemberdayaan
Masyarakat Bidang Kesehatan. UNS. Surakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. 9 (4) : 353 – 361.

Anda mungkin juga menyukai