Anda di halaman 1dari 2

Nama : Devi Maulidya

NIM : 2007305

Kelas : MIK 2B

Pengaruh Masa Kerajaan/Kejayaan Islam Pada Kehidupan Sosial


Budaya, Ekonomi, Politik & Pendidikan Masyarakat Indonesia

1. Bidang Sosial Budaya


Adanya Belanda membuat kita terbiasa hidup dalam kotak-kotak masyarakat. Mereka,
dengan sengaja membuat kasta antargolongan. Buat mereka, bangsa eropa adalah yang
tertinggi. Disusul Asia, Timur Jauh, dan, kasta terendah adalah kaum pribumi. Tidak hanya itu,
penindasan dan pemerasan secara kejam juga terjadi. Upacara adat di istana-istana kerajaan
dihilangkan. Merka menggantinya dengan tradisi pemerintahan Belanda. Kebiasaan
pemerintah Kolonial menggunakan bahasa Belanda, di sisi lain, membawa pengaruh
tersendiri. Sedikit banyak kita punya bahasa serapan yang berasal dari bahasa Belanda. Kantor
yang berasal dari kata “Kantoor”. Dan koran yang berasal dari kata “krant”. Kebiasaan
pemerintah Kolonial menggunakan bahasa Belanda, di sisi lain, membawa pengaruh
tersendiri. Sedikit banyak kita punya bahasa serapan yang berasal dari bahasa Belanda. Kantor
yang berasal dari kata “Kantoor”. Dan koran yang berasal dari kata “krant”. Bentuk karya
sastra seperti cerpen, esai, dan yang lain, sejatinya, merupakan peninggalan “tidak langsung”
dari zaman pemerintah kolonial Belanda. Pada tahun 1659, Belanda membuat surat kabar
pertama yang diberi nama Bataviasch Courant. Surat kabar ini lah yang akhirnya menjadi
wadah kita untuk berekspresi secara tulisan. Baik untuk membagi berita, hingga penyebaran
agama kristen. Secara tidak langsung juga, kehidupan sosial budaya kita terpengaruh olehnya.
2. Bidang Ekonomi
Karena tujuan Belanda di Indonesia untuk mencari rempah-rempah, mereka harus membuat
infrastruktur untuk mengangkut pasokan bahan makanan. Makanya, mereka punya andil
dalam pembuatan pembangunan rel kereta dan jalan raya. Bahkan mereka juga membangun
waduk dan saluran irigasi. Selain itu, mereka juga membangun industri pertambahan dengan
membuka kilang minyak bumi di Tarakan, Kalimantan Timur. Oke, mungkin paragraf di atas
membuat kamu merasa kalau “Belanda itu baik” karena membangun infrastruktur dan
perekonomian kita. Tapi, satu hal yang perlu diingat adalah, cara mereka memperlakukan
rakyat kita. Kebijakan tanam paksa dan ekonomi liberal yang mereka bentuk membuat rakyat
Indonesia dipaksa menjadi penghasil bahan mentah aja. Alhasil, kita tidak punya jiwa
“Entrepreneur”. Lha, wong disuruh menanam pala terus. Yah, monopoli dagang yang dibuat
VOC juga membuat perdagangan Nusantara di kancah internasional jadi mundur. Karena kita
cuman tahu bikin bahan mentah, tapi tidak tahu cara mengolah lebih lanjut.
3. Bidang Politik
Disadari atau tidak, bentuk pemerintahan kita sekarang juga merupakan “warisan” dari
pemerintahan kolonial Belanda. Zaman dahulu, sistem kepemimpinan kita bersifat pamong
praja. Jabatan yang sifatnya turun-temurun dan upetinya didapat dari rakyat. Artinya, kalau
kamu baru bisa menjadi "penguasa" kalau kamu keturunan raja. Kalau tidak, ya tidak.
Daendels dan Raffles kemudian mengubahnya menjadi pemerintahan modern. Bupati
dijadikan pegawai negeri dan digaji. Bagi mereka, bupati adalah alat kekuasaan. Ya, baik
Belanda maupun Inggris melakukan intervensi terhadap kerajaan. Alhasil, elit kerajaan kurang
leluasa dalam pergerakan politik. Imperialisme dan kolonialisme yang pernah mendera
Indonesia juga mengakibatkan hal lain: aktivitas pemerintahan berpusat di jawa. Hal ini
akhirnya terbawa sampai sekarang. Meskipun saat ini kita sudah melakukan desentralisasi,
tapi tetap terasa bahwa wilayah Jawa seakan adalah pusat pemerintahan. Tentu, saat
pemerintah kolonial Belanda menguasai Indonesia, tidak sedikit perlawanan yang
menghadang. Salah satunya adalah perlawanan ciamik lewat dunia politik. Kebanyakan rakyat
bergerak melalui organisasi dalam maupun luar negeri.
4. Bidang Pendidikan
Di bidang pendidikan, Pemerintah Kolonial berhasil memanfaatkan rakyat kita untuk dijadikan
pegawai administrasi yang terdidik, terampil, tapi dihargai murah. Secara pendidikan formal,
Belanda menyusun kurikulum pengajarannya sendiri sampai abad ke-19. Makanya, ada
kecenderungan politik dan kebudayaan yang dimasukkan melalui pendidikan. Masalahnya,
akses untuk pendidikan ini dibatasi oleh mereka. Belanda lagi-lagi membuat sekat dan kasta.
Karena mereka takut kalau rakyat kita terlalu pintar, kita bisa bersatu untuk menggulingkan
kekuasaan mereka. Makanya, hanya orang-orang "berada" yang bisa masuk. Seperti
keturunan raja, bangsawan, dan pengusaha kaya. Lama-kelamaan, hal ini membuat sebagian
kalangan menjadi geram. Alhasil, mulai bermunculan akademisi yang mementingkan
pendidikan di Indonesia. Mulai dari bedirinya Budi Utomo. Masuknya pendiidikan berbasis
agama seperti Muhammadiyah. Dan, tentu saja, lewat bapak pendidikan kita, Ki Hajar
Dewantara.

Anda mungkin juga menyukai