PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1. Dismenore primer
3
usia 15 dan 25. Frekuensi menurun sesuai dengan pertambahan usia dan
biasanya berhenti setelah melahirkan. Disminore spasmodik atau primer
dialami oleh 60-75 % wanita muda. Pada tiga perempat wanita yang
mengalaminya, intensitas kram ringan atau sedang, tetapi pada 25 % nyeri
berat dan membuat penderitanya tidak berdaya (Jones, 2001).
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3
tahun setelah menstruasi pertama (Maulana, 2009). Rasa nyeri timbul
bersama-sama pada permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam
atau beberapa hari (Sarwono, 2005).
2) Dismenore sekunder
Biasanya terjadi selama 2-3 hari selama siklus dan wanita yang
mengalami dismenore sekunder ini biasanya mempunyai siklus haid yang
tidak teratur dan atau tidak normal. Pemeriksaan dengan laparaskopi
sangat diperlukan untuk menemukan penyebab jelas dismenore sekunder
ini (Mitayani, 2009).
4
leher rahim, endometriosis dan sebagainya.Dismenore sekunder lebih
jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami
dismenore. Penyebab dari dismenore sekunder adalah: endometriosis,
fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal
antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD (dr. Fadlina, 2008).
1. Dismenore primer
Faktor psikologis
Faktor endokrin
Alergi
2. Dismenore sekunder
5
2.4 Tanda dan Gejala Dismenore
1) Dismenore primer
Terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak haid pertama (menarche).
Rasa nyeri timbul sebelum haid, atau di awal haid. Berlangsung
beberapa jam, namun adakalanya beberapa hari.
Datangnya nyeri: hilang-timbul, menusuk-nusuk. Pada umumnya di
perut bagian bawah, kadang menyebar ke sekitarnya (pinggang, paha
depan).
Adakalanya disertai mual, muntah, sakit kepala, diare.
2) Dismenore sekunder
2. Terapi hormonal
6
2.6 Pemeriksaan penunjang
1. Tes laboratorium
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan dismenore dapat dilakukan dengan
mengadakan wawancara mengenai aspek-aspek umum seperti:
Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit dahulu
pasien-pasien dengan dismenore mungkin menceritakan riwayat
nyeri serupa yang timbul pada setiap siklus haid. Dismenore primer
biasanya mulai sesaat setelah menarche. Kadang-kadang pasien
mengemukakan riwayat kelelahan yang berlebihan dan ketegangan
saraf.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Tidak Ada
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
4) Nutrisi
5) Pola Latihan
6) Pengetahuan Klien mengenai penyakitnya
7
7) Konsep diri (body image)\\
8) Skala nyeri 4-6
Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6
B1 (Breath)
Pernapasan tidak teratur
B2 (Blood)
Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg)
Akral Basah dan dingin
B3 (Brain)
Penurunan Konsentrasi
Pusing
Konjungtiva Anemia
B4 (Bladder)
Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari
B5 (Bowel)
Nyeri pada adomen
Nafsu makan Menurun
B6 (Bone)
Badan mudah capek
Nyeri pada punggung
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan
peritoneum atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus
normal
Pemeriksaan Pelvis : Pada kasus dismenore Primer, pemeriksaan pelvis
adalah normal.
2. Diagnosis Keperawatan
Nyeri yang berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus,
hipersensitivitas, dan saraf nyeri uterus.
Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kelebihan
emosional.
8
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis 1 : Nyeri yang berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas
uterus, hipersenstivitas saraf nyeri uterus.
Tujuan : nyeri klien berkurang dalam waktu 1 x 24 jam
Intervensi Mandiri.
1) Hangatkan bagian perut.
Rasional : dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan mengurangi
kontraksi spasmodik uterus.
2) Masase daerah perut yang terasa nyeri.
Rasional : mengurangi nyeri karena adanya stimulus sentuhan
terapeutik.
3) Lakukan latihan ringan.
Rasional : dapat memperbaiki aliran darah ke uterus dan tonus otot.
4) Lakukan teknik relaksasi.
Rasional : mengurangi tekanan untuk mendapatkan rileks.
5) Berikan diuresis natural (vitamin) tidur dan istirahat.
Rasional : mengurangi kongesti
Kolaborasi
1) Pemberian anagetik (aspirin, fenasetin, kafein)
Rasional : diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri agar ibu dapat
istirahat.
2) Terapi dio,etasin, ibuprofem, naprosen.
Rasional : biasanya digunakan untuk menormalkan produksi
prostagadin
Diagnosis 2 : koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan
kelabilan emosional.
Intervensi Mandiri
1) Kaji pemahaman klien tentang penyakit yang dideritanya.
Rasional : kecemasan ibu terhadap rasa sakit yang diderita akan sangat
dipengaruhi oleh pengetahuan
2) Tentukan stress tambahan yang menyertainya.
9
Rasional : stress dapat mengganggu respons saraf otonom, sehingga
dikhawatirkan akan menambah rasa sakit.
3) Berikan kesempatan pada ibu untuk mendiskusikan bagaimana rasa sakit
yang dideritanya.
4) Bantu klien mengidentifikasi keterampilan koping selama periode
berlangsung.
Rasional : penggunaan perilaku yang efektif dapat membantu klien
beradaptasi dengan rasa sakit yang dialaminya.
5) Berikan periode tidur atau istirahat.
Rasional : kelelahan karena rasa sakit dan pengeluaran cairan yang
banyak dari tubuh cenderung merupakan masalah berarti yang mesti
banyak dari tubuh cenderung merupakan masalah berarti yang mesti
segera diatasi.
6) Dorong keterampilan mengenai stress, misalnya dengan teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan, imajinasi dan latihan napas dalam.
Rasional : dapat mengurangi rasa nyeri dan mengalihkan perhatian klien
terhadap nyeri.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi Keperawatan
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Maryanti, Dwi & Mjestika Septikasari. 2009. Kesehatan Reproduksi (Teori dan
Praktikum). Yogjakarta : Nuha Medika
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta : Salemba Medika
Maulana, Mirza. 2009. Seluk Beluk Reproduksi dan Kehamilan. Yogyakarta :
Garailmu
Prawirohadjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
12