Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dysmenorea Spasmodik atau Primer dialami oleh 60-75% wanita muda.


Pada tiga perempat wanita yang mengalaminya, intensitas kram ringan atau
sedang, tetapi pada 25% nyeri berat dan membuat penderitanya tidak berdaya
(Jones, 2001).

Penyebab terjadinya rasa sakit belum diketahui hingga sekarang tetapi


teori yang masuk ialah kekejangan pada otot rahim yang menyebabkan aliran
darah tidak lancar, 50% dari kaum wanita pernah mengeluh karena sakit pada
waktu haid pada masa remaja biasanya gangguan ini mencapai puncaknya
pada umur 17-25 tahun dan pengobatan telah dilakukan dari dulu sampai
sekarang (Jones, 2009).

Biasanya dismenorrhoe primer dimulai 24 jam sebelum haid datang dan


berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. Sesudah itu rasa tidak
enak tadi hilang. Barangkali 50% dari kaum wanita pernah mengeluh karena
sakit waktu haid pada masa remaja. Umumnya gangguan ini mencapai
puncaknya (Jones, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana Asuhan Keperawatan wanita masa reproduksi keluaega


berencana gangguan menstruasi (Dismenore) ?

1
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

1. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan Asuhan


Keperawatan wanita masa reproduksi keluaega berencana
gangguan menstruasi (Dismenore)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian dismenore.


2. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi disminore.
3. mahasiswa mampu memahami etiologi disminore.
4. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala disminore.
5. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan medis.
6. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang.
7. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan disminore.

2
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Disminore

Disminore adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat


menimbulkan gangguan sehari-hari. Derajat nyerinya bervariasi mencakup
ringan, sedang dan berat (Werdiningsih, 2010).
Disminore (nyeri perut) yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama
menstruasi. Disminore primer terjadi jika tidak ditemukan penyebab yang
mendasarinya (Maulana, 2009). Sementara menurut Maryanti Disminore
primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa ada kelainan, terapi yang
diberikan dapat berupa konseling, pereda rasa nyeri dan terapi hormonal
(Maryanti 2009).
Dismenore adalah menstruasi yang nyeri disebabkan oleh kejang otot
uterus (Mitayani, 2009).

2.2 Klasifikasi Disminore

1. Dismenore primer

Dismenore primer biasanya terjadi akibat adanya kelainan pada


gangguan fisik yang mendasarinya, sebagian besar dialami oleh wanita
yang telah mendapatkan haid. Lokasi nyeri dapat terjadi didaerah
suprapubik, terasa tajam, menusuk, terasa diremas, atau sangat sakit.
Biasanya terjadi terbatas pada daerah perut bagian bawah, tapi dapat
menjalar sampai daerah paha dan pinggang. Selain rasa nyeri, dapat
disertai dengan gejala sistematik, yaitu berupa mual, diare, sakit kepala,
dan gangguan emosional (Mitayani, 2009).

Disminore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 15%


diantaranya mengalami nyeri yang hebat (Wednesday, 2009). Bentuk ini
biasanya mulai 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimal antara

3
usia 15 dan 25. Frekuensi menurun sesuai dengan pertambahan usia dan
biasanya berhenti setelah melahirkan. Disminore spasmodik atau primer
dialami oleh 60-75 % wanita muda. Pada tiga perempat wanita yang
mengalaminya, intensitas kram ringan atau sedang, tetapi pada 25 % nyeri
berat dan membuat penderitanya tidak berdaya (Jones, 2001).

Sekitar lebih dari 50 % wanita yang mengalami menstruasi mengalami


dismenorea. Tingginya angka prevalensi dan morbiditas dismenorea
primer kurang mendapat perhatian dari dunia medis, dikarenakan banyak
wanita yang dianggap mengalami rasa sakit itu sebagai sesuatu yang
normal dan bersifat psikis walaupun hal tersebut menghambat aktivitas
mereka sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup mereka. Salah satu
faktor resiko terjadinya dismenorea primer adalah stress (SOFI, 2009)
Dismenorrhoe primer terjadi jika tidak ditemukan penyebab yang
mendasarinya (Maulana, 2009).

Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3
tahun setelah menstruasi pertama (Maulana, 2009). Rasa nyeri timbul
bersama-sama pada permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam
atau beberapa hari (Sarwono, 2005).

2) Dismenore sekunder

Biasanya terjadi selama 2-3 hari selama siklus dan wanita yang
mengalami dismenore sekunder ini biasanya mempunyai siklus haid yang
tidak teratur dan atau tidak normal. Pemeriksaan dengan laparaskopi
sangat diperlukan untuk menemukan penyebab jelas dismenore sekunder
ini (Mitayani, 2009).

Disminorea sekunder jarang sekali terjadi sebelum usia 30 tahun. Pada


kebanyakan kasus penyebabnya adalaha endometriosis atau penyakit
peradangan pelvik. Nyeri kram yang khas mulai mulai 2 hari atau lebih
sebelum menstruasi, dan nyerinya semakin hebat pada akhir menstruasi
(Jones, 2001). Dismenorea sekunder pada pemeriksaan terdapat kelainan
ginekologi, misalnya radang kronik saluran sel telur, stenosis/penyempitan

4
leher rahim, endometriosis dan sebagainya.Dismenore sekunder lebih
jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami
dismenore. Penyebab dari dismenore sekunder adalah: endometriosis,
fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal
antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD (dr. Fadlina, 2008).

2.3 Etiologi Disminore

1. Dismenore primer

 Faktor psikologis

Biasanya terjadinya pada gadis-gadis yang secara emosional tidak


stabil, mempunyai ambang nyeri yang rendah, sehingga dengan sedikit
rangsangan nyeri, maka ia akan sangat merasa kesakitan.

 Faktor endokrin

Pada umumnya nyeri haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus


yang tidak bagus. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh
hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga
menimbulkan nyeri.

 Alergi

Teori ini dikemukakan setelah memerhatikan hubungan antara asosiasi


antara dismenore dengan urtikaria, migren, asma bronkial, namun
bagaimana pun belum dapat dibuktikan mekanismenya.

2. Dismenore sekunder

1) Faktor konstitusi seperti: anemia


2) Faktor seperti obstruksi kanalis servikalis.
3) Anomali uterus kongenital.
4) Leiomioma submukosa.
5) Endometriosis dan edenomiosis.

5
2.4 Tanda dan Gejala Dismenore

1) Dismenore primer

 Terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak haid pertama (menarche).
 Rasa nyeri timbul sebelum haid, atau di awal haid. Berlangsung
beberapa jam, namun adakalanya beberapa hari.
 Datangnya nyeri: hilang-timbul, menusuk-nusuk. Pada umumnya di
perut bagian bawah, kadang menyebar ke sekitarnya (pinggang, paha
depan).
 Adakalanya disertai mual, muntah, sakit kepala, diare.
2) Dismenore sekunder

 usia lebih tua,


 cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur,
 tidak berhubungan dengan siklus paritas,
 nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul,
 nyeri dimulai dari haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya
darah.

2.5 Penatalaksanaan Medis

Terapi medis untuk klien dismenore di antaranya :

1. Pemberian obat analgetik

2. Terapi hormonal

3. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostagladin

4. Dilatasi kanalis serviksalis

Dapat memberikan keringanan karena memudahkan pengeluaran darah


haid dan prostagladin didalamnya.

6
2.6 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan dismenore


adalah:

1. Tes laboratorium

 pemeriksaan darah lengkap: normal


 urinalisis: normal

2. Tes diagnostik tambahan

 laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis


yang lain.

2.7 Asuhan keperawatan wanita masa reproduksi keluarga berencana


gangguan menstruasi ( Dismenore )

1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan dismenore dapat dilakukan dengan
mengadakan wawancara mengenai aspek-aspek umum seperti:
Riwayat Penyakit
1)     Riwayat penyakit dahulu
pasien-pasien dengan dismenore mungkin menceritakan riwayat
nyeri serupa yang timbul pada setiap siklus haid. Dismenore primer
biasanya mulai sesaat setelah menarche. Kadang-kadang pasien
mengemukakan riwayat kelelahan yang berlebihan dan ketegangan
saraf.
2)    Riwayat Penyakit Sekarang
Tidak Ada
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
4) Nutrisi
5) Pola Latihan
6) Pengetahuan Klien mengenai penyakitnya

7
7) Konsep diri (body image)\\
8) Skala nyeri 4-6
Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6
B1 (Breath)
Pernapasan tidak teratur
B2 (Blood)
Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg)
Akral Basah dan dingin
B3 (Brain)
Penurunan Konsentrasi
Pusing
Konjungtiva Anemia
B4 (Bladder)
Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari
B5 (Bowel)
Nyeri pada adomen
Nafsu makan Menurun
B6 (Bone)
Badan mudah capek
Nyeri pada punggung
Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan
peritoneum atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus
normal
 Pemeriksaan Pelvis : Pada kasus dismenore Primer, pemeriksaan pelvis
adalah normal.

2. Diagnosis Keperawatan
 Nyeri yang berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus,
hipersensitivitas, dan saraf nyeri uterus.
 Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kelebihan
emosional.

8
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis 1 : Nyeri yang berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas
uterus, hipersenstivitas saraf nyeri uterus.
Tujuan : nyeri klien berkurang dalam waktu 1 x 24 jam
Intervensi Mandiri.
1) Hangatkan bagian perut.
Rasional : dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan mengurangi
kontraksi spasmodik uterus.
2) Masase daerah perut yang terasa nyeri.
Rasional : mengurangi nyeri karena adanya stimulus sentuhan
terapeutik.
3) Lakukan latihan ringan.
Rasional : dapat memperbaiki aliran darah ke uterus dan tonus otot.
4) Lakukan teknik relaksasi.
Rasional : mengurangi tekanan untuk mendapatkan rileks.
5) Berikan diuresis natural (vitamin) tidur dan istirahat.
Rasional : mengurangi kongesti
Kolaborasi
1)      Pemberian anagetik (aspirin, fenasetin, kafein)
Rasional : diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri agar ibu dapat
istirahat.
2)      Terapi dio,etasin, ibuprofem, naprosen.
Rasional : biasanya digunakan untuk menormalkan produksi
prostagadin
Diagnosis 2 : koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan 
kelabilan emosional.
Intervensi Mandiri
1) Kaji pemahaman klien tentang penyakit yang dideritanya.
Rasional : kecemasan ibu terhadap rasa sakit yang diderita akan sangat
dipengaruhi oleh pengetahuan
2) Tentukan stress tambahan yang menyertainya.

9
Rasional : stress dapat mengganggu respons saraf otonom, sehingga
dikhawatirkan akan menambah rasa sakit.
3) Berikan kesempatan pada ibu untuk mendiskusikan bagaimana rasa sakit
yang dideritanya.
4) Bantu klien mengidentifikasi keterampilan koping selama periode
berlangsung.
Rasional : penggunaan perilaku yang efektif dapat membantu klien
beradaptasi dengan rasa sakit yang dialaminya.
5) Berikan periode tidur atau istirahat.
Rasional : kelelahan karena rasa sakit dan pengeluaran cairan yang
banyak dari tubuh cenderung merupakan masalah berarti yang mesti
banyak dari tubuh cenderung merupakan masalah berarti yang mesti
segera diatasi.
6) Dorong keterampilan mengenai stress, misalnya dengan teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan, imajinasi dan latihan napas dalam.
Rasional : dapat mengurangi rasa nyeri dan mengalihkan perhatian klien
terhadap nyeri.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan klien dengan


berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

10
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Disminore dapat diartikan rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga


dapat menimbulkan gangguan sehari-hari. Derajat nyerinya bervariasi
mencakup ringan, sedang dan berat. Dismenore primer biasanya terjadi akibat
adanya kelainan pada gangguan fisik yang mendasarinya, sebagian besar
dialami oleh wanita yang telah mendapatkan haid. Biasanya terjadi selama 2-
3 hari selama siklus dan wanita yang mengalami dismenore sekunder ini
biasanya mempunyai siklus haid yang tidak teratur dan atau tidak normal.

3.2 Saran

Diharapkan penulis kedepannya dapat menggunakan sumber referensinya


lebih up to date. Sehingga, makalah yang dibuat dapat menjadi lebih up to
date dan dapat menjadi referensi pembelajaran.

11
DAFTAR PUSTAKA

Maryanti, Dwi & Mjestika Septikasari. 2009. Kesehatan Reproduksi (Teori dan
Praktikum). Yogjakarta : Nuha Medika
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta : Salemba Medika
Maulana, Mirza. 2009. Seluk Beluk Reproduksi dan Kehamilan. Yogyakarta :
Garailmu
Prawirohadjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Lleweyn, Derek, Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta :


Hipokrates
Lleweyn, Derek, Jones. 2009. Setiap Wanita. Jakarta : Delapratasa Publishing

12

Anda mungkin juga menyukai