Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN

KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN


MATEMATIKA DI MASA PANDEMI COVID PADA SISWA KELAS X
MAN LHOKSEUMAWE

PROPOSAL PENELITIAN

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kegiatan seminar proposal

Oleh
RAHMATILLAH
NIM : 180710052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ungkapkan ke hadirat Allah subhanahuwata’ala yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, selawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi

Muhammad shallallahu ’alaihi wasalam yang telah membawa umat manusia dari alam

jahiliah ke alam islamiah sehingga proposal dengan judul “Analisis Kemampuan

Pemahaman Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Matematika Di Masa Pandemi Covid Pada Siswa Kelas X MAN Lhokseumawe”

dapat diselesaikan. Proposal ini merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Teknik, Universitas

Malikussaleh.

Pada kesempatan ini penulis mengungkapkan terima kasih kepada Ibu Nuraina,

S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing yang selalu bijaksana memberikan nasehat serta

waktunya selama penulisan proposal ini.

Penulis sudah semaksimal mungkin dalam penyelesaian proposal ini, tetapi jika

terdapat kekurangan dalam proposal ini, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis

harapkan agar penulis dapat melakukan perbaikan penulisan dimasa yang akan datang.

Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Lhokseumawe, 14 Desember 2020

Rahmatillah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................


1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................
1.3 Batasan masalah.............................................................................................
1.4 Rumusan Masalah ..........................................................................................
1.5 Tujuan Penelitian ...........................................................................................
1.6 Manfaat Penelitian .........................................................................................
1.7 Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian ......................................................
1.8 Definisi Operasional ......................................................................................

BAB II LANDASAN TEORITIS ...........................................................................

2.1 Kemampuan Pemahaman Matematis...........................................................


2.2 Kemandirian Belajar ....................................................................................
2.2.1 Pengertian kemandirian belajar .........................................................
2.2.2 Karakteristik kemandirian belajar ......................................................
2.2.3 Indikator kemandirian belajar ............................................................
2.3 Keterkaitan antara kemampuan pemahaman dan kemandirian belajar siswa ..

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ....................................................................


3.2 Temat dan Waktu Penelitian ........................................................................
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................
3.4 Instrumen Penelitian ....................................................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................
3.6 Teknik Analisis Data .....................................................................................
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal terpenting yang ada dalam kehidupan manusia.

Tanpa danya pendidikan kehidupan manusia tidak akan teratur. kedudukan pendidikan

dianggap sangat penting karena kehidupan yang semakin maju dan zaman semakin canggih,

merupakan peranan dari pendidikan. Dalam pendidikan ada perangkat yang yang terlibat

didalamnya diatntanya tempat, penyelenggara, pengelola, pendidik atau seorang guru,

sarana dan prasarana, media serta peserta didik atau siswa yang merupakan calon penerus

bangsa yang menduduki dunia ini. (Okah, 2015)

Dunia dihebohkan dengan adanya pandemi yang hampir mengenai seluruh dunia.

Semua aktivitas lumpuh dikarenakan penyebaran virus yang sangat cepat sehingga perlu

penanganan yang lebih. Purwanto (Warmi, Dkk, 2020) menyatakan pandemi covid

menyebabkan banyak sektor terpengaruh salah satunya sektor pendidikan. Pendidikan

merupakan sektor yang terkena dampak yang sangat signifikan sehingga banyak negara

menutup sekolah dikarenakan pandemi ini. Penutupan sekolah didasarkan agar penyebaran

virus dapat dihentikan.

Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mudah ditemukan

pada berbagai lini aktivitas manusia. Di dunia pendidikan sendiri, matematika merupakan

mata pelajaran wajib diampu oleh setiap siswa, ini tak lepas dari betapa pentingnya

matematika itu sendiri Puspitasari ( Purwasih, Dkk, 2017:39-46), mengatakan bahwa

aktivitas pembelajaran matematika merupakan suatu proses untuk pembentukan mindsite

agar tercipta pola pikir yang sistematis dari yang mudah sampai yang sukar.
1

Dalam KTSP 2006 yang disempurnakan pada kurikulum 2013, mencantumkan

tujuan pembelajaran matematik sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika, 2)

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, 3) memecahkan masalah, 4)

mengkomunikasikan, tujuan diatas menggambarkan kompetensi atau kemampuan berpikir

matematik siswa (Hendriana & Sumarmo, 2014). Tiga tahap pertama tergolong pada

berpikir tingkat rendah dan tiga berikutnya tergolong pada berpikir tingat tinggi. Dengan

demikian, kemampuan pemahaman matematika termasuk kedalam kemampuan tingkat

rendah.

Pemahaman matematis adalah kemampuan dimana siswa mampu menyerap atau

memahami arti dari suatu konsep matematika. Aripin (2015:120-127) mengatakan bahwa

pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti

atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Pada kenyataannya di lapangan siswa

hanya menghafal rumus tanpa mengetahui dari mana rumus tersebut didapat.

Kemampuan pemahaman juga merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki

siswa dalam pembelajaran matematika agar dapat mengembangkan kemampuan matematis

lainnya. (Sariningsih, 2014:150-163) mengemukakan bahwa kemampuan pemahaman

matematis penting untuk dimiliki siswa, karena kemampuan tersebut merupakan prasyarat

seseorang untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis.

Dari paparan diatas, pentingnya pemahaman masalah matematis tak lepas dari

kendala atau kesulitan tersendiri yang dialami oleh siswa. Rohaeti (2012:186-191)

mengatakan bahwa salah satu penyebab siswa lemah dalam matematika adalah kurang

memiliki kemampuan untuk memahami (pemahaman) untuk mengenali konsep-konsep

dasar matematika (aksiomatik, definisi, kaidah dan teorema) yang berkaitan dengan pokok

bahasan yang sedang dibicarakan.


6

Sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru MAN

Lhokseumawe, penguasaan konsep-konsep dasar masih rendah yang berimbas pada

kemampuan siswa dalam menerapkan rumus-rumus sehingga siswa kesulitan memecahkan

suatu permasalahan matematika. Rendahnya kemampuan pemahaman matematik,

ditunjukkan oleh hasil penelitian (Putra Dkk, 2018:1-12) menunjukan presentase

kemampuan pemahaman matematik siswa MAN yaitu sebesar 41,67% siswa

berkemampuan rendah, 30,56% siswa memiliki kemampuan pemahaman sedang dan

27,72% siswa berkemampuan pemahaman tinggi. Berdasarkan uraian di atas maka yang

harus tetap dijaga dalam situasi pandemi Covid 19 adalah kemampuan pemahaman

matematis siswa.

Keberhasilan pembelajaran juga dipengaruhi banyak faktor, salah satu persepsi.

Walgito (Warmi, dkk, 2020) mengungkapkan bahwa untuk mengetahui persepsi seseorang

dapat ditinjau dari indikator- indikatornya yaitu: (1) penyerapan terhadap rangsang atau

objek dari luar individu. Rangsang atau objek diterima dan diserap oleh panca indra sendiri-

sendiri maupun bersama-sama.

Hasil penyerapan oleh panca indra tersebut akan memberikan gambaran, tanggapan,

atau kesan didalam otak; (2) pengertian atau pemahaman terhadap objek. Setelah terjadi

gambaran-gambaran didalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolongkan,

dan diinterpretasikan sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman terhadap suatu

objek; (3) penilaian atau evaluasi individu terhadap objek.


7

Hal yang tak kalah penting dalam situasi darurat seperti sekarang ini adalah

kemandirian belajar siswa Bungsu et al ( Warmi , dkk, 2020). Siswa dengan kemandirian

belajar yang baik dapat mengontrol dirinya sendiri dan bertindak sesuai dengan tanggung

jawabnya Bungsu et al ( Warmi , dkk, 2020), melalui kemandirian belajar hasil belajar

siswa dapat meningkat Fajriah et al ( Warmi , dkk, 2020).

Berdasarkan pendapat tersebut bahwa kemandirian belajar menjadi penting

dikarenakan sejalan dengan hasil belajar siswa. Kemandirian secara sederhana dapat

diartikan aktivitas yang tidak bergantung kepada orang lain Suhendri ( Warmi , dkk,

2020).
8

Jika dihubungkan dengan siswa dalam belajar maka siswa tersebut memiliki

inisiatif dalam belajar secara sendiri dan mampu bertanggungjawab atas pekerjaannya

sendiri, siswa dengan kemandirian belajar yang baik akan mampu menginisiasi dirinya

secara serius dalam belajar sehingga siswa dengan kemandirian belajar yang baik akan

mampu melaksanakan tugas yang dilakukannya untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

Kemandirian merupakan bekal yang harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat hidup

dengan baik dan merupakan kecakapan dasar yang perlu dimiliki siswa Ningsih &

Nurrahmah (Warmi , dkk, 2020).

Jumaisyaroh et al (Warmi, dkk, 2020) menunjukan bahwa siswa dengan kemandirian

belajar yang baik, cenderung belajar dengan baik dan dapat mengevaluasi apa yang

dilakukannya. Berdasarkan ilustrasi permasalahan tersebut maka melalui penelitian ini

diharapkan guru mampu meningkatkan pemahaman dan kemandiriannya siswa tersebut

dapat mencapai hasil belajar terbaiknya. Dari uraian diatas maka perlu dikaji dan diteliti lebih

lanjut dan mendalam bagaimana pemahaman dan kemandirian belajar siswa dapat

terlaksana dan berkembang dengan baik, sehingga peneliti tertarik mengambil judul

“Analisis Kemampuan Pemahaman Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Matematika Di Masa Pandemi Covid Pada Siswa Kelas X MAN Lhokseumawe.
9

1.2 Identifikasi Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas maka identifikasi

masalah yang ada dikelas X MAN Lhokseumawe adalah :

1. Kemampuan pemahaman matematis siswa kelas X MAN Lhokseumawe di masa

pandemi covid masih rendah.

2. Kemandirian belajar siswa kelas X MAN Lhokseumawe di masa pandemi covid

sangat baik.

1.3 Batasan Masalah


Dari masalah yang telah diidentifikasikan, peneliti tidak akan meneliti secara

keseluruhan. Penelitian ini hanya dibatasi pada pemahaman matematis dan kemandirian

belajar siswa kelas X MAN Lhokseumawe.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana kemampuan pemahaman matematis siswa kelas X MAN

Lhokseumawe di masa pandemi?

2. Bagaimana kemandirian belajar siswa kelas X MAN Lhokseumawe di masa

pandemi?
10

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematis siswa kelas X MAN

Lhokseumawe di masa pandemi .

2. Untuk mengetahui kemandirian belajar siswa kelas X MAN Lhokseumawe di masa

pandemi.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain:

1. Manfaat untuk siswa

Manfaat dilakukan penelitian ini untuk membekali siswa dengan pemahaman dan

kemandirian belajar dalam masa pandemi

2. Manfaat untuk guru

Manfaat dilakukan penelitian ini untuk membekali guru dalam mengembangkan

pemahaman dan kemandirian siswa dalam masa pandemi.

3. Manfaat untuk peneliti

Manfaat bagi penelitian ini sebagai pengalaman yang bermanfaat untuk mengetahui

peningkatan kemampuan pemahaman siswa dan kemandirian siswa dalam belajar

dalam masa pandemi.


11

4. Manfaat untuk lembaga pendidikan

Manfaat untuk lembaga pendidikan untuk referensi bagi yang ingin melakukan

penelitian mengenai kemampuan pemahaman dan kemandirian siswa pada mata

pelajaran matematika di masa pandemi covid .

1.7 Hipotesis Penelitian

Penulis dapat merumuskan dan akan membuktikan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman matematis siswa kelas X MAN Lhokseumawe di masa

pandemi .

2. Kemandirian belajar siswa kelas X MAN Lhokseumawe di masa pandemi.

1.8 Definisi Operasional

1. Masa pandemi covid

Masa pandemi covid ialah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom

pernapasan akut. Covid banyak membawa dampak baik maupun buruk bagi semua

makhluk hidup dan alam semesta. Segala daya dan upaya sudah dilakukan pemerintah

guna memperkecil kasus penularan covid, tak terpungkiri salah satunya adalah

kebijakan belajar online, atau dalam jaringan daring untuk seluruh siswa karena

adanya pembatasan sosial.

2. Pemahaman Matematis siswa

Kemampuan pemahaman merupakan satu kompetisi dasar dalam belajar matematika

yang meliputi: kemampuan menyerap suatu materi, mengingat rumus dan konsep

matematika serta menerapkannya dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa.
12

Memperkirakan kebenaran suatu pernyataan, dan menerapkan rumus dan teorema

dalam penyelesaian masalah.

3. Kemandirian belajar

Kemandirian belajar adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif

untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah dan dibangun

dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Dan juga sebagai

kemampuan siswa untuk mengatur dirinya sendiri dalam kegiatan belajar atas

inisiatifnya sendiri dan bertanggung jawab, tanpa selalu bergantung pada orang lain.
13

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Kemampuan Pemahaman Matematis

Kemampuan yang dimiliki siswa merupakan sebagai modal untuk melakukan sesuatu,

Depdiknas menyatakan bahwa kemampuan diartikan sebagai kesanggupan, kecakapan, atau

kekuatan melakukan sesuatu. Kemampuan matematis yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental, berpikir,

memahami, menelaah, memecahkan masalah dalam menyelesaikan soal-soal matematika.

Kemampuan matematika setiap siswa berbeda-beda, ada siswa yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah. Dalam penelitian ini kemampuan matematika siswa di

klasifikasikan kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mendapatkan

kategori tersebut, maka perlu dibuat acuan konversi nilai dari hasil tes kemampuan

pemahaman matematika siswa.

Kemampuan pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam

pembelajaran. Kemampuan pemahaman matematis memberikan pengertian bahwa materi-

materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu

menekankan pada pemahaman, dimana dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan

konsep materi pelajaran itu sendiri.

Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai

penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Menurut Van de Walle pemahaman dapat

didefinisikan sebagai ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu pengetahuan yang sudah

ada. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang

disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep

yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Hudoyo yang menyatakan: tujuan mengajar adalah

agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami peserta didik.


14

Polya merinci kemampuan pemahaman pada empat tahap yaitu; 1) pemahaman

mekanikal yang dicirikan oleh mengingat dan menerapkan rumus secara rutin dan

menghitung secara sederhana, 2) pemahaman induktif yang dicirikan dalam menerapkan

rumus atau konsep dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa, 3) pemahaman rasional

yang dicirikan dengan membuktikan suatu rumus atau teorema dan 4) pemahaman intuitif

yang dicirikan dengan memperkirakan kebenaran dengan pasti sebelum menganalisis lebih

lanjut.

Pemahaman matematis penting untuk belajar matematika secara bermakna, tentunya

para guru mengharapkan pemahaman yang dicapai siswa tidak terbatas pada pemahaman

yang bersifat dapat menghubungkan. Menurut Ausubel bahwa belajar bermakna bila

informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki

siswa sehingga siswa dapat mengkaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang

dimiliki. Artinya siswa dapat mengkaitkan antara pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya dengan keadaan lain sehingga belajar bukan hanya mejadi perpindahan

pengetahuan tetapi juga sebagai bagian dari proses kognitif dalam belajar memahami

sesuatu dengan lebih baik.

Pemahaman matematis adalah kemampuan dimana siswa mampu menyerap atau

memahami arti dari suatu konsep matematika. Purwanto (Aripin, 2015) mengatakan bahwa

pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti

atau konsep situasi serta fakta yang diketahuinya. Pada kenyataannya di lapangan siswa

hanya menghapal rumus tanpa mengetahui dari mana rumus tersebut didapat.

Kemampuan pemahaman juga merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki siswa

dalam pembelajaran matematika agar dapat mengembangkan kemampuan matematik

lainnya. Sejalan dengan yang dikemukakan (Sariningsih, 2014) bahwa kemampuan

pemahaman matematis penting untuk dimiliki siswa, karena kemampuan tersebut

merupakan prasyarat seseorang untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis


15

ketika seseorang belajar matematika agar dapat/mampu memahami konsep-konsep, maka

saat itulah orang tersebut mulai merintis kemampuan-kemampuan berpikir matematis yang

lainnya.

2.2 Kemandirian Belajar

2.2.1 Pengertian Kemandirian Belajar

Menurut Herman Holstein kemandirian adalah sikap mandiri yang inisiatifnya

sendiri mendesak jauh ke belakang setiap pengendalian asing yang membangkitkan

swakarsa tanpa perantara dan secara spontanitas yakni ada kebebasan bagi keputusan,

penilaian, pendapat, pertanggung jawaban tanpa menggantungkan orang lain.

Konsep kemandirian belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar

hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai keterampilan, pengembangan

penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri sendiri, apabila ia mengalami

sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut.

Kemandirian (kematangan pribadi) dapat didefinisikan sebagai keadaan

kesempurnaan dan keutuhan kedua unsur (budi dan akal) dalam kesatuan pribadi. Dengan

perkataan lain, manusia mandiri adalah pribadi dewasa yang sempurna.

Menurut Brawer yang dikutip oleh M Chabib Thoha mengartikan kemandirian

adalah suatu perasaan otonom. Sikap kemandirian menunjukkan adanya konsistensi

organisasi tingkah laku pada seseorang, sehingga tidak goyah, memiliki self reliance atau

kepercayaan diri sendiri. Seseorang yang mempunyai sikap mandiri harus dapat

mengaktualisasikan secara optimal dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain.

Menurut Dr. Musthofa Fahmi belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan-

perubahan tingkah laku atau pengalaman. Dengan kata lain yang lebih rinci belajar adalah

suatu aktivitas atau usah yang disengaja dan menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang

baru berkenaan dengan aspek psikis dan fisik yang relatif bersifat konstan. Cronbach
16

berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Drs. Slameto belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Dapat disimpulkan bahwa, kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar yang

mandiri tidak tergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung jawab

sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian belajar akan terwujud

apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan

selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan siswa

juga mau aktif dalam proses pembelajaran.

Kemandirian belajar seseorang tampak dalam merancang strategi belajar sendiri, mampu

berpikir kreatif penuh inisiatif, memiliki rasa percaya diri, memiliki keinginan yang kuat

untuk mencapai tujuan (motivasi diri) dan memiliki rasa tanggung jawab. Berikut indikator

kemandirian belajar yaitu: a.) memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya,

b.) mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, c.)

memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas- tugasnya, d.) bertanggungjawab

terhadap apa yang dilakukannya, e.) mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa

bantuan orang lain, f.) adanya inisiatif pada kegiatan belajar.

2.3 Keterkaitan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Dengan Kemandirian

Belajar Siswa

Dalam proses pembelajaran di kelas, selain kemampuan pemahaman matematis, guru

juga harus memperhatikan psikologis siswa dalam proses pembelajaran, karena aspek

psikologis juga turut memberi kontribusi terhadap keberhasilan seseorang dalam belajar

matematika dengan baik. Salah satu aspek psikologis tersebut adalah kemandirian belajar

siswa.
17
18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam

penelitian ini lebih memfokuskan pada gambaran tentang kemampuan pemahaman konsep

matematis dan kemandirian belajar siswa serta data yang dikumpulkan dan dipaparkan

dalam bentuk rangkaian kalimat. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel

kemampuan pemahaman matematis siswa kelas X sebagai variabel bebas, selanjutnya

kemandirian belajar siswa kelas X sebagai variabel terikat.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN Lhokseumawe, pemilihan sekolah ini dilakukan

bedasarkan hasil wawancara dengan guru dan beberapa siswa, dimana siswa di sekolah

tersebut banyak mengalami kendala dalam proses pembelajaran matematika apalagi dimasa

pandemi covid ini.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti dalam suatu penelitian, dalam

penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X MAN Lhokseumawe

yang terdiri dari 19 siswa. Sampel penelitian diambil 19 siswa kelas MAN Lhokseumawe.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih peneliti dalam kegiatan

mengumpulkan data agar kegiatanya menjadi sistematis dan lebih mudah. Adapun

instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sedangkan instrumen bantu

yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu lembar pedoman tes dan lembar pedoman

wawancara.
19

1. Instrumen utama

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti mencari dan

mengumpulkan data terhadap pemahaman matematis siswa dalam membangun konsep pada

materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel melalui pengamatan dan wawancara berbasis

tugas. Sebagai instrumen utama, peneliti berinteraksi secara langsung dengan subjek

penelitian untuk mendapatkan data yang diinginkan.

2. Instrumen bantu

a. Soal Tes

Pedoman Tes, yaitu alat bantu berupa tes tertulis mengenai materi sistem persamaan

linear dua variabel. Tes tertulis ini berupa tes uraian yang dengan jumlah beberapa soal.

Soal tes yang digunakan adalah soal-soal untuk memicu proses berpikir siswa yang diambil

dari soal-soal tentang pemahaman matematis siswa pada materi sistem persamaan linear

dua variabel.

b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan pedoman yang digunakan selama proses

wawancara yang berupa garis besar pertanyaan yang akan diajukan kepada subjek

penelitian, yang bertujuan menggali informasi sebanyak mungkin tentang apa, mengapa,

dan bagaiman yang berkaitan dengan permasalahan yang diberikan.

Pertanyaan yang disiapkan berupa seperangkat pertanyaan baku dengan urutan

pertanyaan, kata-kata, dan penyajian yang sama untuk setiap subjek. Akan tetapi pertanyaan

dalam wawancara dapat berkembang tanpa pedoman (bebas) tergantung jawaban awal

setiap subjek.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data, hal ini dilakukan untuk

memperoleh data berupa langkah-langkah prosedural secara tertulis dari penyelesaian soal,

serta penjabaran langsung mengenai prosedur yang digunakan dalam menyelesaikan soal,
20

dan kemudian akan didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti. Teknik-

teknik yang digunakan yaitu akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tes

Tes adalah berbagai pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok. Peneliti memberikan suatu tes untuk mengumpulkan informasi

tentang siswa terhadap proses permasalahan pada materi sistem persamaan linear dua

variabel dengan begitu dapat dilihat cara pengerjaan siswa pada materi tersebut. Bentuk tes

yang rencananya digunakan dalam penelitian ini adalah tes dengan soal cerita karena dapat

mempermudah peneliti dalam mengidentifikasi permasalahan yang menjadi fokus

penelitian.

Beberapa tes digunakan untuk mengetahui konsistensi dari kemampuan dan

kemandirian siswa, dalam arti bahwa siswa menyelesaikan masalah benar-benar dengan

kemampuannya sendiri. Adapun tes yang dilakukan peneliti yaitu:

a. Peneliti melakukan tes terhadap kemampuan pemahaman matematika siswa untuk

mengetahui kemampuan matematika siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam memahami materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, juga

sebagai penetuan subjek penelitian. Setelah subjek didapatkan, subjek akan dibagi kedalam

tiga kelompok yaitu siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

b. Peneliti melakukan tes penyelesaian masalah untuk melihat sejauh mana pemahaman

matematis siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Hal ini dilakukan

untuk melihat pemahaman matematis siswa, apakah berupa pengubahan (tranlation),

pemberian arti (interprestasi) atau ekstrapolasi (ekstrapolation). Proses pemahaman

matematis siswa itulah yang nantinya akan menjadi data yang dibutuhkan dalam penelitian

ini.
21

2. Wawancara berbasis tugas/ masalah

Wawancara ini digunakan untuk menjaring data kualitatif sebanyak -banyaknya dari

subyek yang berkaitan dengan kemampuan pemahaman matematis siswa pada materi

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dalam bentuk soal cerita. Wawancara dalam

penelitian ini menggunakan wawancara bersifat terbuka, tidak berstruktur dan terpisah pada

waktu berbeda untuk setiap subjek penelitian. Untuk mendapatkan data yang sesuai, maka

informasi selama berlangsungnya wawancara antara pewawancara dan subjek direkam

untuk menghindari hilangnya atau terlewatnya informasi.

Dengan memperhatikan ketentuan pemilihan subjek penelitian, maka ditetapkan

subjek penelitian sebanyak 19 orang siswa. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-

data tentang siswa pada Kemampuan Pemahaman Matematis Pada Materi sistem

persamaan linear dua variabel.

3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Patton mengatakan bahwa menganalisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema serta dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data. Pada penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pemahaman

matematis dan kemandirian siswa dalam memecahkan masalah-masalah sistem persamaan

linear dua variabel. Selanjutnya Moleong mengatakan bahwa analisis data dilakukan dalam

suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data

dan dikerjakan secara intensif yaitu sesudah meninggalkan lapangan.

Proses kegiatan analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap-

tahap sebagai berikut:

1. Mereduksi Data

Setelah membaca dan mempelajari data yang diperoleh dari tes, wawancara dan

catatan lapangan, maka dilakukan reduksi data. Reduksi data diartikan sebagai proses
22

menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan dan mengabstraksikan data yang diperoleh,

membuang yang tidak perlu dari hasil kerja dan hasil wawancara siswa. Dalam melakukan

reduksi langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Rekaman diputar beberapa kali sampai jelas dan benar apa yang diungkapkan siswa saat

wawancara, kemudian mencatat semua pembicaraan tersebut.

b. Hasil transkrip diperiksa ulang kebenarannya oleh peneliti dengan mendengarkan ulang

kembali ungkapan- ungkapan di saat wawancara. Hal ini dilakukan untuk mengurangi

kesalahan transkripsi yang dilakukan.

c. Hasil transkrip untuk setiap obyek diketik sesuai dengan informasi yang diperlukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun rapi dan terorganisir

sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data tersebut. Pada tahap ini data

yang telah ditranskripkan dapat dilakukan klasifikasi data agar data yang dikumpulkan

terorganisir dengan baik, dan dapat digunakan untuk menarik kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah data terkumpul, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi yaitu

kegiatan merangkum berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan penyajian

data. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, didapatkan rata-rata perhitungan yang

berdasarkan masing-masing indikator kemampuan pemahaman matematis siswa yaitu

sebagai berikut.
23

Tabel 1

Rerata Hitung setiap Indikator dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

dan Kategorinya

Rata-rata Kategori
No. Indikator
Menyatakan ulang Sangat rendah
1 6.27
sebuah konsep
Mengklasifikasikan Sangat rendah
objek-objek menurut
2 sifat-sifat tertentu 3.07
(sesuai dengan
konsepnya)
Memberikan contoh Sangat rendah
3 dan non contoh dari 4.80

konsep
Menyajikan konsep Sangat rendah
4 dalam berbagai bentuk 0.267
representasi matematis
Mengembangkan syarat Sangat rendah
5 perlu atau syarat cukup 2.40
suatu konsep
Menggunakan, Sangat rendah
memanfaatkan, dan
6 7.47
memilih prosedur atau
operasi tertentu
Mengaplikasikan Sangat rendah
7 konsep atau algoritma 0.53
pemecahan masalah
24

Klasifikasi :

 81 – 100 = Tinggi

 51 – 80 = Sedang

 31 – 50 = Rendah

 0 – 30 = Sangat rendah

Indikator pemahaman konsep matematika diatas merujuk pada Peraturan Dirjen

Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 yakni: (1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2)

mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), (3)

memberikan contoh dan non contoh dari konsep, (4) menyajikan konsep dalam berbagai

bentuk representasi matematis, (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu

konsep, (6) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan

(7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Berdasarkan tabel 1, indikator 1-7 semuanya dikategorikan sangat kurang karena

rata-ratanya jauh dari minimal cukup yaitu > 50. Hal ini disebabkan siswa yang belum

memahami dan menguasai konsep dari sistem persamaan linear dua variabel.

Pada indikator ke-1 yakni, “menyatakan ulang sebuah konsep”, terlihat pada

jawaban siswa yang hanya bisa menjawab beberapa sifat-sifat sistem persamaan linear dua

variabel dan masih ada beberapa siswa yang menjawab keliru.

Pada indikator ke-2 yakni, “mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat

tertentu (sesuai dengan konsepnya)”, ini dilihat pada jawaban siswa yang masih bingung

dengan gambar yang disajikan.

Pada indikator ke-3 yakni, “memberikan contoh dan non contoh dari konsep”, ini

dilihat pada jawaban siswa yang masih bingung.


25

Pada indikator ke-4 yakni, “menyajikan konsep dalam berbagai bentuk

representasi matematis”, indikator ke-4 ini termasuk yang paling rendah diantara semua

indikator pemahaman matematis karena nilainya yaitu 0,267. Terbukti juga pada jawaban

siswa

Pada indikator ke-5 yakni, “mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu

konsep”, terbukti pada jawaban siswa yang hanya sebagian yang mampu menjawab.

Pada indikator ke-6 yakni, “menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur

atau operasi tertentu”, indikator ke-6 ini termasuk yang paling besar rata-ratanya diantara

semua indikator yaitu sebesar 7,47. Terbukti bahwa sebagian besar siswa mampu menjawab.

Dan pada indikator ke-7 yakni, “mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan

masalah”, indikator ke-7 ini termasuk indikator kedua terendah setelah indikator ke-4

dengan nilai rata-ratanya yaitu 0,53. Terbukti bahwa pada jawaban siswa banyak yang salah.

Selanjutnya kemandirian siswa dalam belajar juga merupakan salah satu faktor

penting yang harus diperhatikan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Kemandirian

merupakan salah satu segi dari sifat seseorang. Kemandirian siswa dalam belajar merupakan

suatu hal yang sangat penting dan perlu dikembangkan pada siswa sebagai individu yang

diposisikan sebagai peserta didik.

Dengan ditumbuh kembangkannya kemandirian pada siswa, membuat siswa dapat

mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang

memiliki kemandirian belajar yang tinggi akan berusaha menyelesaikan latihan atau tugas

yang diberikan oleh guru dengan kemampuan yang dimilikinya, sebaliknya siswa yang

memiliki kemandirian belajar yang rendah akan tergantung pada orang lain.

Menurut Mudjiman (Assagaf 2014: 5), belajar mandiri dapat diartikan sebagai

kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat untuk menguasai suatu kompetensi guna

mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang

telah dimiliki.
26

Berikut rata-rata tingkat kemandirian belajar siswa kelas X di MAN Lhokseumawe

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Rerata Hitung setiap Indikator dari Kemandirian Belajar Siswa dan Kategorinya

No Kategori
Indikator Persen
.
-tase
Memiliki hasrat Baik
bersaing untuk 83.30
1
maju demi %
kebaikan dirinya
Mampu
mengambil
keputusan dan
62.50
2 inisiatif untuk Cukup
%
mengatasi
masalah yang
dihadapi
Memiliki
kepercayaan diri
3 dalam 80% Baik
mengerjakan
tugas-tugasnya
Bertanggungjawa
b terhadap apa 82.70
4 Baik
yang %
dilakukannya
Mampu
memutuskan atau
84.40
5 mengerjakan Baik
%
sesuatu tanpa
bantuan orang
27

lain

Adanya inisiatif
85.27
6 pada kegiatan Baik
%
belajar

Klasifikasi :

 86 – 100 = Sangat baik

 66 – 85 = Baik

 46 – 65 = Cukup

 26 – 45 = Kurang

 0 – 25 = Sangat kurang

Tahar (2006) menyatakan bahwa kemandirian belajar merupakan kesiapan dari siswa

yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan

pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metoda belajar, dan evaluasi hasil belajar.

Kemandirian belajar menuntut tanggung jawab yang besar pada diri siswa sehingga siswa

berusaha melakukan berbagai kegiatan utnuk tercapainya tujuan belajar.

Salah satu faktor penyebab kemandirian belajar matematika adalah siswa. Pada saat

kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung pasif. Perasaan takut dalam belajar

matematika disebabkan karena siswa menganggap matematika adalah bidang studi yang

paling sulit bila dibandingkan dengan bidang studi lainnya. Sehingga siswa terlihat sering

menyontek dan bertanya kepada temannya saat mengerjakan soal. Faktor penghambat lain

adalah cara mengajar guru yang kurang menarik. Guru kurang menerapkan strategi

pembelajaran yang bervariasi.


28

Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa sebagian besar indikator kemandirian belajar

siswa kelas X MAN Lhokseumawe dikategorikan baik. Dapat disimpulkan bahwa

kemampuan pemahaman matematis siswa dikategorikan sangat rendah yang dibuktikan

dengan jawaban siswa yang banyak melakukan kesalahan atau keliru. Sedangkan

kemandirian belajar siswa dikategorikan baik.


29

DAFTAR PUSTAKA

Atni, WI. 2010. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Dan Penguasaan Konsep
Matematika Siswa Kelas VI SD Negeri Cepagan 01 Batang. Tersedia pada
eprints.uny.ac.id/1437/2/isi.rar. Diakses pada tanggal 26 Desember 2020.

Aripin, U. 2016. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa SMP melalui


Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah. P2M STKIP Siliwangi, 2(1), 120-127.

Harja, Media. 2012. Pemahaman Konsep Matematis. Tersedia pada


http://mediaharja.blogspot.co.id/2012/05/pemahaman-konsep-matematis.html. Diakses
pada tanggal 26 Desember 2020.

Hendriana, H., & Sumarmo, U. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung:


Refika Aditama.

Jainuri, M. Pemahaman Konsep Matematis. Tersedia pada


https://www.academia.edu/6942541/Pemahaman_Konsep. Diakses pada tanggal 26
Desember 2020..

Nurina, Lia Amalia. 2014. Strataegi everyone is a teacher here untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis dan kemandirian belajar siswa SMP. Tersedia
pada repository.upi.edu. Diakses pada. tanggal 27 Desember 2020..

Puspitasari, I., Purwasih, R., Nurjaman, A., & Wahyuni, S. 2017. Analisis Hambatan
Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Program Linear. JIPM (Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika), 6(1), 39–46.

Putra, H. D., Setiawan, H., Nurdianti, D., Retta, I., & Desi, A. 2018. Kemampuan
Pemahaman Matematis Siswa SMP di Bandung Barat. Jurnal Pendidikan Matematika,

Rohaeti, E. E. 2012. Analisis pembelajaran konsep esensial matematika sekolah menengah


melalui pendekatan kontekstual socrates. Infinity: Jurnal Ilmiah Program Studi
Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 1(2), 186–191.

Sari, S., Elniati, S., & Fauzan, A. 2014. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Viii
Smp Negeri 1 Padang Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Jurnal Pendidikan Matematika,
3(2), 54– 59.

Sariningsih, R. 2014. Pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemahaman


matematis siswa smp. Infinity: Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP
Siliwangi Bandung, 3(2), 150–163.

.
30

Anda mungkin juga menyukai