PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
RAHMATILLAH
NIM : 180710052
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, selawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi
Muhammad shallallahu ’alaihi wasalam yang telah membawa umat manusia dari alam
dapat diselesaikan. Proposal ini merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan
Malikussaleh.
Pada kesempatan ini penulis mengungkapkan terima kasih kepada Ibu Nuraina,
S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing yang selalu bijaksana memberikan nasehat serta
Penulis sudah semaksimal mungkin dalam penyelesaian proposal ini, tetapi jika
terdapat kekurangan dalam proposal ini, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan agar penulis dapat melakukan perbaikan penulisan dimasa yang akan datang.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Rahmatillah
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu hal terpenting yang ada dalam kehidupan manusia.
Tanpa danya pendidikan kehidupan manusia tidak akan teratur. kedudukan pendidikan
dianggap sangat penting karena kehidupan yang semakin maju dan zaman semakin canggih,
merupakan peranan dari pendidikan. Dalam pendidikan ada perangkat yang yang terlibat
sarana dan prasarana, media serta peserta didik atau siswa yang merupakan calon penerus
Dunia dihebohkan dengan adanya pandemi yang hampir mengenai seluruh dunia.
Semua aktivitas lumpuh dikarenakan penyebaran virus yang sangat cepat sehingga perlu
penanganan yang lebih. Purwanto (Warmi, Dkk, 2020) menyatakan pandemi covid
merupakan sektor yang terkena dampak yang sangat signifikan sehingga banyak negara
menutup sekolah dikarenakan pandemi ini. Penutupan sekolah didasarkan agar penyebaran
Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mudah ditemukan
pada berbagai lini aktivitas manusia. Di dunia pendidikan sendiri, matematika merupakan
mata pelajaran wajib diampu oleh setiap siswa, ini tak lepas dari betapa pentingnya
agar tercipta pola pikir yang sistematis dari yang mudah sampai yang sukar.
1
matematik siswa (Hendriana & Sumarmo, 2014). Tiga tahap pertama tergolong pada
berpikir tingkat rendah dan tiga berikutnya tergolong pada berpikir tingat tinggi. Dengan
rendah.
memahami arti dari suatu konsep matematika. Aripin (2015:120-127) mengatakan bahwa
pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti
atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Pada kenyataannya di lapangan siswa
hanya menghafal rumus tanpa mengetahui dari mana rumus tersebut didapat.
matematis penting untuk dimiliki siswa, karena kemampuan tersebut merupakan prasyarat
Dari paparan diatas, pentingnya pemahaman masalah matematis tak lepas dari
kendala atau kesulitan tersendiri yang dialami oleh siswa. Rohaeti (2012:186-191)
mengatakan bahwa salah satu penyebab siswa lemah dalam matematika adalah kurang
dasar matematika (aksiomatik, definisi, kaidah dan teorema) yang berkaitan dengan pokok
Sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru MAN
27,72% siswa berkemampuan pemahaman tinggi. Berdasarkan uraian di atas maka yang
harus tetap dijaga dalam situasi pandemi Covid 19 adalah kemampuan pemahaman
matematis siswa.
Walgito (Warmi, dkk, 2020) mengungkapkan bahwa untuk mengetahui persepsi seseorang
dapat ditinjau dari indikator- indikatornya yaitu: (1) penyerapan terhadap rangsang atau
objek dari luar individu. Rangsang atau objek diterima dan diserap oleh panca indra sendiri-
Hasil penyerapan oleh panca indra tersebut akan memberikan gambaran, tanggapan,
atau kesan didalam otak; (2) pengertian atau pemahaman terhadap objek. Setelah terjadi
Hal yang tak kalah penting dalam situasi darurat seperti sekarang ini adalah
kemandirian belajar siswa Bungsu et al ( Warmi , dkk, 2020). Siswa dengan kemandirian
belajar yang baik dapat mengontrol dirinya sendiri dan bertindak sesuai dengan tanggung
jawabnya Bungsu et al ( Warmi , dkk, 2020), melalui kemandirian belajar hasil belajar
dikarenakan sejalan dengan hasil belajar siswa. Kemandirian secara sederhana dapat
diartikan aktivitas yang tidak bergantung kepada orang lain Suhendri ( Warmi , dkk,
2020).
8
Jika dihubungkan dengan siswa dalam belajar maka siswa tersebut memiliki
inisiatif dalam belajar secara sendiri dan mampu bertanggungjawab atas pekerjaannya
sendiri, siswa dengan kemandirian belajar yang baik akan mampu menginisiasi dirinya
secara serius dalam belajar sehingga siswa dengan kemandirian belajar yang baik akan
mampu melaksanakan tugas yang dilakukannya untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Kemandirian merupakan bekal yang harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat hidup
dengan baik dan merupakan kecakapan dasar yang perlu dimiliki siswa Ningsih &
belajar yang baik, cenderung belajar dengan baik dan dapat mengevaluasi apa yang
dapat mencapai hasil belajar terbaiknya. Dari uraian diatas maka perlu dikaji dan diteliti lebih
lanjut dan mendalam bagaimana pemahaman dan kemandirian belajar siswa dapat
terlaksana dan berkembang dengan baik, sehingga peneliti tertarik mengambil judul
“Analisis Kemampuan Pemahaman Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Matematika Di Masa Pandemi Covid Pada Siswa Kelas X MAN Lhokseumawe.
9
Merujuk pada latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas maka identifikasi
sangat baik.
keseluruhan. Penelitian ini hanya dibatasi pada pemahaman matematis dan kemandirian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
pandemi?
10
pandemi.
Manfaat dilakukan penelitian ini untuk membekali siswa dengan pemahaman dan
Manfaat bagi penelitian ini sebagai pengalaman yang bermanfaat untuk mengetahui
Manfaat untuk lembaga pendidikan untuk referensi bagi yang ingin melakukan
Penulis dapat merumuskan dan akan membuktikan hipotesis penelitian sebagai berikut:
pandemi .
Masa pandemi covid ialah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom
pernapasan akut. Covid banyak membawa dampak baik maupun buruk bagi semua
makhluk hidup dan alam semesta. Segala daya dan upaya sudah dilakukan pemerintah
guna memperkecil kasus penularan covid, tak terpungkiri salah satunya adalah
kebijakan belajar online, atau dalam jaringan daring untuk seluruh siswa karena
yang meliputi: kemampuan menyerap suatu materi, mengingat rumus dan konsep
matematika serta menerapkannya dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa.
12
3. Kemandirian belajar
Kemandirian belajar adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif
untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah dan dibangun
dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Dan juga sebagai
kemampuan siswa untuk mengatur dirinya sendiri dalam kegiatan belajar atas
inisiatifnya sendiri dan bertanggung jawab, tanpa selalu bergantung pada orang lain.
13
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Kemampuan yang dimiliki siswa merupakan sebagai modal untuk melakukan sesuatu,
kekuatan melakukan sesuatu. Kemampuan matematis yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental, berpikir,
Kemampuan matematika setiap siswa berbeda-beda, ada siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah. Dalam penelitian ini kemampuan matematika siswa di
klasifikasikan kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mendapatkan
kategori tersebut, maka perlu dibuat acuan konversi nilai dari hasil tes kemampuan
materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu
menekankan pada pemahaman, dimana dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan
penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Menurut Van de Walle pemahaman dapat
didefinisikan sebagai ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu pengetahuan yang sudah
ada. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang
disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep
yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Hudoyo yang menyatakan: tujuan mengajar adalah
mekanikal yang dicirikan oleh mengingat dan menerapkan rumus secara rutin dan
rumus atau konsep dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa, 3) pemahaman rasional
yang dicirikan dengan membuktikan suatu rumus atau teorema dan 4) pemahaman intuitif
yang dicirikan dengan memperkirakan kebenaran dengan pasti sebelum menganalisis lebih
lanjut.
para guru mengharapkan pemahaman yang dicapai siswa tidak terbatas pada pemahaman
yang bersifat dapat menghubungkan. Menurut Ausubel bahwa belajar bermakna bila
informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki
siswa sehingga siswa dapat mengkaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang
dimiliki. Artinya siswa dapat mengkaitkan antara pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya dengan keadaan lain sehingga belajar bukan hanya mejadi perpindahan
pengetahuan tetapi juga sebagai bagian dari proses kognitif dalam belajar memahami
memahami arti dari suatu konsep matematika. Purwanto (Aripin, 2015) mengatakan bahwa
pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti
atau konsep situasi serta fakta yang diketahuinya. Pada kenyataannya di lapangan siswa
hanya menghapal rumus tanpa mengetahui dari mana rumus tersebut didapat.
Kemampuan pemahaman juga merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki siswa
saat itulah orang tersebut mulai merintis kemampuan-kemampuan berpikir matematis yang
lainnya.
swakarsa tanpa perantara dan secara spontanitas yakni ada kebebasan bagi keputusan,
Konsep kemandirian belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar
hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai keterampilan, pengembangan
penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri sendiri, apabila ia mengalami
kesempurnaan dan keutuhan kedua unsur (budi dan akal) dalam kesatuan pribadi. Dengan
organisasi tingkah laku pada seseorang, sehingga tidak goyah, memiliki self reliance atau
kepercayaan diri sendiri. Seseorang yang mempunyai sikap mandiri harus dapat
mengaktualisasikan secara optimal dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain.
Menurut Dr. Musthofa Fahmi belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan-
perubahan tingkah laku atau pengalaman. Dengan kata lain yang lebih rinci belajar adalah
suatu aktivitas atau usah yang disengaja dan menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang
baru berkenaan dengan aspek psikis dan fisik yang relatif bersifat konstan. Cronbach
16
berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Drs. Slameto belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dapat disimpulkan bahwa, kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar yang
mandiri tidak tergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung jawab
apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan
selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan siswa
Kemandirian belajar seseorang tampak dalam merancang strategi belajar sendiri, mampu
berpikir kreatif penuh inisiatif, memiliki rasa percaya diri, memiliki keinginan yang kuat
untuk mencapai tujuan (motivasi diri) dan memiliki rasa tanggung jawab. Berikut indikator
kemandirian belajar yaitu: a.) memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya,
b.) mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, c.)
terhadap apa yang dilakukannya, e.) mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa
Belajar Siswa
juga harus memperhatikan psikologis siswa dalam proses pembelajaran, karena aspek
psikologis juga turut memberi kontribusi terhadap keberhasilan seseorang dalam belajar
matematika dengan baik. Salah satu aspek psikologis tersebut adalah kemandirian belajar
siswa.
17
18
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian ini lebih memfokuskan pada gambaran tentang kemampuan pemahaman konsep
matematis dan kemandirian belajar siswa serta data yang dikumpulkan dan dipaparkan
dalam bentuk rangkaian kalimat. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel
bedasarkan hasil wawancara dengan guru dan beberapa siswa, dimana siswa di sekolah
tersebut banyak mengalami kendala dalam proses pembelajaran matematika apalagi dimasa
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti dalam suatu penelitian, dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X MAN Lhokseumawe
yang terdiri dari 19 siswa. Sampel penelitian diambil 19 siswa kelas MAN Lhokseumawe.
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih peneliti dalam kegiatan
mengumpulkan data agar kegiatanya menjadi sistematis dan lebih mudah. Adapun
instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sedangkan instrumen bantu
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu lembar pedoman tes dan lembar pedoman
wawancara.
19
1. Instrumen utama
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti mencari dan
mengumpulkan data terhadap pemahaman matematis siswa dalam membangun konsep pada
materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel melalui pengamatan dan wawancara berbasis
tugas. Sebagai instrumen utama, peneliti berinteraksi secara langsung dengan subjek
2. Instrumen bantu
a. Soal Tes
Pedoman Tes, yaitu alat bantu berupa tes tertulis mengenai materi sistem persamaan
linear dua variabel. Tes tertulis ini berupa tes uraian yang dengan jumlah beberapa soal.
Soal tes yang digunakan adalah soal-soal untuk memicu proses berpikir siswa yang diambil
dari soal-soal tentang pemahaman matematis siswa pada materi sistem persamaan linear
dua variabel.
b. Pedoman Wawancara
wawancara yang berupa garis besar pertanyaan yang akan diajukan kepada subjek
penelitian, yang bertujuan menggali informasi sebanyak mungkin tentang apa, mengapa,
pertanyaan, kata-kata, dan penyajian yang sama untuk setiap subjek. Akan tetapi pertanyaan
dalam wawancara dapat berkembang tanpa pedoman (bebas) tergantung jawaban awal
setiap subjek.
Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data, hal ini dilakukan untuk
memperoleh data berupa langkah-langkah prosedural secara tertulis dari penyelesaian soal,
serta penjabaran langsung mengenai prosedur yang digunakan dalam menyelesaikan soal,
20
dan kemudian akan didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti. Teknik-
1. Tes
Tes adalah berbagai pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Peneliti memberikan suatu tes untuk mengumpulkan informasi
tentang siswa terhadap proses permasalahan pada materi sistem persamaan linear dua
variabel dengan begitu dapat dilihat cara pengerjaan siswa pada materi tersebut. Bentuk tes
yang rencananya digunakan dalam penelitian ini adalah tes dengan soal cerita karena dapat
penelitian.
kemandirian siswa, dalam arti bahwa siswa menyelesaikan masalah benar-benar dengan
kemampuan siswa dalam memahami materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, juga
sebagai penetuan subjek penelitian. Setelah subjek didapatkan, subjek akan dibagi kedalam
tiga kelompok yaitu siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
b. Peneliti melakukan tes penyelesaian masalah untuk melihat sejauh mana pemahaman
matematis siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Hal ini dilakukan
matematis siswa itulah yang nantinya akan menjadi data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini.
21
Wawancara ini digunakan untuk menjaring data kualitatif sebanyak -banyaknya dari
subyek yang berkaitan dengan kemampuan pemahaman matematis siswa pada materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dalam bentuk soal cerita. Wawancara dalam
penelitian ini menggunakan wawancara bersifat terbuka, tidak berstruktur dan terpisah pada
waktu berbeda untuk setiap subjek penelitian. Untuk mendapatkan data yang sesuai, maka
subjek penelitian sebanyak 19 orang siswa. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-
data tentang siswa pada Kemampuan Pemahaman Matematis Pada Materi sistem
mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema serta dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Pada penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pemahaman
linear dua variabel. Selanjutnya Moleong mengatakan bahwa analisis data dilakukan dalam
suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data
Proses kegiatan analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap-
1. Mereduksi Data
Setelah membaca dan mempelajari data yang diperoleh dari tes, wawancara dan
catatan lapangan, maka dilakukan reduksi data. Reduksi data diartikan sebagai proses
22
membuang yang tidak perlu dari hasil kerja dan hasil wawancara siswa. Dalam melakukan
a. Rekaman diputar beberapa kali sampai jelas dan benar apa yang diungkapkan siswa saat
b. Hasil transkrip diperiksa ulang kebenarannya oleh peneliti dengan mendengarkan ulang
kembali ungkapan- ungkapan di saat wawancara. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
c. Hasil transkrip untuk setiap obyek diketik sesuai dengan informasi yang diperlukan.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun rapi dan terorganisir
sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data tersebut. Pada tahap ini data
yang telah ditranskripkan dapat dilakukan klasifikasi data agar data yang dikumpulkan
3. Penarikan Kesimpulan
Setelah data terkumpul, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi yaitu
kegiatan merangkum berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan penyajian
data. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, didapatkan rata-rata perhitungan yang
sebagai berikut.
23
Tabel 1
dan Kategorinya
Rata-rata Kategori
No. Indikator
Menyatakan ulang Sangat rendah
1 6.27
sebuah konsep
Mengklasifikasikan Sangat rendah
objek-objek menurut
2 sifat-sifat tertentu 3.07
(sesuai dengan
konsepnya)
Memberikan contoh Sangat rendah
3 dan non contoh dari 4.80
konsep
Menyajikan konsep Sangat rendah
4 dalam berbagai bentuk 0.267
representasi matematis
Mengembangkan syarat Sangat rendah
5 perlu atau syarat cukup 2.40
suatu konsep
Menggunakan, Sangat rendah
memanfaatkan, dan
6 7.47
memilih prosedur atau
operasi tertentu
Mengaplikasikan Sangat rendah
7 konsep atau algoritma 0.53
pemecahan masalah
24
Klasifikasi :
81 – 100 = Tinggi
51 – 80 = Sedang
31 – 50 = Rendah
0 – 30 = Sangat rendah
Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 yakni: (1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2)
memberikan contoh dan non contoh dari konsep, (4) menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematis, (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu
konsep, (6) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan
rata-ratanya jauh dari minimal cukup yaitu > 50. Hal ini disebabkan siswa yang belum
memahami dan menguasai konsep dari sistem persamaan linear dua variabel.
Pada indikator ke-1 yakni, “menyatakan ulang sebuah konsep”, terlihat pada
jawaban siswa yang hanya bisa menjawab beberapa sifat-sifat sistem persamaan linear dua
tertentu (sesuai dengan konsepnya)”, ini dilihat pada jawaban siswa yang masih bingung
Pada indikator ke-3 yakni, “memberikan contoh dan non contoh dari konsep”, ini
representasi matematis”, indikator ke-4 ini termasuk yang paling rendah diantara semua
indikator pemahaman matematis karena nilainya yaitu 0,267. Terbukti juga pada jawaban
siswa
Pada indikator ke-5 yakni, “mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu
konsep”, terbukti pada jawaban siswa yang hanya sebagian yang mampu menjawab.
atau operasi tertentu”, indikator ke-6 ini termasuk yang paling besar rata-ratanya diantara
semua indikator yaitu sebesar 7,47. Terbukti bahwa sebagian besar siswa mampu menjawab.
Dan pada indikator ke-7 yakni, “mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan
masalah”, indikator ke-7 ini termasuk indikator kedua terendah setelah indikator ke-4
dengan nilai rata-ratanya yaitu 0,53. Terbukti bahwa pada jawaban siswa banyak yang salah.
Selanjutnya kemandirian siswa dalam belajar juga merupakan salah satu faktor
penting yang harus diperhatikan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Kemandirian
merupakan salah satu segi dari sifat seseorang. Kemandirian siswa dalam belajar merupakan
suatu hal yang sangat penting dan perlu dikembangkan pada siswa sebagai individu yang
mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang
memiliki kemandirian belajar yang tinggi akan berusaha menyelesaikan latihan atau tugas
yang diberikan oleh guru dengan kemampuan yang dimilikinya, sebaliknya siswa yang
memiliki kemandirian belajar yang rendah akan tergantung pada orang lain.
Menurut Mudjiman (Assagaf 2014: 5), belajar mandiri dapat diartikan sebagai
kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat untuk menguasai suatu kompetensi guna
mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang
telah dimiliki.
26
Tabel 2
Rerata Hitung setiap Indikator dari Kemandirian Belajar Siswa dan Kategorinya
No Kategori
Indikator Persen
.
-tase
Memiliki hasrat Baik
bersaing untuk 83.30
1
maju demi %
kebaikan dirinya
Mampu
mengambil
keputusan dan
62.50
2 inisiatif untuk Cukup
%
mengatasi
masalah yang
dihadapi
Memiliki
kepercayaan diri
3 dalam 80% Baik
mengerjakan
tugas-tugasnya
Bertanggungjawa
b terhadap apa 82.70
4 Baik
yang %
dilakukannya
Mampu
memutuskan atau
84.40
5 mengerjakan Baik
%
sesuatu tanpa
bantuan orang
27
lain
Adanya inisiatif
85.27
6 pada kegiatan Baik
%
belajar
Klasifikasi :
66 – 85 = Baik
46 – 65 = Cukup
26 – 45 = Kurang
0 – 25 = Sangat kurang
Tahar (2006) menyatakan bahwa kemandirian belajar merupakan kesiapan dari siswa
yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan
pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metoda belajar, dan evaluasi hasil belajar.
Kemandirian belajar menuntut tanggung jawab yang besar pada diri siswa sehingga siswa
Salah satu faktor penyebab kemandirian belajar matematika adalah siswa. Pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung pasif. Perasaan takut dalam belajar
matematika disebabkan karena siswa menganggap matematika adalah bidang studi yang
paling sulit bila dibandingkan dengan bidang studi lainnya. Sehingga siswa terlihat sering
menyontek dan bertanya kepada temannya saat mengerjakan soal. Faktor penghambat lain
adalah cara mengajar guru yang kurang menarik. Guru kurang menerapkan strategi
dengan jawaban siswa yang banyak melakukan kesalahan atau keliru. Sedangkan
DAFTAR PUSTAKA
Atni, WI. 2010. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Dan Penguasaan Konsep
Matematika Siswa Kelas VI SD Negeri Cepagan 01 Batang. Tersedia pada
eprints.uny.ac.id/1437/2/isi.rar. Diakses pada tanggal 26 Desember 2020.
Nurina, Lia Amalia. 2014. Strataegi everyone is a teacher here untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis dan kemandirian belajar siswa SMP. Tersedia
pada repository.upi.edu. Diakses pada. tanggal 27 Desember 2020..
Puspitasari, I., Purwasih, R., Nurjaman, A., & Wahyuni, S. 2017. Analisis Hambatan
Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Program Linear. JIPM (Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika), 6(1), 39–46.
Putra, H. D., Setiawan, H., Nurdianti, D., Retta, I., & Desi, A. 2018. Kemampuan
Pemahaman Matematis Siswa SMP di Bandung Barat. Jurnal Pendidikan Matematika,
Sari, S., Elniati, S., & Fauzan, A. 2014. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Viii
Smp Negeri 1 Padang Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Jurnal Pendidikan Matematika,
3(2), 54– 59.
.
30