Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jumat: Mewaspadai Dosa Tersembunyi

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Dalam sebuah ayat, Allah ta’ala berfirman:

۟ ‫ما َكا ُن‬


َ‫وا يَ ْق َت ِرفُون‬ َ ِ‫ج َز ْونَ ب‬
ْ ‫س ُي‬ َ ‫س ُبونَ ٱإْل ِ ْث‬
َ ‫م‬ َ ‫ۚه إِنَّ ٱلَّ ِذ‬Cُُۚ ‫ط َن‬
ِ ‫ين يَ ْك‬ ِ ‫ْم َوبَا‬ ٰ ‫وا‬
ِ ‫ظَ ِه َر ٱإْل ِ ث‬ ۟ ‫َوذ َُر‬

“Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang-
orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat),
disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.“ (QS. Al An’aam: 120)

Ayat Allah yang mulia ini mengingatkan manusia tentang dua macam dosa yang
menimpa manusia. Keduanya sama-sama berbahaya dan wajib ditinggalkan. Dosa itu
adalah dosa zahir (terlihat dan terdengar) dan dosa batin (kemaksiatan hati).
Sebagaimana istilah itu sendiri, dosa zahir merupakan bentuk dosa yang jelas tampak di
depan kasat mata kita, atau terdengar oleh telinga kita. Contohnya seperti minum
khamr, zina, judi, membunuh, ghibah, mengadu domba dan lain-lain. Sedangkan dosa
batin adalah dosa yang sifatnya tersembunyi, menyangkut dengan hati kita masing-
masing, contohnya; sombong, hasad, congkak, riya’ dan lan sebagainya.

Umumnya, banyak di antara kita yang sadar dan mampu menghindarkan diri dari
setiap perbuatan dosa lahiriyah, namun sedikit sekali yang mampu selamat dari dosa
batin. Banyak di antara kita yang mampu menjaga diri dari larangan berbuat zina, judi,
minum khamer dan sebagainya, namun terkadang tidak sedikit di antara kita yang sulit
menjaga hati ini dari maksiat-maksiat batin; sombong, merasa paling hebat sendiri lalu
meremehkan yang lain, tidak ikhlas dalam beramal atau ketika memberi, suka pamer,
hasad, dengki dan sebagainya.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Padahal bila kita telusuri lebih dalam tentang wejangan para ulama dalam hal ini,
maka kita akan menyimpulkan bahwa dosa batin yang sulit kita hindari itu justru lebih
berbahaya daripada dosa zahir. Mengapa demikian? Mari kita mulai dengan sebuah
hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Nu’aim bin Basyir, Nabi SAW bersabda:
‫ي‬ ِ ‫ أَال َ َو‬،‫ ُد ُكل ُّ ُه‬C ‫س‬
َ ‫ه‬ َ ‫ َد ا ْل‬C ‫س‬
َ ‫ج‬ َ ‫ت َف‬ َ ‫ َوإِذَا َف‬،‫ ُد ُكل ُّ ُه‬C ‫س‬
ْ ‫ َد‬C ‫س‬ َ ‫ج‬ َ َ‫صل‬
َ ‫ح ا ْل‬ َ ‫ت‬ َ َ‫صل‬
ْ ‫ح‬ َ ‫ إِذَا‬،‫ض َغ ًة‬
ْ ‫س ِد ُم‬ َ ‫أَال َ َوإِنَّ فِي ا ْل‬
َ ‫ج‬
ُ ‫ا ْل َق ْل‬
‫ب‬

“…Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila ia baik,
baiklah seluruh jasadnya dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya.
Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati,” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maknanya, sumber kerusakan yang terjadi pada manusia justru bermula dari
rusaknya hati karena maksiat-maksiat yang menutupinya. Efeknya, ketika hati rusak
maka jasad manusia pun ikut terbawa kepada kerusakan. Karena itu, dalam makna
yang lebih luas, hadis ini ada kaitannya dengan sabda Nabi SAW:

“Sesungguhnya Allah tidaklah melihat kepada bentuk-bentuk tubuh dan harta-


harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal-amal kalian,” (HR. Muslim)

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Dosa zahir umunya terjadi karena adanya dosa batin, ketika hatinya rusak
dengan maksiat-maksiat batin maka hal itu akan membawa pengaruh kepada raganya
untuk bertindak dengan maksiat yang zahir. Dosa pertama kali yang dilakukan oleh
anak adam di muka bumi menjadi contoh yang cukup nyata. Yaitu ketika hati Qabil
memiliki hasad kepada Habil yang kemudian berujung kepada pembunuhan.

Karena itu, dalam kitab Zaadul Masiir (9/276), Imam Ibnul Jauzi berkata, “Hasad
adalah (termasuk) tabiat yang terjelek. Ia menjadi penyebab adanya maksiat pertama
kali di langit, yaitu hasad iblis kepada Nabi Adam ‘alahis salam dan penyebab adanya
maksiat pertama kali di muka bumi, yaitu hasad Qabil kepada Habil,”

Demikian juga dengan kekufuran yang dilakukan oleh orang-orang yahudi ketika
risalah Islam disampaikan oleh Nabi SAW. Tidak ada yang menghalangi mereka untuk
beriman kecuali karena hasad yang ada dalam hati mereka.
“Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan
kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman karena dengki yang (timbul) dari diri
mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran,” (Al-Baqarah: 109)

Sama halnya dengan Fir’aun yang menolak risalah yang disampaikan oleh Nabi
Musa ‘Alaihissalam, juga karena rasa sombong yang mengotori hatinya. Allah ta’ala
berfirman:

“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal


hati mereka meyakini (kebenaran)nya…” (QS. An-Naml: 14)

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Dosa zahir, pada umumnya juga mudah menyadarkan pelakunya. Banyak pelaku
maksiat zahir yang mengaku kalau apa yang dilakukannya adalah salah dan kemudian
sadar untuk berubah. Demikian juga dalam pandangan orang lain, perbuatannya akan
dianggap melampaui batas. Sehingga harapan untuk sadar dan bertaubat lebih terbuka.
Sedangkan perbuatan dosa batin, biasanya pelakunya tidak sadar atau bahkan
menganggap dirinya tidak bersalah. Sehingga pintu taubat pun akan terasa sulit
baginya.

Dua contoh di berikut ini akan menggambarkan hal itu, pertama: kisah taubatnya Nabi
Adam ‘alaihissalam, beliau melakukan perbuatan dosa zahir dengan memakan buah dari
pohon yang terlarang, kemudian setelah itu beliau tersadarkan dan dengan mudah
kembali kepada Allah, Allah ta’ala berfirman tentang penyesalan dan pertaubatan beliau
dan istrinya:

‫ين‬
َ ‫س ِر‬ َ ‫ن ا ْل‬
ِ ‫خا‬ َّ َ‫م َنا لَ َنكُون‬
َ ‫ن ِم‬ َ ‫م تَ ْغ ِف ْر لَ َنا َوتَ ْر‬
ْ ‫ح‬ َ ‫م َنا أَ ْن ُف‬
ْ َ‫س َنا َوإِنْ ل‬ ْ َ‫قَااَل َربَّ َنا ظَل‬

“Keduanya berkata, “Ya Tuhan Kami, Kami telah menganiaya diri Kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah
Kami termasuk orang-orang yang merugi,” (QS. Al-A’raf: 23).
Berbeda halnya dengan iblis, dosanya jenis dosa batin, yaitu sombong, maka
terasa berat baginya untuk bertaubat. Bahkan dia menganggap dirinya lah berada di
atas kebenaran. Dalam Al-Quran Allah Ta’ala abadikan beberapa kali kisah iblis ini. Di
antaranya Allah Ta’ala berfirman:

‫ين‬ َ ‫ن ا ْل‬
َ ‫كافِ ِر‬ َ ‫اس َت ْكبَ َر َو َكانَ ِم‬ ٰ َ‫يس أَب‬
ْ ‫ى َو‬ َ ِ‫ج ُدوا إِاَّل إِ ْبل‬ َ ‫م َف‬
َ ‫س‬ َ ‫ج ُدوا آِل َد‬
ُ ‫اس‬
ْ ‫ة‬ َ ِ‫ماَل ئ‬
ِ ‫ك‬ َ ‫َوإِ ْذ ُق ْل َنا لِ ْل‬

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada
Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan ia termasuk
golongan orang-orang yang kafir,” (QS. Al-Baqarah: 34)

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Dua kisah di atas mengabarkan kepada kita bahwa dosa batin bukanlah perkara
yang ringan. Walaupun tidak terlihat namun pengaruhnya dahsyat. Mampu
menjerumuskan kira kepada dosa-dosa zahir tanpa disadari oleh jiwa itu sendiri. Dari
sini kemudian Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyimpulkan bahwa,” “Dosa-dosa
besar, seperti riya, ujub (bangga terhadap amal), kibr (sombong), fakhr
(membanggakan amal), khuyala` (angkuh), putus asa, tidak mengharap rahmat Allah,
merasa aman dari makar Allah, riang gembira atas penderitaan kaum Muslimin, senang
atas musibah yang menimpa mereka, senang dengan tersebarnya fahisyah (maksiat) di
tengah-tengah mereka, dengki terhadap anugerah Allah kepada mereka, berangan-
angan anugerah tersebut hilang dari mereka, dan hal-hal yang mengikuti dosa-dosa ini
yang statusnya lebih haram dari zina, meminum minuman keras, dan dosa-dosa besar
yang zahir selain keduanya” (Madarijus-Salikin, 1/133)

Anda mungkin juga menyukai