Anda di halaman 1dari 8

Selasa, 5 Mei 2020

Vebyana Aulia – 201702044


Rangkuman Asuhan Gizi di Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19

Materi 1 : Peran Telehealth Dalam Pelaksanaan Asuhan Gizi di Masa Pandemi


Pemateri : dr. Grace Wangge, MSc., PhD

 PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) merupakan pembatasan kegiatan tertentu


penduduk suatu wilayah yang diduga terinfeksi COVID-19 yang bertujuan untuk
membatasi kegiatan tertentu dan pergerakan orang atau barang dalam menekan
penyebaran virus corona.
 Lingkup PSBB: belajar, bekerja, dan ibadaha di rumah; berkumpul dibatasi (tidak
lebih dari 5 orang); sarana dan prasarana olahraga dan hiburan ditutup; khitanan
dan pernikahan; pengurusan dan takziah kematian bukan COVID-19; jam operasional
pasar dan ritel modern dibatasi; restoran tempat makan dan sejenisna hanya boleh
take away; moda transportasi
 Layanan utama pada saat PSBB tetap berjalan, seperti supermarket; pasar dan
toko/tempat penjualan obat dan alat kesehatan (peralatan medis); kebutuhan
pangan; bahan bakar minyak, gas, dan energi; dan pelayanan kesehatan.
 Jaga jarak 2 meter agar tidak terkena virus, ini juga diterapkan pada petugas
kesehatan.
 Agar tetap bisa menjaga jarak dan para tenaga kesehatan tidak tertular maka orang-
orang mulai beralih kepada telehealth.
 Biasanya telehealth digunakan pada kondisi bencana.
 Menurut WHO, lingkup telehealth lebih luas dibandingkan dengan telemedicine,
telehealth mencakup upaya kuratif, preventive, dan promotive sedangkan
telemedicine hanya difokuskan pada kuratif saja.
 Konsep telehealth adalah adanya interaksi dalam hal kesehatan antara petugas
kesehatan (pemberi layanan kesehatan) dengan masyarakat (penerimanya) secara
tidak langsung (adanya perantara, seperti melalui sms).
 PEMENKES tahun 2017 Nomor 46 yang mengatur perkembangan telehealth.
 Layanan telemedis yang diberikan mencakup 4 bidang utama, yaitu:
 Tele-radiologi: menginterpretasikan foto menjadi sebuah diagnosis, yang dikirim
secara online dan digunakan oleh dokter ahli radiologi untuk penanganan cepat.
 Tele-USG: untuk membantu diagnosis ibu hamil yang berada di pelosok daerah
dan dihubungkan dengan dokter spesialis obgyn untuk mempercepat rujukan.
 Tele-EKG: pemeriksaan kesehatan terhadap aktivitas elektrik jantung untuk
menilai kerja jantung, dikirim ke spesialis jantung untuk didiagnosis cepat.
 Tele-Konsultasi: mempertemukan pasien dengan dokter ahli untuk konsultasi
online, mengetahui kondisi pasien, dan membuat rekomendasi pengobatan.
 Tele-Gizi dilakukan dengan video conference, termasuk ke therapeutic bukan
promotif dan preventive.
 Asuhan gizi rutin tidak perlu ditunda dan sebaiknya dilakukan sejak awal, sebaiknya
lakukan kajian apakah ada masalah gizi yang mulai nampak di masa pandemik ini.
Pada dasarnya semua tetap pada aspek PHBS dan gizi seimbang.
Selasa, 5 Mei 2020
Vebyana Aulia – 201702044
Rangkuman Asuhan Gizi di Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19

 Proses asuhan gizi di Puskesmas melalui 4 tahap yaitu:


pengkajian  diagnosis  intervensi  monitoring dan evaluasi.
 Protokol isolasi mandiri menurut Kemenkes RI:
 Selalu memakai masker dan membuang masker bekas ke tempat yang sudah
disediakan.
 Jika sakit (gejala demam, batuk, dan flu) tetap berada di rumah, jangan berpergian
ke luar rumah/ruang publik untuk mencegah penularan masyarakat.
 Hindari transportasi publik.
 Memanfaatkan telemedicine atau socmed kesehatan.
 Beritahu dokter dan perawat tentang keluhan dan gejala yang dialami dan riwayat
berpergian.
 Selama di rumah, jaga jarak 1.5 meter dari anggota keluarga.
 Terapkan PHBS, konsumsi makanan bergizi, mencuci tangan dengan saun dan air
mengalir, dan lakukan etika batuk dan bersin.
 Lakukan pengecekkan suhuharian, amati batuk dan sesak nafas.
 Hindari pemakaian bersama peralatan makan dan mandi, dan juga tempat tidur.
 Jaga kebersihan dan kesehatan rumah dengan cairan desinfektan.
 Selalu berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari selama 10-
15 menit pada pagi hari.
 Hubungi segera fasilitas kesehatan jika mengalami keluhan seperti gejala penyakit
COVID-19 untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
 Peluang P-DIME komunitas dengan telehealth: melakukan 4 tahap proses asuhan gizi
dan edukasi gizi (melalui poster).
 Telehealth perlu dimanfaatkan di masa pandemik COVID-19, termasuk tenaga
pelaksana gizi.
 Konsep asuhan: prinsip penjagaan jarak fisik, gizi seimbang, dan PHBS.

Materi 2 : Upaya Pengendalian Masalah Kesehatan dan Gizi Masyarakat Lainnya


di Masa Pandemi Covid-19
Pemateri : Dr. Rr. Dhian Probhoyekti Dipo, MA

 Pada 17 Maret 2020, Presiden Republik Indonesia menyatakan status tanggap


darurat.
 Pelayanan gizi di masa pandemik COVID-19 sesuai dengan Kepres no 11 tahun 2020
dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan COVID-19 dengan tetap
memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar termasuk pelayanan kesehatan.
 Pelayanan kesehatan yang salah satunya dilakukan adalah upaya Kesehatan
Masyarakat di tingkat Puskesmas
 Pelayanan Gizi merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat esensial (UKM
esensial) yang dilakukan di dalam dan di luar gedung meliputi pelayanan promotif,
Selasa, 5 Mei 2020
Vebyana Aulia – 201702044
Rangkuman Asuhan Gizi di Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19

preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan target intervensi kelompok 1000 HPK (Ibu
Hamil, Ibu Menyusui, bayi 0 – 23 bulan), balita, dan remaja guna pencegahan Stunting
yang sesuai dengan komitmen peningkatan status gizi dengan fokus percepatan
penurunan stunting dalam rangka RPJMN 2020 – 2024.
 Dimulai dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita,
kesehatan anak sekolah karena merupakan umur emas untuk mencetak manusia
Indonesia yang unggul. Jangan sampai ada Stunting, kematian bayi, kematian ibu
yang meningkat.
 Upaya promotif dan preventif dalam pencegahan wabah COVID-19:
1. Penyebarluasan informasi kesehatan tentang COVID-19, meliputi:
a. Poster digital untuk masyarakat.
b. Iklan layanan masyarakat dan poster dalam rangka pencegahan dan
penanganan COVID-19.
c. Gerakan semua pakai masker.
d. Pedoman untuk masyarakat (melalui buku).
2. Disinfeksi dan pemasangan sarana CTPS di tempat umum, meliputi:
a. Desinfeksi di tempat umum.
b. Pemasangan sarana CTPS di tempat umum.
c. Pedoman desinfeksi dan sanitassi di tempat umum.
d. Gerakan bersih-bersih sekolah.
3. Pencegahan COVID-19 pada kelompok masyarakat/komunitas, meliputi:
a. Pedoman pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat COVID-19.
b. Gerakan semua pakai masker pada pekerja informal.
c. Komunikasi dan penggerakkan massa.
d. Kampanye beribadah Ramadhan sehat di masa pandemi dan ajakan tidak
mudik serta beribadah dirumah.
e. Sosialisasi panduan kesehatan balita bagi Provinsi dan Ikatan Dokter Anak
Indoesia (IDAI) Jateng, Jatim, NTB, NTT, dan Papua.
f. Poster bagi kelompok rentan.
g. Mengadakan Padat Karya Tunai Desa (PKTD) Intervensi Kesehatan
Lingkungan DAS CITARUM DAN COVID
 Pencegahan dan penanggulangan COVID-19 melalui perbaikan gizi:
 Poster digital untuk masyarakat
 Buku pedoman (hardcopy dan digital) Pelayanan Gizi dan Dietetik di Rumah Sakit
Darurat dalam Penanganan Pandemik COVID-19
 Buku pedoman (hardcopy dan digital) Pelayanan Gizi Pada Masa Tanggap Darurat
COVID-19
 Peran tenaga kesehatan dalam masa COVID-19:
a. Melakukan koordinasi lintas program di Puskesmas/fasilitas kesehatan dalam
menentukan langkah-langkah menghadapi pandemi COVID-19
Selasa, 5 Mei 2020
Vebyana Aulia – 201702044
Rangkuman Asuhan Gizi di Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19

b. Melakukan dan mengidentifikasi kelompok sasaran berisiko yang .memerlukan


tindak lanjut analisis data gizi (e-PPGBM).
c. Melakukan koordinasi kader, RT/RW/kepala desa/kelurahan dan tokoh
masyarakat setempat terkait sasaran kelompok berisiko dan modifikasi
pelayanan gizi sesuai kondisi wilayah.
d. Melakukan sosialisasi terintegrasi dengan lintas program lain kepada
masyarakat tentang pencegahan penyebaran COVID-19.
 Fasyankes dalam masa pandemik COVID-19 untuk mencegah penularan:
a. Meminimalisir kunjungan masyarakat untuk hal-hal yang tidak mendesak atau
gawat darurat dengan memanfaatkan teknologi informasi atau media lainnya
sesuai kebutuhan.
b. Kunjungan rumah diprioritaskan kepada kelompok sasaran yang berisiko
dengan menggunakan APD dan memperhatikan physical dan social distancing.

Materi 3 : Pedoman Pelayanan Gizi Pada Masa Tanggap Darurat COVID-19


Pemateri : Iwan Halwani, S.KM., M.Si
(Direktorat Gizi Masyarakat Kemenkes RI)

 Status tanggap darurat yang diikuti dengan kebijakan PSBB akan berdampak
signifikan terhadap kehidupan masyarakat, termasuk masalah ekonomi, seperti
menurunnya akses dan daya beli masyarakat terhadap pemenuhan pangan bergizi
sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah gizi akut, bahkan masalah
gizi kronik (stunting) jika penetapan tanggap darurat berlangsung dalam waktu yang
cukup lama.
 Pelayanan gizi tetap berjalan meskipun ikut terdampak karena pembatasan layanan
dengan melakukan beberapa penyesuaian berdasarkan kebijakan daerah, sehingga
masalah gizi yang telah ada sebelumnya tidak semakin buruk.
 Tujuan umum tenaga kesehatan adalah sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan gizi kepada remaja, ibu hamil dan ibu menyusui, bayi dan
anak Balita dalam situasi darurat pandemi COVID-19.
 Tujuan khusus tenaga kesehatan pada situasi darurat pandemik COVID-19 yang
sesuai dengan keputusan pemerintah daerah mengenai status kedaruratan wilayah:
 Memahami pentingnya layanan gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan
 anak Balita serta remaja.
 Mampu menentukan kelompok sasaran yang perlu diprioritaskan.
 Mampu merencanakan kebutuhan logistik gizi yang diperlukan.
 Mampu melakukan layanan gizi.
 Dapat memberikan informasi dan edukasi mengenai gizi pada ibu hamil, ibu
menyusui, pengasuh bayi dan balita, serta remaja.
 Mampu melakukan pemantauan dan evaluasi.
Selasa, 5 Mei 2020
Vebyana Aulia – 201702044
Rangkuman Asuhan Gizi di Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19

 Prinsip pencegahan penularan dalam pelayanan konseling dan edukasi adalah


dengan melakukan PSBB dan Fasyankes telah meminimalisir kunjungan masyarakat
untuk hal-hal yang tidak mendesak dan gawat darurat yang dilakukan dengan cara
memodifikasi pelayanan, seperti:
a. Kunjungan rumah yang diprioritaskan untuk sasaran berisiko (balita berisiko
masalah gizi, ibu hamil KEK dan anemia, serta remaja putri anemia) yang
bertujuan untuk melakukan tindaklanjut intervensi (pemberian MT, TTD, dan
vitamin A, serta memantau kepatuhan konsumsinya), memantau pertumbuhan
dan kesehatan balita, serta memberikan konselling dan edukasi. Hal ini dilakukan
setelah melakukan diskusi dengan ibu melalui telepon/sms/aplikasi chat untuk
mengetahui masalah yang dihadapi ibu, sehingga konseling dilakukan secara
efektif, dalam waktu terbatas, dan sesuai dengan masalah yang ada dengan tetap
memperhatikan prosedur pencegahan infeksi. Konseling lanjutan bila diperlukan
bisa dilakukan melalui media telepon, maupun SMS atau aplikasi chat lainnya.
b. Mengutamakan konseling melalui media virtual.
c. Upaya edukasi masyarakat melalui berbagai media komunikasi (poster, dsb).
d. Membuat grup media sosial secara daring.
 Pelayanan gizi non PSBB dilaksanakan dengan mengacu pada pedoman, juknis, dan
juklak yang telah diterbitkan sebelumnya dengan memperhatikan prinsip
pencegahan infeksi (physical distancing).
 Pelayanan gizi dengan pemberlakuan PSBB:
a. Pemberian TTD untuk ibu hamil tetap dilaksanakan melalui kunjungan fasyankes
terjadwal atau melalui kunjungan rumah, dapat diperoleh dari bidan desa atau
tenaga gizi maupun secara mandiri; konseling dan edukasi kepada masyarakat
untuk mengurangi risiko anemia melalui media daring, media cetak (poster), dan
media eletronik (radio). Kelompok/kelas Ibu hamil dapat diganti dengan diskusi
kelompok dalam aplikasi chat seperti WhatsApps. Pada ibu hamil PDP dan positif
COVID-19 dikonsultasikan atau disesuaikan dengan saran atau rekomendasi
dokter kandungan.
b. Pemberian makanan tambahan (MT) diprioritaskan kepada ibu hamil KEK dapat
diperoleh melalui bidan desa atau tenaga gizi saat pemeriksaan ANC dengan
perjanjian di fasyankes, melalui kunjungan rumah atau diambil oleh keluarga
setelah melalui perjanjian sebelumnya. MT dapat diberikan kepada semua ibu
hamil untuk pencegahan risiko ibu hamil KEK bila ada stok sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan disertai dengan konseling/edukasi gizi untuk memastikan
konsumsi MT baik melalui tatap muka (sesuai prinsip pencegahan infeksi) dan
tanpa tatap muka (dilakukan secara daring). Dilakukan pula pembentukan
kelompok ibu hamil dalam group secara daring, untuk diberi informasi penting
terkait perbaikan gizi untuk ibu hamil KEK.
Selasa, 5 Mei 2020
Vebyana Aulia – 201702044
Rangkuman Asuhan Gizi di Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19

c. Dilakukan promosi dan konseling terkait pemberian makanan pada bayi dan anak
yang diprioritaskan pada ibu yang memiliki masalah menyusui dan masalah
pemberian MP-ASI.
d. Pemberian makanan tambahan balita khususnya diprioritaskan untuk balita gizi
kurang.
e. Penanganan balita gizi buruk tanpa komplikasi medis dan melakukan rawat jalan
di Fasyankes.
f. Pemberian kapsul vitamin A melalui kunjungan rumah atau di fasyankes dengan
tetap memperhatikan physical distancing dan menggunakan APD.
g. Pemantauan pertumbuhan di posyandu dilakukan secara mandiri di rumah atau
bila memungkinkan dapat dilakukan di Posyandu dengan mematuhi prinsip
pencegahan infeksi dan physical distancing sesuai keputusan pemerintah daerah
setempat.
h. Pemberian TTD untuk remaja putri anemia dapat melalui fasyankes setelah
adanya koordinasi dengan guru dan bidan/tenaga gizi, dapat melalui sekolah bila
TTD diberikan sebelum diberlakukan SFH, dan secara mandiri dengan membeli
TTD yang sesuai atau setara komposisinya dengan TTD Program.
 Pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi pada masa pandemik COVID-19 tetap
dilakukan seperti sebelumnya, termasuk pencatatan dan pelaporan hasil
pemantauan pertumbuhan di Posyandu apabila Posyandu masih beroperasi dengan
pembatasan.
 Buku KIA sebagai alat edukasi juga dapat digunakan oleh ibu balita untuk mencatat
hasil penimbangan pada pemantauan pertumbuhan dan perkembangan yang
dilakukan secara mandiri di rumah. Namun hasil penimbangan tersebut tidak perlu
dilaporkan sebagai cakupan kinerja program.
 Pemantauan wilayah setempat dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi dengan
menganalisis seluruh sumber data yang tersedia diantaranya data ePPGBM.
Informasi yang dihasilkan digunakan untuk menentukan prioritas kunjungan
terjadwal atau konseling melalui media komunikasi (telpon, aplikasi chat atau SMS).

Materi 4 : Pelayanan Gizi Selama Masa Pandemi COVID-19 di Puskesmas Aere,


Kolaka Timur
Pemateri : Nor Laila Febriana, S.Gz

Kabupaten Kolaka Timur sudah menjadi Zona Merah COVID-19 dengan jumlah kasus
positif sebanyak 1 orang, serta OTG dan ODP masing-masing sebanyak 13 orang. Dan
dari data tersebut terdapat 1 orang OTG dan 1 orang ODP di Kecamatan Aere. Hal ini
terjadi karena kurangnya informasi karena terbatasnya akses dan fasilitas, masih
kurangnya kesadaran mengenai bahaya COVID-19, dan keterbatasan rapid test. Untuk
mencegah penularan masyarakat maka Pemerintah daerah setempat melakukan
kebijakan, seperti:
Selasa, 5 Mei 2020
Vebyana Aulia – 201702044
Rangkuman Asuhan Gizi di Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19

 Pembentukan Tim Penanganan COVID-19 (melibatkan pemerintah setempat, tenaga


kesehatan (puskesmas), Babinsa, Polsek).
 Pendataan warga yang memiliki riwayat bepergian ke luar daerah.
 Pos penjagaan di pintu-pintu masuk Kecamatan Aere.
 Penyuluhan dengan ambulans/puskesmas keliling.
 Adanya kebijakan untuk meniadakan kegiatan yang bersifat mengumpulkan banyak
orang selama masa pandemi COVID-19.
Sedangkan untuk pelayanan gizi yang dilakukan oleh pihak posyandu adalah melakukan
kunjungan rumah dengan memprioritaskan masyarakat yang memiliki masalah gizi,
melakukan imunisasi, dan melakukan pemberian TTD pada remaja putri berkoordinasi
dengan pihak sekolah dengan cara TTD dititipkan/dibagi sebelum libur. Meskipun
mengalami berbagai hambatan, tetapi pelayanan gizi tetap dilakukan.

Materi 5 : Pelayanan/Asuhan Gizi di Puskesmas Selama Masa Pandemi


COVID-19 di Tanjung Priok, Jakarta Utara
Pemateri : Alfanissa Ilmaladuni, S.Gz

Tanjung Priok merupakan salah satu daerah yang terdampak COVID-19 dan merupakan
daerah yang memiliki kasus terbanyak se-Jakarta Utara. Selama masa pandemi, jumlah
pengunjung di puskesmas terus menurun, termasuk kunjungan pada poli gizi.
Perubahan juga terjadi di puskesmas, seperti setiap orang yang datang wajib pakai
masker, CTPS sebelum dan dari Puskesmas, adanya screening pasien yang datang di
Puskesmas, adanya pemisahan pelayanan dengan infeksi (gangguan Pernafasan dalam
Poli ISPA), memberikan jarak dalam antrian/ruang tunggu, petugas kesehatan
menggunakan APD, dan penggunaan disinfeksi puskesmas/work station sebelum dan
sesudah pelayanan. Selain terjadi perubahan pada puskesmas terjadi pula perubahan
pada pelayanan gizi, seperti pelaksanaan posyandu dan UKBM ditunda, Kegiatan UKM
Gizi ditunda, pasien Poli Gizi menurun, pemantauan balita tidak optimal, dan petugas
gizi yang alih tugas dan atau double job. Kemudian terdapat beberapa kendala yang
dihadapi selama masa pandemi COVID-19, yaitu terhambatnya layanan gizi karena
adanya pembatasan pasien (yang demam diarahkan ke poli khusus), petugas gizi dan
petugas lainnya saling back-up pelayanan, dan meningkatnya skala prioritas terkait
kasus COVID-19 sedangkan petugas surveilans terbatas. Selain itu, para surveilans gizi
juga mengalami kendala dalam melakukan pelayanan gizi di masa pandemi ini karena
para surveilans tidak disarankan untuk melakukan penimbangan door to door, tidak
dapat menghimbau balita untuk ke PKM melakukan timbang dan ukur kecuali sakit,
tatalaksana gibur dan bumil menjadi tidak optimal (terkait WFH, alih tugas, double job,
dan PSBB), serta kunjungan rumah menjadi dipertimbangkan dari berbagai aspek (APD,
stigma, antipati, penolakan, dan ketakutan). Dengan banyaknya kendala yang terjadi
maka puskesmas hanya bisa melakukan upaya minimal, seperti:
Selasa, 5 Mei 2020
Vebyana Aulia – 201702044
Rangkuman Asuhan Gizi di Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19

1. Memaksimalkan kegiatan di Puskesmas (jika pasien adalah salah satu balita


malnutrisi dalam pemantauan).
2. Memilih dan memilah pasien (balita/bumil) yang dapat datang ke PKM untuk
konsultasi.
3. Memaksimalkan kader sebagai perpanjangan tangan (di awal pandemi).
4. Semaksimal mungkin menghubungi pasien untuk konsultasi melalui telpon atau chat
(WhatsApp).
5. Update kabar balita/bumil dari kader (jika kader adalah tetangga/kerabat pasien).

Anda mungkin juga menyukai