preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan target intervensi kelompok 1000 HPK (Ibu
Hamil, Ibu Menyusui, bayi 0 – 23 bulan), balita, dan remaja guna pencegahan Stunting
yang sesuai dengan komitmen peningkatan status gizi dengan fokus percepatan
penurunan stunting dalam rangka RPJMN 2020 – 2024.
Dimulai dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita,
kesehatan anak sekolah karena merupakan umur emas untuk mencetak manusia
Indonesia yang unggul. Jangan sampai ada Stunting, kematian bayi, kematian ibu
yang meningkat.
Upaya promotif dan preventif dalam pencegahan wabah COVID-19:
1. Penyebarluasan informasi kesehatan tentang COVID-19, meliputi:
a. Poster digital untuk masyarakat.
b. Iklan layanan masyarakat dan poster dalam rangka pencegahan dan
penanganan COVID-19.
c. Gerakan semua pakai masker.
d. Pedoman untuk masyarakat (melalui buku).
2. Disinfeksi dan pemasangan sarana CTPS di tempat umum, meliputi:
a. Desinfeksi di tempat umum.
b. Pemasangan sarana CTPS di tempat umum.
c. Pedoman desinfeksi dan sanitassi di tempat umum.
d. Gerakan bersih-bersih sekolah.
3. Pencegahan COVID-19 pada kelompok masyarakat/komunitas, meliputi:
a. Pedoman pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat COVID-19.
b. Gerakan semua pakai masker pada pekerja informal.
c. Komunikasi dan penggerakkan massa.
d. Kampanye beribadah Ramadhan sehat di masa pandemi dan ajakan tidak
mudik serta beribadah dirumah.
e. Sosialisasi panduan kesehatan balita bagi Provinsi dan Ikatan Dokter Anak
Indoesia (IDAI) Jateng, Jatim, NTB, NTT, dan Papua.
f. Poster bagi kelompok rentan.
g. Mengadakan Padat Karya Tunai Desa (PKTD) Intervensi Kesehatan
Lingkungan DAS CITARUM DAN COVID
Pencegahan dan penanggulangan COVID-19 melalui perbaikan gizi:
Poster digital untuk masyarakat
Buku pedoman (hardcopy dan digital) Pelayanan Gizi dan Dietetik di Rumah Sakit
Darurat dalam Penanganan Pandemik COVID-19
Buku pedoman (hardcopy dan digital) Pelayanan Gizi Pada Masa Tanggap Darurat
COVID-19
Peran tenaga kesehatan dalam masa COVID-19:
a. Melakukan koordinasi lintas program di Puskesmas/fasilitas kesehatan dalam
menentukan langkah-langkah menghadapi pandemi COVID-19
Selasa, 5 Mei 2020
Vebyana Aulia – 201702044
Rangkuman Asuhan Gizi di Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19
Status tanggap darurat yang diikuti dengan kebijakan PSBB akan berdampak
signifikan terhadap kehidupan masyarakat, termasuk masalah ekonomi, seperti
menurunnya akses dan daya beli masyarakat terhadap pemenuhan pangan bergizi
sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah gizi akut, bahkan masalah
gizi kronik (stunting) jika penetapan tanggap darurat berlangsung dalam waktu yang
cukup lama.
Pelayanan gizi tetap berjalan meskipun ikut terdampak karena pembatasan layanan
dengan melakukan beberapa penyesuaian berdasarkan kebijakan daerah, sehingga
masalah gizi yang telah ada sebelumnya tidak semakin buruk.
Tujuan umum tenaga kesehatan adalah sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan gizi kepada remaja, ibu hamil dan ibu menyusui, bayi dan
anak Balita dalam situasi darurat pandemi COVID-19.
Tujuan khusus tenaga kesehatan pada situasi darurat pandemik COVID-19 yang
sesuai dengan keputusan pemerintah daerah mengenai status kedaruratan wilayah:
Memahami pentingnya layanan gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan
anak Balita serta remaja.
Mampu menentukan kelompok sasaran yang perlu diprioritaskan.
Mampu merencanakan kebutuhan logistik gizi yang diperlukan.
Mampu melakukan layanan gizi.
Dapat memberikan informasi dan edukasi mengenai gizi pada ibu hamil, ibu
menyusui, pengasuh bayi dan balita, serta remaja.
Mampu melakukan pemantauan dan evaluasi.
Selasa, 5 Mei 2020
Vebyana Aulia – 201702044
Rangkuman Asuhan Gizi di Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19
c. Dilakukan promosi dan konseling terkait pemberian makanan pada bayi dan anak
yang diprioritaskan pada ibu yang memiliki masalah menyusui dan masalah
pemberian MP-ASI.
d. Pemberian makanan tambahan balita khususnya diprioritaskan untuk balita gizi
kurang.
e. Penanganan balita gizi buruk tanpa komplikasi medis dan melakukan rawat jalan
di Fasyankes.
f. Pemberian kapsul vitamin A melalui kunjungan rumah atau di fasyankes dengan
tetap memperhatikan physical distancing dan menggunakan APD.
g. Pemantauan pertumbuhan di posyandu dilakukan secara mandiri di rumah atau
bila memungkinkan dapat dilakukan di Posyandu dengan mematuhi prinsip
pencegahan infeksi dan physical distancing sesuai keputusan pemerintah daerah
setempat.
h. Pemberian TTD untuk remaja putri anemia dapat melalui fasyankes setelah
adanya koordinasi dengan guru dan bidan/tenaga gizi, dapat melalui sekolah bila
TTD diberikan sebelum diberlakukan SFH, dan secara mandiri dengan membeli
TTD yang sesuai atau setara komposisinya dengan TTD Program.
Pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi pada masa pandemik COVID-19 tetap
dilakukan seperti sebelumnya, termasuk pencatatan dan pelaporan hasil
pemantauan pertumbuhan di Posyandu apabila Posyandu masih beroperasi dengan
pembatasan.
Buku KIA sebagai alat edukasi juga dapat digunakan oleh ibu balita untuk mencatat
hasil penimbangan pada pemantauan pertumbuhan dan perkembangan yang
dilakukan secara mandiri di rumah. Namun hasil penimbangan tersebut tidak perlu
dilaporkan sebagai cakupan kinerja program.
Pemantauan wilayah setempat dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi dengan
menganalisis seluruh sumber data yang tersedia diantaranya data ePPGBM.
Informasi yang dihasilkan digunakan untuk menentukan prioritas kunjungan
terjadwal atau konseling melalui media komunikasi (telpon, aplikasi chat atau SMS).
Kabupaten Kolaka Timur sudah menjadi Zona Merah COVID-19 dengan jumlah kasus
positif sebanyak 1 orang, serta OTG dan ODP masing-masing sebanyak 13 orang. Dan
dari data tersebut terdapat 1 orang OTG dan 1 orang ODP di Kecamatan Aere. Hal ini
terjadi karena kurangnya informasi karena terbatasnya akses dan fasilitas, masih
kurangnya kesadaran mengenai bahaya COVID-19, dan keterbatasan rapid test. Untuk
mencegah penularan masyarakat maka Pemerintah daerah setempat melakukan
kebijakan, seperti:
Selasa, 5 Mei 2020
Vebyana Aulia – 201702044
Rangkuman Asuhan Gizi di Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19
Tanjung Priok merupakan salah satu daerah yang terdampak COVID-19 dan merupakan
daerah yang memiliki kasus terbanyak se-Jakarta Utara. Selama masa pandemi, jumlah
pengunjung di puskesmas terus menurun, termasuk kunjungan pada poli gizi.
Perubahan juga terjadi di puskesmas, seperti setiap orang yang datang wajib pakai
masker, CTPS sebelum dan dari Puskesmas, adanya screening pasien yang datang di
Puskesmas, adanya pemisahan pelayanan dengan infeksi (gangguan Pernafasan dalam
Poli ISPA), memberikan jarak dalam antrian/ruang tunggu, petugas kesehatan
menggunakan APD, dan penggunaan disinfeksi puskesmas/work station sebelum dan
sesudah pelayanan. Selain terjadi perubahan pada puskesmas terjadi pula perubahan
pada pelayanan gizi, seperti pelaksanaan posyandu dan UKBM ditunda, Kegiatan UKM
Gizi ditunda, pasien Poli Gizi menurun, pemantauan balita tidak optimal, dan petugas
gizi yang alih tugas dan atau double job. Kemudian terdapat beberapa kendala yang
dihadapi selama masa pandemi COVID-19, yaitu terhambatnya layanan gizi karena
adanya pembatasan pasien (yang demam diarahkan ke poli khusus), petugas gizi dan
petugas lainnya saling back-up pelayanan, dan meningkatnya skala prioritas terkait
kasus COVID-19 sedangkan petugas surveilans terbatas. Selain itu, para surveilans gizi
juga mengalami kendala dalam melakukan pelayanan gizi di masa pandemi ini karena
para surveilans tidak disarankan untuk melakukan penimbangan door to door, tidak
dapat menghimbau balita untuk ke PKM melakukan timbang dan ukur kecuali sakit,
tatalaksana gibur dan bumil menjadi tidak optimal (terkait WFH, alih tugas, double job,
dan PSBB), serta kunjungan rumah menjadi dipertimbangkan dari berbagai aspek (APD,
stigma, antipati, penolakan, dan ketakutan). Dengan banyaknya kendala yang terjadi
maka puskesmas hanya bisa melakukan upaya minimal, seperti:
Selasa, 5 Mei 2020
Vebyana Aulia – 201702044
Rangkuman Asuhan Gizi di Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19