Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

PERCOBAAN 1

IMITASI PERBANDINGAN GENETIS

NAMA :

NIM :

HARI/TANGGAL :

KELOMPOK :

ASISTEN :

LABORATORIUM GENETIKA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Meskipun ilmu pewarisan sifat biologis telah ditemukan selama ribuan

tahun, pengetahuan tentang hereditas secara signifikan terjadi sekitar 150 tahun

yang lalu. Pada tahun 1866, Gregor Johan Mendel menerbitkan hasil dari

serangkaian percobaan dengan menemukan pengetahuan yang luar biasa tentang

metodologi yang diperlukan untuk biologi eksperimental yang baik. Pertama, ia

memilih organisme yang mudah tumbuh dan hibridisasi secara artifisial. Tanaman

kacang polong adalah tumbuhan yang mampu melakukan pemupukan sendiri di

alam dan mudah berkembang biak secara eksperimental. Di samping itu, kacang

polong juga bereproduksi dengan baik dan tumbuh hingga jatuh tempo dalam satu

musim. Dari pedagang benih lokal, Mendel memperoleh benih yang benar-benar

berkembang biak, yang setiap sifatnya tampak tidak berubah dari generasi ke

generasi pada tanaman pemupukan sendiri. Ada beberapa alasan lain untuk

kesuksesan Mendel. Selain pilihannya untuk organisme yang cocok, ia membatasi

pemeriksaannya pada satu atau sangat sedikit pasangan sifat yang berbeda dalam

setiap percobaan. Dia juga menyimpan catatan kuantitatif yang akurat, suatu

keharusan dalam eksperimen genetik. Dari analisis datanya, Mendel menurunkan

postulat tertentu yang telah menjadi prinsip genetika transmisi (Klug, 2019).

Namun percobaan persilangan yang terjadi di alam semesta ini sering kali

tidak bersesuaian dengan hukum yang dipelajari. Melalui praktikum kali ini, akan

dilihat bagaimana kemungkinan tersebut dapat diturunkan melalui gamet-gamet

dari induk kepada keturunanya melalui Imitasi Perbandingan Genetis.


I.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang

kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu dan akan bertemu

secara acak atau random.

I.3 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 26 Maret 2021 pukul

14.00-17.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Genetika, Departemen Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,

Makassar. Pengamatan dalam percobaan ini dilakukan secara jarak jauh atau

daring dari rumah masing-masing melalui media Zoom Meeting.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Imitasi Perbandingan Genetis

Teori evolusi mengenai manusia yang awalnya merupakan monyet adalah

hal biasa yang sering kita dengar. Namun, teori ini sering deikatakan bahwa

Darwin ‘kekurangan’ teori hereditas. Oleh karena itu, hal ini tidak mampu

menghasilkan teori sintetik evolusi. Hal yang ang mampu menjelaskan mengenai

hal ini adalah ilmu genetika. Dalam ilmu ini kita mengenal adanya pewarisan sifat

yang cenderung mengaami imitasi (Bizzo,2009).

Perbandingan genetis merupakan suatu cara membedakan dua hal atau tiga

hal berbeda dalam pewarisan sifat dari orang tua kepada keturunannya yang akan

menghasilkan perbandingan yang signifikan. Imitasi perbandingan genetis adalah

perbandingan yang dimiliki makhluk hidup yang tidak dimiliki oleh orang lain

karena memperhitungkan sifat genetik yang dimiliki seseorang masing-masing

berbeda (Cahyono, 2010).

II.2 Hukum Mendel 1

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat

organisme yang dijabarkan dalam karyanya “Percobaan Mengenai Pesrsilangan

Tanaman”. Sebelum melakukan suatu persilangan, setiap individu menghasilkan

gamet-gamet yang kandungan gennya separuh dari kandungan gen pada individu.

Sebagai contoh, individu DD akan membentuk gamet D, dan individu dd akan

membentuk gamet d. pada individu Dd, yang menghasilkan gamet D dan gamet d,

akan terlihat bahwa gen D dan gen d akan dipisahkan (segregasi) ke dalam gamet
yang terbentuk tersebut. Prinsip inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum

Mendel I (James, 2010).

Mendel menarik beberapa kesimpulan penting dari hasil persilangan

monohibrid:

1. Ia beralasan bahwa, meskipun tanaman F1 menampilkan fenotip hanya satu

induk, mereka harus mewarisi faktor genetik dari kedua orangtua karena

mereka mentransmisikan kedua fenotip ke generasi F2. Kehadiran biji bundar

dan berkerut pada tanaman F2 dapat dijelaskan hanya jika tanaman F1

memiliki faktor genetik bulat dan keriput yang mereka warisi dari generasi

Parental. Dia menyimpulkan bahwa setiap tanaman karenanya harus memiliki

dua faktor genetik yang mengkodekan suatu karakteristik.

2. Bahwa dua alel pada setiap tanaman terpisah ketika gamet terbentuk, dan satu

alel masuk ke setiap gamet.

3. Konsep dominasi adalah kesimpulan penting ketiga yang Mendel dapatkan

dari persilangan monohibridnya.

4. Gregor Johan Mendel menyimpulkan Bahwa dua alel dari masing-masing

tanaman terpisah dengan probabilitas yang sama ke dalam gamet. Ketika

tanaman F1 (dengan genotip Rr) menghasilkan gamet, setengah dari gamet

menerima R allele untuk biji bundar dan setengahnya menerima r allele untuk

benih keriput. Gamet kemudian dipasangkan secara acak untuk menghasilkan

genotip berikut dalam proporsi yang sama di antara F2: RR, Rr, rR, rr. Karena

bundar (R) lebih dominan daripada berkerut (r), ada tiga biji bundar (RR, Rr,

rR) untuk setiap satu biji berkerut (rr) di F2. Rasio 3: 1 ini dari progeni bulat

dan berkerut yang diamati Mendel dalam F2 dapat diperoleh hanya jika dua
alel genotip dipisahkan menjadi gamet dengan probabilitas yang sama (Klug,

2019).

II.3 Hukum Mendel II

Mendel memperoleh hukum segregasi dari eksperimen di mana ia hanya

mengikuti satu karakter, seperti warna bunga. Semua keturunan F1 yang

dihasilkan dalam persilangannya dari orang tua yang benar-benar berkembang

biak adalah monohibrid. Mendel kemudian menyusun hukum kedua dengan

menyilangkan dua karakter secara bersamaan, seperti warna biji dan bentuk biji.

Biji (kacang polong) bisa berwarna kuning atau hijau dan biji berbentuk bulat

(halus) atau berkerut. Dari persilangan karakter tunggal, Mendel tahu bahwa alel

untuk biji kuning dominan (Y), dan alel untuk biji hijau resesif (y). Untuk

karakter bentuk biji, alel untuk bulat dominan (R), dan alel untuk keriput bersifat

resesif (r) (Campbell, 2010).

Ketika Mendel melakukan percobaan dan mengklasifikasikan keturunan

F2, hasilnya dekat dengan rasio fenotipik 9: 3: 3: 1 yang diprediksi. Mendel

menguji tujuh karakter kacang polanya dalam berbagai kombinasi dihibrid dan

selalu mengamati rasio fenotipik 9: 3: 3: 1 pada generasi F2. Hasil percobaan

dihibrid Mendel adalah dasar untuk apa yang sekarang kita sebut hukum Asortasi

Bebas (Hukum Mendel II), yang menyatakan bahwa: Dua atau lebih gen bergaul

secara independen yaitu, setiap pasang alel memisah secara independen dari

pasangan alel lainnya selama pembentukan gamet. Hukum ini hanya berlaku

untuk gen (pasangan alel) yang terletak pada kromosom yang berbeda (yaitu, pada

kromosom yang tidak homolog) atau, sebagai alternatif, untuk gen yang sangat

berjauhan pada kromosom yang sama. Semua karakter kacang yang dipilih

Mendel untuk analisis dikendalikan oleh gen pada kromosom yang berbeda atau
berjauhan pada kromosom yang sama; situasi ini sangat menyederhanakan

interpretasi persilangan multi karakter kacang polong. Semua contoh yang kami

pertimbangkan dalam sisa bab ini melibatkan gen pada kromosom yang berbeda

(Campbell, 2010).

II.4 Uji Chi-Square

Uji chi-square dilakukan untuk menguji hipotesis mengenai perbandingan

antara frekuensi observasi yang benar-benar terjadi dengan frekuensi harapan. Hal

ini dilakukan agar data hasil percobaan yang kita peroleh dapat dipercaya

kebenarannya. Berhubung dengan itu adanya penyimpangan (deviasi) antara hasil

yang didapat dengan hasil yang diharapkan secara teoritis harus dievaluasi. Salah

satu cara untuk mengadakan evaluasi itu ialah melakukan chi-square test yang

biasa dibaca dengan istilah “Kai Square”. Istilah tersebut sebenarnya bukan huruf

X, melainkan huruf Yunani “phi” (X). Untuk mudahnya, huruf Yunani itu lalu

dianggap sebagai huruf X (Suryo, 2010).

Dalam perhitungan nanti, harus diperhatikan pula besarnya derajat

kebebasan yang nilainya sama dengan jumlah kelas fenotip dikurangi dengan satu.

Jadi andaikan perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan dengan

perbandingan fenotip 3:1 (ada dominasi penuh), berarti ada 2 kelas fenotip,

sehingga derajat kebebasannya 1. Jika terdapat sifat intermedier, keturunannya

memperlihatkan perbandingan 1:2:1. Berarti disini ada 3 kelas fenotip, sehingga

derajat kebebasannya = 3 – 1 = 2. Pada perkawinan dihibrid didapatkan keturunan

dengan perbandingan 9:3:3:1. Berarti ada 4 kelas fenotip, sehingga derajat

kebebasannya yaitu 4 – 1 = 3 (Suryo, 2010).

Menurut uji statistik 𝑥2, dapat disimpulkan sebagai berikut


1. Jika ada perbedaan yang besar antara nilai yang diamati dan yang diharapkan,

maka nilai 𝑥2 akan menjadi besar dan data tidak akan mendukung hipotesis

nol.

2. Jika ada perbedaan kecil antara nilai yang diamati dan yang diharapkan, maka

nilai 𝑥2 akan menjadi kecil dan akan mendukung hipotesis nol (Pandis, 2016).

II.5 Penyimpangan Hukum Mendel

Penyimpangan Hukum Mendel dikenalkan oleh Gregor Johann Mendel,

bapak genetika dunia. Istilah penyimpangan ini berawal dari ditemukannya sifat-

sifat menyimpang dari persilangan yang seharusnya. Ada penyimpangan semu

Hukum Mendel dan penyimpangan Hukum Mendel. Dalam kondisi normal,

persilangan monohibrida menghasilkan perbandingan individu keturunan 3 : 1

atau 1 : 2 : 1, dan persilangan dihibrida menghasilkan individu keturunan 9 : 3 :

3 : 1. Dalam prakteknya, hasil persilangan Mendel dapat menghasilkan

perbandingan individu yang tidak tepat. Pada persilangan dihibrida, dapat

dihasilkan perbandingan yang merupakan variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3 : 1

yaitu 12 : 3 : 1; 9 ; 7 atau 15 : 1. Meskipun demikian, perbandingan tersebut tetap

mengikuti aturan Hukum Mendel. Oleh karena itu, hasil perbandingan

Penyimpangan tersebut terjadi karena adanya beberapa gen yang saling

memengaruhi dalam menghasilkan fenotip. Meskipun demikian, perbandingan

fenotip tersebut masih mengikuti prinsip-prinsip Hukum Mendel. Beberapa

peristiwa yang menunjukkan penyimpangan semu di antaranya epistasis dan

hipostasis, kriptomeri, interaksi beberapa pasangan alel, polimeri, serta gen

komplementer (Acquaah, 2007).

II.5.1 Epistasis dan Hipostasis


Epistasis dan hipostasis merupakan salah satu bentuk interaksi gen dalam hal

ini gen dominan mengalahkan gen dominan lainnya yang bukan sealel. Gen

dominan yang menutup ekspresi gen dominan lainnya disebut epistasis,

sedangkan gen dominan yang tertutup itu disebut hipostasis.  Peristiwa epistasis

dan hipostasis terjadi pada warna umbi lapis pada bawang (Allium sp.), dan warna

kulit gandum. Peristiwa epistasis dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu epistasis

dominan, epistasis resesif, serta epistasis dominan dan resesif (Acquaah, 2007).

II.5.2 Kriptomeri

Kriptomeri adalah peristiwa gen dominan yang seolah-olah tersembunyi bila

berada bersama dengan gen dominan lainnya, dan akan terlihat bila berdiri sendiri.

Correns pernah menyilangkan tumbuhan Linaria maroccana berbunga merah galur

murni dengan yang berbunga putih juga galur murni. Dalam persilangan tersebut

diperoleh F1 semua berbunga ungu, sedangkan F2 terdiri atas tanaman dengan

perbandingan berbunga ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.

Warna bunga Linaria (ungu, merah, dan putih) ditentukan oleh pigmen

hemosianin yang terdapat dalam plasma sel dan sifat keasaman plasma sel.

Pigmen hemosianin akan menampilkan warna merah yang bersifat asam dan akan

menampilkan warna ungu dalam plasma sel yang bersifat basa.

Warna bunga Linaria maroccana ditentukan oleh ekspresi gen-gen berikut.

1. Gen A, menentukan ada bahan dasar pigmen antosianin.

2. Gen a, menentukan tidak ada bahan dasar pigmen antosianin.

3. Gen B, menentukan suasana basa pada plasma sel.

4. Gen b, menentukan suasana asam pada plasma sel.


Persilangan antara Linaria maroccana bunga merah dengan bunga putih

menghasilkan keturunan seperti dijelaskan pada diagram berikut (Anitasari,

2018).

P : AAbb >< aaBB


(Merah) (Putih)

G : Ab Ab

F1 : AaBb (ungu)

Persilangan tersebut dihasilkan rasio fenotip F2 = ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4

II.5.3 Atavisme

Pada permulaan abad ke-20, W. Baterson dan R.C. Punnet menyilangkan

beberapa varietas ayam negeri, yaitu ayam berpial gerigi (mawar), berpial biji

(ercis), dan berpial bilah (tunggal). Pada persilangan antara ayam berpial mawar

dengan ayam berpial ercis, menghasilkan semua ayam berpial sumpel (walnut)

pada keturunan F1. Varietas ini sebelumnya belum dikenal. 

Pada keturunan F2 diperoleh empat macam fenotip, yaitu ayam berpial

walnut, berpial mawar, berpial ercis, dan berpial tunggal dengan perbandingan 9 :

3 : 3 : 1. Perbandingan ini sama dengan perbandingan F2 pada pembastaran

dihibrid (persilangan 2 sifat beda) (Anitasari, 2018).

II.5.4 Gen Komplementer

Gen komplementer adalah gen-gen yang saling berinteraksi dan saling

melengkapi. Kehadiran gen-gen tersebut secara bersama-sama akan memunculkan

karakter tertentu. Sebaliknya, jika salah satu gen tidak hadir maka pemunculan

karakter (fenotip) tersebut akan terhalang atau tidak sempurna (Anitasari, 2018).

II.5.5 Polimeri

Peristiwa polimeri pertama kali dilaporkan oleh Nelson-Ehle, melalui

percobaan persilangan antara gandum berbiji merah dengan gandum berbiji


putih. Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan sealel

namun mempengaruhi karakter/sifat yang sama. Polimeri memiliki letak lokus

yang berbeda. Pada permasalahan polimeri terdapat beberapa ciri-ciri yang

menandakan bahwa adanya polimeri, yaitu semakin banyaknya gen yang bersifat

dominan maka sifat karakteristiknya semakin kuat. Hasil dari persilangan polimeri

biasanya mempunyai fenotip pada F2 nya adalah 15:1 (Anitasari, 2018).

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat tulis menulis.

III.1.2 Bahan

Bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah biji genetik empat

warna sebanyak 40 biji genetik yang terdiri dari 10 kuning hijau, 10 kuning hitam,

10 merah hijau dan 10 merah hitam.

III.2 Cara Kerja

Cara kerja dari percobaan ini adalah:


1. Diterima 40 biji genetik dan dimasukkan pada 2 kantong, masing-masing

kantong berisi 20 biji genetik, terdiri dari 5 kuning hijau, 5 kuning hitam, 5

merah hijau dan 5 merah hitam.

2. Diambil satu biji genetik dari kantong kanan dengan tangan kanan dan satu

biji genetik dari kantong kiri dengan tangan kiri pada waktu yang bersamaan

3. Dicatat hasilnya, dikembalikan kombinasi biji genetik itu ke kentong asalnya,

dan dikocok agar tercampur kembali.

4. Diulangi pengambilan sampai 16 kali dan dibuat tabel dari hasil percobaan

yang di lakukan.

5. Dilakukan 16 kali percobaan, maka masing-masing praktikan melaporkan

hasilnya pada asisten dan menulis hasil data kelas (data yang diperoleh dari

setiap praktikan) di papan tulis.

6. Dicatat data yang diperoleh dalam laporan praktikum.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI.1 Hasil

IV.1.1 Tabel Kelompok

1. Dominansi Penuh

K_B_ K_bb kkB_ Kkbb


Ke
(Kuning Bernas) (Kuning Kisut) (Putih Bernas) (Putih Kisut)

1 √    

2 √    

3 √     

4 √  
5 √    
6  √    

7  √    

8  √    

9  √    
10  √    

11 √      

12  √    

13  √    

14      √

15 √  

16 √      

Σ 9 5 1 1

Tabel IV.1 Data Kelompok

Tabel IV.2 X2 (chi square) data kelompok

  K_B_ K_bb kkB_ Kkbb


(Putih
  (Kuning Bernas) (Kuning Kisut) (Putih Bernas)
Kisut)
O 9 5 1 1
E 9 3 3 1
D 0 2 -2 0
d2
0 1,33 1,33 0
e
x2 2,66

IV.1.2 Tabel Pengamatan Kelas

2.Dominansi Tidak Sempurna

K_B_ K_bb kkB_ Kkbb


Kelp.
(Kuning Bernas) (Kuning Kisut) (Putih Bernas) (Putih Kisut)
I 7 3 5 1
II 10 3 2 1
III 9 5 1 1
IV 8 4 2 2
V 11 2 1 2
VI 7 4 5 0
Σ 52 21 16 7
Tabel IV.3 Data Kelas

  K_B_ K_bb kkB_ Kkbb


(Putih
  (Kuning Bernas) (Kuning Kisut) (Putih Bernas)
Kisut)
O 52 21 16 7
E 54 18 18 6
D -2 3 -2 1

d2
e 0,07 0,50 0,22 0,16

x2 0,95
Tabel IV.4 X2 (chi square) data kelas

IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Data Kelompok

Dari hasil praktikum yang telah dilakuakan, Berdasarkan data kelompok 3

untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh

gamet-gamet tertentu dan akan bertemu secara acak atau random. Dilakuakan

Percobaan pengambilan satu kancing secara acak dan dilakukan sebanyak 16 kali.

Pengamatan ini meghasilkan formulasi Hukum Mendel II atau hukum

berpasangan secara bebas. Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui

persilangan dihibrid, yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel

berbeda. Untuk menguji hipotesis kemungkinan yang dapat di peroleh dari

persilangan dapat digunakan uji chi kuadrat (chi-square).


Pada percobaan yang telah dilakukan, diperoleh 9 K-B- (Kuning bernas), 5

K-bb (Kuning kisut), 5 kkB- (Putih bernas), dan 1 kkbb (Putih kisut). Namun jika

sesuai dengan hukum Mendel II, Maka ekspektasi yang sesuai dengan teori

Mendel dihasilkan 9 K_B_ (Kuning bernas), 3 K_bb (Kuning kisut), 3 kkB_

(Putih bernas), dan 1 kkbb (Putih kisut).

Hasil perhitungan telah didapatkan yaitu 2,66. Terdapat empat kelas

fenotip, maka derajat kebebasan 4-1 = 3. Angka 2,66 terletak antara angka 2,37

dan 3,67. Nilai kemungkinannya terletak antara 0,50 dan 0,30. Nilai kemungkinan

itu lebih besar daripada 0,05 (batas signifikan), sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa hasil percobaan itu bagus (memenuhi perbandingan 9:3:3:1).

IV.2.2 Data Kelas

Berdasarkan data analisis terlihat bahwa untuk semua kelompok praktikan

menunjukkan data yang hampir sama yaitu 52 K-B- (Kuning bernas), 21 K-bb

(Kuning kisut), 16 kkB- (Putih bernas), dan 7 kkbb (Putih kisut). amun jika sesuai

dengan hukum Mendel II. Maka ekspektasi yang sesuai dengan teori Mendel

dihasilkan 54 K_B_ (Kuning bernas), 18 K_bb (Kuning kisut), 18 kkB_ (Putih

bernas), dan 6 kkbb (Putih kisut). Hasil ekspektasi ini diperoleh dari perbandingan

teori Mendel dikali dengan jumlah total keseluruhan percobaan yaitu 96. Pada

K_B_, menurut teori Mendel dihasilkan 9/16 X 96 = 54 yang bersifat kuning

bernas, namun dari percobaan diperoleh 52 berarti terdapat deviasi sebesar -2,

dimana deviasi ini diperoleh dari hasil yang diperoleh dikurangi dengan

ekspektasi. Pada K_bb dan kkB_, menurut teori Mendel dihasilkan 3/16 X 96 =

18 yang bersifat kuning kisut dan putih bernas, namun dari percobaan diperoleh

21 kuning kisut dan 18 putih bernas berarti terdapat deviasi sebesar 3 pada kuning

kisut dan -2 pada putih bernas. Dan pada kkbb, menurut teori Mendel dihasilkan
1/16 X 96 = 6 yang bersifat putih kisut, namun dari percobaan diperoleh 7 berarti

terdapat deviasi sebesar 1. Dari data-data tersebut diperoleh nilai X2 (chi-

square) total sebesar 0,95.

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan biji genetis

sebagai imitasi perbandingan genetis dapat disimpulkan bahwa percobaan itu baik

(memenuhi perbandingan 9:3:3:1). Karena dari angka-angka yang telah kami

dapatkan dengan beberapa percobaan dan pengamatan kami juga menemukan

perbandingan fenotipe yang hampir sama/ mendekati dengan ketetapan hukum

Mendel II.
V.2 Saran

V.2.1 Saran untuk Laboratorium

Meskipun praktikum dilaksanakan secara daring, sebaiknya laboratorium

di lengkapi agar pada saat pratikum offline nantinya dapat berjalan lancar.

V.2.2 Saran untuk Asisten

Untuk asisten kali ini sudah bagus, namun saya harap asisten lebih

memperhatikan praktikan.

V.2.3 Saran untuk Praktikum

Meskipun dilaksanakan secara daring, saya harap pada praktikum

selanjutnya kakak pemateri dapat menjelaskan dengan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Acquaah G. 2007. Principles of Plant Genetiks and Breeding. Malden, [MA]:


Blackwell Publishing.

Anitasari,D.K dkk., 2018. Dasar teknik kultur jaringan tanaman. Yogyakarta :


Deepublish.

Bizzo, N., El-Hani, C.M. 2009. Darwin and Mendel: Evoluation and Genetics,
Journal of Biological Education 43(3): 108-114.

Cahyono, F. 2010. Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Mendel. Institut


Teknologi Bandung.

Campbell, Reece. 2010. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Klug, W. S. 2019. Essentials of Genetiks. New York: Pearson.


Pandis, N. 2016. The Chi-square Test. American Journal of Orthodontics and
Dentofacial Orthopedics. 150(5): 898-899.

Suryo, 2011. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai