Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Diabetes Melitus masih menjadi masalah global. Penyakit ini

merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak ketiga setelah penyakit

kanker dan kardiovakular pada penduduk dengan rentang usia 30-70 tahun

(WHO, 2015). Diabetes Melitus (DM) terdiri dari 2 tipe yaitu DM tipe 1 dan DM

tipe 2 yang mana DM tipe 2 ini adalah tipe yang paling sering ditemukan yaitu

90-95% dari semua kasus diabetes yang ada (Qaseem, dkk, 2007).

Diabetes mellitus adalah suatu kondisi tubuh tidak memproduksi insulin

dengan cukup atau tidak merespon zat insulin dengan benar (Susanto, 2010).

Diabetes mellitus adalah suatu kelainan kronis dari metabolisme karbohidrat yang

menyebabkan gangguan metabolisme protein dan lemak, ditandai dengan

hiperglikemia yang terjadi sebagai akibat dari tidak adanya insulin (tipe I), tidak

adanya efek insulin (tipe II) atau keduanya (Saputra, 2014). Diabetes melitus

ditegakkan bila kadar glukosa darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dL; atau glukosa

darah 2 jam pasca pembebanan (GDPP) ≥ 200 mg/dL; atau glukosa darah

sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dL dengan gejala sering lapar, sering haus, sering

buang air kecil & jumlah banyak, dan berat badan turun. (Riskesdas, 2018)

Menurut Diabetes Atlas edisi ke-8 tahun 2017 yang dikeluarkan oleh

International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa, jumlah penderita

diabetes mellitus Tipe II di seluruh dunia adalah lebih dari 352.1 juta penderita

1
diabetes dan di prediksikan pada tahun 2045 prevalensi diabetes mellitus

akan menjadi 531.6 juta penderita diabetes. Satu dari dua penderita diabetes

diperkirakan tidak terdiagnosa diabetes mellitus, hal ini menyebabkan angka

kematian karena diabetes mellitus tipe II meningkat sebanyak 3.2 sampai 5 juta

jiwa (IDF, 2017).

Menurut estimasi WHO (2016) 7,0% penduduk Indonesia mengalami

diabetes mellitus Tipe II. Berdasarkan International Diabetes Federation (IDF)

pada tahun 2017, diabetes mellitus tipe II di Indonesia merupakan urutan ketiga

dari sepuluh negara, dimana urutan pertama China, dan kedua Amerika Serikat.

Hal ini berarti akan semakin meningkat penduduk yang berisiko tinggi untuk

menderita diabetes mellitus tipe II.

Menurut laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,

Prevalensi Diabetes Melitus di Sumatera Barat berdasarkan Diagnosis Dokter

pada kelompok umur 35-44 tahun sebanyak 1,08%, umur 45-54 sebanyak 3,88%,

umur 55-64 sebanyak 6,29 dan umur 65-74 sebanyak 6,03%. Menurut Laporan

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Solok tahun 2019 tercatat sebanyak 14.794

kunjungan penderita DM tipe II dan Puskesmas Talang Babungo termasuk 5

terbanyak penyakit DM tipe II. Berdasarkan data 10 penyakit terbanyak di

Puskesmas Talang Babungo pada tahun 2019 diketahui kunjungan pasien

diabetes mellitus tipe II yang melakukan pemeriksaan sebanyak 329 kunjungan.

Angka diabetes mellitus tipe II menempati urutan ke-3 di Puskesmas Talang

Babungo setelah hipertensi.

2
Penderita diabetes tipe II kebanyakan datang ke puskesmas sudah

mengalami komplikasi-komplikasi. Keadaan ini disebabkan karena kadar gula

darah yang tidak terkontrol. Pengobatan dan penyembuhan secara farmakologi

merupakan pilihan bagi penderita diabetes mellitus tipe II, namun pengobatan

menggunakan farmakologi mempunyai efek samping bagi penderita. Sebagian

orang juga berusaha mengobati diabetes mellitus tipe II menggunakan

nonfarmakologi. Salah satu non farmakologi yaitu terapi herbal.

Menurut Yunita (2012), menyatakan terapi herbal adalah metode

penyembuhan atau pengendalian dengan memanfaatkan tanaman atau tumbuhan

yang memiliki khasiat tertentu. Salah satu diantaranya adalah terapi herbal

menggunakan rebusan daun salam. Daun salam kaya akan kandungan

antidiabetik karena memiliki senyawa aktif seperti quaretin, tannin, dan

flavonoid (Taufiqurrohman, 2015). Daun salam juga memiliki kemampuan anti-

inflamasi, anti-oksidan, antibakteri dan antijamur. Sifat anti-oksidan ini dapat

membantu mengatasi penyakit diabetes karena memungkinkan tubuh untuk

memproses insulin secara efisiensi (Herliana, 2013).

Daun salam (Syziqium Polyanythum (Wight) Walp) merupakan daun yang

hampir selalu ada di dalam masakan Indonesia. Daun ini juga banyak digunakan

dalam kuliner Asia seperti di Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Daun salam bisa

digunakan dalam keadaan segar atau kering. Selain untuk bumbu masak, daun

salam sebenarnya memili khasiat bagi kesehatan tubuh yaitu untuk diabetes

mellitus (Dafriani, 2016). Daun salam kaya akan tannin, flavonoid, saponin, dan

minyak atsiri. Flavonoid yang terkandung di dalam daun salam merupakan salah

3
satu golongan senyawa antioksidan yang dapat mencegah penyakit degeneratif

yang berhubungan dengan stress oksidatif akibat penuaan sel-sel organ atau

sistem dalam tubuh salah satunya seperti diabetes mellitus, dengan cara

menghambat kerusakan sel β pada pulau Langerhans pankreas. Tanin pada daun

salam yang merupakan salah satu kandungan fitokimia yang berperan untuk

menurunkan kadar glukosa darah. Sehingga bagus dikonsumsi oleh penderita

diabetes mellitus tipe II (Lajuck,2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dafriani et al (2018) dengan

judul “Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah

Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Alai Padang

Tahun 2018” diperoleh bahwa kadar gula darah setelah diberikan rebusan daun

salam sebanyak 2 kali dalam sehari selama 6 hari dengan 10 responden di

dapatkan hasil adalah 207.20 mg/dL dengan standar deviasi 41.704 mg/dL dan

kadar gula darah terendah adalah 157 mg/dL dan kadar gula darah tertinggi

adalah 268 mg/dL. Hasil uji statistic dengan menggunakan uji independent t-test

didapatkan pada kadar gula darah nilai p= 0,04 berarti p ≤ 0,05, maka nilai p ≤

0,05 di anggap bermakna yang berarti ada pengaruh antara pemberian rebusan

daun salam dan penurunan kadar gula darah di wilayah kerja Puskesmas Alai

Kota Padang.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Fathur

Rahman tentang Pengaruh Air Rebusan Daun Salam (Syzygium Polyanthum)

terhadap Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah

Kerja Puskesmas Wonorejo Samarinda tahun 2018 yang menunjukkan bahwa

4
pada variabel kadar gula darah nilai p value adalah 0.000, dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang bermakna pada kadar gula darah

sebelum dan sesudah diberikan rebusan air daun salam (p value < α = 0.05).

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 15 Juli 2020

di Puskesmas Talang Babungo dengan wawancarai 10 orang pasien diabetes

mellitus tipe II yang berkunjung diketahui bahwa 8 responden memiliki kadar

gula darah puasa >200 mg/dL, dan 6 responden diabetes mellitus tipe II

mengkonsumsi obat nonarmakologi diabetes seperti rebusan daun salam, 3

responden tidak mengetahui manfaat dan kegunaan dari rebusan daun salam dan

1 responden tidak meyakini pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan

kadar gula darah.

Berdasarkan data dan latar belakang di atas maka peneliti melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar

Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas

Talang Babungo Kabupaten Solok Tahun 2020”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tentang ”Bagaimana

Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Babungo

Kabupaten Solok Tahun 2020”.

5
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan

kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II Di Wilayah Kerja

Puskesmas Talang Babungo Kabupaten Solok Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Diketahuinya karakteristik responden penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di

wilayah kerja Puskesmas Talang Babungo Kabupaten Solok Tahun 2020.

b. Diketahuinya kadar gula darah sebelum diberikan air rebusan daun salam

pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Talang

Babungo Kabupaten Solok Tahun 2020.

c. Diketahuinya kadar gula darah sesudah diberikan air rebusan daun salam pada

penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Talang

Babungo Kabupaten Solok Tahun 2020.

d. Menganalisis perubahan kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan air

rebusan daun salam terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus

tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Talang Babungo Kabupaten Solok Tahun

2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan (Stikes Syedza Saintika Padang)

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dibidang

ilmu keperawatan teurtama tentang penurunan kadar gula darah pada pasien

diabetes mellitus tipe II.

6
1.4.2 Manfaat Tempat Penelitian (Puskesmas Talang Babungo)

Penelitian diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan, khususnya dalam memberikan keperawatan dan pemecahan

masalah di Puskesmas khususnya dalam mempercepat menurunkan kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus tipe II.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh

rebusan daun salam terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes

mellitus tipe II dan menjadikan penelitian ini sebagai pengalaman serta dapat

menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membatasi materi pada pengaruh rebusan

daun salam terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus

tipe II. Penelitian ini akan dilakukan pada tahun 2020 di wilayah kerja Puskesmas

Talang Babungo. Desain penelitian yang digunakan adalah quassy experimental

dengan rancangan one group before and after design. Pemberian daun salam

dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari selama 6 hari. Populasi dalam penelitian

ini adalah semua pasien diabetes mellitus tipe II yang berobat ke Puskesmas

Talang Babungo selama periode bulan Agustus - September 2020. Data hasil

penelitian akan diolah dan di analisa menggunakan Uji Paired Samples T-tes

untuk melihat pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar gula darah

pada pasien diabetes mellitus tipe II.

Anda mungkin juga menyukai