Anda di halaman 1dari 19

Berikut langkah-langkah menerima dan mempertahankan klien :

1. Mengevaluasi Integritas Manajemen


Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas manajemen adalah:
a. Melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu
Bagi klien yang pernah diaudit oleh auditor lain, pengetahuan tentang manajemen klien yang
dimiliki oleh auditor pendahulu merupakan informasi penting bagi auditor pengganti. Sebelum
menerima penugasan, PSA No.16, Komunikasi Antara Auditor Pendahulu dengan Auditor
Pengganti (SA 315.02), mengharuskan auditor pengganti untuk berkomunikasi dengan auditor
pendahulu, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam berkomunikasi, auditor pengganti harus
mengajukan pertanyaan yang spesifik dan wajar mengenai berbagai hal yang berpengaruh atas
pengambilan keputusan menerima atau penolak penugasan, seperti :
1) Meminta keterangan kepada auditor terdahulu mengenai masalah-masalah yang spesifik.
2) Menjelaskan kepada calon klien tentang perlunya auditor pengganti melaksanakan komunikasi
dengan auditor pendahulu dan meminta persetujuan dari klien untuk melakukan hal itu.
3) Mempertimbangkan keterbatasan jawaban yang di berikan auditor pendahulu. Maka auditor
pengganti harus mempertimbangkan pengaruhnya dalam memutuskan penerimaan atau
penolakan perikatan audit dari calon klien.
b. Meminta keterangan kepada pihak ketiga
Informasi tentang intregrasi manajemen dapat diperoleh dengan meminta keterangan kepada
penasehat hukum, pejabat bank, pengganti manajemen yang diberitahukan di surat kabar bisnis,
review terhadap laporan audit tahun sebelumnya yang di simpan di Bapepam, dan pihak lain dalam
masyarakan keuangan dan bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan calon klien. Kamar
Dagang Indonesian (KADIN) dapat juga di pakai sebagai sumber informasi untuk mengevaluasi
intregitas manajemen.
c. Mereview Pengalaman Auditor di Masa Lalu dengan Klien
Sebelum mengambil keputusan untuk melanjutkan penugasan dengan klien audit, auditor harus
mempertimbangkan secara cermat pengalaman hubungan kerja dengan manajemen klien di masa
lalu. Misalnya, auditor perlu mempertimbangkan adanya kekeliruan atau kecurangan dan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien yang ditemukan dalam audit atas laporan keuangan
tahun yang lalu. Dalam audit tahun lalu, auditor mengajukan berbagai pertanyaan kepada
manajemen tentang adanya hal-hal bersyarat, kelengkapan notulen rapat dewan komisaris,
kepatuhan klien terhadap peraturan pemerintah.
2. Mengidentifikasi Kondisi Khusus dan Risiko yang Tidak Biasa
Hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk menerima penugasan dalam
tahap ini antara lain:
a. Mengidentifikasi pemakai laporan audit
Bapepam, badan pengaturan, bank dan lembaga keuangan lain, pemegang saham, dan pasar modal
adalah pemakai utama laporan audit. Perusahaan publik yang sebagian kepemilikannya berada di
tangan masyarakat melalui mekanisme pasar modal berbeda tuntutan atas jasa audit dibandingkan
dengan perusahaan perorangan dan PT tertutup.
b. Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa depan
Jika suatu saat auditor mendapat informasi bahwa klien sedang menghadapi tuntutan pengadilan,
ada kemungkinan auditor akan terlibat dalam perkara pengadilan yang dihadapi oleh calon
kliennya tersebut. Oleh karena itu, auditor dapat mempertimbangkan untuk menolak perikatan
audit dari klien.
c. Mengidentifikasi Pembatasan Lingkup
Pembatasan dalam lingkup audit akan meningkatkan risiko yang menyebabkan auditor tidak dapat
menerbitkan pendapat wajar tanpa pengecualiannya. Auditor harus mempertimbangkan apakah
manajemen telah melanggar batasan-batasan dalam melaksanakan prosedur audit. Jika pembatasan
ruang lingkup yang terjad menyangkut hal-hal yang materil serta berpengaruh besar terhadap
laporan auditor nantinya, pihak auditor dapat mempertimbangkan untuk menerima ataupun
menolak perikatan tersebut.
d. Mengevaluasi auditabilitas perusahaan klien
Informasi tentang dapat atau tidaknya laporan keuangan calon klien diaudit dapat diketahui dari
ketersediaan catatan akuntansi penting, ketersediaan dokumen pendukung transaksi yang dicatat
dalam catatan akuntansi, memadainya pengendalian intern yang diterapkan dalam perusahaan
calon klien, pembatasan-pembatasan yang akan dikenakan oleh calon klien kepada auditor dalam
proses yang akan dilaksanakan.
3. Menilai Kemampuan Untuk Memenuhi Standar Umum Auditing
Penilaian kemampuan memenuhi standar umum terdiri dari 3 tahap:
a. Penentuan kompetensi untuk melaksanakan audit
Standar umum pertama menuntut kompetensi teknis auditor dalam melaksanakan penugasan audit. Standar
tersebut menegaskan bahwa betapapun kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain termasuk dalam
bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksud dalam standar tersebut. Ada
dua langkah yang dilakukan untuk menentukan kompetensi dalam melaksanakan audit :
1) Mengindentifikasi tim audit yang diperlukan
2) Mempertimbangkan perlunya konsultasi dan tenaga spesialis
b. Pengevaluasian Independensi
Standar umum kedua menuntut sikap mental independent auditor dalam melaksanakan audit .Standar tersebut
mengharuskan auditor besikap independent,artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum.
c. Penentuan kemampuan melaksanakan audit secara cermat dan seksama
Standar umum ketiga menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
4. Mengevaluasi Independensi
Independensi dalam perikatan audit diwajibkan oleh peraturan 101 dari Kode Etik Perilak
Profesional AICPA dan merupakan salah satu dari elemen pengendalian mutu. Lebih lanjut, jika klien
diwajibkan menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit kepada SEC auditor harus mematuhi
persyaratan komisi berkenaan dengan independensi.
Oleh karena itu, sebelum menerima klien audit yang baru, kantor CPA harus mengevaluasi
apakah terdapat kondisi yang akan mempengaruhi independensi dengan klien nantinya.
5. Keputusan untuk Menerima atau Menolak Audit
Sebuah kantor CPA harus menegaskan apakah kantor tersebut akan menerima dan melanjutkan
klien audit dengan cara yang sama ketika kantor tersebut menerima klien baru. Idealnya sebuah kantor
CPA akan memutuskan mengenai kelanjutan klien audit sebelum memulai perikatan. Akan tetapi, jika
terjadi kakhawatiran mengenai integritas manajemen, bukti-bukti, atau situasi lain yang serupa pihak
auditor dapat meminta penjelasan secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait. Kondisi berikut ini
dapat menjadi penyebab auditor menarik diri dari suatu audit :
a. Kekhawatiran mengenai integritas manajemen atau penahanan bukti yang tampak sleama audit
b. Klien menolak untuk membenarkan salah saji material dalam laporan keuangan
c. Klien tidak mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki kecurangan atau tindakan
melawan hukum yang ditemukan selama audit
6. Mempersiapkan Surat Penugasan
Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya. Surat ini berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan :
a. Penerimaan auditor atas penunjukan oleh klien
b. Tujuan dan lingkup audit
c. Luas tanggung jawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya dan tanggung jawab menejemen atas
informasi keuangan
d. Kesepakatan mengenai reproduksi laporan keuangan auditan.
e. Kesepakatan mengenai bentuk laporan yang akan diterbitkan auditor untuk menyampaikan hasil
penugasan
f. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan ketidak beresan meterial tidak
akan terdeteksi
g. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan dalam struktur
pengendalian intern yang ditemukan oleh auditordalam auditnya
h. Akses ke berbagai catatan dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam kaitannya dengan audit.
i. Kesepakatan mengenai dasar penentuan fee audit

Melakukan Prosedur Analitis


Prosedur Analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari
hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan. Prosedur analitis meliputi perbandingan
jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor. Penggunaan prosedur analitis dalam tahapan
perencanaan audit yang efektif, meliputi tahapan-tahapan sistematis sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi perhitungan/Perbandingan yang akan dibuat
Prosedur analisis yang digunakan dalam perencanaan bisa berbeda-beda tergantung pada
besarnya kompleksitas perusahaan klien, ketersediaan data, dan pertimbangan auditor. Jenis
perhitungan-perhitungan dan perbandingan yang umum digunakan meliputi, perbandingan data
absolut, analisis vertikal, analisa rasio dan analisis trend.
b. Mengembangkan ekspektasi atau harapan
Dalam mengembangkan ekspektasi ini, selain digunakan data keuangan, juga digunakan data
non-keuangan. Sumber informasi yang digunakan untuk mengembangkan harapan antara lain:
1) Informasi keuangan klien periode-periode yang lalu dengan mempertimbangkan perubahan
yang diketahui.
2) Hasil antisipasi berdasarkan anggaran formal dan peramalan.
3) Hubungan antara elemen-elemen informasi keuangan pada suatu periode.
4) Data industri.
5) Hubungan antara informasi keuangan dengan informasi non-keuangan yang relevan.
c. Melakukan perhitungan/perbandingan
Tahap ini menyangkut pengumpulan data yang akan digunakan untuk menghitung jumlah-
jumlah absolut dan selisih persentase antara jumlah tahun ini dengan jumlah tahun yang lalu,
menghitung data common-size , rasio-rasio, dan sebagainya.
d. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
Bagian penting dari analisis adalah identifikasi fluktuasi dalam data yang tidak diharapkan
atau tidak ada fluktuasi yang diharapkan yang bisa memberi petunjuk meningkatnya risiko
tersajinya salah saji. Elemen yang paling kritis dalam proses ini adalah memutuskan besarnya
selisih atau fluktuasi yang akan diselidiki lebih lanjut.
e. Menyelidiki selisih tak diharapkan yang signifikan
Selisih tak diharapkan harus diselidiki. Hal ini biasanya menyangkut peninjauan kembali
metode dan faktor-faktor yang digunakan dalam mengembangkan ekspektasi dan mengajukan
pertanyaan kepada manajemen.
f. Menentukan pengaruh atas perencanaan audit
Selisih signifikan yang tidak dapat dijelaskan alasan terjadinya, harus dipandang sebagai
indikasi kenaikan risiko salah saji dalam rekening atau rekening-rekening yang tercakup dalam
perhitungan atau perbandingan. Dalam keadaan demikian, auditor biasanya akan melakukan
pengujian yang lebih mendalam atas rekening tersebut. Dengan mengarahkan perhatian auditor
pada tempat-tempat yang memiliki risiko besar, prosedur analisis bisa memberikan kontribusi
yang besar pada pelaksanaan audit yang lebih efektif dan efisien.
Prosedur analitis dalam auditing digunakan dengan tujuan-tujuan
1) Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit lainnya.
2) Pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu (berhubungan dengan
saldo rekening atau jenis transaksi).
3) Review menyeluruh informasi keuangan dalam laporan keuangan setelah diaudit.
Prosedur analitis dapat membantu auditor dalam perencanaan dengan cara :
1) Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien.
2) Mengidentifikasi hubungan-hubungan yang tidak biasa dan fluktuasi yang tidak diharapkan
dalam data yang bisa menunjukkan bidang-bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko
salah saji.
g. Rasio-rasio keuangan yang lazim digunakan
Prosedur analitis yang digunakan auditor seringkali berupa pemakaian rasio-rasio keuangan
pada tahap perencanaan dan tahap review akhir dari suatu audit laporan keuangan.
Apabiladigunakan analisis rasio, maka auditor harus membuat perbandingan yang tepat, seperti
perbandingan dengan data tahun lalu, rata-rata industry, dan perusahaan sejenis pada tahun yang
sama(Jusup, 2014:283). Rasio-rasio yang secara umum digunakan dalam prosedur analitis
(Boynton et al., 2003:306-308)adalah:
1) Rasio profitabilitas
Rasio Perhitungan
Perputaran aktiva Penjualan
Total Aktiva
Margin Laba Laba Bersih+ ¿(Bunga∗( 1−tarif pajak ))
Penjualan
Pengembalian Atas Aktiva Perputaran Aktiva×
Margin Laba
Leverage Laba Biasa Laba Bersih−¿ Dividen Preferen
Laba Bersih+ ¿(Bunga∗( 1−tarif pajak ))
Leverage Struktur Modal Total Aktiva
Ekuitas Sa h am Biasa
Pengembalian atas Ekuitas Saham Pengembalian Atas Aktiva ×
Biasa Leverage Laba Biasa ×
Leverage Struktur Modal

2) Rasio likuiditas dan solvabilitas


Rasio Perhitungan

Kemampuan Arus Kas dari Arus Kas dari


Aktivitas Operasi untuk Menutupi Aktivitas Operasi
Hutang Lancar dan Dividen Bagian Hutang
Jangka Pendek +¿ Dividen

Arus Kas Bebas Arus Kas dariOperas−¿


Pengeluaran Modal
Rasio Lancar Aktiva Lancar
Kewajiban Jangka Pendek

Rasio Cepat Aktiva Moneter Lancar


Kewajiban Moneter
Jangka Pendek

Hutang terhadap Ekuitas Total Kewajiban


Ekuitas Pemegang Sa h am

3) Rasio aktivitas likuiditas


Rasio Perhitungan

Perputaran Piutang Usaha Piutang Usa h a


Bersih
×365
Penjualan

Perputaran Persediaan Persediaan


× 365
Harga Pokok
Penjualan

Siklus Operasi Kotor Perputaran Piutang Usaha+ Perputaran Persediaan

Perputaran Hutang Usaha Pembelian


× 365
Harga Pokok
Penjualan

Siklus Operasi Bersih Siklus Operasi Kotor−¿


Perputaran Hutang Usaha

Pertimbangan Awal tentang Materialitas

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya yang disebut
materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan
kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang melingkupi berubah (2) informasi
tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.

Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif berkaitan dengan hubungan salah
saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah
saji.Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab yang
menimbulkan salah saji tersebut.

Contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor adalah,

1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
 Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan
 Total aktiva dan ekiutas pemegang saham dalam neraca
2. Faktor kualitatif seperti:
 Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum dan kecurangan
 Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang mengharuskan klien untuk
mempertahankan beberapa ratio keuangan pada tingkat minimum tertentu.
 Adanya gangguan dalam trend  laba
 Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan

Komponen internal control : Informasi Dan Komunikasi


Komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu
berkenaan dengan pengendalian intren atas pelaporan keuangan.
Menurut boynton (2003: 385) suatu sistem akuntansi yang efektif harus:
a. Mengidentifikasi dan mencatat hanya transaksi yang valid dari entitas yang terjadi dalam periode berjalan
(keberadaan dan keterjadian)
b. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang valid dari entitas yang terjadi dalam periode berjalan
(asersi kelengkapan)
c. Memastikan aktiva dan kewajiban yang tercatat merupakan hasil dari transaksi yang memberikan entitas hak
untuk, kewajiban untuk, item-item tersebut. (asersi hak dan kewajiban)
d. Mengukur nilai transaksi dalam suatu cara yang mengijinkan pencatatan nilai moneter transaksi secara tepat
dalam laporan keuangan. (asersi penilaian dan alokasi)
e. Memperoleh rincian yang mencukupi dari semua transaksi untuk memungkinkan penyajian secara tepat dalam
laporan keuangan, termasuk pengklasifikasian yang tepat.

Definisi Fraud
Menurut GAAS fraud adalah tindakan yang disengaja yang mengakibatkan salah saji material dalam
laporan keuangan yang merupakan bagian dari audit. Auditor secara khusus mempertimbangkan tentang dua
jenis salah saji yang rrelevan dengan pertimbangan auditor atas salah saji yang timbul dari pelaporan keuangan
dan penyalahgunaan aset.salah saji yang timbul dari penyusunan laporan keuangan yang curang adalah salah
saji yang disengaja atau penomoran jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang dirancang untuk
menipu pengguna laporan keuangan di mana efeknya menyebabkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai
dengan Standar. Pelaporan keuangan yang curang tidak perlu hasil dari rencana besar atau konspirasi. mungkin
perwakilan manajemen merasionalisasi penggunaan salah saji material, misalnya, sebagai interpretasi yang
agresif dan tidak dapat dipertahankan dari aturan akuntansi yang rumit.

 Segitiga Fraud

Ada 3 hal yang mendorong terjadinya sebuah upaya fraud, yaitu pressure (dorongan), opportunity
(peluang), dan rationalization (rasionalisasi), sebagaimana tergambar berikut ini:

Pressure. Pressure adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud, contohnya hutang atau
tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah, ketergantungan narkoba, dll. Pada umumnya yang mendorong
terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah finansial. Tapi banyak juga yang hanya terdorong oleh
keserakahan.

Opportunity. Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan karena
internal control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di
antara 3 elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir
melalui penerapan proses, prosedur, dan control dan upaya deteksi dini terhadap fraud.

Rationalization. Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari
pembenaran atas tindakannya, misalnya:
1.    Bahwasanya tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang dicintainya.
2.    Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak mendapatkan lebih dari yang telah dia
dapatkan sekarang (posisi, gaji, promosi, dll.)
3.    Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa jika pelaku mengambil
bagian sedikit dari keuntungan tersebut.

Definisi .Laporan COSO mendefinisikan pengendalain intern sebagai berikut :

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil satuan
usaha lainnya, yang dirancang untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal-hal berikut
:

(1) Keandalan pelaporan keuangan,

(2) Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku,

(3) Efektifitas dan efisiensi operasi.

Mendokumentasikan Pemahaman Pengendalian Internal

Pada umumnya internal control perusahaan yang lebih kompleks dan prosedur kinerja yang lebih membutuhkan
pendokumentasian lebih luas. Dua bentuk dokumen tradisional yang umum adalah flowchart ( bagan arus ) dengan
menyertakan deskripsi naratif dari dokumen, dan Questionnaires.

Flowcharts. Adalah pendeskripsian grafik dari suatu arus informasi dalam suatu system yang direncanakan.
Internal Control Questionnaires. Dalam penambahan untuk memeriksa desain grafik dari beragam sistem dari
pengendalian internal, auditor akan bertanya dan mendapt jawaban dari pertanyaan mengenai sistem tersebut.
Beberapa jawaban diperoleh dari karyawan perusahaan dan lainnya dari observasi.

Secara tradisional, pengendalian internal kuisioner sangat penting dalam medapatkan pemahaman dari pengendalian
internal. Meskipun metode lain seperti bagan arus mempunyai keuntungan luasnya penerimaan, pendekatan kuisioner
masih populer pada banyak firma KAP.

Yang harus dipertimbangkan auditor dalam menentukan cukup tidaknya bukti audit adalah:

 Materialitas dan resiko


 Faktor ekonomis
 Besarnya dan karakteristik populasi

Menilai risiko pengendalian ( assessing control risk) merupakan suatu proses mengevaluasi efektivitas pengendalian intern
suatu entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan (AU 319.47)
Dalam membuat penilaian risiko pengendalian untuk suatu asersi adalah penting bagi auditor untuk:

1. Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman mengenai
pengendalian internal.
2. Mengidentifikasikan salah saji potensial yang dapat muncul dalam asersi.
3. Mengidentifikasikan pengendalian yang diperlukan yang mungkin akan mencegah atau mendeteksi dan
memperbaiki salah.
4. Melaksanakan pengujian pengendalian terhadap pengendalian yang diperlukan untuk menentukan efektivitas
rancangan dan pengoperasian dari pengendalian.
5. Mengevaluasi bukti dan membuat penilaian.

Mempertimbangkan Pengetahuan yang Diperoleh dari Prosedur untuk Memperoleh Suatu Pemahaman tentang
Pengendalian Intenal

Auditor melaksanakan prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman (procedures to obtain an understanding)
mengenai pengendalian intern untuk asersi laporan keuangan yang signifikan. Auditor mendokumentasikan pemahaman
dalam bentuk kuisioner pengendalian intern yang telah dilengkapi, bagan arus, dan atau memorandum naratif. Analisis
mengenai pendokumentasian merupakan titik awal untuk menilai risiko pengendalian. Secara khusus, AU 319.19
menyatakan pemahaman sebaiknya digunakan oleh auditor untuk

1) mengidentifikasikan jenis salah saji potensial dan


2) mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji material, seperti apakah pengendalian yang
diperlukan untuk mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji telah dirancang dan diterapkan dalam
operasi.

Oleh karena itu, untuk kebijakan dan prosedur yang relevan dengan asersi tertentu, auditor mempertimbangkan
dengan hati-hati jawaban Ya, Tidak, dan Tidak Dapat Digunakan (N/A = Not Applicable), komentar tertulis dalam kuisioner,
dan kekuatan serta kelemahan yang dicatat dalam bagan arus dan memorandum naratif.

Mengidentifikasi Salah Saji Potensial


Beberapa kantor akuntan publik menggunakan perangkat lunak komputer yang menghubungkan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tertentu dalam kuisioner yang terkomputerisasi dengan salah saji potensial untuk asersi-asersi
tertentu. Akan tetapi, Auditor perlu memahami logika bahwa sistem pendukung keputusan yang terkomputerisasi digunakan
untuk mengevaluasi pengendalian intern dan untuk menilai salah saji potensial (potential mistreament) yang dapat muncul
dalam asersi laporan keuangan tertentu. Salah saji potensial dapat diidentifikasikan untuk asersi yang berhubungan dengan
setiap kelas transaksi utama dan untuk asersi yang berhubungan dengan setiap saldo akun yang signifikan.
Mengidentifikasi Pengendalian yang Diperlukan
Seorang auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan (necessary controls) yang mungkin dapat
mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji potensial tertentu dengan menggunakan perangkat lunak komputer
yang memroses jawaban kuisioner pengendalian intern atau dengan secara manual menggunakan daftar (check list).

Sebagai tambahan, suatu pengendalian tunggal mungkin berkaitan dengan lebih dari satu jenis salah saji yang
material. Menspesifikasikan pengendalian yang diperlukan juga memerlukan pertimbangan mengenai situasi dan penilaian.
Jika volume transaksi pengeluaran kas kecil dan pendeteksian yang tepat waktu dari salah saji tidak penting, maka
rekonsiliasi bank harian secara independen dan periodic mungkin sudah cukup untuk mengkompensasi kurangnya
pengujian independen harian. Dalam situasi tertentu bank dapat dianggap sebagai pengendalian kompensasi
(compensating control).

Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh untuk memperoleh suatu pemahaman dan pengidentifikasian salah saji
yang material serta pengendalian yang diperlukan untuk mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji, auditor
dapat membuat suatu perkiraan dan risiko pengendalian.

Melaksanakan Pengujian Pengendalian


Pengujian yang dideskripsikan termasuk teknik audit dengan bantuan komputer, bukti pendokumentasian inspeksi,
pertanyaan terhadap personel, dan mengamati personel klien dalam melaksanakan pengendalian. Hasil dari setiap
pengujian pengendalian (test of controls) seharusnya menyediakan bukti mengenai efektivitas dari rancangan dan operasi
dari pengendalian yang diperlukan. Dalam menentukan pengujian yang akan dilaksanakan, auditor mempertimbangkan
jenis bukti yang tersedia dan biaya pelaksanaan pengujian. Ketika pengujian yang akan dilaksanakan telah terpilih, auditor
biasanya menyiapkan suatu program audit tertulis untuk pengujian dan pengendalian yang terencana.

Mengevaluasi Bukti dan Membuat Penilaian


Penilaian akhir dari risiko pengendalian untuk asersi laporan keuangan didasarkan pada pengevaluasim bukti yang
diperoleh dari:

1) prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai pengendalian intern dan


2) pengujian pengendalian yang berhubungan.

Menentukan tingkat risiko pengendalian yang dinilai merupakan masalah pertimbangan professional. AU 319.64
menyarankan agar auditor mempertimbangkan jenis bukti, batas waktu, dan keberadaan dari bukti lain yang berhubungan
dengan penilaian risiko pengendalian ketika membuat pertimbangan tersebut.

Sebagai contoh, pendokumentasian dari rancangan dan pengoperasian aktivitas pengendalian yang dilaksanakan oleh
suatu komputer mungkin tidak ada hingga auditor dapat memilih untuk menggunakan teknik dengan bantuan komputer
untuk melaksanakan ulang penerapan pengendalian yang relevan. Dengan memperhatikan sumber bukti, pengamatan
pribadi auditor secara langsung terhadap pemisahan tugas biasanya menyediakan lebih banyak keyakinan daripada
membuat pertanyaan mengenai individu. Namun demikian, Auditor seharusnya mempertimbangkan bahwa penerapan
yang diamati dari suatu pengendalian mungkin tidak dilaksanakan dengan cara yang sama ketika auditor tidak hadir. Ketika
mengevaluasi batas pengujian pengendalian, auditor seharusnya mempertimbangkan bahwa bukti yang diperoleh oleh
beberapa pengujian pengendalian berkaitan hanya dengan titik waktu di mana prosedur audit diterapkan.

1. Informasi dan Komunikasi


Sistem informasi dan komunikasi (information and communication system) yang relevan dengan tujuan
pelaporan keuangan, yang memasukkan sistem akuntansi, terdiri dari metode-metode dan catatan-catatan
yang diciptakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat, dan
melaporkan transaksi-transaksi entitas (dan juga kejadian-kejadian serta kondisi-kondisi) dan untuk
memelihara akuntabilitas dari aktiva-aktiva dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan. Komunikasi
melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu
berkenaan dengan pengendalian intern atas pelaporan keuangan (AU 319.34)

Transaksi (transaction) terdiri dari pertukaran aktiva dan jasa antara suatu entitas dan pihak luar, dan
juga pemindahan atau penggunaan aktiva dan jasa dalam entitas. Fokus utama dari kebijakan dan prosedur
pengendalian yang berhubungan dengan sistem akuntansi adalah transaksi yang ditangani dengan suatu cara
yang dapat mencegah terjadinya salah saji dalam asersi laporan keuangan manajemen. Oleh karena itu, suatu
sistem akuntansi yang efektif harus:
● Mengidentifikasi dan mencatat hanya transaksi yang valid dari entitas yang terjadi dalam periode
berjalan (asersi keberadaan atau keterjadian)
● Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang valid dari entitas yang terjadi dalam periode
berjalan (asersi kelengkapan)
● Memastikan aktiva dan kewajiban yang tercatat merupakan hasil dari transaksi yang memberikan entitas
hak untuk, atau kewajiban untuk, item-item tersebut (asersi hak dan kewajiban)
● Mengukur nilai transaksi dalam suatu cara yang mengijinkan pencatatan nilai moneter transaksi secara
tepat dalam laporan keuangan (asersi penilaian atau alokasi)
● Memperoleh rincian yang mencukupi dari semua transaksi untuk memungkinkan penyajian secara tepat
dalam laporan keuangan, termasuk pengklasifikasian yang tepat dan pengungkapan yang diperlukan
(asersi penyajian dan pengungkapan)
Dokumen dan catatan mewakili suatu aspek dari sistem informasi dan komunikasi yang menyediakan
bukti audit yang penting. Dokumen menyediakan bukti atas keterjadian transaksi dan harga, sifat, dan syarat
dari transaksi.

MATERIALITAS

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya yang disebut
materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan
kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang melingkupi berubah (2) informasi
tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.

Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkat berikut :

 Tingkat laporan keuangan : karena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas sampai laporan keuangan secara
keseluruhan.
 Tingkat saldo akun : karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh kesimpulan keseluruhan atas
kewajaran laporan keuangan
a. Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan

Materialitas laporan keuangan adalah salah saji agregat minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup
penting untuk mencegah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dalam konteks ini, salah saji mungkin diakibatkan karena penerapan yang salah dari GAAP, berangkat dari fakta, atau
penghilangan informasi yang diperlukan. Dalam membuat suatu pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas,
auditor mula-mula menentukan tingkat agregat (keseluruhan) materialitas untuk setiap laporan. Sebagai contoh,
diperkirakan bahwa kekeliruan berjumlah $100.000 untuk laporan laba-rugi dan $200.000 untuk neraca akan material.
Dalam kasus ini tidak tepat bagi auditor untuk menggunakan materialitas neraca dalam meencanakan audit karena jika
salah saji dalam neraca berjumlah hingga $200.000 juga mempengaruhi laporan laba-rugi akan mengandung salah saji
yang material. Untuk tujuan perencanaan, auditor harus menggunakan tingkat agregat terkecil dari salah saji yang
dipertimbangkan sebagai material untuk setiap laporan keuangan.

Pertimbangan pendahuluan auditor mengenai materialitas seringkali dibuat enam hingga Sembilan bulan sebelum
tanggal neraca. Pertimbangan materialitas melibatkan pertimbangan kuantitatif dan kualitatif

 Pertimbangan Kuantitatif

Pada saat ini baik standar akuntansi maupun standar auditing berisi pedoman resmi mengenai pengukuran
kuantitatif dari materialitas. Berikut adalah gambaran mengenai beberapa pedoman yang digunakan dalam
praktik.

 5% hingga 10% dari laba bersih sebelum pajak (10% untuk laba yang lebih kecil, 5% untuk laba yang lebih
besar).
 ½% hingga 1% dari total aktiva.
 1% dari ekuitas.
 ½% hingga 1% dari pendapatn kotor.
 Suatu presentase variabel berdasarkan mana yang lebih besar antara total aktiva atau total pendapatan.

 Pertimbangan Kualitatif.
Pertimbangan kualitatif berhubungan dengan penyebab dari salah saji. Salah saji yang secara kuantitatif
tidak material mungkin secara kualitatif akan material. Hal ini dapat terjadi misalnya ketika salah saji diakibatkan
oleh suatu ketidakberesan (irregularities) atau tindakan melanggar hukum oleh klien. Penemuan atas terjadinya
hal-hal tersebut dapat mengakibatkan auditor menyimpulkan bahwa terdapat risiko yang signifikan akan adanya
salah saji tambahan yang serupa.

b. Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun

Materialitas saldo akun adalah salah saji minimum yang dapat muncul dalam suatu saldo akun hingga dianggap
mengandung salah saji material. Salah saji hingga tingkat tersebut dikenal sebagai salah saji yang dapat ditolerir. Dalam
pertimbangan mengenai materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus mempertimbangkan hubungan antara
materialitas pada tingkat saldo akun dan materialitas pada tingkat laporan keuangan. Pertimbangan ini harus mengarahkan
auditor untuk merencanakan audit guna mendeteksi salah saji yang mungkin tidak material secara individual, tetapi
apabila diagresi dengan salah saji pada akun yang lainnya, mungkin akan material terhadap laporan keuangan secara
keseluruhan.

PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF


A. MELAKUKAN PROSEDUR AUDIT LEBIH LANJUT
Tahap III audit melibatkan pelaksanaan prosedur audit lebih lanjut. Ini mungkin termasuk melakukan
prosedur penilaian risiko lebih lanjut, tes kontrol, dan pengujian substantif. Auditor cenderung melakukan
prosedur penilaian risiko lebih lanjut ketika bukti yang diperoleh selama audit tidak mengkonfirmasi
penilaian risiko sebelumnya. Tes kontrol biasanya dilakukan ketika klien telah menempatkan kontrol yang
efektif dalam operasi (lihat Bab 11).Bab ini berfokus pada desain tes substantif. Bagian berikut membahas:
 Perbedaan antara tes kontrol dan tes substantif.
 Bagaimana teknologi informasi dan perangkat lunak audit umum dapat digunakan untuk mendukung
pengujian substantif.
 Pilihan audit dalam desain tes substantif.
 Pertimbangan khusus dalam desain tes substantif.

B. PERBANDINGAN UJI PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF


Dua aspek penting dalam melakukan prosedur audit lebih lanjut dalam pengumpulan bukti audit termasuk
membuat keputusan tentang campuran tes kontrol dan pengujian substantif. Bab ini berfokus pada pilihan
audit terkait pengujian substantif, Gambar 12-4 memberikan perbandingan perbedaan antara tes kontrol dan
pengujian substantif. Setelah bagian ini, bab ini memeriksa pilihan audit terkait pengujian substantif.
C. MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PENGUJIAN
SUBSTANTIF
Ketika klien menggunakan teknologi informasi untuk aplikasi akuntansi yang signifikan, auditor memiliki
kesempatan untuk menggunakan paket perangkat lunak audit untuk membuat audit lebih efektif dan lebih
efisien.Selain menggunakan teknik audit yang berbantuan komputer untuk tes kontrol, perangkat lunak
audit telah dikembangkan untuk berbagai macam aplikasi pengujian substantif. Bagian berikut menjelaskan
perangkat lunak audit umum dan menjelaskan berbagai cara di mana perangkat lunak ini dapat digunakan
dalam menyempurnakan pengujian substantif.
1. Perangkat Lunak Audit Umum
Perangkat lunak audit umum adalah perangkat lunak auditor yang dapat digunakan untuk menganalisis
dan menguji file komputer klien. Dengan demikian, itu diangkut dari satu klien ke yang lain. Paket-
paket ini tersedia dengan biaya moderat dari vendor perangkat lunak (misalnya, Idea dan ACL), AICPA,
dan perusahaan CPA yang menggunakan paket mereka sendiri yang dikembangkan secara internal.
Perangkat lunak audit umum memungkinkan auditor untuk menangani secara efektif dengan sejumlah
besar data. Ini juga memungkinkan auditor untuk mengurangi ketergantungan pada personel TI klien.
Auditor mungkin dapat mengurutkan file besar seperti file pembelian dan memilih transaksi yang
menarik untuk pemeriksaan lebih lanjut. Hanya itu ketersediaan file data klien dan kecerdikan auditor
membatasi penggunaan perangkat lunak audit umum dalam audit. Perangkat lunak ini dapat dirancang
untuk melakukan hampir semua prosedur audit yang mungkin dilakukan oleh auditor secara manual.
2. Rekonsiliasi Data Audit Detail dengan Buku Besar
Langkah pertama yang penting melibatkan memperoleh catatan rinci dari klien dan menguji data untuk
memastikan bahwa data pendukung sesuai dengan buku besar umum, Auditor sering mendapatkan file
seperti file piutang atau file inventaris untuk klien dalam bentuk elektronik.Langkah pertama yang harus
dilakukan adalah untuk memastikan bahwa rincian yang mendasari sesuai dengan catatan akuntansi.
Auditor sering memperoleh file anak perusahaan yang dapat diterima dari klien yang digunakan auditor
untuk menyiapkan konfirmasi. Jika file memiliki tanggal selain akhir bulan, yang tidak sesuai dengan
buku besar akhir bulan klien, kemungkinan auditor akan mengirimkan konfirmasi dalam jumlah yang
salah. Ini dapat mengakibatkan pelanggan mengonfirmasi bahwa saldo termasuk kesalahan, padahal
tidak. Oleh karena itu, langkah pertama yang penting melibatkan penggunaan perangkat lunak audit
umum untuk total informasi rinci dan untuk membandingkan total kontrol ke buku besar (pada tanggal
sementara) atau jumlah laporan keuangan (pada akhir tahun).
3. Memilih dan Mencetak Sampel Audit
Komputer dapat diprogram untuk memilih sampel audit sesuai kriteria yang ditentukan oleh auditor.
Sampel-sampel ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan.Rekening piutang pelanggan individu dapat
dipilih untuk konfirmasi, atau auditor mungkin tertarik untuk mendapatkan daftar semua barang
melebihi jumlah uang tertentu. Dalam hal permintaan konfirmasi, komputer juga dapat digunakan untuk
mencetak surat konfirmasi serta amplop. Auditor juga mungkin menggunakan perangkat lunak audit
umum untuk sampel barang yang kemungkinan mengandung kesalahan. Misalnya, ketika mengaudit
biaya inventaris yang diproduksi, auditor dapat mengambil sampel biaya yang telah berubah lebih dari
10% dari audit sebelumnya.Harga yang telah berubah Secara signifikan mungkin memiliki risiko
kesalahan yang lebih tinggi daripada harga yang stabil.
4. Perhitungan Pengujian dan Membuat Perhitungan
Penggunaan umum komputer yang lain adalah untuk menguji akurasi perhitungan dalam file data yang
dapat dibaca mesin. Pengujian ekstensi, pijakan, atau perhitungan lain dapat dilakukan. Kuantitas
persediaan dapat diperpanjang oleh biaya unit dan jumlah persediaan dihitung kembali.Auditor mungkin
dapat menggunakan data klien untuk menghitung ulang umur piutang piutang.Karena kecepatan
pemrosesan komputer, jenis rekomputasi ini dapat dengan mudah dilakukan pada seluruh populasi audit.
5. Menguji Populasi Keseluruhan
Perangkat lunak audit umum memungkinkan auditor untuk menyaring seluruh populasi daripada
mengandalkan prosedur pengambilan sampel. Auditor mungkin menguji cadangan kerugian piutang
dengan menggunakan perangkat lunak audit umum untuk mengembangkan payment history untuk setiap
pelanggan. Perangkat lunak audit umum memungkinkan auditor untuk dengan cepat mengembangkan
catatan waktu dari pengiriman ke penerimaan pembayaran untuk setiap transaksi penjualan. Dengan cara
yang sama, auditor dapat memindai file inventaris abadi untuk mencari persediaan yang lambat
bergerak. Jenis informasi ini dapat sangat membantu ketika menguji perkiraan akuntansi.
6. Meringkas Data dan Melakukan Analisis
Auditor sering menginginkan agar data klien direorganisasi dengan cara yang sesuai dengan tujuan
khusus. Misalnya, auditor mungkin ingin menentukan item persediaan yang lambat, saldo debet dalam
hutang dagang, atau rekening yang jatuh tempo sebelumnya piutang. Demikian pula, dalam melakukan
prosedur analitis, audit atau mungkin memanfaatkan komputer untuk menghitung rasio yang diinginkan,
mengekstraksi data non finansial dari database klien untuk perbandingan dengan data keuangan, atau
melakukan analisis regresi statistik dan prosedur analitis.
D. PILIHAN AUDIT DALAM DESAIN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Tes substantif adalah bagian penting dari proses memperoleh bukti bukti yang cukup kompeten
sebagaimana yang dipersyaratkan oleh standar kerja lapangan ketiga. Pengujian substantif memberikan
bukti tentang kewajaran dari setiap pernyataan laporan keuangan yang signifikan, atau mereka dapat
mengungkapkan kesalahan moneter atau salah saji dalam pencatatan atau pelaporan transaksi dan
saldo.Auditor harus membuat keputusan tentang sifat, pengaturan waktu, jangkauan, dan kepegawaian
pengujian substantif dalam rangka untuk memiliki dasar yang wajar bagi pendapat tentang laporan
keuangan klien.Setiap pilihan ini dibahas di sini, termasuk bagaimana penilaian risiko yang melekat dan
kontrol mempengaruhi pilihan-pilihan ini.
1. Sifat Pengujian Substantif
Sifat uji substantif mengacu pada jenis dan efektivitas prosedur audit yang harus dilakukan. Ketika
tingkat deteksi risiko yang dapat diterima rendah, auditor harus menggunakan prosedur yang lebih
efektif.Ketika tingkat deteksi risiko yang dapat diterima tinggi, prosedur yang kurang efektif dan lebih
murah dapat digunakan.
Prosedur Awal
Beberapa jenis prosedur awal dilakukan sebelum melanjutkan ke tes substantif lainnya.Pertama, auditor
harus memiliki pemahaman substansi ekonomi dari transaksi yang harus diaudit.Misalnya, ketika
mengaudit piutang dan pendapatan, penting untuk memahami sifat produk yang dijual.Ini mungkin
masalah sederhana menjual barang. Pada saat yang sama, auditor perlu waspada terhadap tanda-tanda
transaksi yang secara efektif merupakan penjualan konsinyasi. Namun, dalam organisasi perangkat
lunak, penjualan mungkin merupakan kombinasi dari menjual perjanjian lisensi dan layanan konsultasi
yang terkait dengan menyesuaikan produk dengan kebutuhan pelanggan.Dalam hal ini ada kemungkinan
bahwa semua pendapatan tidak dapat diakui sekaligus.Demikian pula, klien dapat menerbitkan saham
preferen yang dapat ditebus yang secara hukum merupakan transaksi ekuitas, tetapi dalam substansi
ekonomi itu adalah transaksi utang dan harus dilaporkan sebagai utang pada neraca.
Prosedur awal penting lainnya adalah melacak saldo awal dalam buku besar ke saldo yang diaudit dalam
laporan keuangan tahun sebelumnya.Ini penting untuk menguji kelengkapan dan keakuratan data yang
mendasari catatan akuntansi. Selain itu, auditor biasanya akan memperoleh informasi elektronik yang
terperinci tentang saldo akun seperti buku besar pembantu piutang dagang, persediaan abadi, atau buku
besar pembantu utang dagang. Adalah penting bahwa saldo-saldo rinci ini dijumlahkan dan disepakati
dengan buku besar umum sebelum melanjutkan dengan pekerjaan audit lainnya. Jika tidak, auditor dapat
mengaudit informasi yang salah.
Dua prosedur awal yang memerlukan pertimbangan khusus dalam audit pertama kali adalah (1)
menentukan kepatutan saldo akun pada awal periode yang diaudit, dan (2) memastikan prinsip akuntansi
yang digunakan dalam periode sebelumnya sebagai dasar untuk menentukan konsistensi penerapan
prinsip-prinsip tersebut pada periode berjalan. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan mengacu pada
kertas kerja dari auditor pendahulu.Dalam keterlibatan berkelanjutan, prosedur ini dapat diselesaikan
dengan mengacu pada kertas kerja tahun sebelumnya.

Prosedur Analitik Substantif


Prosedur analitis dapat digunakan dalam tahap pengujian audit sebagai uji substantif untuk mendapatkan
bukti tentang pernyataan tertentu. Dalam beberapa kasus, mereka digunakan sebagai suplemen untuk tes
detail. Prosedur analitis dapat digunakan sebagai tes substantif utama ketika risiko inheren moderat atau
rendah.Namun, prosedur analitis substantif tidak boleh digunakan sebagai tes utama untuk pernyataan
dengan risiko inheren yang signifikan.
Untuk banyak asersi, prosedur analitis substantif yang membandingkan hubungan yang masuk akal
antara data keuangan dan nonkeuangan dapat menjadi tes substantif yang efektif. Standar audit yang
diterima secara umum menyatakan bahwa auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut saat
merancang prosedur analitis substantif:
 Kesesuaian dengan prosedur analitis substantif yang diberikan asersi.
 Keandalan data, baik internal maupun eksternal, dari mana harapan jumlah atau rasio yang tercatat
dikembangkan.
 Apakah harapan cukup tepat untuk mengidentifikasi salah saji material pada tingkat jaminan yang
diinginkan.
 Jumlah selisih jumlah tercatat dari nilai yang diharapkan yaitu diterima.
Peningkatan pemahaman tentang entitas dan lingkungannya biasanya akan membantu auditor
merancang prosedur analitik dengan hubungan yang lebih dapat diprediksi yang, pada gilirannya,
memberikan bukti yang lebih efektif.
Untuk asersi risiko inheren yang tinggi, prosedur analitis substantif dianggap kurang efektif daripada
pengujian detail. Namun dalam kasus lain; sebaliknya mungkin benar. Sebagai contoh, perbandingan
pembayaran agregat kepada pemasok dengan barang yang diterima dapat mengindikasikan pembayaran
berlebihan yang mungkin lebih sulit dideteksi dengan menguji transaksi individual.Demikian pula,
perbandingan gaji agregat dengan jumlah karyawan yang dipekerjakan mungkin lebih siap menunjukkan
pembayaran tidak sah daripada yang mungkin dengan tes transaksi.
Dalam beberapa kasus di mana prosedur analitis substantif efektif, mereka juga dapat menambah
efisiensi audit.Misalnya, untuk perusahaan umum dan perusahaan kabel, jumlah pendapatan yang relatif
kecil ditagih dan dikumpulkan dari ribuan pelanggan setiap bulan. Pengujian detail dari transaksi
pendapatan bervolume tinggi dan bernilai rendah ini akan sangat membosankan dan mahal. Di sisi lain,
pendapatan dalam kasus seperti itu sering dapat diperkirakan dengan tingkat presisi yang adil
menggunakan variabel independen seperti jumlah pelanggan, tarif penagihan untuk berbagai jenis
layanan, dan data suhu (untuk utilitas listrik dan gas). Untuk klien perusahaan kabel, auditor dapat
menggandakan data tentang jumlah rata-rata pelanggan untuk setiap jenis layanan yang ditawarkan oleh
biaya bulanan untuk layanan tersebut kali 12 untuk memperkirakan total pendapatan untuk tahun
tersebut.Estimasi saldo pendapatan auditor kemudian dapat dibandingkan dengan saldo yang dilaporkan
sebagai bagian dari bukti yang digunakan dalam menentukan apakah pendapatan dinyatakan secara
wajar. Dalam kasus lain, hubungan yang diharapkan dari satu saldo akun ke akun lainnya dapat
digunakan. Misalnya, total biaya komisi penjualan biasanya dapat diperkirakan dari total pendapatan
penjualan daripada dengan memeriksa rincian entri ke komisi penjualan. Berikut ini adalah beberapa
contoh tambahan tentang bagaimana prosedur analitik mungkin efektif dalam mengaudit laporan laba
rugi.Perhatikan bahwa dalam setiap kasus ini auditor membutuhkan data yang dapat diandalkan tentang
aktivitas bisnis yang mendasarinya.
Ketika hasil dari prosedur analitis substantif sesuai dengan harapan, dan tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima untuk pernyataan itu tinggi, mungkin tidak perlu melakukan tes perincian.Dengan
demikian, pertimbangan 'harus diberikan sejauh mana prosedur ini dapat berkontribusi untuk mencapai
tingkat deteksi risiko yang dapat diterima sebelum memilih tes rincian.Ketika mengevaluasi risiko
deteksi keseluruhan, sering biaya yang efisien untuk mendapatkan penilaian akhir untuk risiko prosedur
analitis sebelum melakukan tes rincian.
Pengujian Rincian atas Transaksi
Pengujian detil transaksi terutama berupa penelusuran (tracing) dan pencocokan ke dokumen
pendukung (voucbing). Pengujian dilakukan auditor terutama untuk menentukan kesalahan jumlah
rupiah, bukan pada penyimpangan atas pengendalian.Penelusuran berguna dalam pengujian atas
pelaporan terlalu rendah (understatement), sedangkan pencocokan ke dokumen terutama ditunjukkan
untuk menemukan pelaporan terlalu tinggi (overstatement).Hasil pengujian digunakan untuk menarik
kesimpulan tentang saldo rekening yang bersangkutan.Pengujian biasanya dilakukan dengan
menggunakan dokumen-dokumen yang terdapat dalam arsip klien.Efektivitas pengujian tergantung pada
prosedur dan dokumen yang digunakan. Efisiensi biaya akan tercapai bila auditor melaksanakan
pengujian berbarengan dengan pengujian pengendalian yang disebut pengujian bertujuan ganda.
Kekurangan dari pengujian ini adalah banyaknya waktu yang tersita, lebih mahal bila dibandingkan
dengan review analistsis, akan tetapi metode ini masih lebih murah jika dibandingkan dengan pengujian
detil atas saldo-saldo.
Pengujian Rincian atas Saldo-Saldo
Pengujian detil atas saldo-saldo dilakukan untuk mendapatkan bukti secara langsung tentang sebuah
saldo rekening, dan bukan pada masing-masing pendebetan atau pengkreditan yang telah menghasilkan
saldo tersebut. Efektivitas pengujian tergantung pada prosedur yang digunakan dan bukti yang
diperoleh.Keefektifan pengujian ini juga bergantung pada prosedur tertentu yang dilakukan dan jenis
bukti yang diperoleh. Berikut digambarkan bagaimana efektivitas pengujian saldo dapat disesuaikan
guna memenuhi tingkat risiko deteksi yang berbeda untuk penilaian atau alokasi asersi kas di bank:
Risiko deteksi Pengujian Rincian atas Saldo
Tinggi Menscan rekonsiliasi bank yang disiapkan klien dan
menverifikasi ketepatan matematis atas rekonsiliasi tersebut
Sedang Review rekonsiliasi bank yang disiapkan klien dan
menverifikasi pos-pos rekonsiliasi yang penting serta
ketepatan matematis rekonsiliasi tersebut.
Rendah Siapkan rekonsiliasi bank dengan menggunakan laporan
bank yang diperoleh dari klien dan dilakukan verifikasi pos-
pos rekonsiliasi yang penting serta ketepatan matematisnya.
Sangat rendah Meminta laporan bank langsung dari bank, menyiapkan
rekonsiliasi bank, dan melakukan verifikasi pada seluruh
pos-pos rekonsiliasi serta ketepatan matematisnya.

Pengujian rincian atas estimasi akuntansi


Estimasi akuntansi Merupakan perkiraan elemen laporan keuangan, item, atau akun atas tidak adanya
pengukuran yang tepat.Biasanya meliputi pengujian atas saldo, tetapi selalu memerlukan bukti yang
unik.Estimasi akuntansi biasanya meliputi elemen prospektif yang signifikan.Pertimbangan diperlukan
dalam pembuatan estimasi akuntansi yang mempunyai dampak yang signifikan terhadap laporan
keuangan perusahaan.Tujuan auditor dalam mengevaluasi estimasi akuntansi adalah untuk memperoleh
bukti kompeten yang cukup untuk memberikan kepastian yang layak.
Dalam AU 342.07 disebutkan bahwa tujuan auditor pada waktu mengevaluasi estimasi akuntansi adalah
memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk memberikan keyakinan memadai bahwa:
 Semua estimasi akuntansi yang dapat material bagi laporan keuangan telah ditetapkan
 Estimasi akuntansi tersebut masuk akal dalam kondisi yang bersangkutan
 Estimasi akuntansi disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku diungkapakn secara
memadai
Pengujian rincian atas pengungkapan
Pengujianrincian pengungkapan adalah pengujian untuk mengevaluasi kelengkapan, keberadaan dan hak
dan kewajiban, penilaian dan alokasi, dan pemahaman klasifikasi pengungkapan. Sebagian besar auditor
akan menguji kelengkapan pengungkapan dengan bantuan keputusan seperti daftar periksa
pengungkapan. Daftar periksa pengungkapan ini biasanya disusun berdasarkan saldo akun atau topik
pelaporan keuangan dan memberikan ringkasan rinci tentang jenis pengungkapan yang diperlukan oleh
GAAP. Dalam proses menyelesaikan audit, orang-orang di tim audit harus melengkapi daftar periksa
pengungkapan dan membandingkan pengungkapan yang ada dengan potensi pengungkapan yang
diperlukan dalam laporan keuangan.
Menguji keberadaan dan hak dan kewajiban, penilaian dan alokasi, dan pernyataan klasifikasi yang
terkait dengan pengungkapan laporan keuangan biasanya melibatkan pengujian langsung dari
pengungkapan, seperti kontrak pembacaan, pemberian informasi kepada informasi transaksi yang
mendasarinya, membenarkan informasi dengan pihak ketiga di luar, dan melakukan kalkulasi ulang.
Dalam beberapa kasus, seperti pengungkapan terkait dengan program pensiun manfaat pasti, auditor
dapat menggunakan laporan spesialis (aktuaris) untuk mendapatkan cukup, bukti yang kompeten.
Auditor biasanya akan mengevaluasi pemahaman pengungkapan menggunakan penilaian profesional
untuk mengevaluasi kejelasan pengungkapan dan bagaimana pengungkapan dibandingkan dengan
pengungkapan serupa lainnya dalam laporan keuangan lainnya.

Proses Menilai Risiko Pengendalian

Menilai risiko pengendalian ( assessing control risk) merupakan suatu proses mengevaluasi efektivitas pengendalian intern
suatu entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan (AU 319.47)

Salah Saji Potensial (Asersi) Pengendalian yang Diperlukan Pengujian Pengendalian


Suatu pengeluaran kas dapat Komputer mencocokkan informasi Menggunakan teknik-teknik
dibuat untuk tujuan yang tidak cek dengan informasi yang audit dengan bantuan
diotorisasi (keberadaan atau mendukung tanda bukti dan komputer, seperti data
keterjadian untuk transaksi yang hutang usaha untuk setiap pengujian untuk menguji
pengendalian aplikasi
transaksi pengeluaran.
komputer
Hanya personel dengan otorisasi Mengamati Individu-individu
yang diizinkan untuk menjalankan yang menangani pengeluaran
program dan menangani cek yang kas dan membandingkannya
valid)
dicetak dan ditandatangani dengan daftar personel yang
komputer. memiliki otorisasi.
Pemisah tugas dalam menyetujui
tanda bukti (voucher) pembayaran Mengamati pemisahan tugas
dan menandatangani cek.
Menggunakan teknik-teknik
Komputer secara elektronik
audit denga bantuan komputer,
membatalkan tanda bukti dan
seperti data pengujian untuk
informasi pendukung ketika cek
menguji pengendalian aplikasi
Suatu tanda bukti mungkin diterbitkan
komputer
dibayar dua kali (keberadaan
Mengamati pemberian cap
atau keterjadian dari transaksi
Memberi tanda pada tanda bukti kepda dokumen dan/atau
yang valid)
pembayaran dan dokumen memeriksa sampel dari
pendukung dengan tanda lunas dokumen yang telah dibayar
ketika cek diterbitkan untuk memeriksa adanya tanda
lunas
Menggunakan teknik-teknik
Komputer mencocokkan informasi
sudit dengan bantuan
cek dengan informasi yang
komputer, seperti data
mendukung tanda bukti dan
pengujian untuk menguji
hutang usaha untuk setiap
pengendalian aplikasi
transaksi pengeluaran
komputer.
Suatu cek dapat diterbitkan
Menggunakan teknik-teknik
untuk jumlah yang salah atau
Komputer membandingkan jumlah audit dengan bantuan
dicatat dalam jumlah yang salah
cek yang diterbitkan dengan komputer, seperti data
(penilaian atau alokasi)
jumlah yang dicatat dalam pengujian untuk menguji
pengeluaran kas pengendalian aplikasi
komputer.
Mengamati kinerja rekonsialiasi
Rekonsiliasi bank independen
bank dan/atau memeriksa
secara periodik
rekonsiliasi bank

2. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian (control activities) merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan
bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian memabantu memastikan bahwa
tindakan yang diperlukan berkenaan dengan risiko telah diambil untuk pencapaian tujuan entitas. Aktivitas
pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diaplikasikan pada berbagai tingkatan organisasional dan
fungsional.
Aktivitas pengendalian yang relevsn dengan audit laporan keuangan dapat dikategorikan dalam berbagai
cara. Salah satu cara adalah sebagai berikut :

 Pemisahan tugas
Pemisah tugas (segregation of duties) melibatkan pemastian bahwa individu tidak melaksanakan tugas
yang tidak seimbang. Tugas dianggap tidak seimbang dari sudut pandang pengendalian ketika
memungkinkan individu untuk melakukan suatu kekeliruan atau kecurangan dan kemudian berada pada
posisi untuk menutupinya dalam pelaksanaan tugas normalnya. Pemisah tugas yang baikjuga
melibatkan pembandingan akuntabilitas yang tercatat dengan aktiva di tangan. Alasan tersebut
mendukung pemisah tugas dalam dua jejnis situasi berikut:
 Tanggung jawab untuk melaksanakan transaksi, mencatat transaksi dan memelihara penjagaan
aktiva yang dihasilkan dari transaksi harus dibebankan kepada individu atau departemen yang
berbeda.
 Harus terdapat pemisahan tugas yang tepat di dalam departemen teknolodi informasi dan antara
departemen teknologi informasi dengan dapartemen pemakai informasi.
Berikut adalah contoh bagaimana pemisahan tugas memengaruhi risiko pengandalian untuk tiga asersi:
 Memisahkan penjagaan aktiva dari pemeliharaan catatan akuntansi atas aktiva akan mengurangi
risiko pencurian karena seseorang tidak akan memiliki kesempatan untuk menutupi pencurian
dengan menghilangkan catatan mengenai aktiva (asersi keberadaan atau keterjadian)
 Pemisahan tugas untuk pemrosesan transaksi pengeluaran kas dan rekonsiliasi akun bank akan
mengurangi risiko pembayaran dengan cek yang tidak tercatat karena akan terdeteksi dalam proses
rekonsiliasi (asersi kelengkapan)
 Pemisahan tanggung jawab untuk menyetuji kredit dari pengajuan pesanan penjualan akan
mengurangi riiko tidak tertagihnya piutang yang dapat diakibatkan dari penjualan yang dilakukan
dengan mengambil risiko kredit yang buruk untuk mencapai target penjualan atau meningkatkan
komisi (asersi penilaian atau alokasi)

 Pengendalian Pemrosesan Informasi


Pengendalian pemrosesan informasi (information processing controls) mengacu pada risiko yang
berhubungan dengan otorisasi, kelengkapan, dan akurasi transaksi. Pengendalian ini terutama relevan
dengan audit laporan keuangan.
 Pengendalian umum (general controls). Tujuan dari pengendalian umum adalah untuk
mengendalikan pengembangan program, perubahan program, operasi komputer, dan untuk
mengamankan akses terhadap data dan program. Berikut adalah lima jenis pengendalian umum yang
diakui secara luas:
 Pengendalian organisasi dan operasi
 Pengendalian pengembangan sistem dan dokumentasi
 Pengendalian perangkat keras dna sistem perangkat lunak
 Pengendalian akses
 Pengendalian data dan prosedur

 Pengendalian organisasi dan operasi (organization and operation controls). Pengendalian organisasi
dan operasi berhubungan dengan faktor lingkungan pengendalian filosofi dan gaya operasi
manajemen dan struktur organisasi. Selain itu, pengendalian umum tersebut berkaitan dengan
pemisahan tugas dalam departemen teknologi informasi dan antar departemen teknologi informasi
dengan departemen pemakai informasi. Kelemahan dalam pengendalian ini biasanya mempengaruhi
semua aplikasi teknologi informasi.

 Pengendalian pengembangan sistem dan dokumentasi (systems development and documentation


controls). Pengendalian pengembangan sistem dan dokumentasi merupakan suatu bagian integral
dari komponen pengendalian intern informasi dan komunikasi. Pengendalian pengembangan sistem
berhubungan dengan (1) review, pengujianm dan persetujuan sistem baru, (2) pengendalian atas
perubahan program, dan (3) prosedur dokumentasi. Prosedur berikut berguna dalam menyediakan
pengendalian yang dibutuhkan:
 Perancangan sistem harus memasukkan perwakilan dari departemen pemakaian dan, jika sesuai,
departemen akuntansi dan auditor internal.
 Setiap sistem harus memiliki spesifikasi tertulias yang ditelaah dan disetujui oleh manajemen dan
departemrn pemakai informasi.
 Pemgujian sistem seharusnya merupakan usaha kerjasama antara pemakain dan personel tenaga
teknologi informasi.
 Manajemer teknologi informasi, administator database, personel pemakain informasi, dan
tingkat manajemen yang sesuai harus memberikan persetujuan akhir terhadap suatu sistem baru
sebelum ditempatkan dalam operasi normal.
 Perubahan program harus disetujui sebelum pengimplementasian untuk menentukan apakah
perubahan tersebut telah diotorisasi, diuji, dan didokumentasikan.
Bagi manajemen, dokumentasi membuat manajemen dapat (1) me-review sistem, (2) melatih personel
baru, (3) memelihara dan merivisi sistem dan program yang ada. Bagi audit, dokumentasi
menyediakan sumber informasi utama mengenai arus transaksi melalui sistem dan pengendalian
akuntansi yang berhubungan. Dokumen mencangkup :
 Uraian dan bagan alur dari sistem dan program.
 Instruksi pengoperasian bagi operator komputer.
 Prosedur pengendalian yang akan diikuti oleh operator dan pemakai.
 Uraian dan contoh dari masukan dan keluaran yang diperlukan.

 Pengendalian perangkat keras dan perangkat lunak system (hardware and systems software
controls). Pengendalian perangkat keras dan perangkat lunak merupakan faktor penting yang
berkontribusi pada tingkat kenadalan yang tinggi dari teknologi informasi saat ini. Pengendalian
perangkat keras dan perangkat lunak dirancang untuk mendeteksi kerusakan peralatan. Ketagori
pengendalian ini mencakup hal-hal berikut:
 Pembacaan dua kali. Data dimasukkan dua kali, dan kedua bacaan dipebandingkan
 Pengujian keseimbangan. Data diproses oleh komputer dalam deretan titik. Disamping titik yang
diperlukan untuk mewakili karakter numerik dan alfabet, suatu titik keseimbangan ditambahkan
ketika diperlukan, untuk membuat jumlah dari semua 1 titik genap atau ganjil. Ketika data
dimasukkan dan dikirimkan dalam komputer, pengujian keseimbangan diaplikasikan oleh
komputer untuk memastikan bahwa titik tidak hilang selama proses
 Pengujian gema. Echo check melibatkan pengiriman kembali data yang diterima oleh suatu alat
keluaran kepada unit sumber untuk diperbandingkan dengan data asli
 Baca setelah tulis. Komputer membaca kembali data setelah dicatat, baik dalam penyimpanan
maupun dalam alat keluaran, dan memeriksa data dengan membandingkannya dengan sumber
asli.
 Pengendalian akses. Pengendalian akses harus mencegah penggunaan terotorisasi dari peralatan
teknologi informasi, file data, dan pemrograman komputer. Pengendalian khusus meliputi penjagaan
secara fisik, perangkat lunak, dan prosedur. Akses ke perangkat keras komputer harus dibatasi pada
individu yang diotorisasi seperti operator komputer. Penjagaan fisik termasuk penempatan dan
peralatan di lokasi yang terpisah dari departemen pemakai informasi. Petugas keamanan, pintu
dalam keadaan terkunci, atau kunci khusus harus dapat membatasi akses terhadap lokasi komputer.

 Pengedalian data dan prosedur. Pengendalian data dan prosedur menyediakan suatu kerangka kerja
untuk mengendalikan operasi komputer sehari-hari, meminimalkan kemungkinan kekeliruan
pemrosesan, dan memastikan kelanjutan operasi dari kejadian kehancuran fisik atau kegagalan
komputer. Fungsi pengendalian tersebut meliputi:
 Penerimaan dan pemilihan semua data yang akan diproses
 Akuntansi untuk semua data masukan
 Penindaklanjutan dari pemrosesan kekeliruan
 Pemeriksaan distribusi output dengan tepat
Kemampuan untuk memelihara kelanjutan pengoperasian komputer melibatkan (1) penggunaan
penyimpangan off-premise untuk file-file, program-program dan dokumentasi-dokumentasi yang
penting (2) perlindungan fisik terhadap bahaya lindungi (3) penahanan catatan formal dan rencana
pemulihan data, serta (4) pengaturan untuk penggunaan fasilatas backup pada lokasi lain.

 Pengendalian aplikasi. Tiga kelompok pengendalian aplikasi berikut dikenal secara luas:
 Pengendalian masukan
 Pengendalian pemrosesan
 Pengendalian keluaran
Dalam lingkungan teknologi informasi dewasa ini, pengendalian aplikasi melaksanakan fungsi dari
pemeriksaaan independen yang melibatkan pemeriksaan (1) pekerjaan yang sebelumnya
dilaksanakan oleh individu lain atau departemen lain, atau (2) penilaian yang tepat dari jumlah yang
tercatat.
 Pengendalian input. Pengendalian input merupakan pengendalian program yang dirancang untuk
mendeteksi dan melaporkan kekeliruan dalam data dimasukkan untuk diproses. Pengendalian input
memegang peranan yang vital dalam sistem teknologi informasi karena kebanyakan kekeliruan muncul
pada tahap ini. Pengendalian khusus meliputi :
 Pengendalian verifikasi, meliputi mengunci ulang semua atau sautu bagian data masukan terpilih
dari dokumen sumber oleh orang kedua, dengan suatu perbandingan hasil.
 Editing komputer, merupakan suatu rutinitas komputer yang dimaksudkan untuk mendeteksi data
yng tidak lengkap, tidak benar, atau tidak beralasan. Editing komputer meliputi pengecekan data
yang hilang, pengecekan karakter yang valid, pengujian kelayakan batasan limit, pengecekan
tanda yang valid, pengujian kode yang valid, dan digit pengecekan.
 Pengendalian pemrosesan (processing controls) dirancang untuk menyediakan keyakinan yang
memadai bahwa pemrosesan komputer telah dilaksanakan seperti yang ditujukan aplikasi tertentu.
Pengendalian pemrosesan memiliki banyak bentuk tetapi yang paling umum adalah pengendalian
terprogram yang disatukan dengan perangkat lunak individual.
 Pengendalian output (output controls). Pengendalian output dirancang untuk memastikan bahwa
hasil pemrosesan adalah benar dan hanya personel yang memiliki otorisasi yang menerima output.
Keakuratan dari hasil pemrosesan meliputi baik file yang diperbaharui maupun output cetakan.
Tujuan ini dipenuhi dengan hal berikut:
 Rekonsiliasi total. Total output yang dihasilkan oleh program komputer direkonsiliasi dengan
total input dan total pemrosesan oleh kelompok pengendali data serta departemen pemakai
 Perbandingan dengan dokumen sumber. Data output merupakan subjek dari perbandingan secara
mendetil dengan dokumen sumber.
 Peninjauan secara visual. Output di-review kelengkapan dan kejelasan kelayakannya. Hasil
aktual dapat dibandingkan dengan hasil yang diestimasi.

faktor-faktor berikut yang akan dipertimbangkan dalam memutuskan bagaimana


mengimplementaskan setiap komponen tersebut:
● Ukuran entitas
● Karakteristik organisasi dan kepemilikan
● Sifat dari usaha
● Keanekaragaman dan kompleksitas dari operasi
● Metode pemrosesan data
● Persyaratan hukum dan peraturan yang berlaku

Hubungan antara risiko audit dan bukti audit


Terdapat suatu hubungan terbalik antara risiko audit dan jumlah bukti yang diperlukan untuk
mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Semakin rendah tingkat risiko audit yang ingin dicapai,
semakin besar jumlah bukti yang diperlukan. Untuk asersi tertentu, semakin rendah tingkat yang dapat diterima
dari risiko prosedur analitis atau risiko pengujian terinci yang ditentukan oleh auditor, maka semakin besar
kecukupan dan kompetensi pengujian substansial yang diperlukan untuk membatasi risiko deteksi keseluruhan
pada tingkat tersebut.
Hubungan Timbal Balik antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit
Jika menetapkan tingkat materialitas konstan dan mengurangi bukti audir, maka risiko audit harus
ditingkatkan. Jika ingin mengurangi risiko audit kita dapat melakukan salah satu hal berikut (1) menaikkan
tingkat materialitas sementara menahan bukti audit konstan, (2) menaikkan bukti audit sementara menahan
tingkat materialitas konstan, atau (3) membuat kenaikan yang lebih kecil untuk jumlah bukti audit dan tingkat
materialitas.

Anda mungkin juga menyukai