Anda di halaman 1dari 7

Resume Pertemuan 1 Dosen : Bu Teti.

Widiharti

Senin, 17 Maret 2021

KONSEP DASAR FARMAKOLOGI

A. Definisi Farmakologi

Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat yang meliputi sejarah,
sumber, sifat kimia-fisika, cara meracik, efek fisiologis dan biokimiawi, mekanisme
kerja, target aksi, absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi. Serta penggunaan
obat untuk terapi dan penggunaan lainnya.

 Farmakodinamika : Mempelajari tempat target aksi obat dan mekanisme kerja, serta
efek fisiologis dan biokimia orang,hidup, pengaruh obat terhadap organisme hidup.
 Farmakokinetika : Mempelajari Absorpsi-Distribusi-Metabolisme/Biptransformasi
ekskresi. mempelajari pengaruh organ tubuh terhadap obat dan nasib obat dalam
tubuh.
B. Fase-fase obat dalam tubuh
1. Fase biofarmasi (farmaseutika), adalah sediaan atau bahan tambahan yang disintegrasi
dan disolusi (melarutnya zat aktif obat).
2. Fase farmakokinetik, adalah segala sesuatu proses yang dilakukan oleh tubuh
terhadap obat, pengaruh tubuh terhadap obat dan nasib obat didalam tubuh.
a. Absorpsi

Adalah proses penyerapan obat dari tempat pemberian kedalam plasma (kecuali
i.v dan inhalasi) Sebelum mencapai tempat kerjanya. Bisa melalui rute oral,
rectum, bukal, dan sublingual, jaringan epitel (kulit, mukosa), inhalasi, dan
parenteral. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi adalah disolusi obat,
ukuran partikel obat, kelarutan obat dalam air dan lemak, dan cara pemberian
obat.

b. Distribusi

Adalah proses penyebaran obat melalui pembuluh darah dari sirkulasi sistemik
menuju tempat didalam tubuh (cairan dan jaringan). Faktor Faktor yang
mempengaruhi distribusi derajat pengikatan obat pada protein plasma,
tergantung pada ainitas obat terhadap protein, jumlah tempat pengikatan, kadar
protein dan kadar obat, pasokan darah melalui jaringan & organ, juga
dipengaruhi kondisi penyakit (Hati, ginjal, luka bakar dan trauma).

c. Metabolisme/biotransformasi

Adalah perubahan secara kimia/biokimia suatu senyawa, mengubah senyawa


asing (obat) menjadi lebih polar, larut air, dan terionisasi, sehingga lebih mudah
diekskresi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah kalarutan obat, umur,
kelamin, kehamilan, adanya penyakit fungsi hati, genetika, interaksi antar obat
lain.

d. Eksresi

Adalah proses pengeluaran obat dan atau metabolitnya dari sirkulasi sistemik
(darah) ke organ ekskresi. Alat eksresi utama dilakukan oleh ginjal, dalam bentuk
urine. Alat-alat eksresi lain seperti kulit melalui keringat, paru-paru melalui
pernafasan, feses, dan ASI.

3. Fase Farmakodinamik, adalah fase terjadinya interaksi/ pengaruh obat terhadap tubuh.
Mempelajari mekanisme kerja obat serta efek biokimia dan fisiologi obat.
a. Prinsip kerja obat, perubahan suatu kondisi yang mengakibatkan timbulnya efek
(baik efek yang diinginkan/main effect, dan efek yang tidak dinginkan/efek
samping)
b. Level aksi obat : pada tingkat molekuler (c/ reseptor enzim, sistem transport,
sistem genetika ), aksi obat pada struktur sub seluler (mitokondria, mikrotubulus,
lisosom, granul sitoplasma), aksi obat pada sel( Neurotransmiter, , sel otot, sel
endokrin), tingkat jaringan dan organ (c/ aksi diuretic pada organ ginjal), tingkat
organisme utuh (c/ Antagonis reseptor alfa adrenergic..aksi langsung asetilkolin
pada jantung).
c. Cara kerja obat, Secara kimiawi contoh : Antasida dapat mengikat dan
menetralkan asam lambung secara kimiawi. Secara Fisika contoh : diuretik
osmosis (Mg-sulfat), karena lambat sekali diresorpsi usus, akan mengalami
proses osmosis menarik air dari lingkungan sekitar. Mengganggu proses
metabolisme contoh : Antibiotika (mengganggu pembentukan dinding sel, sintesa
protein, dan metabolisme asam nukleat).
d. Efek terapi
 Terapi kausal (menghilangkan penyebab penyakit) : Antibiotika
 Terapi substansi/simptomatis (meringankan/meniadakan gejala penyakit) :
Analgetika-antipiretika
 Terapi substitusi (mengganti/memberi untuk menambah zat yang lazim
dibuat oleh organ tubuh) : Insulin bagi penderita DM
 Efek yang tidak diinginkan : efek samping, idiosinkrasi, allergi, fotosensitasi,
efek toksis, dan efek teratogen.
C. Efek Samping Obat

Efek samping adalah respon yang tidak diinginkan terhadap jenis obat dengan dosis
yang biasa dipakai(tidak lebih/kurang). Contohnya efek amping reaksi alergi karena
peninsilin, hipoglikemia (penurunan gula darah) karena insulin, osteoporosis karena
penggunaan kostikosteroid jangka panjang, fokomelia pada bayi karena ibu
menggunakan talidomid. Dampak negatif dari efek samping obat yaitu kegagalan
pengobatan, timbulnya penyakit baru.

a) Efek obat
 Efek utama (efek terapeutik) efek yang diinginkan.
 Efek samping, efek obat yang tidak termasuk kegunaan terapi.
 Toksisitas, aksi tambahan yang efeknya lebih dibanding dengan efek samping
dan tidak diinginkan.
b) Terapi Obat
 Terapi kausal, terapi terhadap penyebab penyakit (menghilangkan penyebab).
Contohnya antibiotik.
 Terapi simptomatis, meringankan gejala, tetapi penyebabnya tidak dipengaruhi
contohnya antipiretik/paracetamol.
 Terapi substitusi, menggantikan zat tubuh k/ sakit yang lazimnya diproduksi oleh
tubuh conyohnya oralit ketika diare.
c) ESO yang dapat diperkirakan
 Karena aksi farmakologi yang berlebihan
 Reaksi karena penghentian obat
 Karena efek samping yang bukan efek utama
d) ESO yang tidak dapat diperkirakan
 Reaksi alergi (demam, ruam, asma)
 Reaksi karena genetic
 Reaksi idiosinkratik (jarang terjadi, contoh penggunaan kontrimozasol Stephen
Johnsons).
e) Faktor penyebab efek samping obat
 Faktor bukan obat, seperti intrinsik dari pasien ( umur, jenis kelamin, genetik,
penyakit, sikap dan kebiasaan hidup), ekstrinsik diluar pasien (dokter dan
lingkungan).
 Faktor obat, seperti intrinsik dari obat, pemilihan obat, cara penggunaan obat, dan
interaksi antar obat.
f) Upaya pencegahan ESO
 Pengkajian
 Gunakan obat bila indikasi jelas
 Hindari pengobatan banyak jenis obat
 Perhatian khusus pada anak/bayi, lansia dan pasien degan penyakit khusus
 Evaluasi pengobatan
EFEK SAMPING
ESO TIPE A OBAT (ESO) ESO TIPE B
(80 %) (10-15 %)
HIPERSENSITI
ESO yg ESO Respons ESO VITAS
bukan akibat akibat akibat
ESO ESO ESO ESO
efek dosis penghentia interaksi
akibat akibat akibat akibat
utama hipersen
tinggi itolerans
n obat pseudoa
obat idiosinkr
TIPE I sitif obat
TIPE II i obat
TIPE III lergi TIPE IV asi
obat
Hipersensi Reaksi Reaksi obat
Hipersensi
a) ESO tipetivitas
A sitotoksik Immun tivitas
segera/la antibodi kompleks tertunda
 ESO yang tidak berupa efek utama obat, umumnya derajat ringan, tapi angka kejadian
ngsung
cukup tinggi
1) Obat yang menyebabkan perdarahan uterus (obat hormon, kontrasepsi oral,
AINS, Warfarin).
2) Obat yang menyebabkan konstipasi (penghilang nyeri nekrotik, amitriptilin,
antikonvulsan fenitoin dan karbamazepin, zat besi, antihipertensi diltiazem dan
nifedipin, dan Alumunium pada antasid).
3) Obat yang menginduksi mimpi buruk (Propanolol, Simvastatin, kaptopril,
metildopa, nikotin.
 ESO karena dosis besar, atau karena ada perbedaan respon kinetik/dinamik, misalnya
pada pasien dengan gangguan ginjal, jantung, atau sirkulasi dosis lazim dapat menjadi
terlalu besar bagi pasien tertentu
1) Obat-obat yang menyebabkan efek Nefrotoksisitas (ginjal), aspirin, AINS,
Asiklovir, Amfoterisin, Ripamfisin, sulfonamid, dsb.
2) Obat yang menyebabkan ototoksik (fungsi pendengaran) AB gol, aminoglikosida,
sitostatika (Cisplotin), diuretik furosemid.
3) Obat yang menyebabkan hepatotoksik (hati), Alopurinol INH, ripamfisin,
metotreksat, tetrasiklin, kaptopril, Karbamazepin, klindamisin, siproheptadin,
dsb.
 ESO karena reaksi penghentian obat
1) Antidepresan (obat gangguan depresi mayor, kecemasan menyeluruh, penyakit
panik)
2) Benzodiazepin (Hipnotik-sedatif)
3) Klonidin
b) ESO tipe B
 ESO akibat intoleransi obat. Intoleransi atau sensitivitas adalah ambang batas
terendah aksi farmakologi normal. Intoleransi berbeda dengan allergi. Intoleransi
jarang terjadi dan bersifat idiopatik, sehingga sangat sulit diperkirakan, kecuali pada
orang yang mempunyai riwayat sebelumnya atau varian metabolisme secara genetik.
 ESO akibat hipersensitivitas obat. Merupakan efek negatif obat jika digunakan
dengan dosis yang bisa ditolerir oleh subjek normal, belum dapat didefinisikan
secara pasti, walaupun menimbulkan reaksi seperti allergi. Sebaliknya allergi
mengacu pada reaksi hipersensitivitas yang menunjukan reaksi imunologi yang pasti.
c) Farmakogenetika

Merupakan kerja farmakologi tertentu karena faktor keturunan atau kerja mutagen
obat. Pada suatu kelompok / individu, dengan obat tertentu, akan menghasilkan reaksi
berbeda. Perbedaan farmakodinamik-farmakokinetika tergantung pada gen dan
disebabkan oleh kekurangan enzym, kelebihan enzim, atau polimorfisme enzim tertentu,
dan ini terjadi sejak lahir.

D. Jenis-jenis ESO
1. Efek Samping Toksik, tergantung pada dosis, spesifik pada obat tertentu.
2. Reaksi Allerg, tidak tergantung pada dosis, tidak khas pada obat tertentu, karena
reaksi Antigen-Antibodi tidak tergantung pada struktur alergen reaksinya sama.
E. Interaksi obat

Interaksi obat terjadi jika suatu obat mempengaruhi efek obat lainnya, kerja obat bisa
menjadi lebih aktif atau bahkan kurang aktif. Faktor yang dapat mempengaruhi seperti
genetic, fungsi hati dan ginjal, usia, komplikasi penyakit, jumlah obat, lama pengobatan,
jangka waktu anatara 2 penggunaan jenis obat.

1. Interaksi kombinasi obat


Dua obat yang digunakan bersamaan dapat saling mempengaruhi kerja masing-
masing. Bisa menjadi antagonism (kerja obat 1 dikurangi/ditiadakan oleh obat 2 yang
memiliki efek farmakologi bertentangan). Bisa menjadi sinergis (efek obat 1
diperkuat oleh obat 2 karena sejenis/tujuannya saling mendukung).

2. Interaksi obat farmakokinetik

Terjadi bila salah satu obat mempengaruhi obat lainnya dalam proses : Absorpsi,
Distribusi, Biotransformasi, dan Ekskresi sehingga kadar plasma obat ke II
meningkat atau menurun akibatnya : terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan
dan efektivitas obat.

3. Interaksi obat farmakodinamik

Interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja, atau sistem
fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik, atau antagonistik.
Contohnya sulfametoksazol (mencegah bakteri untuk mensintesa dihidrofolat),
Trimetoprim (menghambat reduksi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat).Tetapi bila
keduanya diberikan bersama-sama akan memiliki efek sinergistik yang kuat sebagai
obat antibakteri.

4. Interaksi obat dengan makanan

Sejumlah senyawa makanan menyebabkan penundaan absorpsi, akibat perubahan pH


lambung dan motilitas usus. Contohnya rifampisin dan isoniazid absorpsinya ditunda
atau sedikit pada penggunaan setelah makan dibandingkan dengan saat lambung
kosong. Lalu tetrasiklin dengan susu atau makanan yang mengandung ion Ca, Mg, Fe
absorpsinya dikurangi karena terbentuknya senyawa chelat yang tak larut, absorpsi
Griseofulvin meningkat jika diberikan bersama makanan yang mengandung lemak.

Anda mungkin juga menyukai