Anda di halaman 1dari 9

UTS

Nama :yohanes maryono


Nim : 091190055

Fakultas hukum
Universitas Nusa Nipa
Maumere
2020
1. Kebijakan publik
A. Ciri Ciri Kebijakan Publik
Adapun karakteristik atau ciri ciri kebijakan publik diantaranya:

• Kebijakan Publik merupakan suatu arahan dalam tindakan dari seseorang, kelompok
ataupun pemerintah.
• Kebijakan Publik dilakukan oleh seorang actor
• Kebijakan Publik merupakan sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan
pemerintah
• Kebijakn Publik merupakan sebuah bentuk konkret negara dengan rakyatnya
• Kebijakan Publik merupakan suatu rangkaian sebuah instruksi/perintah, contohnya
Undang-Undang
B. Tujuan Kebijakan Publik
Adapun tujuan perumusan atau pembuatan kebijakan publik yaitu:

• Untuk mewujudkan ketertiban dalam masyarakat


• Untuk melindungi hak-hak masyarakat
• Untuk mewujudkan ketentraman dan kedamaian dalam masyarakat
• Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
C. Macam Macam Kebijakan Publik
Kebijakan Publik Ditinjau Dari Pembuatnya ditinjau dari pembuatnya, terdapat 2 kebijakan
publik yakni pusat dan daerah.
Kebijakan Pusat

Kebijakan ini dibuat oleh pemerintah atau lembaga negara yang ada pusat untuk mengatur
semua warga negara dan seluruh wilayah Indonesia.

Kebijakan Daerah

Kebijakan ini dibuat oleh pemerintah atau sebuah lembaga Daerah untuk mengatur
daerahnya masing-masing.

Kebijakan Publik Menurut Sifatnya


Menurut sifatnya, ada 3 macam kebijakan publik yaitu: kebijakan publik bersifat distributif,
kebijakan publik bersifat ekstraktif dan kebijakan publik bersifat regulatif.
• Kebijakan Publik Bersifat Distributif
Kebijakan ini bersifat distributif artinya kebijakan ini bersifat distributif dalam
membagikan dan mengalokasikan sumber material yang telah diperoleh pada
masyarakat luas. Contohnya seperti kebijakan pemerintah dalam memberi kartu
sehat pada masyarakat yang kurang mampu.
• Kebijakan Publik Bersifat Ekstraktif
Kebijakan bersifat ekstraktif artinya dalam penyerapan sumber material dari
masyarakat luas. Contohnya seperti kebijakan pada bea cukai tembakau.
• Kebijakan Publik Bersifat Regulatif
Kebijakan berarti regulatif artinya kebijakan berisi sejuamlah peraturan dan
kewajiban yang harus dipatuhi oleh warga negara atau penyelenggara guna
menciptakan ketertiban dan kelancaran. Contohnya seperti kebijakan dalam
menetapkan UMR.

2. Pengertian Hukum
Hukum merupakan sistem yang ditentukan oleh lembaga berwenang untuk membatasi
tingkah laku manusia, mengandung perintah atau larangan untuk melakukan sesuatu.

Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem hukum campuran dengan sistem
hukum utama yakni hukum ropa Kontinental. Selain menerapkan sistem hukum itu, di
Indonesia berlaku sistem hukum adat dan sistem hukum agama.

Pengertian Hukum Menurut Para Ahli


Berikut ini adalah definisi dari hukum menurut ahlinya.

1. Drs. E. Utrecht, S.H


Pengertian hukum menurut Drs. E. Utrecht, S.H adalah suatu himpunan peraturan yang
didalamnya berisi tentang perintah dan larangan, yang mengatur tata tertib kehidupan dalam
bermasyarakat dan harus diaati oleh setiap individu dalam masyarakat karena pelanggan
terhadap pedoman hidup itu bisa menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah suatu negara
atau lembaga.

2. Karl Max
Pengertian hukum menurut Karl Max adalah suatu cerminan dari hubungan hukum
ekonomis suatu masyarakat dalam suatu tahap perkembangan tertentu.

3. Aristoteles
Pengertian hukum menurut Aristoteles adalah sebagai kumpulan yang tidak hanya mengikat
tetapi juga hakim bagi masyarakat. Dimana undang-undanglah yang mengawasi hakim
dalam melaksanakan tugasnya untuk menghukum orang-orang yang bersalah atau para
pelanggar hukum.

Ciri-ciri hukum adalah sebagai berikut:

• Peraturan tentang perbuatan manusia dalam masyarakat


• Peraturan dimonitor oleh badan berwenang
• Peraturan yang sifatnya memaksa
• Sanksi tegas kepada pelanggar
• Berisi perintah atau larangan kepada sesuatu
• Perintah dan larangan harus dipatuhi oleh setiap orang.

Unsur-unsur dalam hukum antara lain sebagai berikut:

• Hukum akan mengatur perbuatan manusia, berisi perintah dan larangan untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatau dengan tujuan supaya tidak merugikan
kepentingan umum dan perilaku manusia tidak bersinggungan.
• Peraturan hukum ditentukan oleh badan atau lembaga berwenang. Peraturan hukum
tidak boleh dibuat oleh setiap orang, tetapi oleh lembaga yang mempunyai
kewenangan yang sifatnya mengikat dengan masyarakat
• Peraturan hukum yang sifatnya memaksa. Hukum dibuat bukan untuk dilanggar tetapi
ditaati
• Hukum mempunyai sanksi tegas kepada setiap pelanggar hukum

Tujuan Hukum
Ada dua teori tentang tujuan hukum yang dikenal dalam literatur hukum yakni teori etis dan
teori utilities.

• Teori Etis. Hukum yang tujuannya semata-mata untuk meraih keadilan dan
memberikan kepada setiap orang yang menjadi haknya.
• Teori Utilities. Hukum yang tujuannya memberikan manfat untuk sebanyak-
banyaknya orang dalam masyarakat.

Tujuan hukum mempunyai sifat universal, seperti ketertiban, kedamaian, ketentraman,


kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan di masyarakat. Terdapatnya hukum
menjadikan setiap perkara bisa diselesaikan melalui pengadilan dengan perantara hakim
menurut peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Hakim juga bertujuan untuk menjaga dan mencegah setiap orang untuk tidak menjadi hakim
terhadap diri sendiri. Tetapi pada hakikatnya, tujuan hukum merupakan untuk memberikan
kebahagiaan dan keadilan.

Secara singkatnya, tujuan hukum adalah:

• Memberikan kemakmuran dalam kehidupan pada masyarakat


• Mengatur pergaulan hidup manusia supaya damai
• Memberikan petunjuk untuk setiap orang dalam pergaulan masyarakat
• Memberi jaminan kebahagiaan pada semua orang
• Sarana untuk mewujudkan keadilan sosial (lahir dan batin)
• Sarana penggerak pembangunan
• Sebagai fungsi kritis
Dari beberapa penjelasan diatas, terdapat tujuan hukum menurut para ahli antara lain:

• Menurut Aristoteles (Teori Etis), tujuan hukum secara utuh adalah untuk meraih
keadilan. Artinya memberikan kepada setiap orang apa yang sudah menjadi haknya.
• Menurut Jeremy Bentham (Teori Utilities), tujuan hukum untuk mencapai manfaat, yang
berarti hukum akan menjamin kebahagiaan untuk sebanyak-banyak orang.

Fungsi Hukum

Pada umumnya, fungsi hukum adalah sebagai berikut:

• Menjadi pelindung setiap kepentingan manusia


• Sebagai alat dalam ketertiban dan ketaraturan manusia dalam masyarakat
• Sebagai sarana untuk terciptanya keadilan sosial
• Sebagai sarana alat penggerak pembangunan
• Sebagai alat kritik/fungsi kritis
• Menyelesaikan pertikaian

Sifat Hukum
Terdapat sifat hukum, antara lain:

• Hukum Bersifat Mengatur


Hukum menjadikan semua peraturan baik peraturan berupa larangan ataupun perintah yang
akan mengatur semua perbuatan manusia dalam kehidupan di masyarakat supaya tercipta
ketertiban dan keamanan.
• Hukum Bersifat Memaksa
Hukum mempunyai kemampuan dan kewenangan memaksa warga masyarakat agar patuh
terhadap setiap aturan. Nantinya ada sanksi tegas bagi siapa saja yang melakukan pelanggan
hukum.
• Hukum Bersifat Melindungi
Hukum dibuat agar dapat menjadi pelindung hak setiap orang dan menjaga keseimbangan
antara berbagai kepentingan yang ada dalam kehidupan bangsa dan negara.

3. Tujuan izin adalah:


1. Mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu Untuk menyeleksi aktivitas-aktivitas (izin
berdasarkan rank en horecawet, dimana pengurus harus mempunyai syarat-syarat tertentu)
2. Mencegah bahaya bagi lingkungan Memberi izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, dan pengawasan serta pencegahan atas
kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, bareang, prasarana, sarana
atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
3. Melindungi objek-objek tertentu Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah agar tidak terjadi
penyalahgunaan atau perusakan terhadap objek-objek tertentu yang memiliki izin resmi.
4. Membagi objek-objek yang sedikit Memberikan kesempatan bagi seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan tertentu dengan memberikan suatu objek untuk kegiatan
dimaksud.
Bentuk dan isi dari izin harus mengandung unsur kepastian hukum. Penerbitan suatu izin harus
tertulis dan secara umum memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Organ yang berwenang Pada umumnya pembuat aturan akan menunjuk organ kewenangan
dalam sistem perizinan, organ yang paling berbekal mengenai materi dan tugas
bersangkutan dan hampir selalu yang terkait adalah organ Pemerintahan.
2. Adresat harus lengkap Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan. Biasanya izin
dikeluarkan setelah yang berkepentingan mengajukan permohona, sehingga keputusan yang
memuat izin akan dialamatkan kepada pihak yang memohon izin.
3. Diktum (substansi dari izin harus dimuat dalam diktum) Keputusan yang memuat izin,demi
alasan kepastian hukum harus memuat uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan.
Diktum terdiri atas keputusan pasti yang memuat hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang
dituju oleh keputusan tersebut.
4. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat Keputusan umumnya
mengandung ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat merupakan substansi
yang diputuskan dalam suatu izin.
5. Pemberian alasan Berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan yang harus sesuai dengan
kondisi objektif dari pariwisata atau fakta serta subjek hukum.
6. Pemberitahuan tambahan Berisi tentang kemungkinan sanksi, kebijaksanaan yang akan
dikeluarkan dan lain-lain.
Hal-hal penting dalam perizinan, antara lain adalah :
1. Penolakan izin dapat dilakukan jika berkaitan dengan masalah pembangunan yang
menyangkut kepentingan negara, lingkungan hidup, pertahanan keamanan keamanan,
ideologi dan lain-lain. Masalah kompetisi tidak dapat dijadikan alasan untuk menolak izin.
2. Beberapa izin khusus dimungkinkan untuk dipindahtangankan.
3. Adanya pembebasan bersyarat yang memiliki ukuran untuk pengambilan keputusan atas
suatu izin.
4. Perumusan izin harus jelas sesuai tujuan dari izin.
5. Dalam hal izin lingkungan hidup, dapat ditetapkan persyaratan perlindungan terhadap
pembangunan yang berkelanjutan.
6. Izin harus sesuai dengan hukum positif yang berlaku. Izin dapat dicabut secara menyeluruh
atau sebagian, jika suatu kegiatan yang diizinkan berdampak negatif terhadap lingkungan
dan tidak cukup hanya dicegah dengan ketentuan atau penambahan persyaratan baru.
7. Kegiatan usaha musnah oleh sebab tertentu.
8. Pembatasan dari segi jangka waktu berlakunya suatu izin (pemohon tidak melakukan
perjangan).
4. HUKUM KEPERDATAAN
Hukum keperdataan adalah sistem aturan yang mengatur tentang berbagai hubungan
manusia konteks kedudukannya sebagai individu terhadap individu yang lain. Paul Scholten
(Bachsan Mustofa, 1992:51) memberikan definisi hukum keperdataan sebagai sistem aturan yang
mengatur hak dan kewajiban dari perorangan yang satu terhadap yang lain dalam pergaulan
masyarakat dan dalam hubungan keluarga, serta bagaimana cara menegakkan, dan
mempertahankannya apabila terjadi sengketa di Pengadilan. Istilah hukum perdataan lainnya
adalah Hukum Sipil atau Hukum Privat.
• Hukum Perdata
Hukum Perdata adalah hukum atau sistem aturan yang mengatur tentang hak dan kewajiban
orang dan badan hukum sebagai perluasan dari konsep subjek hukum yang satu terhadap yang
lain baik dalam hubungan keluarga maupun dalam hubungan masyarakat.
Dalam disiplin ilmu hukum sering dipisahkan adanya dua jenis hukum yang berlaku
di Indonesia, yakni hukum perdata tertulis (yang berasal dari hukum perdata Eropa) dan hukum
perdata tak tertulis (yang berasal dari hukum adat).
Hukum perdata tertulis yang berlaku di Indonesia adalah hukum perdata
‘menginduk’ pada hukum perdata Eropa yang memiliki sifat hukum kontinental (hukum yang
berlaku dan berkembang di Eropa daratan) adalah konsekuensi dari masyarakat Indonesia yang
pernah terjajah oleh Belanda selama 350 tahun.

Hukum perdata Eropa yang sekarang berlaku di Indonesia, yang terutama adalah Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (KUHPerdata) hasil konkordansi (kebijakan modifikasi dan adaptasi dari
Kitab Undang-undang Hukum Perdata Hindia Belanda serta dalam lingkup yang lebih luas juga
berlaku Kitab Undang-undang Hukum Dagang Hindia Belanda.

Hal ini harus dipahami bahwa dalam lingkup hukum perdata kebijakan pluralisme diberlakukan
bagi masyarakat kita. Kebijakan ini menyiratkan adanya kebebasan setiap orang untuk memilih
aturan hukum perdata yang paling tepat bagi dirinya dalam melakukan hubungan hukum
terhadap orang lain. Dengan berlakunya kebijakan pluralisme ini sepintas mencerminkan adanya
kebebasan bagi setiap orang untuk mengekspresikan dirinya dalam memilih hukum barat atau
hukum adapt bagi dirinya dalam melakukan tindakan atau hubungan hukum. Namun di pihak
lain tampak bahwa pluralisme terjadi akibat penjajahan, yang menyiratkan adanya
pengistimewaan bagi golongan eropa dan timur asing serta diskriminasi hukum bagi bumiputera
sebagai bangsa terjajah.

Hukum perdata tertulis sebagai salah satu pilihan hukum bagi bangsa Indonesia memiliki sejarah
berlaku di kalangan masyarakat kita, yang diberlakukan berdasarkan penggolongan masyarakat
yang pada waktu itu dibagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan eropa, yang menyiratkan
berbagai keistimewaan ; golongan timur asing serta golongan bumi putera.

Bagi golongan eropa jelas menggunakan hukum perdata yang berasal dari eropa. Tetapi dua
golongan terakhir, terutama bagi golongan bumi putera diberikan kesempatan untuk memilih
antara hukum eropa atau hukum adat mereka. Jika memilih hukum eropa, maka dikenal istilah
menundukkan diri, baik dengan cara terang-terangan maupun secara diam-diam. Secara terang-
terangan berarti orang bumi putera tersebut melakukan tindakan hukum di depan lembaga resmi
(pengadilan).
Tetapi jika dilakukan secara diam-diam maka tidak perlu melakukan tindakan tersebut, cukup
dengan kesepakatan antar pihak-pihak yang melakukan hubungan hukum.

Untuk memahami hukum perdata tertulis ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu memahami
berdasarkan sistematika ilmu pengetahuan dan sistematika berdasarkan konsep KUHPerdata.

Sistematika hukum perdata tertulis berdasarkan konsep ilmu pengetahuan hukum adalah
sistematika yang didesain berdasarkan siklus hidup manusia yaitu bahwa pada hakikatnya
kehidupan manusia berputar pada siklus lahir, berkembang dan berkeluarga, mencari
kesejahteraan serta setelah meninggal dunia, meninggalkan harta warisan kepada generasi
berikutnya yang terdiri atas empat bagian, yaitu :

1. Hukum perorangan , yang berisi tentang kedudukan orang dalam hukum serta hak
dan kewajiban serta akibat hukum yang ditimbulkannya ;
2. Hukum keluarga, yang berisi tentang hubungan suami isteri, orangtua anak serta
hak dan kewajibannya masing-masing ;
3. Hukum harta kekayaan, yang berisi sistem aturan tentang kedudukan benda dalam
hukum serta berbagai hak-hak kebendaan yang bisa diperoleh orang ;
4. Hukum waris, yang berisi tentang sistem aturan kedudukan benda yang
ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia dan cara pembagiannya terhadap
yang ditinggalkannya.

Agak berbeda dengan sistematika yang digunakan berdasarkan konsep ilmu hukum di atas
adalah sistematika hukum perdata tertulis yang digunakan oleh para penggagas KUHPerdata,
yaitu sebagai berikut :

1. Buku pertama berisi tentang orang, yang isinya berkisar tentang kedudukan hukum
perorangan dan hukum keluarga ;
2. Buku kedua berisi tentang benda, yang berisi tentang hukum harta kekayaan dan
hukum waris ;
3. Buku ketiga berisi tentang perikatan, yang berisi perikatan yang lahir dari undang-
undang dan dari persetujuan atau perjanjian ;
4. Buku keempat yang berisi tentang pembuktian dan kadaluarsa, yang berisikan
tentang alat-alat bukti yang bisa digunakan atau dihadirkan jika terjadi
persengketaan hukum serta tentang kedudukan benda sebagai akibat kadaluarsa
atau lampau waktu.

Hukum perdata yang pada awalnya dalam arti luas termasuk di dalamnya hukum dagang, sesuai
dengan pesatnya perkembangan jaman terutama dalam dunia perdagangan yang kini menjadi
tulang punggung kemajuan dunia, menyebabkan hukum dagang memisahkan diri dari induk
hukum perdata dan menjadi bidang ilmu tersendiri yang bahkan kini lebih dikenal dengan hukum
bisnis, yang meliputi hukum dagang, hukum industri, hukum perbankan, hukum transportasi, dan
bahkan hukum tentang dunia maya (cyber space), kini merebak diwacanakan, seiring dengan
penggunaan internet yang menjadi tren masyarakat dunia.

Walaupun demikian, keberadaan KUHDagang tetap diperhitungkan sebagai induk (sumber


hukum) dalam menciptakan berbagai aturan hukum bisnis dikemudian hari. Isi KUHDagang
terdiri atas dua bagian, bagian satu berisi tentang aturan dagang pada umumnya, bagian dua
berisi tentang hak dan kewajiban yang timbul karena perhubungan kapal.

Anda mungkin juga menyukai