Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Hak Asasi Manusia (HAM) & Demokrasi


dalam Islam

Dosen Pengampu : Ust. Fauzi Chaniago, S.Ag.,M.Ag

Penyusun:

Muhammad Reza – 2114201002


Faizal K – 2114201007
Muhammad Zihad N - 2114201014

Universitas Jenderal Achmad Yani


Fakultas Teknologi Manufaktur
Jurusan Teknik Mesin
Bandung
2020 - 2021
Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan


makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Demokrasi,
dan Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam Islam, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang penjabaran mengenai Demokrasi, dan Hak Asasi
Manusia (HAM) di dalam Islam. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna
tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

I
Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………………….…………i
Daftar Isi…………………………………….....……………….……….ii
Bab I
Pendahuluan & Latar Belakang……..……………………….…...………1
Rumusan Masalah……………………………………………………...…
3
Ruang Lingkup…………………………………………………...………3
Bab II
1. HAM dalam Islam……….…...…………………..……………..……..4
2. Demokrasi dalam Islam………………………………………………12
Bab III
Kesimpulan dan Saran…………………….………………..….………..15
Daftar Pustaka……………………………..…….………………..….. 16
ii

Bab I

Pendahuluan

I. Latar Belakang

Hukum adalah komponen yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat,


dan pada dasarnya hukum itu adalah masyarakat itu sendiri. Setiap tingkah laku
masyarakat selalu di monitor oleh hukum, baik hukum yang tertulis maupun hukum
yang tidak tertulis. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang memiliki penduduk
mayoritas beraga islam, secara sengaja maupun tidak sengaja hal tersebut
mempengaruhi terbentuknya suatu aturan hukum yang berlandaskan atas agama
Islam.

Berbagai masalah yang ada di dalam Negara Indonesia tidak semuanya dapat
diselesaikan berdasarkan hukum umum yang telah ada, namun tetap memerlukan
hukum yang secara filosofis dan sosiologis tertanam dalam hati dan kepercayaan
masyarakat Indonesia.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan di buatnya aturan Hukum Islam di


Indonesia adalah:
1. Masyarakat Indonesia yang berketuhanan. (sisi filosofis).
2. Mayoritas penduduk Indonesia beraga Islam. (sisi sosiologis).
3. Berdasarkan catatan sejarah yang telah dibukukan oleh Departemen Agama
yang berjudul “Seabad Peradilan Agama di Indonesia”, menjelaskan bahwa
Pengadilan Agama sudah ada di Indonesia sejak abad ke-16. (sisi historis).
4. Merupakan produk politik yang dibuat oleh pemerintah.

Membicarakan tentang masalah Hukum Islam di Indonesia pada dasarnya


adalah membicarakan salah satu aspek kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri,
kita akan memasuki sebuah perbincangan yang kompleks sekalipun Hukum Islam
menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
pada masa sekarang.
Selain itu, perbincangan tentang Hukum Islam di Indonesia sebagaimana
halnya juga dengan Hukum Islam di berbagai kawasan dunia akan selalu
menampakkan diri sebagai Hukum yang bersifat universal dengan daya jangkau untuk

semua tempat dan segala zaman tetapi pada lain pihak Hukum Islam juga dituntut
untuk menampakkan diri dengan wajahnya yang khas Hukum Islam Indonesia masa
kini. Perbincangan kita tentang Hukum Islam tentunya akan lebih banyak diarahkan
pada aspek yang kedua. Berkenaan dengan hal yang pertama Hukum Islam dengan
sifat keuniversalannya sudah cukup banyak dikaji dan dibahas orang.

“Hukum Islam Indonesia masa kini” adalah merupakan sebuah label yang
diberikan pada ketentuan-ketentuan Hukum Islam yang berlaku di Indonesia dan
sekaligus menampilkan corak khas ke-Indonesiaannya. Sistem dan budaya Indonesia
akan lebih terefleksi di dalamnya sehingga Hukum Islam dimaksud untuk beberapa
bagian tertentu baik menyangkut kaidah hukumnya maupun pola pemikiran yang
mendasarinya akan menunjukkan beberapa perbedaan dengan Hukum Islam yang
berlaku dilain tempat seperti Saudi Arabia, Mesir, Iran, Pakistan dan lain-lain
sekalipun sifat dasar yang sama karena bersumberkan pada sumber yang sama yaitu
AI Quran dan Sunnah.

Berbeda dengan Demokrasi, Islam berasal dari Allah SWT, yang telah
diwahyukan-Nya kepada rasul-Nya Muhammad SAW. Dalam hal ini Allah SWT
berfirman :
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya, ucapannya itu
tiada lain hanya berupa wahyu yang diwahyukan.” (QS. An-Najm : 3-4)

Islam dibangun di atas landasan Aqidah Islam, yang mewajibkan pelaksanaan


perintah dan larangan Allah –yakni hukum-hukum syara’ yang lahir dari Aqidah
Islam– dalam seluruh urusan kehidupan pribadi, masyarakat dan kenegaraan. Aqidah
ini menerangkan bahwa manusia tidak berhak membuat peraturan hidupnya sendiri.
Manusia hanya berkewajiban menjalani kehidupan menurut peraturan yang ditetapkan
Allah SWT untuk manusia.

Islam menyatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan syara’, bukan di tangan


umat. Sebab, Allah SWT sajalah yang layak bertindak sebagai Musyarri’ (pembuat
hukum). Umat secara keseluruhan tidak berhak membuat hukum, walau pun hanya
satu hukum. Allah SWT berfirman :
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.” (QS. Al An’aam: 57)

Dalam Islam seorang muslim wajib terikat dengan hukum syara’ dalam segala
perbuatannya. Tidak bisa bebas dan seenaknya. Terikat dengan hukum syara’ bagi
seorang muslim adalah wajib dan sekaligus merupakan pertanda adanya iman
padanya.

II. Rumusan Masalah


Dalam pembuatan makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi dari demokrasi itu?
2. Bagaimana islam memandang demokrasi?
3. Apakah definisi dari HAM (Hak Asasi Manusia) itu?
4. Bagaimanakah HAM dalam pandangan islam?
5. Bagaimana hukum dalam pandangan islam?

III. Ruang Lingkup


Makalah ini membahas:
1. Mendefinisikan arti dari demokrasi
2. Pandangan Islam tentang demokrasi
3. Definisi HAM
4. Pandangan HAM dalam Islam
5. Pandangan Islam tentang hukum
Bab II
Pembahasan
Definisi Ham, dan Demokrasi

1. Pengertian HAM
1.1 Secara Umum :
 Hak asasi manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam
kandungan dan merupakan pemberian dari Tuhan.HAM Berlaku secara
universal.
 Tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1,
pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1

1.2 Islam dan HAM


Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang
umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu
yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya
darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan
mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.

 HAM sebagai tuntutan fitrah manusia

Manusia adalah puncak ciptaan Allah. Ia dikirim kebumi untuk menjadi


khalifah atau wakil-Nya. Oleh karena itu setiap perbuatan yang membawa perbaikan
manusia oleh sesama manusia sendiri mempunyai nilai kebaikan dan keluhuran
kosmis, menjangkau batas-batas jagad raya, menyimpan kebenaran dan kebaikan
universal, suatu nilai yang berdimensi kesemestaan seluruh alam.

Berdasarkan pandangan ini, maka manusia memikul beban serta tanggung jawab
sebagai individu dihadapan Tuhan-Nya kelak, tanpa kemungkinan untuk
mendelegasikannya kepada pribadi lain. Punya pertanggung jawaban yang dituntut
dari seseorang haruslah didahului oleh kebebasan memilih. Tanpa adanya kebebasan
itu lantas dituntut dari padanya pertanggung jawaban, adalah suatu kezaliman dan
ketidakadilan, yang jelas hal itu bertentangan sekali dengan sifat Allah yang maha
adil.

Berkaitan dengan penggunaan hak-hak individu itu, yang mempunyai hak dianggap
menyalahgunakan haknya apabila:

1.    Dengan perbuatannya dapat merugikan orang lain.

2.    Perbuatan itu tidak menghasilkan manfaat bagi dirinya, sebaliknya menimbulkan
kerugian baginya.

3.    Perbuatan itu menimbulkan bencana umum bagi masyarakat.

 HAM dalam Pandangan Syariat Islam

Mengingat bahwa agama Islam merupakan agama universal dan penutup agama-
agama Ilahi, maka Islam memiliki agenda bagi seluruh dimensi kehidupan manusia
baik kehidupan personal, sosial dan lain sebagainya. Di antara agenda tersebut adalah
hak asasi manusia dan pelbagai tantangan yang dihadapi pada masyarakat dewasa ini.
Masalah ini dengan mengakui hak-hak dan kemuliaan manusia akan nampak pada
sebagian hak manusia yang dijelaskan sebagai hak-hak warga kota dalam pandangan
Islam.

Hak hidup, kebebasan berakidah, hak-hak warga kota non-Muslim, penafian


rasialisme, kebebasan berpikir, menerima hak-hak kaum minoritas, partisipasi
masyarakat dalam penetapan hukum, supervisi masyarakat atas pemerintah dan lain
sebagainya merupakan pembahasan hak asasi manusia di dunia modern dimana Islam
sebagai school of thought yang memberikan hidup melontarkan pandangan-
pandangan yang jelas dalam masalah ini.
1.3   Dasar-dasar Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Al-Qur’an

a.    Hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat

Al-Qur’an menegaskan:

                                     ‫َن ا ْل ُم ْن َك<< ِر‬ ِ ‫َو ْلتَ ُكنْ ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ < ْدعُونَ إِلَى ا ْل َخ ْي < ِر َويَ<<أْ ُمرُونَ بِ<<ا ْل َم ْع ُر‬
ْ <‫وف َويَ ْن َه‬
ِ ‫<ونَ ع‬
َ‫َوأُولَئِ َك ُه ُم ا ْل ُم ْفلِ ُحون‬

(Q.S Ali imron 104)

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan
merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S Ali-Imran/3:104)

(Q.S Al ashr 3)ِّ‫ص ْوا بِا ْل َحق‬


َ ‫ت َوتَ َوا‬ َّ ‫إِال الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صالِ َحا‬

“Hendaklah kamu saling berpesan kepada kebenaran dan saling berpesan dengan
penuh kesabaran” (Q.S Al-Ashr/103:3)

“Berilah berita gembira kepada hamba-Ku yang mendengarkan perkataan lalu


mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah
diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal” (Q.S
Az-Zumar/39:17:18)

Ayat-ayat diatas menegaskan bahwa setiap orang berhak menyampaikan pendapatnya


kepada orang lain, mengingatkan kepada kebenaran, kebajikan serta mencegah
kemungkaran. Bahkan hal itu disampaikan bukan saja karena ada hak tapi sekaligus
merupakan suatu kewajiban sebagai orang beriman.

‫دى‬HH‫لم إال بإح‬HH‫رئ مس‬HH‫ل دم ام‬HH‫ ( ال يح‬: ‫لم‬HH‫ه وس‬HH‫لى هللا علي‬HH‫ قال رسول هللا ص‬: ‫عن ابن مسعود رضي هللا عنه قال‬
‫ والتارك لدينه المفارق للجماعة ) رواه البخاري ومسلم‬، ‫ والنفس بالنفس‬، ‫ الثيب الزاني‬: ‫ ثالث‬.

Artinya :
Tidak halal darah seorang Muslim melainkan disebabkan oleh tiga hal : orang yang
pernah menikah berzina, jiwa (dibalas) dengan jiwa, dan orang yang melepaskan
agamanya (Islam), memecah belah agama." Dilaporkan oleh Imam al-Bukhory dan
Muslim.

Hadist yang menyatakan tentang HAM dan sebagaimana kita harus menjauhi dari apa
yang harus kita jaga terutama diri kita sendiri dan menahan hawa nafsu yang
mendorong kita untuk kemaksiatan dan hak-hak kita sebagai seseorang muslim.

b.    Hak kebebasan memilih agama

Sehubungan dengan kebebasan memilih agama dan kepercayaan, Al-Qur’an


menyebutkan antara lain:

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam), sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang Ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui”  (Q.S Al-Baqarah/2:256)

“Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir…”  (Q.S Al-kahfi/18:29)

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki tentulah beriman semua orang yang dimuka
bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka
menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?“ (Q.S. Yunus/10:99)

Berdasarkan ayat-ayat diatas, jelaslah bahwa masalah menganut suatu agama atau
kepercayaan sepenuhnya diserahkan kepada manusia itu sendiri untuk memilihnya.
Didalam islam, kita hanya diperintah untuk berdakwah yang bertujuan menyeru,
mengajak dan membimbing seseorang kepada kebenaran itu. Dakwah bertujuan juga
untuk menegakkan “Al-Amru bil ma’ruf wa al-nahyu ‘an al-munkar” (menyeru
kepada kebajikan serta mencegah dari kemjungkaran ).

c.    Hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan sosial
Sehubungan dengan hak untuk memperoleh kesempatan yang sama ini Al-Qur’an
menyebutkan sebagai berikut :

“ Dialah orang yang menjadikan segala yang ada dibumi ini untuk kamu…..” (Q.S
Al-Baqarah/2:29)

Islam telah memberikan jaminan bagi manusia untuk hidup lebih mulia dalam lingkup
aturan Allah SWT. Allah telah menjelaskan aturannya yang berkenaan dengan tujuan
syariat itu adalah untuk memelihara jiwa manusia, harta, akal, kehormatan, keturunan,
dan agamanya dengan seperangkat hukum syara’ yang di terapkan dalam kehidupan
manusia. Rasulullah dan generasi sahabat telah membuktikan hal ini,di antaranya:

1.    Islam telah mengalihkan manusia dari beribadah kepada berhala (paganisme)


menjadi hanya beribadah kepada Allah semata.

2.    Islam telah meghancurkan berbagai ikatan primordial atas kesukuan, kebangsaan


dan mengantikannya dengan ikatan akidah, sebuah ikatan yang tidak membedakan
antara arab dan nonarab, berkulit putih dan hitam, dll.

3.    Islam memberikan jaminan kepada warga Negara nonmuslim kehidupan yang


mulia, dan ketentraman. Mereka memperoleh hak yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat seperti yang dimiliki kaum muslimin. Mereka pun tidak akan dipaksa
untuk meninggalkan agama yang mereka yakini. Allah berfirman: “Tidak ada paksaan
dalam (memeluk) agama (islam)” ( Al baqarah: 256). Dalam ayat lain Allah
berfirmaan: “Janganlah kalian berdebat dengan ahlul kitab, melainkan dengan cara
yang baik” ( Al ankabut: 46).

4.    Setiap orang berada dalam kehidupan islam dan masyarakatnya akan merasakan
kehidupan yang aman sejahtera dalam segala bidang.
2. Pengertian Demokrasi
2.1 Secara Umum
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara
untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang
menang dan yang banyak dianggap sebagai suatu kebenaran.

Dalam teori, Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dengan kekuasaan


tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakil-
wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas. Lincoln (1863)
menyatakan “Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.”[1] Secara teori, dalam sistem demokrasi, rakyatlah yang dianggap berdaulat,
rakyat yang membuat hukum dan orang yang dipilih rakyat haruslah melaksanakan
apa yang telah ditetapkan rakyat tersebut.
Selain itu, demokrasi juga menyerukan kebebasan manusia secara menyeluruh
dalam hal :
a. Kebebasan beragama
b. Kebebasan berpendapat
c. Kebebasan kepemilikan
d. Kebebasan bertingkah laku
Inilah fakta demokrasi yang saat ini dianut dan digunakan oleh hampir semua negara
yang ada di dunia. Tentu saja dalam implementasinya akan mengalami variasi-variasi
tertentu yang dilatar belakangi oleh kebiasaan, adat istiadat serta agama yang dominan
di suatu negara. Namun demikian variasi yang ada hanyalah terjadi pada bagian
cabang bukan pada prinsip tersebut.

2.2  ISLAM DAN DEMOKRASI


Islam adalah sebuah sistem ajaran yang di turunkan Allah SWT. Untuk
mengatur kehidupan manusia,baik individu maupun sosial. Dalam masalah individu,
Islam memberikan tuntunan yang sangat jelas tentang aspek keimanan (aqidah),
ibadah,makanan,minuman,pakaian,dan akhlak. Adapun dalam kaitannya dengan
hubungan interaksi manusia lain, Islam memberikan aturan
muamala,ekonomi,sosial,politik,pemerintahan,perang,dll; termasuk bagaimana cara
pengambilan keputusan. Agar terciptannya kehidupan serasi dan harmoni,Islam
menganjurkan pemimpin yang mengambil keputusan.        
Sebagian kalangan menyatakan bahwa Demokrasi itu sesungguhnya berasal
dari Islam, yakni sama dengan syuro (musyawarah), amar ma’ruf nahyi munkar dan
mengoreksi penguasa. Hal ini tidaklah tepat karena syuro, amar ma’ruf nahyi munkar
dan mengoreksi penguasa merupakan hukum syara’ yang telah Allah swt tetapkan
cara dan standarnya, yang jauh berbeda dengan demokrasi.
Demokrasi memutuskan segala sesuatunya berdasarkan suara terbanyak
(mayoritas). Sedang dalam Islam, tidaklah demikian. Rinciannya adalah sebagai
berikut :
(1) Untuk masalah yang berkaitan dengan hukum syara’, yang menjadi kriteria
adalah kekuatan dalil, bukan mayoritas. Dalilnya adalah peristiwa pada Perjanjian
Hudaibiyah, dimana Rasulullah saw membuat keputusan yang tidak disepakati oleh
mayoritas shahabat, dan ketika Umar r.a protes, beliau saw menyatakan:
ِ ‫سو ُل هَّللا ِ َولَسْتُ أَع‬
ِ َ‫ْصي ِه َوه َُو ن‬
‫اص ِري‬ ُ ‫إِنِّي َر‬
“Aku ini utusan Allah, dan aku takkan melanggar perintahNya, dan Dia
adalah penolongku.” (HR Bukhari)
(2) Untuk masalah yang menyangkut keahlian, kriterianya adalah ketepatan
atau kebenarannya, bukan suara mayoritas. Peristiwa pada perang Badar merupakan
dalil untuk ini.
(3) Sedang untuk masalah teknis yang langsung berhubungan dengan amal
(tidak memerlukan keahlian), kriterianya adalah suara mayoritas. Peristiwa pada
Perang Uhud menjadi dalilnya.

Konsep demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan dan tidak sepenuhnya sejalan


dengan Islam :
1. Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.
2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.
3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.
4. Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi
pertimbangan utama dalam musyawarah.
5. Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi; bukan pada

persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan Sunah.

6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai-nilai
agama.
7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga.
Contoh Kasus
 AAL di dakwa 5 tahun penjara atas kasus pencurian sandal
 Majelis hakim Pengadilan Negeri Purwokerto, Jawa Tengah,
menjatuhkan vonis satu bulan 15 hari kepada seorang, Aminah, 55,
yang didakwa mencuri tiga buah kakao.

"Menjatuhkan pidana kepada terdakwa selama satu bulan 15 hari dengan


ketentuan tidak usah terdakwa jalani kecuali jika terdakwa dijatuhi pidana lain
selama tiga bulan masa percobaan," kata Hakim Pengadilan Negeri
Purwokerto Muslich Bambang Lukmanto saat membacakan vonis di
pengadilan setempat, Kamis (19/11).
Bab III
Kesimpulan dan Saran

3.1. Kesimpulan

• Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme pemerintahan negara yang menjunjung


tinggi kedaulatan rakyat.
• Demokrasi menurut Islam dapat diartikan seperti musyawarah, mendengarkan
pendapat orang banyak untuk mencapai keputusan dengan mengedepankan nilai –
nilai keagamaan.
• HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia ada di dalam kandungan.
• HAM dalam Islam didefinisikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu dan kew
ajiban bagi negara dan individu tersebut untuk menjaganya
• Hukum menurut Islam dapat diartikan sebagai hukum yang terdapat dalam sumber-
sumber seperti Al-Quran dan Al-Hadist.

3.2. Saran
• Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara demokrasi di
Indonesia dan demokrasi Islam dan dapat melihat sisi baik dan buruknya.
• Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memahami pentingnya HAM dalam
kehidupan kita dan kewajiban kita untuk menjaganya.
• Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara hukum islam
dan hukum yang berlaku di Indonesia dan dapat melihat perbedaannya.
Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
http://pastipanji.wordpress.com/2008/06/29/demokrasi-dalam-islam/
http://www.angelfire.com/id/sidikfound/ham.html
http://materitarbiyah.wordpress.com/2008/02/01/hukum-dalam-islam/
http://www.idrusramadius.co.cc/2009/10/makna-demokrasi-dalam-pandangan-
islam.html
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw/article/download/583/638

Anda mungkin juga menyukai