Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. KONSEP LANSIA

a. Definisi Lansia

Lansia yaitu setiap orang yang berhubungan

dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56

tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan

tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok

bagi kehidupannya sehari-hari. Lanjut usia

merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan

yang tidak dapat dihindari. Ditandai dengan fase

menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai

dengan adanya beberapa ndalam hidup (Sibagariang,

2016).

b. Batasan Lansia

1) WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah

sebagai berikut : (Kholifah, 2016)

a) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74

tahun,

b) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan

c) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90

tahun.

9
10

2) Depkes RI (2009) menjelaskan bahwa batasan

lansia dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:

(Kholifah, 2016)

a) Masa lansia awal : 46-55 tahun

b) Masa lansia akhir : 56-65 tahun

c) Masa manula : >65 tahun

c. Ciri-ciri Lansia

Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :

(Kholifah, 2016)

1) Lansia merupakan periode kemunduran.

Kemunduran pada lansia sebagian datang

dari faktor fisik dan faktor psikologis.

Motivasi memiliki peran yang penting dalam

kemunduran pada lansia.

2) Lansia memiliki status kelompok minoritas.

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap

sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia

dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik.

3) Menua membutuhkan perubahan peran.

Perubahan peran tersebut dilakukan karena

lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala

hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya

dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan

atas dasar tekanan dari lingkungan.


11

4) Penyesuaian yang buruk pada lansia.

Perlakuan yang buruk terhadap lansia

membuat mereka cenderung mengembangkan konsep

diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan

bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari

perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian

diri lansia menjadi buruk pula.

d. Perkembangan Lansia

Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir

kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir

dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami

proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua

merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana

pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,

mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga

tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi

(tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan

kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,

jaringan dan sel, yang mengalami penurunan

kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan

dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada

kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru,

saraf dan jaringan tubuh lainnya. (Kholifah, 2016)

e. Permasalahan Pada Lansia


12

Permasalahan tersebut diantaranya yaitu: (Kholifah,

2016).

1) Masalah fisik

Masalah yang hadapi oleh lansia adalah

fisik yang mulai melemah, sering terjadi radang

persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup

berat, indra pengelihatan yang mulai kabur,

indra pendengaran yang mulai berkurang serta

daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering

sakit.

2) Masalah kognitif (intelektual)

Masalah yang hadapi lansia terkait dengan

perkembangan kognitif, adalah melemahnya daya

ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit

untuk bersosialisasi dengan masyarakat di

sekitar.

3) Masalah emosional

Masalah yang hadapi terkait dengan

perkembangan emosional, adalah rasa ingin

berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga

tingkat perhatian lansia kepada keluarga menjadi

sangat besar. Selain itu, lansia sering marah

apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan

kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah

ekonomi yang kurang terpenuhi.


13

4) Masalah spiritual

Masalah yang dihadapi terkait dengan

perkembangan spiritual, adalah kesulitan untuk

menghafal kitab suci karena daya ingat yang

mulai menurun, merasa kurang tenang ketika

mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan

ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui

permasalahan hidup yang cukup serius.

2. KONSEP HIPERTENSI

a. Pengertian hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik

≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90

mmHg, atau bila pasien memakai obat anti

hipertensi (Mansjoer, 2010).

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi

yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak

pada tiga kesempatan yang berbeda (Ardiansyah,

2012).

Hipertensi adalah tekanan darah lebih

dari 140 mmHg untuk sistolik dan lebih dari 90

mmHg untuk diastolik (Corwin, 2009), (Ayunani

& Alie, n.d.). Faktor risiko yang menyebabkan

hipertensi seperti : usia misalnya 50-60 tahun,

riwayat keluarga, gaya hidup yang kurang sehat

(merokok, banyak makan makanan mengandung


14

lemak, kurang beraktivitas), jenis kelamin,

stress (Black dan Hawk, 2014) dan (H, Aris, &

M, 2019). Hipertensi jika tidak ditangani dapat

menyebabkan stroke, infark miokard, gagal

ginjal dan ensefalopati (kerusakan otak).

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah

di atas normal yang ditunjukkan oleh angka

systolic (bagian atas) dan angka bawah

(diastolic) pada pemeriksaan tensi darah

menggunakan alat pengukur tekanan darah baik

yang berupa cuff air air raksa

(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya

(Pudiastuti, 2013).

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika

tekanan darah pada pembuluh darah meningkat

secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung

bekerja lebih keras dalam memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh.

Hipertensi yang tidak segera ditangani dapat

mengganggu fungsi organ lain, terutama

organorgan vital seperti jantung dan ginjal

(Riskesdas, 2013). Hipertensi adalah suatu

keadaan dengan tekanan darah diatas 140/90 mmHg

(Dalimarta, 2008).

b. Klasifikasi Hipertensi
15

Klasifikasi hipertensi dapat dibagi dalam 2 yaitu:

1) Hipertensi berdasarkan penyebabnya (Widyanto dan

Cecep, 2013):

a) Hipertensi esensial (hipertensi primer)

Hipertensi primer adalah hipertensi

yang tidak diketahui pasti penyebabnya.

Sekitar 90-95 penderita hipertensi adalah

hipertensi primer. Hipertensi primer biasanya

dimulai sebagai proses labil (intermiten)

pada individu pada akhir 30-an dan awal 50-an

yang secara bertahap akan menetap. Beberapa

penelitian membuktikan bahwa hipertensi

primer dini didahului oleh peningkatan curah

jantung, kemudian menetap dan menyebabkan

peningkatan tepi pembuluh darah total.

Gangguan emosi, obesitas, konsusmsi alcohol

yang berlebih, rangsang kopi yang berlebih,

rangsang konsumsi tembakau, obat-obatan, dan

keturunan berpengaruh pada proses terjadinya

hipertensi primer. Penyakit hipertensi primer

lebih banyak terjadi pada wanita dari pada

pria.

b) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan

hipertensi yang disrbabkan karana gangguan


16

pembuluh darah atau organ tertentu. Secara

sederhannya, hipertensi sekunder disebabkan

karana adanya penyakit lain. Berbeda dengan

hipertensi primer, hipertensi sekunder sudah

diketahui penyebabnya seperti disebabkan oleh

penyakit ginjal, penyakit endokrin, obat dan

lain sebagainya.

2) Berdasarkan bentuk Hipertensi

Hipertensi diastolik (diastolic

hypertension) adalah peningkatan tekanan darah

pada saat jantung relaksasi (istirahat) namun

saat kontraksi (memompa) tekanan jantung normal

contohnya 120/90 mmHg. Hipertensi sistolik

(isolated systolic hypertension) adalah

peningkatan tekanan darah saat jantung

berkontraksi (memompa) sedangkan saat relaksasi

(istirahat) normal, contohnya 140/80 mmHg.

Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang

meninggi) peningkatan tekanan darah saat jantung

berkontraksi (memompa) dan relaksasi

(istirahat), contohnya 140/90 mmHg. (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

c. Epidemiologi Hipertensi
17

Hipertensi ditemukan pada kurang lebih 6%

dari seluruh penduduk dunia dan merupakan suatu

yang sifatnya umum pada seluruh populasi. Data

epidemiologi menunjukan adanya peningkatan

prevalensi hipertensi, dengan meningkatnya harapan

hidup atau populasi usia lanjut. Lebih dari separuh

populasi usia diatas 65 tahun menderita hipertensi,

baik hipertensi si stolik maupun kombinasi sistolik

dan diastolic. (Mohani dkk, 2014)

Interaksi antar individu, ras suku dan faktor

lingkungan menyebabkan peranan genetic sebagai

penyebab utama terjadinya hipertensi menjadi sulit

ditentukan. Apalagi dengan meningkatnya migrasi

penduduk dunia pada akhir abad ini. Pada daerah

tertentu seperti daerah Amazon, hampir tidak pernah

ditemukan penderita hipertensi, serta tidak

didapatkan peningkatan prevalensi hipertensi

seiiring dengan meningkatnya usia. Terjadi

peningkatan prevalensi hipertensi dihampir sebagian

besar Asia dan subkontinen India, kecuali Korea dan

Jepang dengan peningkatan prevalensi yang melebihi

daerah Asia lainnya. (Mohani dkk, 2014)

d. Faktor Resiko Hipertensi

Faktor resiko hipertensi dapat dibedakan

menjadi 2 kolompok (Widyanto dan Cecep, 2013) yaitu

:
18

2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

a) Umur

Pada umumnya tekanan darah akan naik dengan

bertambahnya umur terutama setelah umur 40

tahun. Hal itu disebabkan oleh kaku dan

menebalnya arteri karana arteriosclerosis

sehingga tidak dapat mengembangkan pada saat

jantung memonpa darah melalui arteri

tersebut.

b) Jenis Kelamin

Pria cenderung mengalami tekanan darah

yang tinggi dibandingkan dengan wanita. Rasio

terjadinya hipertensi antara pria dan

perempuan sekitar 2,29 % untuk kenaikan

tekanan darah sistol dan 3,6 untuk kenaikan

tekanan darah diastolic. Laki-laki cenderung

memiliki gaya hipup yang dapat meningkatkan

tekanan darah dibandingkan perempuan. Tekanan

darah pria mulai meningkat ketika usianya

berada pada rentang 35-50 tahun. Kecendrungan

seorang perempuan terkena hipertensi terjadi

pada saat menopause karana faktor hormonal.

c) Keturunan

Sekitar 70-80 % dengan hipertensi-

hipertensi primer ternyata memiliki riwayat


19

hipertensi dalam keluarganya. Apabila riwayat

hipertensi didapatkan pada kedua orang tua,

maka resiko terjadinya hipertensi primer 2

kali lipat dibandingkan dengan orang lain

yang tidak mempunyai riwayat hipertensi pada

orang tuanya. Faktor ginetik yang diduga

menyebabkan penurunan resiko terjadinya

hipertensi terkait pada kromosom 12p dengan

fenotip postur tubuh pendek disertai brachy-

dactyly ( jari-jari pendek ) dan efek

neurovaskuler.

3.Faktor resiko yang dapat diubah

a) Obesitas

Faktor resiko penyebab hipertensi

yang diketahui dengan baik adalah

obesitas. Secara fisiologi, obesitas

didefinisikan sebagai suatu keadaan

akumulasi lemak berlebihan dijaringan

adipose. Kondisi obesitas berhubungan

dengan peningkat volume intravaskuler dan

curah jantung. Daya pompa jantung dan

sirkulasi volume darah penderita

hipertensi dengan obesitas lebih tinggi

dibandingkan dengan penderita hipertensi

dengan berat badan normal.

b) Stress
20

Stress terjadi karana

ketidakmampuan mengatasi ancaman yang

dihadapi oleh mental, fisik, emosional,

dan spiritual seseorang. Kondisi tersebut

pada suatu saat akan dapat mempengaruhi

kesehatan fisik seseorang. Hubungan denga

stress dengan hipertensi, diduga terjadi

melalui aktivitas saraf simpatis.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis

dapat meningkatkan tekanan darah secara

intermitten (tidak menentu). Apabila

stress berkepanjangan, dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap

tinggi.

c) Merokok

Menurut Winnifor (1990), merokok dapat

meningkatkan tekanan darah dan denyut jantng

melalui mekanisme sebagai berikut:

1) Merangsang saraf simpatis untuk melepaskan

norepineprin melalui saraf arenergi dan

meningkatkan catecolamine yang dikeluarkan

melalui medulla adrenal.

2) Merangsang kemoreseptor di arteri karotis

dan aorta bodies dalam meningkatkan denyut

jantung dan tekanan darah.


21

3) Secara langsung melalui otot jantung yang

mempunyai efek intropik (+) dan efek

chonotropik.

d) Kurang olahraga

Olahraga teratur adalah suatu

kebiasaan yang berikan banyak keuntungan

seperti berkurangnya berat badan, tekanan

darah, kadar kolesteror serta penyakit

jantung. Dalam kaitannya dengan

hipertensi, olahraga teratur dapat

mengrangi kekakuan pembuluh darah dan

meningkatkan daya tahan jantung serta

paru-paru sehingga dapat menurunkan

tekanan darah.

e) Alkohol

Pengguanaan alcohol secara berlebihan juga

dapat meningkatkan tekanan darah. Mungkin

dengan cara meningkatkan katekolamin

plasma.

f) Konsumsi garam berlebihan

Pada beberapa klien hipertensi, konsumsi

garam berlebihan dapat menyebabkan

peningkatan tekanan darah. Garam membantu

menahan air dalam tubuh. Dengan begitu, akan

meningkatkan volume darah tanpa adanya


22

penambahan ruang. Peningkaan volume tersebut

mngakibatkan bertambahnya tekanan di dalam

arteri. Klien hipertensi hendaknya

mengkonsumsi garam tidak lebih dari 100

mmol/hari atau 2,4 gram natrium, 6 gram

natrium klorida.

e.Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi adalah proses degeneratif sistem

sirkulasi yang dimulai dengan atherosclerosis,

yakni gangguan struktur anatomi pembuluh darah

parifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh

darah/arteri. Kekauan pembuluh darah disertai

dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran

plaque yang menghambat gangguan peredaran darah

parifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah

menyebabkan beban jantung bertambah berat yang

akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya

pemompaan jantung yang berdampak pada pengingkatan

tekanan darah dalam sistem sirkulasi. (Bustan,

2015).

Dengan demikian, proses patologis hipertensi

ditandai dengan peningkatan tahanan parifer yang

berkelanjutan sehingga secara kronik dikompensasi

oleh jantung dalam bentuk hipertensi. (Bustan,

2015).

f.Gambaran Klinis
23

Hipertensi merupakan penyakit yang banyak

tidak menimbulkan gejala khas sehingga sering tidak

terdiagnosis dalam waktu yang lama. Gejala akan

terasa secara tiba-tiba saat terjadi peningkatan

tekanan darah. Namun demikian, terdapat beberapa

gejala yang mengindikasikan terjadinya hipertensi

yaitu pusing. Telinga berdengung, sulit tidur,

sesak nafas, rasa berat (kaku) di tengkuk, mudah

lelah, mata berkunang-kunang dan mimisan walaupun

jarang dilaporkan. (Widyanto dan Cecep, 2013)

g.Diagnosis Hipertensi

Berdasarkan anamnesis, sebagian besar pasien

hipertensi bersifat asimptomatik. Beberapa pasien

mengalami keluhan berupa sakit kepala, rasa seperti

berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang dapat

menunjang kecurigaan ke arah hipertensi sekunder

antara lain penggunaan obat-obatan seperti

kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan

maupun NSAID, sakit kepala paroksismal, berkeringat

atau takikardi serta adanya riwayat penyakit ginjal

sebelumnya. Pada anamnesis dapat pula digali

mengenai faktor resiko kardiovaskular seperti

merokok, obesitas, aktivitas fisik yang kurang,

dislipidemia, diabetes milletus, mikroalbuminuria,

penurunan laju GFR, dan riwayat keluarga. (Mohani,

2014)
24

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi menurut WHO

Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)


Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140-159 90-99

ringan (Stadium

1)
Hipertensi 160-179 100-109

sedang (Stadium

2)
Hipertensi berat 180-209 110-119

(Stadium 3)
Hipertensi 210 120

sangat berat

(Stadium 4)

Sumber, Widyanto dan Cecep, Trend Disease, Trend

Penyakit Saat Ini : Hipertensi, 2013.

h. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi akan menjadi masalah kesehatan yang

serius jika tidak terkendali. Hipertensi dapat

mengakibatkan komplikasi yang berbahaya dan

berakibat fatal seperti stroke, penyakit jantung

coroner, dan gagal ginjal. (Widyanto dan Cecep,

2013)

i. Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Hipertensi

1) Gaya hidup
25

Kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan

kandungan garam yang tinggi memicu naiknya

tekanan darah (Martuti, 2009).

2) Stress

Realitas kehidupan setiap hari yang tidak

bisa dihindari, stress atau ketegaan emosional

dapat mempengaruhi system kardiovaskuler, khusus

hipertensi, stress dianggap sebagai faktor

psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah

(Marliani, 2007)

3) Merokok

Pada sistem kardiovaskuler, rokok

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Merokok

juga mengakibatkan dinding pembuluh darah menebal

secara bertahap yang dapat menyulitkan jantung

untuk memompa darah. Kerja jantung yamg lebih

berat tentu dapat meningkatkan tekanan darah

(Marliani, 2007).

j. Penatalaksanaan Hipertensi

Prinsip penatalaksanaan klien dengan

hipertensi adalah menurunkan tekanan darah sampai

normal atau sampai nilai terendah yang masih dapat

ditoleransi, meningkatkan kualitas hidup dan

mencegah komplikasi. (Widyanto dan Cecep, 2013)


26

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan

dengan menggunakan obat- obatan ataupun dengan cara

memodifi kasi gaya hidup. Modifi kasi gaya hidup

dapat dilakukan dengan manajemen stress yang baik,

batasi konsumsi garam, olahraga yang cukup, hindari

merokok dan minum minuman beralkohol (Dalimarta,

2008).

Penatalaksaana hipertensi dapat dibedakan menjadi

2, yaitu:

1) Non farmakologis

Menjalani pola hidup sehat telah banyak

terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan

secara umum sangat menguntungkan dalam

menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular.

Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1,

tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka

strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana

tahap awal, yang harus dijalani setidaknya

selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu

tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan

darah yang diharapkan atau didapatkan faktor

risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat

dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.

(Soenarta, 2015).

2) Terapi Farmakologis
27

Jenis obat anti hipertensi yang biasa

digunakan adalah sebagai berikut (Widyanto dan

Cecep, 2013):

a) Diuretik thiazide

Diuretik thiazide biasanya merupakan

obat pertama yang diberikan untuk mengobati

hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang

garam dan air, yang akan mengurangi volume

cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan

tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan

pelebaran pembuluh darah. Diuretik

menyebabkan hilangnya kalium melalui air

kemih, sehingga kadang diberikan tambahan

kalium atau obat penahan kalium.

b) Penghambat andrenergik

Penghambat andrenergik merukapan

sekelompok obat yang terdiri dari a-blocker,

6-blocker dan a-6-blocker labetalol. Obat ini

menghambat efek sistem saraf simpatis yang

merupakan sistem saraf yang dengan segera

akan memberikan respon terhadap stress,

dengan cara meningkatkan tekanan darah. Obat

jenis ini yang paling sering digunakan adalah

6-blocker, yang efektif diberikan pada klien

usia muda, klien dengan riwayat serangan


28

jantung, klien dengan denyut jantung yang

cepat, angina pectoris (nyeri dada), dan

sakit kepala migren.

c) ACE-inhibitor (angiotensin-converting enzyme)

ACE-inhibitor menyebabkan penurunan

tekanan darh dengan cara melebarkan arteri.

Obat ini efektif diberikan pada orang kulit

putih, usia muda, klien gagal jantung, klien

proteinuria karana penyakit ginjal menahun

atau penyakit ginjal diabetic, dank lien

dengan impotensi sebagai efek samping dari

obat yang lain.

3. KONSEP TERAPI OTOT PROGRESIF

a. definisi Teknik relaksasi otot progresif


Teknik relaksasi otot progresif adalah
memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot,
dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik
relaksasi untuk mendapakan perasaan relaks
(Purwanto, 2013).
Menurut Herodes (2010), teknik relaksasi otot
progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang
tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti.
Berdasarkan keyakinan bahwa tubuh manusia berespons
pada kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran
dengan ketegangan otot. Teknik relaksasi otot
progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas
otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang
kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan
29

teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks


(Herodes,2010).
Teknik relaksasi otot progresif merupakan
suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien
dengan menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian
relaksasi.
Relaksasi otot progresip adalah suatu gerakan
menenangkan dan melemaskan secara berurutan 10
kelompok otot tubuh, dimulai dari kelompok otot
paha, dan kaki pergelangan tangan,lengan bawah,
lengan atas, perut,dada,punggung, bahu, leher, dan
wajah (prio A,Z, 2009)
b. Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif

meningkatkan kesadaran atau kemampuan mengenali


otot-otot tubuh yang mengalami ketegangan dan kemudian
melemaskan otot tubuh tersebut secara sadar untuk
mendapatkan keadaan yang releks dan nyaman (Maryam
dkk,2010)
Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011), tujuan dari
teknik ini adalah untuk :
1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri
leher dan punggung, tekanan darah tinggi,
frekuensi jantung, laju metabolic
2. Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi
ketika klien sadar dan tidak memfokuskan
perhatian serta relaksasi
4. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi
5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress
6. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan,
iritabilitas, spasme otot, fobia ringan, gagap
ringan dan Membangun emosi positif dari emosi
negative
30

Teknik relaksasi progresif dapat digunakan untuk


mengurangi kecemasan,karena dapat menekan saraf
simpatis sehingga mengurangi rasa tegang yang dialami
oleh individu secara timbal balik, sehingga timbul
counter conditioning (penghilangan). Relaksasi
diciptakan setelah mempelajari sistem kerja saraf
manusia, yang terdiri darisistem saraf pusat dan sistem
saraf otonom. Sistem saraf otonom ini terdiri dari dua
subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistemsaraf
parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sistem
saraf simpatis lebih banyak aktif ketika tubuh
membutuhkan energi misalnya pada saat terkejut, takut,
cemas atau berada dalam keadaan tegang
Pada kondisi seperti ini, sistem saraf akan memacu
aliran darah ke otot-otot skeletal, meningkatkan detak
jantung, kadar gula dan ketegangan menyebabkan serabut-
serabut otot kontraksi, mengecil dan menciut.
Sebaliknya, relaksasi otot berjalan bersamaan dengan
respon otonom dari saraf parasimpatis. Sistem saraf
parasimpatis mengontrol aktivitas yang berlangsung
selama penenangan tubuh, misalnya penurunan denyut
jantung setelah fase ketegangan dan menaikkan aliran
darah ke sistem gastrointestinal sehingga kecemasan
akan berkurang dengan dilakukannya relaksasi progresif
(Handayani & Rahmayanti, 2018)
c. manfaat Terapi Relaksasi Otot Progresif
menurut Maryam dkk 2010 bahwa teknik relaksasi
progresip sebagai salah satu relaksasi otot telah
terbukti atau terdapat hasil

d. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif


1. Pasien yang mengalami gangguan tidur
2. Pasien yang sering mengalami stress
3. Pasien yang mengalami kecemasan
31

4. Pasien yang mengalami depresi


5. Pasien yang mengalami tekanan dara tinggi
e. Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
1.Pasien yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya
tidak bias menggerakkan badannya
2.Pasien yang menjalani perawatan tirah baring
f. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Berikut adalah hal-hal yang perlu
diperhatikandalam melakukan
kegiatan terapi relaksasi otot progresif
1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena
dapat melukai diri sendiri
2. Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk
membuat otot-otot relaks
3. Perhatikan posisi tubuh lebih nyaman dengan mata
tertutup. Hindari dengan posisi berdiri
4. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali,
kemudian bagian kiri dua kali
6. Memeriksa apakah klien benar-benar relaks
7. Terus menerus memberikan instruksi
8. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan
tidak terlalu lambat
g. Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif
1. Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal,
serta lingkungan yang tenangdan sunyi
Persiapan klien:
a. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian
lembar persetujuan terapi pada klien
b. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu
berbaring dengan mata tertutup menggunakan bantal
dibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi
dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri
32

c. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti


kacamata, jam, dan
sepatu
d. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal
lain yang sifatnya mengikat ketat.
2. Prosedur
1. melatih otot tangan

a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu


kepalan.
b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan
sensasi ketegangan yang terjadi.
c. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu
untuk merasakan
relaks selama 10 detik.
d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali
sehingga klien dapat membedakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
e. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan
kanan
2. untuk melatih otot tangan bagian belakang. Tekuk
kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan
sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan
bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-
langit. Gerakan melatih otot tangan bagian depan
dan belakang
3. untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian
atas pangkal lengan).
33

a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.


b. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak
sehingga otot biseps akan menjadi tegang
4. melatih otot bahu supaya mengendur

a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan


hingga menyantuh kedua telinga.
b. Fokuskan atas, dan leher
5. Gerakan 5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-
otot wajah (seperti otot dahi, mata, rahang, dan
mulut).
34

a. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan


dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya
keriput.
b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat
dirasakan disekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata
7. ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang
dialami oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti
dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan
disekitar otot rahang.
8. ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar
mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga
akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
9. ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian
depan maupun belakang

a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang


baru kemudian otot leher bagian depan.
b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi
sedemikian rupa sehingga dapat merasakan
ketegangan dibagian belakang leher dan punggung
atas.
10. ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.
a.Gerakan membawa kepala ke muka.
b.Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka.
11. ditujukan untuk melatih otot punggung
35

a.Angkat tubuh dari sandaran kursi.


b.Punggung dilengkungkan.
c.Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10
detik, kemudian relaks
d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil
membiarkan otot menjadi lemas
12: ditujukan untuk melemaskan otot dada.
a.Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan
udara sebanyak-banyaknya.
b.Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut,
kemudian dilepas.
c.Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan
lega.
d.Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan
perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.
13: ditujukan untuk melatih otot perut.
a.Tarik dengan kuat perut kedalam.
b.Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10
detik, lalu dilepaskan bebas.
c.Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.
14-15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti
paha dan betis).

a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha


terasa tegang.
b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa
sehingga ketegangan pindah ke otot betis.
36

c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu


dilepas.
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

4 .KERANGKA KONSEP

Lansia yang mengalami tekanan


darah tinggi
(hipertensi)

Faktor yang Penatalaksanaan


mempengaruhiyya
hipertensi  Parmakoligi
1. Diuretic
1. Usia thiazide
2. Keluarga 2. Captopril
25 mg
3. Amlodipin
3. Penderita obesitas e
4. Jarang olahraga  Non
parmakologi
1.Terapi
senam
hipertens
i
2. Diet

Tingkat tekanan darah Terapi relaksasi otot


menurun (hipertensi) progresif
37

keterangan : : Diteliti

: Tidak diteliti

Bagan 2.1 kerangka konsep

5.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, maka hipotesis yang

diterima adalah :

Ha : ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap

tekanan darah pada lansia dengan hipertensi

Anda mungkin juga menyukai