Anda di halaman 1dari 9

Volume 3 Issue 2 (2019) Pages 416-424

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini


DOI: 10.31004/obsesi.v3i2.225

Peningkatan Perilaku Sosial Anak melalui Permainan Tradisional


Sumatera Barat
Cici Ratna Sari, Sofia Hartati2, Elindra Yetti3
Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Jakarta

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses dan hasil belajar melalui permainan
tradisional Sumatera Barat dalam meningkatkan perilaku sosial. Penelitian ini dilakukan di
TK Aster Indah Korong Balai Satu, Provinsi Sumatera Barat pada bulan April 2019. Subjek
penelitian adalah kelompok A sebanyak 10 siswa. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian tindakan. Prosedur penelitian terdiri dari: perencanaan, tindakan dan observasi,
refleksi. Dilakukan untuk 12 pertemuan dibagi menjadi dua siklus. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Hasil
yang diperoleh dari evaluasi siswa pada setiap siklusnya adalah sebagi berikut: siklus I
65,02% dari siswa yang sudah mencapai skor 75, sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan
menjadi 84,25% dari siswa yang sudah mencapai skor 75. Simpulan penelitian ini bahwa
permainan tradisional Sumatera Barat efektif digunakan sebagai pembelajaran untuk
meningkatkan perilaku sosial anak di TK Aster Indah Korong Balai Satu Provinsi Sumatera
Barat.

Kata Kunci: perilaku sosial; permainan tradisional sumatera barat; penelitian tindakan

Abstract
This study aims to describe the process and learning outcomes through traditional West
Sumatra games in improving social behavior. This research was conducted at Aster Indah
Korong Kindergarten, Balai Satu, West Sumatra Province in April 2019. The research
subjects were group A as many as 10 students. This study uses action research methods. The
research procedure consists of: planning, action and observation, reflection. The 12 meetings
were divided into two cycles. Data collection techniques are carried out through observation,
interviews, documentation and field notes. The data analysis technique used in this study is
the analysis of qualitative and quantitative data. The results obtained from student evaluations
in each cycle are as follows: cycle I 65.02% of students who have achieved a score of 75,
while in the second cycle there is an increase to 84.25% of students who have achieved a
score of 75. The conclusion of this study is that West Sumatra traditional games are
effectively used as learning to improve children's social behavior at the Aster Indah Korong
Kindergarten, Balai Satu, West Sumatra Province.

Keywords: social behavior; traditional west sumatra games; action research

Copyright (c) 2019 Cici Ratna Sari, Sofia Hartati, Elindra Yetti
Corresponding author :
Address : Jakarta Timur, Indonesia ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : ciciratnasari45@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 2019 | 417

PENDAHULUAN kaitannya dengan perilaku bersosialisasi atau


Salah satu aspek penting yang harus social interaction skill, perilaku ini merupakan
dikembangkan pada usia dini untuk menunjang fondasi bagi perkembangan perilaku anak
keberhasilan individu dalam hidup maka sejak berintekrasi dengan lingkungan secara lebih
kecil anak perlu mempelajari kemampuan luas. Dalam berintekrasi dengan orang lain,
tertentu, khususnya kemampuan sosial. Seperti anak tidak hanya dituntut untuk mampu
penelitian yang dilakukan oleh Yusuke berintekrasi secara baik dengan orang lain,
Takahashi, Kensuke Okada, et, al yang tetapi terkait juga didalamnya bagaimana ia
membahas tentang kemampuan sosial: mampu mengendalikan dirinya secara baik.
Beberapa proyek besar jangka panjang pada Apabila pengalaman yang dialami anak adalah
sekolah umum usia dini telah pengalaman yang positif, maka akan
mengindentifikasi karakteristik perkembangan berpengaruh baik juga pada aspek
kemampuan sosial anak, kemampuan sosial perkembangan. Begitu juga sebaliknya, jika
anak dipahami dan dirasakan oleh orang tua, pengalaman yang dialami adalah negatif, maka
kemudian akan berkembang saat anak di usia akan berdampak buruk pada anak terutama
TK hingga kelas 3 SD (Takahashi, Okada, pada kesehatan mental, sosial emosional dan
Hoshino, & Anme, 2015). Beberapa proyek perilaku sosialnya.
besar jangka panjang pada sekolah umum usia Kemampuan Perilaku sosial sangat
dini telah mengindentifikasi karakteristik dibutuhkan oleh anak usia dini karena ketika
perkembangan kemampuan sosial anak, anak memiliki perilaku sosial yang baik, anak
kemampuan sosial anak dipahami dan akan mudah beradaptasi dengan lingkungan
dirasakan oleh orang tua, kemudian akan baru. Omeroglu, menyatakan Seorang anak
berkembang saat anak di usia TK hingga kelas dibesarkan untuk menunjukkan perilaku seperti
3 SD. Berdasarkan hasil penelitian tersebut yang diharapkan oleh masyarakat tergantung
dapat disimpulkan bahwa melalui berbagai pada perkembangan sosial. Pada perkembangan
pengalaman anak berinteraksi sosial dengan sosial anak, tahun awal merupakan dasar sosial
anak lain maupun orang dewasa disekitarnya masa depan mereka untuk berperilaku
diharapkan mampu mencapai kematangan sosial(Omeroglu, 2015). Sejalan dengan
dalam kemampuan sosial. Seperti penelitian penelitian yang dilakukan oleh Yanrisca Sany
yang dilakukan oleh Hazar Mafra menunjukkan tentang “Perilaku Sosial Pada Anak Usia Dini
fakta bahwa anak-anak dengan kesulitan yang Mendapatkan Pembelajaran
belajar perlu mengembangkan keterampilan Bilingual”(Rachmana, 2013). Hasilnya
belajar dan keterampilan sosial melalui menunjukkan bahwa perilaku sosial yang
program intervensi pendidikan (Mafra, 2015). terbentuk adalah mengalah, tidak mengejek dan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menggertak, tidak pernah bertengkar, mau
menggambarkan bahwa stimulus lingkungan berbagi makanan dan minuman, bisa mematuhi
membawa pengaruh pada perkembangan aturan, bisa membaur dengan yang lain,
perilaku sosial seseorang. memberi dukungan, ramah, mandiri, mau
Hal ini sejalan dengan penelitian Serpil bekerjasama, mau membantu, mudah
Pekdoğan dalam penelitiannya Investigation of beradaptasi, berperilaku atas inisiatif sendiri
the Effect of Story-Based Social Skills Training dan berperilaku baik yang mejadi ciri khas dari
Program on the Social Skill Development of 5- masing masing subjek.
6 Year-old Children bahwa investigasi efek Perilaku sosial pada anak usia dini ini
program pelatihan keterampilan berbasis cerita diarahkan untuk pengembangan sosial yang
dalam mengembangkan keterampilan sosial baik, seperti menolong, membantu, berbagi,
anak usia 5-6 tahun. (Pekdoğan, 2016) Jika dan menyumbang atau menderma (Susanto,
anak berada di lingkaran sosial yang benar 2011). Ini sejalan dengan penelitian Fajar
maka perilaku sosial anak akan terlihat lebih Luqman Tri A. meneliti tentang Perilaku Sosial
baik dibandingkan dengan anak yang salah Anak Usia Dini Di Lingkungan Lokalisasi
dalam lingkaran sosialnya. Perilaku sosial erat Guyangan hasil penelitian menunjukan bentuk
418 | Peningkatan Perilaku Sosial Anak melalui Permainan Tradisional Sumatera Barat

perilaku sosial positif yang berkembang sosial anak kurang dipandang oleh pendidik
diantara kedua subjek penelitian yaitu karena pendidik lebih fokus kepada bagian
kerjasama, kemurahan hati, kepedulian dan akademik saja. Anak-anak dengan perilaku
mudah beradaptasi dengan orang baru. Selain sosial yang rendah akan menarik diri dari
itu ada juga perilaku sosial negatif yaitu lingkungan sekitarnya dan akan berdampak
perilaku penguasa, ketergantungan akan kasih pada penurunan hubungan perilaku sosial
sayang perhatian orang lain dan antagonisme dimasa perkembangan berikutnya.
(Tri, 2016). Jadi dapat disimpulkan perilaku Hurlock menyatakan bahwa beberapa
sosial pada anak usia dini ini diarahkan untuk pola perilaku sosial yang berkembang pada
pengembangan sosial yang baik, seperti kerja masa kanak-kanak yaitu: (1) meniru/imitasi; (2)
sama, tolong-menolong, berbagi simpati, persaingan; (3) kerja sama; (4) simpati; (5)
kemurahan hati, empati dan saling empati; (6) dukungan sosial; (7) mau berbagi.
membutuhkan satu sama lain. Selain itu beberapa pola perilaku anti sosial
Hal ini sejalan dengan penelitian Findlay anak misalnya: (1) negativisme atau melawan
“Links between empathy, social behavior, and otoritas orang dewasa, (2) agresif yakni berlaku
social understanding in early childhood” kasar baik fisik maupun bahasa verbal melalui
Hubungan antara empati, perilaku sosial, dan makian atau kata-kata kasar, (3) perilaku
pemahaman sosial pada anak usia dini yang berkuasa, (4) memikirkan diri sendiri, (5)
hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak yang mementingkan diri sendiri, (6) merusak, (7)
lebih empatik dilaporkan menunjukkan pertentangan sex (Hurlock, 1980).
perilaku prososial yang lebih besar dan lebih Dengan demikian, peran guru dan
sedikit agresi dan penarikan sosial. Di Selain orangtua sangatlah penting dalam mendidik
itu, anak-anak yang berempati menunjukkan anak menjadi pribadi yang sosial, perilaku
pemahaman yang lebih matang tentang rasa sosial yang rendah tersebut dapat ditingkatkan
malu dan agresi dibandingkan dengan yang dengan bermain. Sesuai dengan prinsip
kurang berempati teman sebaya (Findlay, pembelajaran bahwa untuk menstimulasi
Girardi, & Coplan, 2006). Hal ini semua potensi anak yaitu belajar melalui
menunjukkan bahwa anak-anak yang empatik bermain. Seperti penelitian yang dilakukan
lebih sensitif secara sosial, baik dari segi Guida Veiga dalam penelitiannya”
pemahaman sosial mereka terhadap orang lain Preschoolers’ free play -connections with
serta perilaku sosial mereka sendiri. emotional and social functioning” Bermain
Ada beberapa orang tua yang bebas anak usia dini berhubungan dengan
mengkhawatirkan perilaku sosial anaknya. emosional dan fungsi sosial (Veiga, Neto, &
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Fiona Rieffe, 2016). Hasil penelitian menunjukkan
K. Mensah mengenai Early Puberty and bahwa permainan bebas membantu mencegah
Childhood Social and Behavioral Adjustment perkembangan perilaku eksternalisasi yang
mengenai laporan orang tua yang lengkap, mengganggu.
Orang tua melaporkan kesulitan perilaku dan Menurut Eagleton bahwa integrasi seni
penyesuaian psikososial yang terjadi pada budaya sebagai sumber pengetahuan anak
anak rentang usia 4-5 hingga 10-11 tahun memahami, menganalisa dalam menerapkan
(Mensah et al., 2013). Berdasarkan hasil pengetahuan, baik bahan, bentuk bahasa serta
penelitian tersebut, menggambarkan konsep kreativitas karya seni (Solberg, 2016).
kekhawatiran orang tua terhadap perilaku sosial Bermain seni budaya yang menyenangkan
anak dan sangat berharap sekolah dapat dapat membentuk proses tumbuh kembang
memberikan stimulasi pengembangannya. yang maksimal. Seperti penelitian Ren
Namun sayangnya, menurut Claproth perilaku mengenai “Social competence, cultural
sosial sering kali dilupakan dalam pendidikan orientations and gender differences: a study of
padahal wilayah yang terlupakan ini Mandarin–English bilingual preschoolers”
sesungguhnya penting di masyarakat (Richard bahwa terdapat hubungan perilaku sosial yang
Claproth, 2012). Sama halnya di TK, perilaku diberikan berdasarkan turun-temurun (Ren &
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 2019 | 419

Wyver, 2016). Kultur yang diberikan setiap berkaitan dengan interaksi kerjasama sosial
tempat itu berbeda maka berdampak kepada anak pada sesama temannya juga cinta
perilaku sosial seseorang. Seperti penelitian lingkungan.
Khasanah, et,.al. peneltian tentang permainan Berdasarkan beberapa hasil penelitian
tradisional sebagai media stimulasi aspek pada paragraf diatas dapat diketahui bahwa
perkembangan anak usia dini yang hasilnya permainan tradisional dapat memberikan
menunjukkan bahwa permainan tradisional manfaat terhadap perkembangan anak selain
tersebut merupakan sarana dalam memberikan hiburan sesungguhnya
mengembangkan aspek perkembangan dasar menyimpan sebuah keunikan, kesenian dan
anak (fisik-motorik, kognitif, sosial-emosional manfaat yang lebih besar seperti kerja sama
dan bahasa (Khasanah, Prasetyo, & tim, olahraga. Permainan tradisional anak dapat
Rakhmawati, 2011). Berdasarkan hasil mengembangkan kreatifitas, ketangkasan, jiwa
penelitian menggambarkan bahwa kultur kepemimpinan, kecerdasan, kemampuan
permainan tradisional mempunyai banyak bahasa, kognitif, fisik motorik, bahkan
manfaat bagi perkembangan aspek anak. kemampuan sosial emosional. Selain itu
Hapidin dan Yenina meneliti juga tentang dinyatakan bahwa perilaku sosial sangat
pengembangan model permainan tradisional penting untuk dikembangkan dalam pendidikan
dalam membangun karakter anak usia dini anak usia dini, di mana perilaku sosial menjadi
yang hasilnya menunjukkan bahwa melalui pendukung dalam perjalanan hidup anak.
permainan tradisional edukatif akan membantu Kenyataan dilapangan banyak orang tua
anak mengembangkan berbagai aspek dan guru yang tidak mengetahui manfaat
perkembangan secara holistik dan terintegrasi tersebut, bahkan orangtua dan guru sangat
serta terbangunnya karakter positif (Hapidin, jarang masih mengingat bagaimana
2016). Berdasarkan hasil penelitian di atas jelas memainkannya dan jarang menceritakan
bahwa permainan tradisional menstimulasi permainan tradisional yang pernah dimainkan
seluruh aspek bahkan termasuk karakter dan dulu pada anak-anaknya (Observasi TK. Aster
perilaku sosial anak. Gelisli, Yazici juga Indah, 2019). Dahulu permainan tradisional
meneliti yang hasil menunjukkan terlihat Sumatera Barat seperti main kambing-
bahwa permainan tradisional memiliki fitur kambing, main galah, main cak mimin dan
meningkatkan motorik anak, perkembangan beberapa permainan tradisional anak lainnya
sosial dan emosional, kognitif dan bahasa. adalah permainan populer bagi anak-anak,
Berdasarkan hasil penelitian menggambarkan namun sekarang permainan tersebut sudah
bahwa permainan tradisional benar-benar jarang dimainkan oleh anak-anak.
mengajarkan anak-anak untuk menjadi kreatif Hal ini diperkuat oleh penelitian Ode
dalam membuat aturan permainan, kreatif menyatakan bahwa globalisasi, sains, dan
dalam belajar, membuat perjanjian, mematuhi teknologi telah membuat sebagian besar orang
aturan-aturan yang telah dibuat dan belajar tercabut dari akar budaya mereka yang
untuk menjadi jujur kepada diri mereka sendiri mengakibatkan kepunahan budaya, sehingga
dan orang lain. Permainan tradisional memiliki Ode berpendapat bahwa, “the state should
kekuatan untuk merangsang perkembangan attribute culture as a national identity and
anak usia dini. should not share its development to the global
Menurut Karachle bahwa gaya belajar market mechanism”(Ode et al., 2018). Menurut
bermain melalui bermain drama, musik dan Sibarani, negara harus mempertahankan
permainan bentuk tim sebagai kekayaan budaya sebagai identitas nasional.
budaya mendorong mengekspresikan diri, Berdasarkan pembahasan mengenai
menyadari kemampuannya (Karachle, Dania, perilaku sosial di atas dapat disimpulkan bahwa
& Venetsanou, 2012). Perkembangan perilaku Perilaku sosial merupakan suatu hubungan
melalui pembelajaran bersama dengan interaksi antara dua individu atau lebih dalam
permainan dapat membantu perkembangan menjalani hubungan dengan orang lain yang
pada aspek kognitif, afektif, psikomotor yang dapat diterima oleh lingkungan sosial dalam
420 | Peningkatan Perilaku Sosial Anak melalui Permainan Tradisional Sumatera Barat

hal tindakan dan ucapan. Perilaku sosial terjadi METODOLOGI


akibat adanya stimulus atau pengaruh dari Metode yang digunakan dalam penelitian
lingkungan untuk bertingkah laku sesuai ini adalah penelitian tindakan yang mengacu
dengan harapan lingkungan di mana perilaku kepada model Kemiss dan Mc. Tagart. Adapun
sosial anak dapat dilihat dalam bentuk prosedur penelitian dalam penelitian ini adalah
kerjasama, dukungan sosial dan berbagi. perencanaan, tindakan dan observasi, dan
Ke 9 hasil penelitian relevan yang telah refleksi. Langkah ini dilakukan berulang
dipaparkan memiliki variabel yang sama sampai dicapai keberhasian atau hasil yang
dengan penelitian yang dilaksanakan yaitu diinginkan. Setelah tahapan dari siklus satu
berkaitan dengan perilaku sosial. selesai, kemudian dilanjutkan dengan
Adapun kebaruan dalam penelitian ini perencanaan ulang, tindakan dan observasi, dan
adalah berbeda dengan penelitian sebelumnya, refleksi untuk siklus berikutnya.
penelitian ini menekankan secara spesifik Kriteria keberhasilan tindakan dalam
terhadap perilaku sosial dengan menggunakan penelitian ini mengacu pada criteria yang
kegiatan permainan tradisional Sumatera Barat ditetapkan oleh Mills, yang menyatakan bahwa
secara bersama sama dalam meningkatkan penelitian tindakan memiliki target persentase
perilaku sosial anak. menjadi 71% setelah melakukan tindakan pada
Berdasarkan observasi awal peneliti di subjek penelitian. Artinya, penelitian ini
Taman Kanak-Kanak Aster Indah kelompok A dikatakan berhasil jika 71% dari jumlah anak di
yang berusia 4-5 tahun dengan jumlah anak 10 kelas sudah mencapai standar yang telah
orang diantaranya 6 orang anak perempuan dan ditetapkan oleh kolaborator yaitu 75% dengan
4 orang anak laki-laki. Di TK Aster Indah ini mempertimbangkan situasi dan kondisi
kebanyakan anak yang belum mampu sekolah.
bekerjasama dengan temannya disaat bermain, Teknik pengumpulan data menggunakan
anak sering berbicara keras (berteriak) kepada observasi, wawancara, dokumentasi dan
teman, guru atau orang tua, masih banyak anak catatan lapangan. Teknik analisis data yang
yang tidak sabar dalam mengikuti peraturan digunakan adalah analisa data kualitatif, analisa
permainan sehingga membuat anak jenuh dan kuantitatif dan penafsiran data. Aktivitas dalam
bosan untuk mengikuti permainan hingga analisis data yaitu data reduction, data display
selesai, anak belum mampu berbagi mainan dan conclusing drawing/verification.
atau alat tulis lain dengan teman, masih Pengujian keabsahan data pada penelitian
banyaknya anak-anak mau menang sendiri, ini menggunakan: 1) teknik Triangulasi. Data
sebagian besar anak masih berkelompok sesuai yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek
dengan kesukaannya. Selain itu, proses dengan observasi dan dokmentasi. 2)
pembelajaran lebih diutamakan pembelajaran Kredibilitas (credibility) dimana hasil
calistung dan permainan tradisional masih penelitian ini dapat dipercaya oleh partisipan,
jarang digunakan dalam mengembangkan 3) Transferabilitas (transferability) yang
aspek sosial anak (Observasi TK. Aster Indah, merujuk pada kekuatan hasil penelitian untuk
2019). ditranfer pada konteks yang lain. 4)
Melihat kenyataan di lapangan dan dari Komfirmabilitas (comfirmability) menunjukkan
hasil penelitian relevan tersebut, peneliti bahwa data yang diperoleh adalah netral atau
merasa perlu mengadakan penelitian dengan objektif, menggambarkan keadaan sebenarnya.
judul “Peningkatan Perilaku Sosial Anak
Melalui Permainan Tradisional Sumatera Barat HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelompok A Taman Kanak-Kanak Aster Indah
Temuan-temuan dalam penelitian,
Korong Balai Satu”. Peneliti berharap perilaku
perilaku sosial melalui permainan tradisional
sosial anak dapat meningkat melalui kegiatan
Sumatera Barat. Setelah dilakukan proses
permainan tradisional Sumatera Barat sehingga
tindakan dan pengamatan dilaksanakan dalam
berdampak positif terhadap aspek-aspek
perkembangan lainnya.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 2019 | 421

siklus 1, maka skor perilaku sosial dipaparkan Tabel 4.2 Data skor perilaku sosial anak pada
sebagai berikut: siklus II
Tabel 4.1 Data skor perilaku sosial anak pada Siklus II
siklus 1 No Responden Skor % katego
Siklus 1 ri
No Responden Skor % katego 1 AIS 85 85.33% BSB
ri 2 RAS 83 82.67% BSB
1 AIS 63 62.50% MB 3 AZI 84 83.5% BSB
2 RAS 60 59.67% MB 4 NAY 88 87.83% BSB
3 AZI 61 61% MB 5 AIN 84 84.33% BSB
4 NAY 77 76.83% BSH 6 RAI 81 81.67% BSH
5 AIN 75 75% BSH 7 SYA 85 84.83% BSB
6 RAI 58 57.83% MB 8 ZAK 83 82.50% BSB
7 SYA 62 62.33% MB 9 ZIV 81 81.67% BSB
8 ZAK 62 61.67% MB 10 RAT 88 88.17% BSB
9 ZIV 57 56.67% MB Rata-rata 84 84.25% BSB
10 RAT 77 76.67% BSH
Rata-rata 65 65.02% BSH Merujuk pada kesepakatan antara peneliti
dan kolaborator dimana persentase rata-rata
Berdasarkan pengamatan observer, kriteria keberhasilan yang ditetapkan sebesar
terlihat baik guru dan peneliti masih sering 75%, maka penelitian yang dilakukan di
memberikan intervensi dalam jalannya kelompok A TK Aster Indah dinyatakan
permainan, masih adanya anak tidak mau ikut berhasil karena anak telah mengalami
berpatisipasi dalam kegiatan bermain, masih peningkatan perolehan skor minimal 75%.
ada anak mau menang sendiri dan ada Peningkatan keberhasilan penelitian di awal
beberapa anak yang kurang memiliki pra-tindakan dilakukan untuk menentuan
ketertarikan dalam kegiatan permainan persentase perilaku sosial anak sebesar 48.70%,
tradisional sumatera barat. Hal ini dikarenakan meningkat menjadi 65.02% pada siklus I, dan
masih kurangnya tantangan dan media meningkat menjadi 84.25% setelah siklus
pembelajaran untuk menarik perhatian anak- kedua. Berikut akan disajikan grafik tingkat
anak agar lebih semangat dalam permainan. capaian perkembangan perilaku sosial anak
Selain itu peneliti juga kurang pada pra siklus, siklus I, dan siklus II.
memberikan pujian dan memotivasi anak agar 100
lebih aktif selama proses pembelajaran 90
80
berlangsung. Hal ini dikuatirkan bahwa potensi 70
pra siklus

yang dimiliki anak tidak berkembang secara 60 siklus I


50
optimal dan berdampak pada hasil evaluasi siklus II
40
yang hasil target belum mencapai peningkatan 30
20
sesuai TCP 75%. Oleh sebab itu perlu 10
dilakukan tindakan selanjutnya pada siklus 0
AISyah

ZIVana
RATu
RASyid
AZIzah

AINi

ZAKi
NAYra

SYAfiq
RAIsya

berikutnya.
Setelah proses tindakan dan pengamatan
dilaksanakan dalam siklus II, maka skor
perilaku sosial dipaparkan sebagai berikut: Garafik 1 capaian perkembangan perilaku sosial
anak pada pra siklus, siklus I, dan siklus II.
Hasil penelitian ini memberikan
gambaran secara teoritis tentang peningkatan
perilaku sosial melalui kegiatan permainan
tradisional Sumatera Barat. Perilaku sosial
dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain.
Melalui kegiatan bermain, mereka mendapat
pengetahuan dan pengalaman. Pada saat
422 | Peningkatan Perilaku Sosial Anak melalui Permainan Tradisional Sumatera Barat

bermain anak-anak juga belajar melalui Pertama, melalui kegiatan permainan


interaksi dan pengalaman-pengalaman nyata tradisional Sumatera Barat, anak-anak dapat
dalam kehidupan sehari-hari. Melaluii belajar bekerja sama dengan orang lain. Hal ini
pembelajaran nyata dan eksplorasi terhadap terlihat ketika anak-anak dapat memberikan
lingkungan, anak-anak belajar membangun bantuan pada teman ketika ada teman yang
pengetahuannya. belum menyelesaikan tugasnya. Anak juga
Hal itu sejalan dengan pernyataan Büşra dapat berperan aktif dalam kegiatan permainan
Ergin, Esra Ergin dalam jurnalnya “The tradisional Sumatera Barat secara berkelompok
Predictive Power of Preschool Children’s dan Anak juga dapat bermain dengan teman.
Social Behaviors on Their Play Skills” Hasil Terlihat sekali bahwa permainan tradisional
menujukkan bahwa ada korelasi positif yang Sumatera Barat dapat melatih anak untuk dapat
signifikan antara perilaku sosial positif anak- bekerja sama dengan orang lain. Hal ini sejalan
anak dan keterampilan bermain (Ergin & Ergin, dengan penelitian Minartin bahwa metode
2017). Berdasarkan hasil penelitian tersebut bekerja kelompok dapat meningkatkan
menggambarkan bahwa dengan keterampilan kerjasama anak, dimana saat kegiatan
bermain dapat menstimulasi perkembangan pembelajaran anak dibagi dalam kelompok-
perilaku sosial anak. kelompok, hal ini bertujuan agar anak melatih
Pendapat ini juga didukung oleh dirinya untuk bekerja sama dengan yang lain,
pendapat Khasanah, et,.al. dalam jurnalnya setelah pembagian kelompok kegiatan
permainan tradisional sebagai media stimulasi pembelajaran dilaksanakan guru menggunakan
aspek perkembangan anak usia dini yang media melalui gambar dalam proses
hasilnya menunjukkan bahwa permainan pembelajaran (Minartin, 2013).
tradisional tersebut merupakan sarana dalam Kedua, pada saat anak-anak melakukan
mengembangkan aspek perkembangan dasar kegiatan permainan tradisional Sumatera Barat,
anak (fisik-motorik, kognitif, sosial-emosional anak-anak dapat melakukan dukungan sosial
dan bahasa (Khasanah et al., 2011). dengan orang lain. Hal ini terlihat ketika anak-
Berdasarkan hasil penelitian menggambarkan anak dapat menghargai hasil karya teman.
bahwa kultur permainan tradisional Anak dapat mendengarkan teman dan guru
mempunyai banyak manfaat bagi ketika berbicara. Anak dapat meminta maaf
perkembangan aspek anak. kepada teman ketika bersalah dan anak mau
Sejalan dengan pendapat Lestariningrum bergantian saat berbicara. Hal ini sejalan
melalui permainan tradisional dapat dengan penelitian Tatjana Kovačević and
memberikan salah satu kegiatan pembelajaran Siniša Opić bahwasanya permainan tradisional
menjadi pilihan yang efektif yang dapat memberikan kontribusi terhadap kualitas
dilakukan dalam meningkatkan kecerdasan hubungan dan frekuensi siswa (Kovačević &
anak (Lestariningrum & Crie, 2017). Opić, 2014). Dengan kata lain, permainan
Permainan tradisional adalah suatu produk tradisional Sumatera Barat dapat membantu
bentuk permainan anak-anak yang memiliki perkembangan seluruh aspek anak yang
ciri kedaerahan asli serta sesuai dengan aspek berkaitan dengan interaksi sosial dan dukungan
budaya dalam kehidupan masyarakat yang sosial anak pada sesama temannya.
dapat digunakan sebagai pembelajaran. Temuan ketiga yaitu dengan permainan
Permainan rakyat tersebut bukan hanya tradisional Sumatera Barat, anak-anak dapat
bertujuan untuk menghibur dan bersenang- melakukan berbagi dengan orang lain. Hal ini
senang namun juga untuk menjaga hubungan terlihat ketika anak-anak dapat meminjamkan
sosial (Chasanah, 2015). mainan dengan orang lain. Anak dapat berbagi
Temuan dalam proses tindakan saat makanan/minuman dengan temannya dan
melakukan kegiatan permainan tradisional Anak-anak juga mau menggunakan mainan
Sumatera Barat dalam meningkatkan perilaku secara bergiliran. Hal ini sejalan dengan
sosial, diantaranya: penelitian Hapidin bahwa permainan
tradisional edukatif akan membantu anak
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 2019 | 423

mengembangkan berbagai aspek Research Quarterly, 21, 347–359.


perkembangan secara holistik dan terintegrasi https://doi.org/10.1016/j.ecresq.2006.07.0
serta terbangunnya karakter positif (Hapidin, 09
Hapidin, Y. (2016). Pengembangan model
2016). Dengan kata lain bahwa permainan
permainan tradisional dalam membangun
tradisional dapat menstimulasi seluruh aspek karakter anak usia dini. Jurnal Pendidikan
bahkan termasuk karakter, perilaku sosial Usia Dini, Volume 10, 201–212.
maupun saling berbagi. https://doi.org/https://doi.org/10.21009/JP
UD.102
KESIMPULAN Hurlock, E. B. (1980). Psikologi
perkembangan suatu pendekatan
Hasil penelitian ini memberikan sepanjang rentang kehidupan (5th ed.).
implikasi terutama berkaitan dengan jakarta: Erlangga.
perencanaan dan pengembangan pembelajaran Karachle, N., Dania, A., & Venetsanou, F.
di TK. Penelitian ini mengungkapkan bahwa (2012). Effects of a recreational
permainan tradisional Sumatera Barat dapat gymnastics program on the motor
proficiency of young children. Science of
digunakan sebagai pembelajaran untuk
Gymnastics Journal, 9(1), 17–25.
meningkatkan perilaku sosial. Hasil penelitian Khasanah, I., Prasetyo, A., & Rakhmawati, E.
tentang peningkatan perilaku sosial melalui (2011). Permainan traditional sebagai
permainan tradisional Sumatera Barat dapat media stimulasi aspek perkembangan anak
ditarik kesimpulan, yaitu kegiatan permainan usia dini. Jurnal Penelitian Paudia,
tradisional Sumatera Barat dapat meningkatkan Volume 1 No. 1 2011, 1(1), 91–105.
perilaku sosial anak TK. Kovačević, T., & Opić, S. (2014). Contribution
of traditional games to the quality of
students ’ relations and frequency of
UCAPAN TERIMA KASIH students ’ socialization in primary
Dengan menyelesaikannya karya ilmiah education. Croatian Journal of Education,
ini, penulis mengucapkan terimakasih yang 16(1), 95–112.
Lestariningrum, A., & Crie, M. (2017). Analisi
sedalam-dalamnya kepada: Allah S.W.T atas
Pengembangan Kecerdasan Logis
limpahan karunia dan hidayahnya sehingga Matematis Anak Usia 5-6 Tahun
penulis dapat melaksanakan penelitian dan Menggunakan Permainan Tradisional.
menyelesaikan karya ilmiah, Dosen Jurnal Pendidikan Usia Dini, Volume 11,
pembimbing saya atas arahan dan koreksinya 215–225.
selama penyusunan dan penulisan karya ilmiah, https://doi.org/https://doi.org/10.21009/JP
kedua orang tua saya yang telah membantu dan UD.112.02
Mafra, H. (2015). Development of learning and
mendukung saya dalam mengerjakan karya
social skills in children with learning
ilmiah ini, dan siswa siswi TK. Aster Indah disabilities : an educational intervention
Korong Balai Satu atas kerjasamanya selama program. Procedia - Social and
penulis melakukan penelitian. Behavioral Sciences, 209(July), 221–228.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.2
DAFTAR PUSTAKA 20
Mensah, F. K., Ph, D., Bayer, J. K., Ph, D.,
Chasanah. (2015). Pengembangan permainan Clinical, M. P., Wake, M., … D, M.
tradisional gotri untuk pembelajaran fisik (2013). Early puberty and childhood
motorik kasar anak. Jurnal PG-PAUD social and behavioral adjustment. Journal
Trunojoyo, Volume 2, 76–149. of Adolescent Health, 53(1), 118–124.
Ergin, B., & Ergin, E. (2017). The predictive https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2012.
power of preschool children ’ s social 12.018
behaviors on their play skills, 5(9), 140– Minartin. (2013). Meningkatkan perilaku sosial
145. anak melalui metode kerja kelompok pada
https://doi.org/10.11114/jets.v5i9.2601 kelompok A di tk aisyiyah bustanul athfal
Findlay, L. C., Girardi, A., & Coplan, R. J. toboli. Jurnal Kreatif Tadulako Online
(2006). Links between empathy , social Vol . 1 No . 3 ISSN 2354-614X, 1(3), 157–
behavior , and social understanding in 171.
early childhood. Early Childhood
424 | Peningkatan Perilaku Sosial Anak melalui Permainan Tradisional Sumatera Barat

Observasi TK. Aster Indah. (2019). Observasi Veiga, G., Neto, C., & Rieffe, C. (2016).
awal pada tk. aster indah (lampiran). Preschoolers ’ free play - connections with
Padang Pariaman. emotional and social functioning, 8(1),
Ode, L., Basri, A., Momo, A. H., Marhadi, A., 48–62.
Rahman, A., Ode, L., & Jers, T. (2018).
The unsustainability of kalego traditional
game among muna community of
watopute district. Asian Social Science,
14(2), 12–17.
https://doi.org/10.5539/ass.v14n2p12
Omeroglu, E. (2015). Determination and
interpretation of the norm values of
preschool social skills rating scale teacher
form. Education Sciences Theory &
Practice, 15(4), 981–996.
https://doi.org/10.12738/estp.2015.4.2514
Pekdoğan, S. (2016). Investigation of the effect
of story based social skills training
program on the social skill development
of 5-6 year-old children. Education and
Science, 41(183), 305–318.
https://doi.org/10.15390/EB.2016.4618
Rachmana, Y. S. (2013). Perilaku sosial pada
anak usia dini yang mendapat
pembelajaran bilingual. Character, 1
Nomor 03, 1–13.
Ren, Y., & Wyver, S. (2016). Social
competence , cultural orientations and
gender differences : a study of mandarin –
english bilingual preschoolers,
9760(April).
https://doi.org/10.1080/09669760.2016.11
38282
Richard Claproth, P. D. (2012). Dahsyatnya
bahaya aktivasi otak tengah. jakarta:
Grasindo.
Solberg, I. (2016). Land art in preschools. an
art practice. International Journal of
Education & the Arts, Volume 17(ISSN:
1529-8094). Retrieved from
http://www.ijea.org/
Susanto, A. (2015). Bimbingan dan konseling
di taman kanak-kanak. jakarta:
PrenadaMedia Group.
Takahashi, Y., Okada, K., Hoshino, T., &
Anme, T. (2015). Developmental
trajectories of social skills during early
childhood and links to parenting practices
in a japanese sample. Plos One, 1–14.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0135
357
Tri, A. F. L. (2016). Perilaku sosial anak usia
dini di lingkungan lokalisasi guyangan.
Jurnal Pendidikan Usia Dini, Volume 10,
121–134.
https://doi.org/https://doi.org/10.21009/JP
UD.101.07 Perilaku

Anda mungkin juga menyukai