Anda di halaman 1dari 5

DISTRIBUSI FREKUENSI (BAGIAN 1)

(Ringkasan Materi untuk dipelajari dan Mengerjakan Tugas Latihan).

Pertemuan ke-4 (Statistik Pendidikan, Jumat, 26 Maret 2021)

Beberapa Pengertian

1. Variabel Penyelidikan
Kecerdasan, berhitung, prestasi belajar, dll adalah obyek penyelidikan. Obyek yg diselidiki itu
disebut sebagai variabel penyelidikan.
2. Nilai Variabel
Contoh nilai variabel misalnya koefisien intelegensi, nilai berhitung, nilai prestasi belajar sejarah,
dll itu semua merupakan nilai variabel.
3. Nilai Variabel Kontinu dan Diskrit
Ada dua macam nilai variabel, yaitu nilai yang bersambung atau kontinu dan nilai yang terpisah
atau diskrit. Contoh nilai kontinu, misalnya tinggi badan si A 165 cm, tetapi pada hakikatnya
tidak mutlak tepat 165 cm, tetapi hasil yg sebenarnya bisa jadi 165, 30 cm, atau 165, 25 cm. Di
sini ditetapkan angka 165 cm itu adalah untuk mewakili tinggi orang dari 164,50 sampai dengan
165, 49 cm. Sedangkan yang tingginya 165,50 sampai dengan 166, 49 cm, dicatat sebagai tinggi
166 cm. Dengan kata lain, angka 0,50 ke atas dibulatkan ke atas, sedang angka di bawah 0,50
dihilangkan.
Nilai Variabel diskrit. Tidak demikian halnya apabila orang menyelidiki hasi-hasil ujian yang
hanya dinilai benar dan salah, atau lulus dan gagal. Benar dan salah atau lulus dan gagal adalah
nilai-nilai yang terpisah satu sama lain, nilai-nilai yang diskrit, sebab tidak ada nilai-nilai lain yang
dipandang setengah benar atau setengah lulus.
4. Distribusi Frekuensi Tunggal
Misalnya diketahui nilai berhitung sbb :
7 6 6 6 5 7 6 5 (4) 6 7 7 6 7 5 6 6 7
666665666775778565
775677776666557757
5 6 5 6 7 6 7 8 5 6 5 7 5 6 7 (8) 8 6
Melihat angka-angka yang berderet-deret itu kita tidak dapat memperoleh gambaran apa-apa.
Untuk mendapatkan gambaran dan kesimpulan sekedarnya, kita perlu mengatur angka-angka
itu menjadi satu table. Misalnya angka-angka tersebut kita masukkan ke dalam table, sbb :
Tabel 1. Nilai Berhitung Siswa SD X di Kota X
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
NILAI (X) Frekuensi (f)
8 4
7 23
6 28
5 16
4 1
Jumlah (N) 72
Keterangan :
N (Number), jumlah frekuensi variabel
X adalah huruf singkatan yang biasa digunakan untuk nilai
f adalah singkatan untuk frekuensi.

Dari Tabel 1 di atas, kita dapat sekedar mengambil kesimpulan sbb. Untuk nilai “enam”,
mendapat frekuensi yang tertinggi, diikuti oleh nilai-nilai “tujuh”, “lima”, dan “delapan”,
sedangkan nilai “empat” mendapatkan pembagian frekuensi yang terendah, yaitu hanya satu.
Nilai “enam” dalam distribusi tersebut disebut “Mode”. Mode adalah nilai (variabel) yang
mendapat frekuensi tertinggi (terbanyak).
Tabel 1 di atas disebut Tabel Distribusi Frekuensi Tunggal. Istilah “Distribusi” digunakan
dalam statistic untuk menunjuk adanya (seolah-olah) “penyebaran” nilai-nilai dengan jumlah
orang yang mendapat nilai itu. Sedangkan istilah “Tunggal” menunjukkan tidak adanya
pengelompokan nilai-nilai variabel dalam kolom pertama.
5. Distribusi Frekuensi Bergolong
Kalau kita lihat lagi pada Tabel 1 di atas itu terdapat lima baris, yaitu baris untuk nilai
delapan, baris nilai tujuh, baris nilai enam, baris nilai lima, dan baris untuk nilai empat. Baris-
baris itu sebenarnya dapat kita kurangi (ringkas) lagi menjadi hanya tiga baris saja, dengan cara
mengelompokkan angka-angka tujuh dan delapan menjadi satu baris untuk mewakili nilai-nilai
di atas sedang, angka-angka lima dan enam menjadi satu kelompok untuk mewakili nilai-nilai
sedang, dan angka angka emapt ke bawah menjadi satu kelompok untuk mewakili nilai-nilai
kurang. Tabel frekuensi yang menggunakan pengelompokkan dalam kolom nilai seperti itu
disebut Tabel Distribusi Frekuensi Bergolong.

Dengan mengambil bahan-bahan pada Tabel satu di atas, kita contohkan untuk
mengubah ke dalam Tabel Distribusi Frekuensi Bergolong, sbb.

Tabel 2 Nilai Berhitung Siswa SD X di Kota X

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nilai (X) Frekuensi (f)

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

7- 8 27

5- 6 44

-4 1

Jumlah (N) 72

Untuk latihan, silahkan anda bisa membuat contoh distribusi frekuensi tunggal dan bergolong
untuk nilai suatu variabel dengan skala 100, silahkan ……………………
distribusi frekuensi tunggal

Nilai (ipk) Frekuensi (mahasiswa)

4,0 20
3,5 18

3,0 42
2,5 12

2,0 8
Jumlah (N) 100

distribusi frekuensi bergolong

Kelas ke Nilai ujian Frekuensi


1 31-40 4

2 41-50 3
3 51-60 9

4 61-70 25
5 71-80 17

6 81-90 12
7 91-100 30

6. Beberapa Istilah Baru dalam Distribusi Bergolong


1. Interval Kelas, yaitu tiap-tiap kelompok nilai variabel dalam suatu distribusi frekuensi
bergolong
Contoh : Berdasarkan tabel distribusi frekuensi bergolong di atas, interval kelas meliputi: 31-
40, 41-50, 51-60, 61-70, 71-80, 81-90, 91-100
2. Batas Kelas, yaitu nilai-nilai yang membatasi kelas yang satu dari kelas lain
Contoh : Berdasarkan tabel distribusi frekuensi bergolong di atas, angka 31 dan 40 adalah
batas kelas pertama, dan seterusnya.
3. Batas atas dan batas Bawah. Batas Bawah (lower Limits), angka-angka batas di deret
sebelah kiri (dari suatu interval kelas). Sedangkan Batas Atas (upper Limits) adalah angka-
angka batas di deret sebelah kanan (dari suatu interval kelas).
Contoh : Berdasarkan tabel distribusi frekuensi bergolong di atas, angka 31, 41, 51, 61, 71,
81, dan 91 adalah batas bawah. Sedangkan angka 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100 adalah
batas atas
4. Batas Semu dan Batas Nyata. Kalau kita menggambarkannya dengan sebuah garis maka
batas-batas kelas yang tidak nyata, yaitu yang mengandung lubang-lubang di antara kelas
yang satu dengan kelas lainnya, atau disebut “Batas Semu”. Sedangkan batas-batas kelas
yang tidak mengandung lubang-lubang di antara kelas yang satu dengan kelas lainnya,
disebut “Batas Nyata”.
Contoh : Untuk mencari tepi kelas atau batas nyata dapat dipakai rumus berikut ini: Tepi
bawah = batas bawah – 0,5 dan Tepi atas = batas atas + 0,5. Dari tabel distribusi frekuensi
bergolong di atas, maka tepi bawah kelas pertama adalah 30,5 dan tepi atasnya adalah 40,5,
dan seterusnya.
Sebagai catatan, bahwa batas di sini hanya dimiliki oleh variabel kontinu. Dalam variabel
yang diskrit atau terpisah, misalnya variabel jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), pergi
dan tinggal, benar dan salah dll. Tidak ada batas nyatanya. Jenis kelamin Laki laki dan
perempuan adalah terpisah satu sama lain. Tidak ada jenis lain yang secara nyata
membatasi kedua jenis kelamin itu, yaitu jenis yang setengah laki-laki dan setengah
perempuan. Demikian juga keadaannya dengan variabel-variabel lain yang disebut di atas.
5. Lebar Kelas, yaitu jumlah nilai-nilai variabel dalam tiap-tiap kelas. Secara matematik lebar
kelas dapat didefinisikan sebagai batas atas nyata dikurangi batas bawah nyata dari kelas-
kelas yang bersangkutan. Kode atau simbul untuk interval kelas biasanya diberi simbul “i”.
Contoh : lebar kelas = 41-31= 10
Lebar kelas = 50-41= 10
Lebar kelasnya = 40.5-30.5= 10
6. Titik Tengah. Yaitu angka atau nilai variabel yang terrdapat di tengah-tengah interval kelas.
Titik Tengah kadang-kadang disebut juga Tanda Kelas.
Contoh : Untuk mencari titik tengah dapat dipakai rumus: Titik tengah = 1/2 (batas atas +
batas bawah)
Dari tabel di atas: titik tengah kelas pertama = 1/2(31 + 40) = 35,5 dan seterusnya
7. Jumlah Interval, yaitu banyaknya interval yang digunakan dalam penyusunan distribusi.
Contoh : Berdasarkan tabel distribusi frekuensi bergolong di atas, maka jumlah intervalya
adalah 7.
8. Jarak Pengukuran, yaitu angka tertinggi dari pengukuran dikurangi dengan angka terendah.
Jarak Pengukuran biasa disebut “Range of Measurement” atau singkat “R”. Akan tetapi
karena sebenarnya R (Jarak Pengukuran) itu hanya dimiliki oleh variabel yang kontinu saja,
di mana memiliki nilai batas dalam suatu interval, maka pengertian atau definisi yang tepat
R (jarak pengukuran) sebenarnya adalah batas nyata atas (upper limits) dari nilai variabel
yang tertinggi dikurangi dengan batas nyata bawah (lower limits) dari nilai variabel yang
terendah. Akan tetapi untuk mudahnya, R adalah nilai tertinggi dikurangi dengan nilai
terendah, tidak memandang batas nyatanya.
Contoh : Jarak pengukuran dari tabel distribusi frekuensi bergolong di atas adalah: 100-
31=69 atau 100,5-30,5= 70

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai