Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR, NEONATUS,

BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH TERHADAP


KEBUTUHAN NUTRISI DAN POLA PENGASUHAN

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN


PADA BAYI BARU LAHIR, NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH

DOSEN PEMBIMBING : Shentya Fitriana, SST, M.Keb.

Disusun oleh :

KELOMPOK 5

Ananda Putri Setiawan NIM : P3.73.24.1.18.007


Mukhnur Rabiatul Adawiyah NIM : P3.73.24.1.18.028

JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV PROFESI BIDAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puji syukur kehadirat-
Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir, Neonatus, Bayi,
Balita Dan Anak Pra Sekolah Terhadap Kebutuhan Nutrisi dan Pola Pengasuhan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Shentya Fitriana, SST, M.Keb selaku dosen
pembimbing Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir, Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra
Sekolah Terhadap Kebutuhan Nutrisi dan Pola Pengasuhan yang telah membimbing kami
dalam menyusun makalah ini. Dan kami berterima kasih kepada kakak teman-teman profesi
bidan yang telah berkontribusi membantu dalam pemberian informasi dan tambahan materi
mengenai makalah ini.

Dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari
segi susunan, kalimat, tata bahasa maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki makalah untuk
tugas-tugas selanjutnya.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir,
Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah Terhadap Kebutuhan Nutrisi dan Pola
Pengasuhan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 7 Juli 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................................ 6
LANDASAN TEORI ................................................................................................................. 6
3.2 Kebutuhan Nutrisi/Gizi ............................................................................................ 6
2.1.1 ASI dan ASI Eksklusif ....................................................................................... 6
2.1.2 MP ASI................................................................................................................ 8
2.1.3 Jadwal Makan Sesuai Usia Anak ..................................................................... 8
2.1.4 Status Gizi Yang Benar ................................................................................... 10
2.2 Pola-Pola Pengasuhan Anak .................................................................................. 12
2.2.1 Pola Asuh Anak ................................................................................................ 12
2.2.2 Kelas Ibu Balita Dan Bina Keluarga Balita .................................................. 14
2.2.3 Pola Asuh Anak Disabilitas ............................................................................. 17
2.3 Peran Ayah Dalam Support ASI Ekskslusif, Pemenuhan Nutrisi/Gizi Dan
Pengasuhan Anak ............................................................................................................... 19
BAB III .................................................................................................................................... 22
PENUTUP................................................................................................................................ 22
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 22
3.2 Saran ......................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan
(janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama
kehidupanmerupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan
danperkembangan yang sangat pesat. Gangguan kekurangan gizi tingkat buruk
yangterjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dipulihkan walaupun kebutuhan
gizi selanjutnya terpenuhi. Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi yang baru lahir
maka ibu harus segera mungkin menyusui bayinya karena ASI memberikan peranan
penting dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi.
Olehkarena itu, bayi yang berumur kurang dari enam bulan dianjurkan hanya diberi ASI
tanpa makanan pendamping. Makanan pendamping hanya diberikan pada bayi
yangberumur enam bulan ke atas (Suraji, 2003).

ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana
sifat ASI (Air Susu Ibu) bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi
berusia 0 bulan sampai 6 bulan (Kemenkes, 2018). WHO merekomendasikan untuk
melakukan IMD dalam 1 jam pertama kelahiran. ASI harus diberikan selama 6 bulan
secara eksklusif agar pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat tercapai secara
optimal. Selain itu dengan ASI eksklusif 6 bulan kesehatan bayi akan lebih terjamin
dan kebutuhan nutrisi terpenuhi. Pemberian ASI ini seharusnya dilanjutkan hingga usia
2 tahun, boleh diberi selingan asupan nutrisi lainnya (WHO, 2017).

Salah satu fase tumbuh kembang pada anak memiliki ciri dan tugas
perkembangan seperti ketrampilan motorik kasar, motorik halus, kemampuan bahasa
dan sosial. Kemampuan tersebut tergambarkan dari tingkah laku anak seperti keinginan
untuk bermain, rasa ingin berpetualang menjelajah dunia luar, dan berimajinasi
menciptakan suatu tingkah laku (Sumiati dkk., 2016).

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana manfaat ASI?


2. Bagaimana jadwal makan MP ASI?
3. Bagaimana penilaian status gizi anak?
4. Bagaimana pola asuh anak?
5. Bagaimana pola asuh anak disabilitas?
6. Bagaimana peran ayah dalam support ASI eksklusif, pemenuhan gizi dan
penagasuhan anak?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui manfaat ASI


2. Untuk mengetahui jadwal makan MP ASI?
3. Untuk mengetahui penilaian status gizi anak
4. Untuk mengetahui pola asuh anak
5. Untuk mengetahui pola asuh anak disabilitas
6. Untuk mengetahui peran ayah dalam support ASI eksklusif, pemenuhan gizi dan
penagsuhan anak

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kebutuhan Nutrisi/Gizi


2.1.1 ASI dan ASI Eksklusif

ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana
sifat ASI (Air Susu Ibu) bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi
berusia 0 bulan sampai 6 bulan (Kemenkes, 2018). WHO merekomendasikan untuk
melakukan IMD dalam 1 jam pertama kelahiran. ASI harus diberikan selama 6 bulan
secara eksklusif agar pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat tercapai secara
optimal. Selain itu dengan ASI eksklusif 6 bulan kesehatan bayi akan lebih terjamin
dan kebutuhan nutrisi terpenuhi. Pemberian ASI ini seharusnya dilanjutkan hingga
usia 2 tahun, boleh diberi selingan asupan nutrisi lainnya (WHO, 2017).

Ada beberapa manfaat ASI Eksklusif untuk bayi 0-6 bulan pertama menurut
Kemnekes, 2018 :

1. Mencegah Terserang Penyakit


ASI eksklusif untuk bayi yang diberikan ibu ternyata mempunyai peranan
penting,yakni meningkatkan ketahanan tubuh bayi. Karenanya bisa mencegah
bayi terserang berbagai penyakit yang bisa mengancam kesehatan bayi.

2. Membantu Perkembangan Otak dan Fisik Bayi


Manfaat ASI eksklusif paling penting ialah bisa menunjang sekaligus
membantu proses perkembangan otak dan fisik bayi. Hal tersebut dikarenakan,
di usia 0 sampai 6 bulan seorang baui tentu saja sama sekali belum diizinkan
mengonsumsi nutrisi apapun selain ASI. Oleh karenanya, selama enam bulan
berturut-turut, ASI yang diberikan pada sang buah hati tentu saja memberikan
dampak yang besar pada pertumbuhan otak dan fisik bayi selama ke depannya.

Selain bagi bayi, pemberian ASI eksklusif bagi ibu menyusui juga memiliki
manfaat, sebagai berikut :

6
1. Mengatasi Rasa Trauma
Dapat menghilangkan trauma saat persalinan sekaligus dengan kehadiran
buah hati pertama kalinya bisa menjadi penyemangat hidup seorang ibu. Pasca
melahirkan biasanya ibu rentan mengalami baby blues syndrome, terlebih lagi
hal tersebut biasanya terjadi pada sang ibu yang belum terbiasa bahkan tidak
bersedia memberikan ASI eksklusifnya untuk bayi mereka. Namun dengan
menyusui, secara perlahan rasa trauma pun akan hilang sendirinya dan ibu pun
akan terbiasa menyusui bayinya.

2. Mencegah Kanker Payudara


Selain membuat kondisi kesehatan dan mental ibu menjadi lebih stabil, ASI
eksklusif juga bisa meminimalkan timbulnya resiko kanker payudara. Sebab
salah satu pemicu penyakit kanker payudara pada ibu menyusui ialah kurangnya
pemberian Asi eksklusif untuk bayi mereka sendiri.

3. Kontrasepsi Alami
Memberikan ASI dapat menjadi salah satu metode kontrasepsi alami yang
efektif dalam 6 bulan setelah persalinan. Selain itu dengan memberikan ASI ibu
akan lebih terlindungi dari risiko kanker payudara dan kanker indung telur, DM
tipe II dan depresi post partum (WHO, 2017).

Cara Menyusui Bayi (Buku KIA, 2016) :

1. Susui bayi segera mungkin, semau bayi, paing sedikit 8x sehari


2. Bila bayi tidur lebih dari 3 jam bangunkan, lalu susui
3. Susui sampai payudara kosong lalu pindah ke payudara sisi yang lain
4. Bila bayi sudah kenyang, tetapi payudara masih terasa penuh/kencang, perlu
dikosongkan untuk diperah lalu disimpan . Hal ini agar payudara tetap untuk
memproduksi Asi yang cukup

7
Posisi Dan Pelekatan Menyusui Yang Benar (Buku KIA, 2016) :

1. Pastikan posisi ibu dalam posisi nyaman


2. Kepala dan badan bayi berada pada garis lurus
3. Wajah bayi memghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting
4. Ibu harus memeluk badan bayi dekat dengan badannya
5. Jika bayi baru lahir, ibu harus menyangga seluruh seluruh badan bayi
6. Sebagian besar aerola (bagian hitam disekitar puting) masuk ke dalam mulut
bayi
7. Mulut terrbuka lebar
8. Bibir bawah melemgkung ke luar
9. Dagu menyentuh payudara ibu

2.1.2 MP ASI

MP-ASI Yang Baik (Buku KIA, 2016) :

1. Padat energi, protein, dan zat gizi mikro (zat besi, zinc, kalsium, Vit A, Vit C,
asam Folat).
2. Tidak berbumbu tajam, tidak menggunakan gula, garam, penyedap rasa, pewarna
dan pengawet.
3. Mudah di telan dan disukai anak.
4. Tersedia lokal dan harga terjangkau.

2.1.3 Jadwal Makan Sesuai Usia Anak

Jadwal Makan Sesuai Usia

8
UMUR BENTUK BERAPA KALI BERAPA BANYAK
MAKANAN SEHARI SETIAP
KALI MAKANA

6-9 Bulan - ASI - Teruskan 2 -3 sendok makan


- MAKANAN Pemberian ASI penuh setiap kali
LUMAT ( bubur sesering mungkin makan, tingkatkan
dan makanan - Makanan lumatan perlahan sampai 1/2
keluarga yang di 2-3x sehari mangkuk berukuran
lumatkan) - Makanan selingan 250 ml
1-2 kali sehari
(buah, biskuit)
- ASI - Teruskan 1/2 sampai dengan 3/4
- Makanan lembek pemberian ASI mangkuk berukuran
atau dicincang yang - Makanan lembek 250 ml
mudah ditelan anak. 3-4 kali sehari
- Makanan selingan - Makanan selingan
yang dapat 1-2 kali sehari.
dipegang anak
diberikan di antara
waktu makan
lengkap.
12-24 bulan - Makanan keluarga - Makanan keluarga - 3/4 sampai dengan 1
- Makanan yang 3-4 kali sehari mangkuk ukuran 250
dicincang atau - Makananselingan ml
dihaluskan jika 1-2 kali sehari - 1 potong kecil ikan/
diperlukan ASI - Teruskan daging/ayam/telur
pemberian ASI - 1 potong kecil
tempe/tahu atau 1
sdm kacang-
kacangan
- 1/4 gelas sayur
- 1 potong buah
- 1/2 gelas bubur/ 1
potong kue/
- 1 potong buah
DI ATAS UMUR 2 Lanjutkan beri makan makanan orang dewasa.
TAHUN • Tambahkan porsinya menjadi 1 piring.
• Beri makanan selingan 2 kali sehari.
• Jangan berikan makanan manis sebelum waktu makan, sebab bisa
mengurangi nafsu makan.

9
2.1.4 Status Gizi Yang Benar

10
Aplikasi Primaku

Aplikasi untuk membantu orang tua memantau tumbuh kembang dan kesehatananak
secara berkala dan berkelanjutan. Dalam aplikasi ini juga membantu ibu mengetahui status gizi
anak dan jadwal imunisasi serta memntau pertumbuhan dan perkembangan anak.

11
2.2 Pola-Pola Pengasuhan Anak
2.2.1 Pola Asuh Anak

Masa anak-anak disebut sebagai Golden Age Period yaitu masa keemasan pada
perkembangan anak berupa kemampuan dalam berbahasa, kreatifitas, sosial dan
emosional. Otak pada masa anak-anak lebih terbuka dan peka untuk belajar sesuatu.
Pada umunya anak-anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Maka pada masa ini anak
harus mendapatkan perhatian dan pola asuh yang tepat dari orang tua, keluarga dan
lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan anak (Apriastuti, D. A., 2013).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak yaitu (Diana, F. M.,


2010) :

1. Faktor Gizi (Nutrisi)


Kebutuhan gizi sangat berperan dalam perkembangan anak yaitu berperan
terhadap otak anak dimulai dari minggu ke empat pembuahan sampai dengan anak
usia dini. Kebutuhan gizi yang harus terpenuhi terdiri dari zat gizi makro yaitu
karbohidrat, protein dan lemak dan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral.

2. Infeksi
Jika seseorang mengalami infeksi maka akan menyebabkan tubuh kehilangan
gizi dapat melalui saluran pencernaan, gangguan utilisasi ditingkat sel dan
penurunan nafsu makan. Penyakit infeksi dapat disebabkan dari bakteri, virus,
jamur, cacing dan sebagainya. Penyakit infeksi menjadi salah satu faktor terjadinya
gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan seseorang.

3. Pola Asuh Anak


Pola asuh adalah tindakan pengasuhan untuk anak yang dilakukan secara
berulang-ulang dan menjadi suatu kebiasaan. Pola asuh merupakan sikap dari
perilaku pengasuh dalam kedekatan anak, memberikan makanan, merawat
kebersihan, memberikan kasih sayang dan lain-lain. Pola asuh juga dipengaruhi
oleh pengasuh dalam hal kesehatan fisik dan psikis, pendidikan, pengetahuan,
keterampilan dalam mengasuh, peran keluarga ataupun lingkingan masyarakat,
adat istiadat dan sebagainya. Menurut penelitian anak yang tidak mempunyai

12
banyak stimulasi otaknya akan menjadi lebih kecil sebanyak 30% dibandingkan
dengan anak yang mendapatkan rangsangan secara optimal.

Pola asuh adalah penerapan dalam rangka merawat, memelihara, membimbing,


melatih dan memberikan pengaruh kepada anak. Pola asuh dapat dipengaruhi dari
budaya dan lingkungan sekitarnya. Jenis-jenis pola asuh yaitu :

1. Pola Asuh Otoriter


Pola asuh otoriter merupakan pola asuh dimana orang tua yang menentukan
segala sesuatu untuk anaknya. Anak dalam pola asuh ini tidak memiliki
kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya. Orang tua dengan pola asuh
otoriter mempunyai prinsip memberikan hukuman dan ganjaran untuk anak jika
melanggar aturan yang telah dibuat. Akibat dari pola asuh otoriter anak kurang
berkembang rasa sosialnya, tidak timbul kreativitas, anak menjadi takut dan
pemalu, keras kepala, sifat menyendiri jika mempunyai masalah. Pola asuh otoriter
ini akan menghambat perkembangan kepribadian dan kedewasaan anak
(Apriastuti, D. A., 2013).

2. Pola Asuh Liberal


Pola asuh liberal adalah pola asuh orang tua yang menganggap anak dapat
mengambil tindakan atau keputusan sendiri tanpa bimbingan. Akibat dari pola
asauh liberal yaitu anak tidak mengenal tata tertib atau sopan santun, tidak
mengenal disiplin, tidak dapat menghargai orang tua dan sulit untuk diperintah
(Apriastuti, D. A., 2013).

3. Pola Asuh Demokratis


Pola asuh demokratis adalah pola asuh orang tua yang memperlakukan anak
sesuai dengan tingkatan perkembangan usia anak dan mempertimbangkan
keinginan anaknya. Pola asuh demokratis ini akan mempunyai sikap atau perilaku
yang dapat bertanggung jawab besar, dapat menerima perintah, dapat menerima
kritik dengan terbuka, mempunyai keberanian untuk berinisiatif dan kreatif, emosi
yang stabil, menghargai orang lain, mudah menyesuaikan diri, mau menerima dan
memberi, rasa sosial yang tinggi, ramah dan dapat mengontrol diri dengan baik
(Apriastuti, D. A., 2013).

13
2.2.2 Kelas Ibu Balita Dan Bina Keluarga Balita

Kelas Ibu Balita

(Sumber : Google Image)

Kelas ibu balita menurut Kementerian Kesehatan tahun 2019 pada buku
pedoman pelaksanaan kelas ibu balita adalah kelas yang dilaksanakan untuk ibu
yang mempunyai anak berusia 0 sampai dengan 5 tahun untuk berdikusi, tukar
pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan
stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator. Ibu sebagai
‘Warga Belajar’ dengan menggunakan metode partisipatif.
Fasilitator kelas ibu balita ini yaitu bidan/perawat/tenaga kesehatan lainnya
yang telah mengikuti pelatihan sebagai fasilitator kelas ibu balita. Fasilitator pada
kelas ibu balita bukan sebagai pengajar ataupun guru tetapi membimbing
berjalannya kelas ibu balita ini karena kelas ibu balita adalah kelas berbagi
pengalaman dan sebagainya. Pada kelas ibu balita juga dapat mengahadirkan
narasumber yang ahli dalam bidangnya, seperti gizi, gigi, PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini), penyakit menular dan sebagainya.

14
(Sumber : Kementerian Kesehatan, 2019)

Tujuan dilaksanakannya kelas ibu balita ini yaitu (Kementerian Kesehatan, 2019) :
• Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan
Buku KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal.

• Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara eksklusif
2. Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya imunisasi pada bayi
3. Meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-ASI dan gizi
seimbang kepada balita.
4. Meningkatkan kemampuan ibu memantau pertumbuhan dan melaksanakan
stimulasi perkembangan balita.
5. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara perawatan gigi balita dan
mencuci tangan yang benar.
6. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara
pencegahan dan perawatan balita.

15
Menurut penelitian Indrayani, D., Legiati, T., dan Hidayanti, D. Tahun 2019
terhadap 34 responden, ibu sebelum mengikuti Kelas Ibu Balita dan sesudah
mengikuti Kelas Ibu Balita mengalami peningkatan pengetahuan sebanyak 15,8%
dan keterampilan sebanyak 33,52%. Hal ini menunjukan bahwa dengan diadakannya
Kelas Ibu Balita ini berpengaruh terhadap pengetahuan ibu.

(Sumber : Indrayani, D., Legiati, T., dan Hidayanti, D., 2019)

Bina Keluarga Balita

Bina Keluarga Balita (BKB) adalah program dari BKKBN. BKB merupakan
upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, keterampilan dan sikap ibu
serta keluarga dalam membina tumbuh kembang anak balita dengan rangsangan
mental, emosional, intelektual, moral, sosial dengan menggunakan berbagai media
(Kampung KB BKKBN, 2018).

Bina Keluarga Balita (BKB) mempunyai tujuan yaitu meningkatkan


pengetahuan dan keterampilan orang tua dan keluarga lainnya untuk mengasuh dan
membina tumbuh kembang anak balita secara optimal dengan stimulasi atau
rangsangan fisik, intelektual, moral, sosial secara seimbang sehingga menjadi
sumber daya manusia yang berpotensi dan berkualitas (Kampung KB BKKBN,
2018).

Berikut adalah ciri-ciri dari Bina Keluarga Balita (BKB) menurut Kampung
KB BKKBN pada tahun 2018 :

• Menekankan pada pembangunan manusia sejak usia dini baik fisik maupun
psikis.
16
• Tidak langsung ditunjukan kepada balita
• Mengingkatkan keterampilan orang tua dan anggota keluarga lainnya.
• Menggunakan APE (Alat Permainan Edukatif).

(Sumber : Google Image)

Perkembangan anak pada program BKB (Bina Keluarga dan Balita)


mempunyai 7 aspek yaitu (Diana, F. M., 2010) :

1. Perkembangan Gerakan Motorik Kasar


2. Gerakan Motorik Halus
3. Komunikasi Pasif
4. Komunikasi Aktif
5. Perkembangan Kecerdasan
6. Perkembangan Kemampuan Menolong Diri Sendiri
7. Perkembangan Tingkah Laku Sosial

2.2.3 Pola Asuh Anak Disabilitas

Anak disabilitas atau anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang


mengalami keterlambatan aspek ganggguan perkembangan atau anak yang
mengalami penyimpangan dan memiliki keunikan sendiri dalam karakteristik yang
membedakannya dengan anak lainnya (Widadi, S. Y., dan Rahman, R., 2016).

Anak disabilitas adalah anak yang paling rentan mendapatkan atau


mengalami kekerasan, pelecehan, eksploitasi dan penelantaran. Menurut dasa sensus
pada tahun 2010 mengatakan bahwa terdapat kurang lebih 2% dari anak usia 0
sampai dengan usia 14 tahun memiliki disabilitas. Anak disabilitas membutuhkan
17
pola asuh atau penangan yang khusus akan tetapi tidak semua orang tua siap dan
dapat menerima dengan tulus. Orang tua dan keluarga mempunyai peranan besar
dalam mengasuh anak disabilitas dengan tujuan anak disabilitas dapat memenuhi
kebutuhannya secara mandiri (Vani, G. C., et al, 2015).

Berikut adalah tahapan emosi dan reaksi dari orang tua dalam menghadapi
kehadiran anak disabilitas (Vani, G. C., et al, 2015) :

1. Fase Terkejut (Shock Phase)


Pada tahap ini orang tua akan merasakan panik, sedih karena telah
melahirkan anak disabilitas. Pada tahap ini pada orang tua akan muncul merasa
tidak sanggup untuk merawat anaknya.

2. Fase Bereaksi (Reaction Phase)


Pada tahap ini orang tua mulai mengekspresikan emosinya seperti
merasa kecewa, cemas dan perasaan gagal. Orang tua akan merasa gagal dalam
mengasuh anak dan secara tidak sadar memberikan pengasuhan anaknya
kepada orang lain.

3. Fase Penyesuaian (Adaptation Phase)


Pada tahap ini orang tua akan mulai menerima kondisi anaknya. Orang
tua akan bertanya dan mencari informasi tentang keadaan anaknya,
kemampuan anaknya, dan mulai menerima anak dan mencari potensi yang
dimiliki anaknya.

4. Fase Orientasi (Orientation Phase)


Pada tahap ini orang tua mulai berupaya mencari bantuan dan informasi
yang terarah dan sistematis untuk membuat rencana masa depan bagi anaknya.
Orang tua mulai berusaha mencari dan memfasilitasi perkembangan anaknya
misalnya sekolahkan anaknya di SLB (Sekolah Luar Biasa).

Pola pengasuhan yang tepat bagi anak disabilitas adalah pola pengasuhan
yang positif sehingga dapat berdampak baik untuk perkembangan anak disabilitas.
Tipe pola asuh yang tepat yaitu pola asuh demokratis (Widadi, S. Y., dan Rahman,

18
R., 2016). Pola asuh demokratis adalah pola asuh orang tua yang memperlakukan
anak sesuai dengan tingkatan perkembangan usia anak dan mempertimbangkan
keinginan anaknya. Pola asuh demokratis ini akan mempunyai sikap atau perilaku
yang dapat bertanggung jawab besar, dapat menerima perintah, dapat menerima
kritik dengan terbuka dan sebagainya (Apriastuti, D. A., 2013). Pola asuh tipe
demokratis tepat untuk anak disabilitas karena demokratis dan keterbukaan dalam
suasana keluarga dan tipe pola asuh otoriter juga diperlukan untuk keadaan-keadaan
tertentu (Widadi, S. Y., dan Rahman, R., 2016).

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Republik Indonesia pada tahun 2013 hal-hal yang perlu diperhatikan tentang anak
disabilitas yaitu :

1. Menelantarkan anak disabilitas adalah perilaku yang melanggar Hak Asasi


Manusia.
2. Anak disabilitas mempunyai hak yang sama yaitu hak untuk hidup dan dapat
hidup mandiri berpretasi dengan minat dan potensi yang dimilik anak.
3. Anak disabilitas bukalah suatu penyakit dan tidak dapat menular.
4. Orang tua, keluarga dan masyarakat wajib memberikan pendampingan bagi
anak disabilitas mulai dari agama, pendidikan, kesehatan dan sosial.
5. Orang tua, keluarga dan masyarakat harus mempunyai keterampilan dalam
merawat dan mengasuh anak disabilitas dengan pelatihan-pelatihan khusus.
6. Orang tua dan keluarga harus dapat bersikap terbuka dengan lingkungan
sekitar bagi anak disabilitas.
7. Orang tua dan keluarga harus dapat mempunyai kemampuan menstimulasi
sedini mungkin untuk perkembangan anak disabilitas khusunya pada
lingkungan rumah dan lingkungan luar sekitar rumah.

2.3 Peran Ayah Dalam Support ASI Ekskslusif, Pemenuhan Nutrisi/Gizi Dan Pengasuhan
Anak

Peran Ayah Dalam Support ASI Eksklusif dan Pemenuhan Nutrisi/Gizi

Keterlibatan ayah dalam memberikan dukukan pemberian ASI eksklusif secara


moril ataupun materil kepada pasangannya, dapat dikenal sebagai “Breastfeeding Father”.
Ayah bertanggung jawab memastikan bahwa ASI tersedia dan membantu pasangan dalam

19
pemberian kepada bayi jika dibutuhkan. Dukungan lainnya dapat berupa membantu
merawat bayi dan mendampingi pasangan ketikas sedang menyusui (Mufdlilah, M., 2019).

Dukungan ayah secara tidak langsung dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu
dalam memberikan ASI eksklusif, dengan ayah mendampingi ibu saat menyusui ibu
menjadi merasa proses menyusui bukan sebagai beban dan menjadi mudah dijalankan,
dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin karena didampingi dan disayangi oleh
ayah sehingga produksi ASI menjadi lebih lancar, membangun hubungan harmonis antara
ibu dan ayah dan sebagainya (Mufdlilah, M., 2019).

Menurut WHO hal yang dapat dilakukan oleh ayah dalam memberikan dukungan
ibu menyusui yaitu (Mufdlilah, M., 2019) :
1. Ayah dapat membantu membereskan rumah, sehingga dapat mengurangi
tingkat stress pada ibu.
2. Memastikan pasangan dapat beristirahat dengan cukup.
3. Membantu menyendawakan bayi setelah selesai menyusui dengan melakukan
skin to skin contact sehingga bayi merasa nyaman.
4. Membantu mengurus bayi dengan memandikan, menggantikan baju, mengajak
berinteraksi, menggendong dan sebagainya.

Peran Ayah Dalam Pengasuhan Anak

Peran dan figur ayah dalam pengasuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh
perubahan sosial, ekonomi dan budaya. Saat ini peran ayah dalam mengasuh,
berpartisipasi dan mendidik anak mulai mendapatkan ruang dan perhatian untuk proses
parenting. Keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan yaitu berinteraksi dengan anak,
bertanggung jawab, terlibat dengan aktivitas anak, dukungan finansial, bermainan bersama
anak, memperhatikan anak dan memantau anak. Anak dengan pengasuhan ayahnya terlibat
akan memiliki kemampuan sosial dan kognitif yang baik, serta kepercayaan diri yang
tinggi (Hidayati, F., 2011).

Hal ini terjadi bila ayah mengembangkan model pengasuhan yang positif. Dapat
disimpulkan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan akan membawa manfaat besar

20
bagi perkembangan anak. Manfaat bagi anak dengan terlibatkan peran ayah yaitu
(Hidayati, F., 2011) :

1. Perkembangan Kognitif
2. Perkembangan Emosi dan Kesejahteraan Psikologis
3. Perkembangan Sosial
4. Kesehatan Fisik

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Neonatus, bayi, balita, anak pra sekolah memiliki kebutuhan nutrisi atau gizi yang
berbeda-beda. Peran dari orang tua dan keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
atau gizi pada anak sehingga anak dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan
dengan secara optimal.

Selain kebutuhan nutrisi atau gizi yang harus diperhatikan oleh orang tua dan keluarga
pola asuh atau cara mengasuh anak juga perlu diperhatikan agar dalam mengasuh anak
sesuai dengan anak dan menghasilkan perkembangan anak yang baik dan optimal.

3.2 Saran

Dalam memastikan bahwa anak telah tercukupi kebutuhan nutrisi dan gizinya
diperlukan peran penting dari orang tua, yaitu ibu dan ayahnya dan dukungan dari keluarga
dan lingkungan sekitarnya maka dari itu ketepatan pola asuh dan peran orang tua sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal.

22
DAFTAR PUSTAKA

Apriastuti, D. A. (2013). Analisis tingkat pendidikan dan pola asuh orang tua dengan
perkembangan anak usia 48–60 bulan. Bidan Prada: Jurnal Publikasi Kebidanan Akbid YLPP
Purwokerto, 4(01).

Buku KIA. 2016.

Diana, F. M. (2010). Pemantauan perkembangan anak balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat


Andalas, 4(2), 116-129.

Hidayati, F., Kaloeti, D. V. S., & Karyono, K. (2011). Peran ayah dalam pengasuhan
anak. Jurnal Psikologi, 9(1).

Indrayani, D., Legiati, T., & Hidayanti, D. (2019). Kelas Ibu Balita Meningkatkan Pengetahuan
dan Keterampilan Ibu dalam Stimulasi Tumbuh Kembang. Jurnal Kesehatan Prima, 13(2),
115-121.

Kampung KB BKKBN. (2018). Kegiatan BKB Dan PAUD. Diakses di


http://kampungkb.bkkbn.go.id/postSlider/7782/12422 pada 6 Juli 2020 pukul 20.47 WIB.

Kemenkes. 2018. Manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu dan Bayi

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. (2013).


Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping (Orang Tua, Keluarga,
Dan Masyarakat).

Mufdlilah, M. (2019). Buku Panduan Ayah ASI (Doctoral dissertation, Nuha Medika).

Vani, G. C., Raharjo, S. T., & Hidayat, E. N. (2015). Pengasuhan (good parenting) bagi anak
dengan disabilitas. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 2(1).

WHO. 2017. 10 Facts On Brestfeeding

Widadi, S. Y., & Rahman, R. (2016). Gambaran Pola Asuh Orang Tua Pada Anak
Berkebutuhan Khusus di SLBN-B Kabupaten Garut. Jurnal Medika Cendikia, 3(02), 24-31.

23

Anda mungkin juga menyukai