Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV PROFESI BIDAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puji syukur kehadirat-
Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir, Neonatus, Bayi,
Balita Dan Anak Pra Sekolah Terhadap Kebutuhan Nutrisi dan Pola Pengasuhan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Shentya Fitriana, SST, M.Keb selaku dosen
pembimbing Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir, Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra
Sekolah Terhadap Kebutuhan Nutrisi dan Pola Pengasuhan yang telah membimbing kami
dalam menyusun makalah ini. Dan kami berterima kasih kepada kakak teman-teman profesi
bidan yang telah berkontribusi membantu dalam pemberian informasi dan tambahan materi
mengenai makalah ini.
Dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari
segi susunan, kalimat, tata bahasa maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki makalah untuk
tugas-tugas selanjutnya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir,
Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah Terhadap Kebutuhan Nutrisi dan Pola
Pengasuhan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan
(janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama
kehidupanmerupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan
danperkembangan yang sangat pesat. Gangguan kekurangan gizi tingkat buruk
yangterjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dipulihkan walaupun kebutuhan
gizi selanjutnya terpenuhi. Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi yang baru lahir
maka ibu harus segera mungkin menyusui bayinya karena ASI memberikan peranan
penting dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi.
Olehkarena itu, bayi yang berumur kurang dari enam bulan dianjurkan hanya diberi ASI
tanpa makanan pendamping. Makanan pendamping hanya diberikan pada bayi
yangberumur enam bulan ke atas (Suraji, 2003).
ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana
sifat ASI (Air Susu Ibu) bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi
berusia 0 bulan sampai 6 bulan (Kemenkes, 2018). WHO merekomendasikan untuk
melakukan IMD dalam 1 jam pertama kelahiran. ASI harus diberikan selama 6 bulan
secara eksklusif agar pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat tercapai secara
optimal. Selain itu dengan ASI eksklusif 6 bulan kesehatan bayi akan lebih terjamin
dan kebutuhan nutrisi terpenuhi. Pemberian ASI ini seharusnya dilanjutkan hingga usia
2 tahun, boleh diberi selingan asupan nutrisi lainnya (WHO, 2017).
Salah satu fase tumbuh kembang pada anak memiliki ciri dan tugas
perkembangan seperti ketrampilan motorik kasar, motorik halus, kemampuan bahasa
dan sosial. Kemampuan tersebut tergambarkan dari tingkah laku anak seperti keinginan
untuk bermain, rasa ingin berpetualang menjelajah dunia luar, dan berimajinasi
menciptakan suatu tingkah laku (Sumiati dkk., 2016).
4
1.2 Rumusan Masalah
5
BAB II
LANDASAN TEORI
ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana
sifat ASI (Air Susu Ibu) bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi
berusia 0 bulan sampai 6 bulan (Kemenkes, 2018). WHO merekomendasikan untuk
melakukan IMD dalam 1 jam pertama kelahiran. ASI harus diberikan selama 6 bulan
secara eksklusif agar pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat tercapai secara
optimal. Selain itu dengan ASI eksklusif 6 bulan kesehatan bayi akan lebih terjamin
dan kebutuhan nutrisi terpenuhi. Pemberian ASI ini seharusnya dilanjutkan hingga
usia 2 tahun, boleh diberi selingan asupan nutrisi lainnya (WHO, 2017).
Ada beberapa manfaat ASI Eksklusif untuk bayi 0-6 bulan pertama menurut
Kemnekes, 2018 :
Selain bagi bayi, pemberian ASI eksklusif bagi ibu menyusui juga memiliki
manfaat, sebagai berikut :
6
1. Mengatasi Rasa Trauma
Dapat menghilangkan trauma saat persalinan sekaligus dengan kehadiran
buah hati pertama kalinya bisa menjadi penyemangat hidup seorang ibu. Pasca
melahirkan biasanya ibu rentan mengalami baby blues syndrome, terlebih lagi
hal tersebut biasanya terjadi pada sang ibu yang belum terbiasa bahkan tidak
bersedia memberikan ASI eksklusifnya untuk bayi mereka. Namun dengan
menyusui, secara perlahan rasa trauma pun akan hilang sendirinya dan ibu pun
akan terbiasa menyusui bayinya.
3. Kontrasepsi Alami
Memberikan ASI dapat menjadi salah satu metode kontrasepsi alami yang
efektif dalam 6 bulan setelah persalinan. Selain itu dengan memberikan ASI ibu
akan lebih terlindungi dari risiko kanker payudara dan kanker indung telur, DM
tipe II dan depresi post partum (WHO, 2017).
7
Posisi Dan Pelekatan Menyusui Yang Benar (Buku KIA, 2016) :
2.1.2 MP ASI
1. Padat energi, protein, dan zat gizi mikro (zat besi, zinc, kalsium, Vit A, Vit C,
asam Folat).
2. Tidak berbumbu tajam, tidak menggunakan gula, garam, penyedap rasa, pewarna
dan pengawet.
3. Mudah di telan dan disukai anak.
4. Tersedia lokal dan harga terjangkau.
8
UMUR BENTUK BERAPA KALI BERAPA BANYAK
MAKANAN SEHARI SETIAP
KALI MAKANA
9
2.1.4 Status Gizi Yang Benar
10
Aplikasi Primaku
Aplikasi untuk membantu orang tua memantau tumbuh kembang dan kesehatananak
secara berkala dan berkelanjutan. Dalam aplikasi ini juga membantu ibu mengetahui status gizi
anak dan jadwal imunisasi serta memntau pertumbuhan dan perkembangan anak.
11
2.2 Pola-Pola Pengasuhan Anak
2.2.1 Pola Asuh Anak
Masa anak-anak disebut sebagai Golden Age Period yaitu masa keemasan pada
perkembangan anak berupa kemampuan dalam berbahasa, kreatifitas, sosial dan
emosional. Otak pada masa anak-anak lebih terbuka dan peka untuk belajar sesuatu.
Pada umunya anak-anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Maka pada masa ini anak
harus mendapatkan perhatian dan pola asuh yang tepat dari orang tua, keluarga dan
lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan anak (Apriastuti, D. A., 2013).
2. Infeksi
Jika seseorang mengalami infeksi maka akan menyebabkan tubuh kehilangan
gizi dapat melalui saluran pencernaan, gangguan utilisasi ditingkat sel dan
penurunan nafsu makan. Penyakit infeksi dapat disebabkan dari bakteri, virus,
jamur, cacing dan sebagainya. Penyakit infeksi menjadi salah satu faktor terjadinya
gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
12
banyak stimulasi otaknya akan menjadi lebih kecil sebanyak 30% dibandingkan
dengan anak yang mendapatkan rangsangan secara optimal.
13
2.2.2 Kelas Ibu Balita Dan Bina Keluarga Balita
Kelas ibu balita menurut Kementerian Kesehatan tahun 2019 pada buku
pedoman pelaksanaan kelas ibu balita adalah kelas yang dilaksanakan untuk ibu
yang mempunyai anak berusia 0 sampai dengan 5 tahun untuk berdikusi, tukar
pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan
stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator. Ibu sebagai
‘Warga Belajar’ dengan menggunakan metode partisipatif.
Fasilitator kelas ibu balita ini yaitu bidan/perawat/tenaga kesehatan lainnya
yang telah mengikuti pelatihan sebagai fasilitator kelas ibu balita. Fasilitator pada
kelas ibu balita bukan sebagai pengajar ataupun guru tetapi membimbing
berjalannya kelas ibu balita ini karena kelas ibu balita adalah kelas berbagi
pengalaman dan sebagainya. Pada kelas ibu balita juga dapat mengahadirkan
narasumber yang ahli dalam bidangnya, seperti gizi, gigi, PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini), penyakit menular dan sebagainya.
14
(Sumber : Kementerian Kesehatan, 2019)
Tujuan dilaksanakannya kelas ibu balita ini yaitu (Kementerian Kesehatan, 2019) :
• Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan
Buku KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal.
• Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara eksklusif
2. Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya imunisasi pada bayi
3. Meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-ASI dan gizi
seimbang kepada balita.
4. Meningkatkan kemampuan ibu memantau pertumbuhan dan melaksanakan
stimulasi perkembangan balita.
5. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara perawatan gigi balita dan
mencuci tangan yang benar.
6. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara
pencegahan dan perawatan balita.
15
Menurut penelitian Indrayani, D., Legiati, T., dan Hidayanti, D. Tahun 2019
terhadap 34 responden, ibu sebelum mengikuti Kelas Ibu Balita dan sesudah
mengikuti Kelas Ibu Balita mengalami peningkatan pengetahuan sebanyak 15,8%
dan keterampilan sebanyak 33,52%. Hal ini menunjukan bahwa dengan diadakannya
Kelas Ibu Balita ini berpengaruh terhadap pengetahuan ibu.
Bina Keluarga Balita (BKB) adalah program dari BKKBN. BKB merupakan
upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, keterampilan dan sikap ibu
serta keluarga dalam membina tumbuh kembang anak balita dengan rangsangan
mental, emosional, intelektual, moral, sosial dengan menggunakan berbagai media
(Kampung KB BKKBN, 2018).
Berikut adalah ciri-ciri dari Bina Keluarga Balita (BKB) menurut Kampung
KB BKKBN pada tahun 2018 :
• Menekankan pada pembangunan manusia sejak usia dini baik fisik maupun
psikis.
16
• Tidak langsung ditunjukan kepada balita
• Mengingkatkan keterampilan orang tua dan anggota keluarga lainnya.
• Menggunakan APE (Alat Permainan Edukatif).
Berikut adalah tahapan emosi dan reaksi dari orang tua dalam menghadapi
kehadiran anak disabilitas (Vani, G. C., et al, 2015) :
Pola pengasuhan yang tepat bagi anak disabilitas adalah pola pengasuhan
yang positif sehingga dapat berdampak baik untuk perkembangan anak disabilitas.
Tipe pola asuh yang tepat yaitu pola asuh demokratis (Widadi, S. Y., dan Rahman,
18
R., 2016). Pola asuh demokratis adalah pola asuh orang tua yang memperlakukan
anak sesuai dengan tingkatan perkembangan usia anak dan mempertimbangkan
keinginan anaknya. Pola asuh demokratis ini akan mempunyai sikap atau perilaku
yang dapat bertanggung jawab besar, dapat menerima perintah, dapat menerima
kritik dengan terbuka dan sebagainya (Apriastuti, D. A., 2013). Pola asuh tipe
demokratis tepat untuk anak disabilitas karena demokratis dan keterbukaan dalam
suasana keluarga dan tipe pola asuh otoriter juga diperlukan untuk keadaan-keadaan
tertentu (Widadi, S. Y., dan Rahman, R., 2016).
2.3 Peran Ayah Dalam Support ASI Ekskslusif, Pemenuhan Nutrisi/Gizi Dan Pengasuhan
Anak
19
pemberian kepada bayi jika dibutuhkan. Dukungan lainnya dapat berupa membantu
merawat bayi dan mendampingi pasangan ketikas sedang menyusui (Mufdlilah, M., 2019).
Dukungan ayah secara tidak langsung dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu
dalam memberikan ASI eksklusif, dengan ayah mendampingi ibu saat menyusui ibu
menjadi merasa proses menyusui bukan sebagai beban dan menjadi mudah dijalankan,
dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin karena didampingi dan disayangi oleh
ayah sehingga produksi ASI menjadi lebih lancar, membangun hubungan harmonis antara
ibu dan ayah dan sebagainya (Mufdlilah, M., 2019).
Menurut WHO hal yang dapat dilakukan oleh ayah dalam memberikan dukungan
ibu menyusui yaitu (Mufdlilah, M., 2019) :
1. Ayah dapat membantu membereskan rumah, sehingga dapat mengurangi
tingkat stress pada ibu.
2. Memastikan pasangan dapat beristirahat dengan cukup.
3. Membantu menyendawakan bayi setelah selesai menyusui dengan melakukan
skin to skin contact sehingga bayi merasa nyaman.
4. Membantu mengurus bayi dengan memandikan, menggantikan baju, mengajak
berinteraksi, menggendong dan sebagainya.
Peran dan figur ayah dalam pengasuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh
perubahan sosial, ekonomi dan budaya. Saat ini peran ayah dalam mengasuh,
berpartisipasi dan mendidik anak mulai mendapatkan ruang dan perhatian untuk proses
parenting. Keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan yaitu berinteraksi dengan anak,
bertanggung jawab, terlibat dengan aktivitas anak, dukungan finansial, bermainan bersama
anak, memperhatikan anak dan memantau anak. Anak dengan pengasuhan ayahnya terlibat
akan memiliki kemampuan sosial dan kognitif yang baik, serta kepercayaan diri yang
tinggi (Hidayati, F., 2011).
Hal ini terjadi bila ayah mengembangkan model pengasuhan yang positif. Dapat
disimpulkan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan akan membawa manfaat besar
20
bagi perkembangan anak. Manfaat bagi anak dengan terlibatkan peran ayah yaitu
(Hidayati, F., 2011) :
1. Perkembangan Kognitif
2. Perkembangan Emosi dan Kesejahteraan Psikologis
3. Perkembangan Sosial
4. Kesehatan Fisik
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neonatus, bayi, balita, anak pra sekolah memiliki kebutuhan nutrisi atau gizi yang
berbeda-beda. Peran dari orang tua dan keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
atau gizi pada anak sehingga anak dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan
dengan secara optimal.
Selain kebutuhan nutrisi atau gizi yang harus diperhatikan oleh orang tua dan keluarga
pola asuh atau cara mengasuh anak juga perlu diperhatikan agar dalam mengasuh anak
sesuai dengan anak dan menghasilkan perkembangan anak yang baik dan optimal.
3.2 Saran
Dalam memastikan bahwa anak telah tercukupi kebutuhan nutrisi dan gizinya
diperlukan peran penting dari orang tua, yaitu ibu dan ayahnya dan dukungan dari keluarga
dan lingkungan sekitarnya maka dari itu ketepatan pola asuh dan peran orang tua sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal.
22
DAFTAR PUSTAKA
Apriastuti, D. A. (2013). Analisis tingkat pendidikan dan pola asuh orang tua dengan
perkembangan anak usia 48–60 bulan. Bidan Prada: Jurnal Publikasi Kebidanan Akbid YLPP
Purwokerto, 4(01).
Hidayati, F., Kaloeti, D. V. S., & Karyono, K. (2011). Peran ayah dalam pengasuhan
anak. Jurnal Psikologi, 9(1).
Indrayani, D., Legiati, T., & Hidayanti, D. (2019). Kelas Ibu Balita Meningkatkan Pengetahuan
dan Keterampilan Ibu dalam Stimulasi Tumbuh Kembang. Jurnal Kesehatan Prima, 13(2),
115-121.
Mufdlilah, M. (2019). Buku Panduan Ayah ASI (Doctoral dissertation, Nuha Medika).
Vani, G. C., Raharjo, S. T., & Hidayat, E. N. (2015). Pengasuhan (good parenting) bagi anak
dengan disabilitas. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 2(1).
Widadi, S. Y., & Rahman, R. (2016). Gambaran Pola Asuh Orang Tua Pada Anak
Berkebutuhan Khusus di SLBN-B Kabupaten Garut. Jurnal Medika Cendikia, 3(02), 24-31.
23