Anda di halaman 1dari 25

Tugas Makalah

MODEL PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Disusun Oleh Kelompok 1 :

GITA SASMITA (A1M117007)

WA ODE HASRIN (A1M117103)

RUSDIN LA TANGA (A1M117089)

A.MUH.ALDI DERMAWAN (A1M117058)

YOHANA MARIA PIKIRI (A1M118001)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model
Perencanaan Pembelajaran” tepat waktu.
Makalah “Model Perencanaan Pembelajaran” disusun guna memenuhi tugas
Bapak Dr. La Ode Adili, S.pd.,M.pd pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran
di Universitas Halu Oleo.Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Perencanaan Pembelajar

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. La


Ode Adili, S.pd.,M.pd selaku Dosen mata kuliah Perencanaan Pembelajaran
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Kendari,23 Oktober 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran

B. Model Performance Based Teacher Education (PBTE)

C. Model Dick,Carey

D. Model Perencanaan Pembelajaran Sistemis

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A .Latar Belakang

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebgai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang
akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas1 . Model
pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Untuk pemilihan model ini sangat dipengaruhi dari
sifat dan materi yang akan diajarakan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan
dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peseta didik. Di
samping itu pula, setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahapan-tahapan
(sintaks) oleh peserta didik dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini
berlangsung di antara pembukaan dan penutup yang harus dipahami oleh guru
supaya model-model pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berhasil.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi,
metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang
tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri tersebut antara lain: 1)
rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; 2)
landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai); 3)tingkah laku mengajar yang diperlukan agar
model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; 4) lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai . Dalam penelitian ini,
model pembelajaran yang digunakan adalah kelompok model pembelajaran
interaksi sosial yang menekankan pada hubungan personal dan sosial anatar
manusia. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi
sosial yang membahas tentang pola interaksi manusia.
B . Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Model Pembelajaran ?

2. Bagaimana pelaksanaan Model PBTE ?

3. Apa tujuan dari model Dick & Carey ?

4. Apa perencanaan pembelajaran sistemis ?

B . Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Model Pembelajaran !


2. Untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan Model PBTE !
3. Untuk mengetahui tujuan dari Model Dick & carey!
4. Untuk mengetahui Perencanaan Pembelajaran Sistemis !
A. Pengertian model pembelajaran

Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang


digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam
pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda
sesungguhnya, misalnya globe merupakan bentuk dari bumi. Selanjutnya istilah
model digunakan untuk menunjukkan pengertian pertama sebagai kerangka proses
pemikiran.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang


sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Jadi Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari


awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.

Model merupakan suatu rancangan yang dibuat khusus dengan menggunakan


langkah-langkah yang sistematis untuk diterapkan dalam suatu kegiatan. Selain itu
juga model sering disebut dengan desain yang dirancang sedemikian rupa untuk
kemudian diterapkan dan dilaksanakan.

Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasasi


perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model
pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning
style) dan gaya mengajar guru (teaching style) yang keduanya disingkat menjadi
SOLAT (style of learning and teaching).[3]

Model perencanaan pembelajaran adalah kegiatan merumuskan tujuan apa yang


akan dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai
tujuan tersebut, materi bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara
menyampaikannya, serta alat atau media apa yang diperlukan. Dengan demikian
model pengajaran dapat dipahami sebagai suatu desain yang melukiskan
pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dan digunakan sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran guru dalam
melaksanakan aktivitas pembelajaran.

B. Perencanaan pembelajaran model PBTE

Pengembangan program intruksional dilaksanakan dengan pendekatan


sistematik. Pendekatan ini mempertimbangkan semua faktor dan komponen yang
ada sehingga pelaksanaan program akan berjalan secara efisiensi dan efektif.
Berdasarkan pola pendekatan tersebut maka sistem instruksional dikembangkan
melalui prosedur sebagai berikut:

1. Merumuskan asumsi-asumsi secara jelas, ekspilisit dan khusus.

Asumsi-asumsi tersebut dirumuskan berdasarkan pada pokok-pokok


pikiran yang berkaitan dengan beberapa hal, yaitu:

a. Keyakinan tentang masyarakat, pendidikan dan belajar.

b. Pandangan tentang peranan guru dalam sistem intruksional.

c. Penjabaran ciri-ciri khusus dan berbagi hambatan yang mungkin


terjadi dalam pelaksanaan program.

2. Mengidentifikasi kompetensi.

Terdapat enam jenis pendekatan yang dapat digunakan untuk merumuskan


kompetensi, yaitu sebagai berikut:

a. Menerjemahkan pelajaran yang telah menjadi sejumlah kompetensi


yang tujuan tingkah lakunya harus diteliti kembali.

b. Pendekakatan analisis tugas yang harus dikerjakan, lalu ditentukan


peran-peran apa yang diperlukan, lalu ditentukan jenis-jenis kompetensi
yang dituntut tersebut.
c. Pendekatan kebutuhan siswa di sekolah berdasarkan ambisi, nilai
dan prespektif para siswa.

d. Pendekatan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan kebutuhan


masyarakat yang nyata disusun program sekolah dan program latihan yang
perlu dilakukan.

e. Pendekatan teoritis yang disususn secara logis dan melalui


pemikiran deduktif dalam kerangka ilmu tentang tingkah laku manusia.

f. Pendekatan cluster yang disusun berdasarkan program umum yang


biasa berlangsung.

3. Merumuskan tujuan-tujuan secara deskriptif.

Kompetensi yang telah ditentukan kemudian dirumuskan lebih khusus, lebih


eksplisit menjadi tujuan-tujuan yang dapat diamati, dapat diukur berdasarkan
kreteria tertentu.

4. Menentukan tingkat-tingkat kriteria dan jenis assement.

Dengan kriteria ini dapat ditentukan tingakat keberhasilan tentang sejauh mana
suatu tujuan telah dicapai.

5. Pengelompokan dan penyusunan tujuan-tujuan pelajaran berdasarkan urutan


pikologis untuk mencapai maksud instruksional.

6. Mendesai strategi intruksional.

Beberapa strategi dapat pula dirancang oleh guru, contohnya dengan ceramah.

7. Mengorganiasikan sistem pengelolaan kelas.

Sistem pengelolaan yang ditentukan disesuaikan dengan berbagai alternatif


kegiatan yang akan dilakukan, seperti pengajaran individual, core pengajaran unit.
8. Mercobakan program.

Tujuannya adalah untuk mengetes efektifitas strategi intruksional, kemantapan


alat assement, efektivitas sistem pengelolaan kelas.

9. Menilai desain intruksional.

Penialian dilakukan terhadap aspek-aspek, antara lain validitas tujuan, tingkat


kriteria assement, stategi intruksional dan organisasi sistem pengelolaan.

10. Memperbaiki kembali program.

Berdasarkan penilaian yang telah diperoleh, maka perlu dilakukan beberapa


perubahan dan perbaikan.

Berguna untuk menjamin konsistensi koherensi, monitoring system dan


selanjutnya memberikan umpan balik kepada organisasi sumber-sumber, strategi
pengajaran dan motivasi belajar.

 Kelebihan Perencanaan Pembelajaran PBTE

 Guru lebih siap mental mengajar di sekolah

 Guru menguasai teori dan praktik pembelajaran yang dapat


mengembangkan kemampuan siswa

 Kekurangan Perencanaan Pembelajaran PBTE

 Tidak adanya interaksi dengan murid sesungguhnya

PBTE (Performance Based Teacher Education) adalah hasil perkembangan


dari program pendidikan guru berbasis kompetensi (penyempurnaan CBTE).
Poinnya adalah praktik performance guru tidak hanya dilatih di perguruan tinggi,
namun juga harus mampu menerapkannya disekolah.Pengembangan program
PBTE dilaksanakan dengan pendekatan sistematik (semua faktor dan komponen
berjalan secara efisien dan efektif)
C. Model Dick and Carey

Model pembelajaran Dick dan Carey merupakan model pembelajaran yang


dikembangkan melalui pendekatan sistem (System Approach). Terhadap
komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi
analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Model sistem
pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dkk terdiri atas beberapa komponen
yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktifitas pembelajaran yang lebih
besar. 
    
Dick dan Carey memasukkan unsur kognitif dan behavioristik yang menekankan
pada respon siswa terhadap stimulus yang dihadirkan. Implementasi model desain
sistem pembelajaran ini memerlukan proses yang sistematis yang menyeluruh.
Hal ini diperlukan untuk dapat menciptakan desain sistem pembelajaran yang
mampu digunakan secara optimal dalam mengatasi masalah-masalah
pembelajaran. Komponen-komponen sekaligus langkah-langkah utama dari model
desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dkk yang terdiri atas:
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran 
2. Melakukan analisis instruksional
3. Analisis Siswa dan Konteks
4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
5. Mengembangkan instrument penelitian
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
7. Penggunaan Bahan Ajar
8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif
9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran
10.  Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.

Langkah-langkah di atas harus dilakukan secara berurutan agar model Dick dan


Carey dapat diterapkan secara ideal. berikut penjelasan dari tiap langkah: 
1.      Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
 
     Dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran hal yang perlu dilakukan dalam
kegiatan ini adalah menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki
oleh siswa setelah menempuh program pembelajaran. Hal ini diistilahkan dengan
tujuan pembelajaran atau instructional goal. Rumusan tujuan pembelajaran dapat
dikembangkan baik dari rumusan tujuan pembelajaran yang sudah ada pada
silabus maupun dari hasil analisys kinerja atau performance analysis. Rumusan
tujuan pembelajaran dapat dihasilkan melalui proses analysis kebutuhan atau need
analysis dan pengalaman-pengalaman tentang kesulitan-kesulitan yang diahadapi
oleh siswa. Selain itu tujuan pembelajaran dapat juga dirumuskan dengan
menggunakan analysis tentang cara seseorang melakukan tugas atau pekerjaan
yang spesifik dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melakukan tugas
dan pekerjaan tersebut, atau istilah ini disebut dengan istilah analysis tugas atau
Task analysis.

2.     Melakukan analisis instruksional


   Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah
analysis instruksional, yaitu sebuah proses proses yang digunakan untuk
menentukan keterampilan dan pengetahuan relevan dan diperlukan oleh siswa
untuk mencapai kompetensi atas tujuan pembelajaran. Dalam melakukan analisis
instruksional beberapa langkah yang diperlukan untuk mengidentifikasi
kompetensi berupa pengetahuan (cognitive), keterampilan (Phsycomotor) dan
sikap (attitudes) yang perlu dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran.

3. Analisis Siswa dan Konteks


Dalam model Dick dan Carry analisis terhadap siswa yang akan belajar dan
konteks pembelajaran.    Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersama-sama
atau paralel. Analisis konteks meliputi        kondisi-kondisi terkait dengan
keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait    dengan tugas
yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari.
Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan actual yang yang
dimiliki oleh siswa, gaya belajar (learning styles), dan sikap terhadap aktivitas
belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar
dapat membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan
menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. 

4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus


Berdasarkan analisis instruksional, seorang perancang desain sistem pembelajaran
perlu mengembangkan kompetensi atau tujuan pembelajaran spesifik
(instructional objectives) yang perlu dikuasai oleh siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang bersifat umum (instructional goal). Dalam merumuskan tujuan
pembelajaran yang bersifat berspesifik, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian: 
a) Menentukan pengetahuan keterampilan yang perlu dimiliki oleh
siswa setelah
       menepuh proses  pembelajaran. 
b) Kondisi yang dieprlukan agar siswa dapat melakukan unjuk
kemampuan dari pengetahuan yang  telah dipelajari 
c) Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam menempuh proses pembelajaran 

5. Mengembangkan instrument penelitian


Berdasarkan tujuan kompetensi khusus yang telah dirumuskan, langkah
selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumem penilaian yang mampu
mengukur pencapaian hasil belajar siswa, hal ini dikenal dengan istilah evaluasi
hasil belajar. Hal yang penting dalam menentukan instrument evaluasi yang akan
digunakan adalah instrument harus dapat mengukur performance siswa dalam
mencapau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. 
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengimplementasikan
aktivitas pembelajaran yaitu aktifitas pra-pembelajaran, penyajian materi
pembelajara, dan aktivitas tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran. Penentu
strategi pembelajaran harus didasarkan pada faktor-faktor berikut:a. 
a. Teori terbaru tentang aktifitas pembelajaran 
b. Penelitian tentang hasil belajar 
c. Karekteristik media pembelajaran yang akan digunakan untuk
menyampaikan
   materi pembelajaran
d. Materi atau substansi yang perlu dipelajari oleh siswa 
e. Karakterisitik siswa yang akan terlibat dalam kegiatan pembelajaran 

7. Penggunaan Bahan Ajar


Istilah bahan ajar sama dengan media pembelajaran, yaitu sesuatu yang dapat
membawa informasi dan pesan dari sumber belajar kepada siswa, bahan ajar yang
dapat digunakan adalah buku teks, buku panduan, modul, program audio video,
bahan ajar berbasis computer, program multimedia, dan bahan ajar yang
digunakan pada sistem pendidikan jarak jauh. 

8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif


Evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan
kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi
formatif dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki draf program Tiga
jenis evaluasi formatif:
a. Evaluasi perorangan (on to one evaluation)
Evaluasi perorangan merupakan tahap yang perlu dilakukan untuk
melakukan kontak langsung dengan satu atau tiga orang calon pengguna
program untuk memperoleh masukan tentang ketercenaan dan daya tarik
program. 
b.      Evaluasi kelompok sedang (small group evaluation) 
Evaluasi kelompok dialakukan kecil dilakukan untuk menguji
cobakan program     terhadap sekelompok kecil calon pengguna
yang terdiri dari 10-15 orang siswa. Evaluasi ini
dilakukan untuk memperoleh masukan yang dapat digunakan
untuk memperbaiki kualitas program. 
c.      Evaluasi lapangan/field trial 
Evaluasi lapangan adalah uji coba program sebelum program
tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang
sesungguhnya. 

9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran


Langkah terakhir dari proses desain adalah melakukan revisi terhadap draf
program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif
dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki
oleh program pembelajaran, evaluasi tidak hanya dilakukan pada draf program
pembelajaran saja, tetapi juga pada aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang
digunakan dalam program, seperti analisis instruksional, entry behavior dan
karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif perlu dilakukan pada semua aspek
program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas program tersebut. 

10.  Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.


  Evaluasi merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif.
Evaluasi ini dianggap puncak dalam aktifitas desain pembelajaran yang
dikemukakan oleh Dick dan Carrey. Evaluasi sumatif dilakukan setelah program
selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yan
digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program,
tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk
menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong kedalam proses desain sistem
pembelajaran. Langkah desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan
Carrey merupakan sebuah prosedur yang menggunakan pendekatan sistem dalam
mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam desain
pembelajaran memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. 

D. Model Perencanaan pembelajaran sistemis

Perencanaan pembelajaran merupakan suatu dokumen rasional yang disusun


berdasarkan hasil analisis sistematis tentang perkembangan peserta didik dengan
tujuan agar pembelajaran lebih efektif dan efisien sesuai dengan tuntutan
kebutuhan siswa-siswi dan masyarakat.

Ada banyak model perencanaan pembelajaran, diantaranya yaitu:

1.      Model ASSURE

Model desain pembelajaran Assure ini adalah suatu model desain pembelajaran
yang merupakan sebuah formulasi untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
beriorientasi kelas. Heinich mengungkapkan bahwa model desain pembelajaran
ini terdiri atas enam tahap kegiatan sebagai berikut:

 Analyze learners

 States objectivies

 Select methods, media, and material

 Utilize media and materials

 Require learners participation

 Evaluate and revise

Analyze Learners, perlu diketahui bagaimana kebutuhan dan tingkat kemampuan


siswa. Ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal mereka, yaitu
berdasarkan ciri-ciri umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar.
States Objectives , menyatakan tujuan pembelajaran harus difokuskan kepada
pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.

Select Methods, Media, and Material,  ada tiga hal penting dalam pemilihan
metode, bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas
pembelajaran, dilanjutkan  dengan memilih media yang sesuai untuk
melaksanakan media  yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau
mendesain media yang telah ditentukan.

Utilize Media and materials , ada lima langkah  bagi penggunaan media yang
baik yaitu, preview bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan
pengalaman pembelajaran.

Require Learner Participation, sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu
dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi,
kuis atau presentasi.

Evaluate and Revise, penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek


diantaranya menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih
metode dan media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan pelajar.

2.      Model ADDIE

Salah satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik adalah
model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul
pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu
fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan
infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja
pelatihan itu sendiri.

Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :

 Analysis

 Design
 Development

 Implementation

 Evaluation

Analysis (analisa), yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan),


mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task
analysis).

Design (desain/perancangan), yang kita lakukan dalam tahap desain ini, pertama,
merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable,
danrealistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan
pada tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah
strategi pembelajaran media danyang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai
tujuan tersebut. Selain itu, dipertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain,
semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa
seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-
print yang jelas dan rinci.

Development (pengembangan), pengembangan adalah proses mewujudkan blue-


print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan
suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus
dikembangkan. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba
sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari
salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi.

Implementation (implementasi/eksekusi) , implementasi adalah langkah nyata


untuk menerapkan  sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada
tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa
sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Evaluation (evaluasi/ umpan balik), yaitu proses untuk melihat apakah sistem
pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau
tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada  setiap empat tahap di atas.
Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi
formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.

3.      Model kemp

Model desain system interuksional yang dikembangkan oleh Kemp merupakan


model yang membentuk siklus. Menurut Kemp pengembangan desain sistem
pembelajaran terdiri atas komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai kendala yang timbul.

Model system intruksional yang dikembangkan Kemp ini tidak ditentukan dari
komponen mana seharusnya guru memulai proses pengembangan.
Mengembangkan sistem instruksional, menurut Kemp dari mana saja bisa, asal
saja urutan komponen tidak diubah, dan setiap komponen itu memerlukan revisi
untuk mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu model Kemp, dilihat dari
kerangka sistem merupakan model yang sangat luwes.

Komponen-komponen dalam suatu desain instruksional menurut Kemp adalah:

 Hasil yang ingin dicapai

 Analisi tes mata pelajaran

 Tujuan khusus belajar

 Aktivitas belajar

 Sumber belajar

   Layanan pendukung

 Evaluasi belajar
 Tes awal

 Karakteristik belajar

Kesembilan komponen itu merupakan suatu siklus yang terus-menerus direvisi


setelah dievaluasi baik evaluasi sumatife maupun formatife dan diarahkan untuk
menentukan kebutuhan siswa, tujuan yang ingin dicapai, prioritas, dan berbagai
kendala yang muncul.

4.      Model Banathy

Model desain sistem pembelajaran dari Banathy berbeda dengan model Kemp.
Model ini memandang bahwa penyusunan sisten instruksional dilakukan melalui
tahapan-tahapan yang jelas. Terdapat 6 tahap dalam mendesain suatu program
pembelajaran yakni:

 Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan


pengembangan sistem maupun tujuan spesifik. Tujuan
merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai oleh siswa atau
peserta didik.

 Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang


hendak dicapai. Item tes dalam tahap ini dirumuskan untuk
menilai perumusan tujuan. Melalui rumusan tes dapat
meyakinkan kita bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai
keberhasilannya.

 Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan


mengiventarisasi seluruh kegiatan belajar-mengajar, menilai
kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada
serta menentukan kegiatan yang mungkin dapat diterapkan.

 Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem


menganalisis setiap komponen sistem, mendistribusikan dan
mengatur penjadwalan.
 Mengimplementasi dan melakukan kontrol kualitas sistem,
yakni melatih sekaligus menilai efektifitas sistem, melakukan
penempatan dan melaksanakan evaluasi. 

 Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil


evaluasi.

Manakala kita lihat langkah 1-4 merupakan tahapan dalam rangka proses
rancangan, sedangkan tahap 5 dan 6 adalah tahap pelaksanaan dari perencanaan
yang sudah dirumuskan.[[6]]

5.      Model Dick and Carrey

Seperti desain model banathy, dalam mendesain pembelajaran model Dick and
Cery harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum. Menurut
model ini, sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals,
perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa
terlebih dahulu. Mengapa hal ini perlu dirumuskan? Oleh sebab rumusan
kemampuan khusus harus berpijak dari kemampuan dasar atau kemampuan awal.
Manakala telah dirumuskan tujuan khusus yang harus dicapai selanjutnya
dirumuskan tes dalam bentuk Criterion Reference Test, artinya tes yang mengukur
kemampuan penguasaan tujuan khusus.

Untuk mencapai tujuan khusus selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran,


yakni scenario pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan
secara optimal, setelah itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan. Langkah akhir dari desain adalah melakukan evaluasi, yakni
evaluasi formatife dan evaluasi sumative. Evalusi formative berfungsi untuk
menilai evektivitas program dan evaluasi sumatife berfungsi untuk menentukan
kedudukan setiap siswa dalam penguasaan materi pelajaran. Berdasarkan hasil
evaluasi inilah selanjutnyadilakukan umpan balik dalam merevisi program
pembelajaran.
Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah Desain
Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:

 Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.

 Melaksanakan analisi pembelajaran

 Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa

 Merumuskan tujuan performansi

 Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan

 Mengembangkan strategi pembelajaran

 Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran

 Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif

 Merevisi bahan pembelajaran

 Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

6.      Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)

Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) adalah model yang


dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI
berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program
pengajaran secara sistemis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. PPSI terdiri dari 5 tahap yakni:

 Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh


sisiwa, ada 4 syarat dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan harus
operasional, artinya tujuan yang dirumuskan harus spesifik atau dapat
diukur, berbentuk hasil belajar bukan proses belajar, berbentuk
perubahan tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan hanya satu
bentuk tingkah laku.
 Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan
menyusun item soal untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi
disimpan pada tahap 2setelah perumusan tujuan untuk meyakinkan
ketepatan tujuan sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan.

 Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua


kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan belajar perlu
ditempuh.

 Mengembangkan program kegiatam pembelajaran yakni merumuskan


materi pelajaran. Menetapkan metode dan memilih alat dan sumber
pelajaran.

 Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan pra tes,


menyampaikan materi pelajaran, mengadakan psikotes, dan melakukan
perbaikan.[[8]]

7.      Model Gerlach dan Ely

Model pengebangan intruksional yang di kembangan Gerlach dan Ely ini


maksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar. Menurutnya langkah langkah
dalam pengembangan intruksional terdiri dari:

 Merumuskan tujuan intruksional

 Menentukan isi materi pelajaran

   Menetukan kemampuan awal peserta didik

 Menentukan teknik dan strategi

 Pengelompokan belajar

 Menentukan pembagian waktu

 Menentukan ruang

 Memilih media intruksional yang sesuai


 Mengevaluasi hasil belajar

 Menganalisis umpan balik.


BAB III

PENUTUP

A . Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa ada banyak model
perencanaan pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Dalam memilih model perencanaan pembelajaran, guru tidak boleh memilih
secara asal-asalan. Model yang digunakan haruslah model yang direncanakan
berdasarkan pertimbangan perbedaan individu diantara siswa, yang dapat
memberi feedback dan inisiatif murid untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Dapat dikatakan berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran,
tergantung pada efektif tidaknya metode pembelajaran yang dipergunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran. Model perencanaan pembelajaran yang baik
merupakan pondasi dasar sekaligus kunci pokok dalam kelancaran proses belajar
mengajar, maka dari itu kita sebagai calon-calon guru PAI harus mecermati lebih
dalam lagi model perencanaan pembelajaran yang efektif mengikuti
perkembangan zaman dan kecanggihan teknologi yang selalu berubah-rubah.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?
q=perencanaan+pembelajaran+sistemmatis&oq=perencanaan+pembelajaran+sistemma
tis&aqs=chrome..69i57j0.13229j0j8&sourceid=chrome&ie=UTF-8

http://samudra99ilmu.blogspot.com/2015/03/macam-macam-model-perencanaan.html

http://samudra99ilmu.blogspot.com/2015/03/macam-macam-model-perencanaan.html

http://lagibelajargoblog.blogspot.com/2014/11/model-model-perencanaan-
pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai