Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

Epistemologi Faktual

“ COVID-19”

OLEH

ENGELIKA AGATHA PUTRI


NIM : 1602035042

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Latar belakang virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan


pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus ini diduga
berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging
binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai
jenis tikus. Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di
pasar hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan
hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya
tidak asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu
menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang paru.

Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan


MERS, yang juga berkaitan dengan virus Corona. Dengan latar belakang tersebut,
virus Corona bukan kali ini saja membuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang
sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan infeksi
lebih parah dan gagal organ.

Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana


cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Secara sederhana
epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Pengetahuan
dalam arti sebuah usaha yang dilakukan secara sadar baik dalam proses atau
penarikan kesimpulan mengenai kebenaran suatu hal. Secara etimologi, istilah
epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti
teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal
mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan.
b. Rumusan Masalah

Dari penjelasan diatas maka rumusan masalah adalah untuk mengetahui :

a. Asal mula COVID-19 dan bagaimana penularan COVID-19

b. Dampak COVID-19 pada manusia

c. Bagaimana penangan terbaik untuk menghindari penyebaran COVID-19

d. Peran Pemerintah dalam memutus rantai penyebaran COVID-19 di Indonesia

c. Tujuan

Dari rumusan masalah yang telah di jelaskan di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah :

a. Mengetahui apa itu COVID-19 serta cara penyebarannya

b. Mengetahui dampak dari COVID-19 pada manusia

c. Peran Pemerintah dalam menangani COVID-19 di Indonesia


PEMBAHASAN

a. COVID-19

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-


CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi
virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan
pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama
virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Walaupun
lebih banyak menyerang lansia, virus ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja, mulai
dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan.


Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti
flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi
paru-paru (pneumonia). Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga
termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu
coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan
MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.

b. Penularan COVID-19

Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu


kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus,
coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti
flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti
pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan
dari hewan ke manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus Corona juga
menular dari manusia ke manusia.

Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:

 Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita
COVID-19 batuk atau bersin
 Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah
menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19
 Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19

Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih


berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang
memiliki penyakit tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah,
misalnya pada penderita kanker. Karena mudah menular, virus Corona juga berisiko
tinggi menginfeksi para tenaga medis yang merawat pasien COVID-19. Oleh karena
itu, para tenaga medis dan orang-orang yang memiliki kontak dengan pasien COVID-
19 perlu menggunakan alat pelindung diri (APD).

c. Dampak COVID-19 Pada Tubuh Manusia

- Masa inkubasi

Ini adalah saat virus memantapkan dirinya.Virus ini bekerja dengan masuk ke
dalam sel-sel tubuh manusia dan kemudian membajaknya. Virus corona, yang secara
resmi disebut Sars-CoV-2, dapat menyerang tubuh manusia ketika menghirupnya
(setelah seseorang batuk di dekat manusia lainnya) atau ketika menyentuh
permukaan yang terkontaminasi virus dan kemudian mengusap wajah.

Pertama, virus menginfeksi sel-sel yang melapisi tenggorokan, saluran udara,


dan paru-paru, lalu mengubahnya menjadi "pabrik virus corona" yang memuntahkan
sejumlah besar virus baru dan terus menginfeksi lebih banyak sel. Pada tahap awal
ini, tertular tidak akan sakit dan beberapa orang mungkin tidak pernah mengalami
gejala. Masa inkubasi waktu antara infeksi dan gejala pertama muncul sangat
bervariasi. Tetapi rata-rata lima hari.

- Penyakit ringan

Ini yang akan dialami kebanyakan orang. Covid-19 adalah infeksi ringan untuk
delapan dari 10 orang yang terpapar. Gejala utamanya adalah demam dan batuk.
Nyeri tubuh, sakit tenggorokan, dan sakit kepala semuanya mungkin terjadi, tetapi
tidak selalu.Demam, dan umumnya merasa tak enak badan, adalah kondisi yang
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh merespons infeksi. Tubuh telah mengenali virus
itu sebagai penyerang yang tidak bersahabat dan memberi isyarat ke seluruh tubuh
bahwa ada sesuatu yang salah dengan melepaskan bahan kimia yang disebut sitokin.
Bahan kimia ini menggalang sistem kekebalan tubuh, tetapi juga menyebabkan tubuh
nyeri, sakit, dan demam. Batuk akibat virus corona, pada mulanya adalah batuk yang
kering dan ini mungkin disebabkan oleh iritasi sel ketika sel itu terinfeksi oleh virus.

Beberapa orang akhirnya akan mulai batuk berdahak - lendir tebal yang
mengandung sel-sel paru-paru mati, yang terbunuh oleh virus. Gejala-gejala ini
diobati dengan beristirahat, mengonsumsi banyak cairan dan parasetamol. Anda tidak
akan memerlukan perawatan di rumah sakit. Tahap ini berlangsung sekitar satu
minggu - kebanyakan orang pulih pada titik ini karena sistem kekebalan tubuh telah
memerangi virus. Namun, beberapa akan menderita penyakit yang lebih serius. Ini
adalah informasi terbaik yang kita pahami saat ini mengenai tahap ini. Namun, ada
penelitian yang menunjukkan penyakit ini dapat menyebabkan lebih banyak gejala,
seperti pilek.

- Penyakit parah

Jika penyakit ini berkembang, itu terjadi karena sistem kekebalan tubuh bereaksi
berlebihan terhadap virus. Sinyal-sinyal kimiawi itu tersebar ke seluruh tubuh
sehingga menyebabkan peradangan. Tetapi keadaan ini perlu diseimbangkan. Terlalu
banyak peradangan dapat menyebabkan kerusakan di seluruh tubuh. "Virus ini
memicu ketidakseimbangan dalam respon kekebalan tubuh, ada terlalu banyak
peradangan. Bagaimana virus itu melakukan ini, kami tidak tahu," kata Dr Nathalie
MacDermott, dari King's College London. Peradangan paru-paru disebut pneumonia.

Dijelaskan alur pernapasan, di paru-paru terdapat kantong-kantong udara


berukuran kecil. Di sinilah oksigen bergerak ke dalam darah dan karbon dioksida
bergerak keluar. Tetapi dalam kasus pneumonia, kantung-kantung kecil mulai terisi
dengan air dan pada akhirnya dapat menyebabkan kesulitan bernapas. Beberapa orang
membutuhkan ventilator untuk membantu mereka bernafas. Tahap ini diperkirakan
terjadi pada sekitar 14% orang, berdasarkan data dari China.

- Penyakit kritis

Diperkirakan sekitar 6% pasien dari kasus-kasus virus corona, menjadi sakit


kritis. Pada titik ini tubuh mulai gagal dan ada peluang nyata kematian. Masalahnya
adalah sistem kekebalan tubuh sekarang di luar kendali dan menyebabkan kerusakan
di seluruh tubuh. Ini dapat menyebabkan syok septik, keadaan di mana tekanan darah
turun ke tingkat rendah yang berbahaya dan organ-organ berhenti bekerja atau dengan
kata lain gagal total. Sindrom gangguan pernapasan akut yang disebabkan oleh
peradangan di paru-paru, membuat tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup,
yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.

Ini dapat menghentikan fungsi ginjal yang bekerja untuk membersihkan darah.
Keadaan itu juga bisa merusak lapisan usus . "Virus ini membuat tingkat peradangan
yang sangat tinggi sehingga Anda meninggal ... itu terjadi karena kegagalan multi-
organ," kata Dr. Bharat Pankhania. Dan jika sistem kekebalan tidak bisa mencapai
puncak virus, maka pada akhirnya dia akan menyebar ke setiap sudut tubuh di mana
ia dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan. Perawatan pada tahap ini akan
melibatkan banyak alat kesehatan, dan dapat mencakup Extracorporeal Membrane
Oxygenation (ECMO) untuk membantu pernapasan. Pada dasarnya ECMO adalah
paru-paru buatan yang mengeluarkan darah dari tubuh melalui tabung tebal,
mengoksigenasi dan memompanya kembali. Tetapi pada akhirnya kerusakan dapat
mencapai tingkat fatal di mana organ tidak lagi dapat menjaga tubuh tetap hidup.

- Kematian pertama

Dokter telah menggambarkan bagaimana beberapa pasien meninggal meskipun


para dokter sudah berusaha keras menyelamatkan mereka. Dua pasien pertama yang
meninggal di Rumah Sakit Jinyintan di Wuhan, Cina, yang dirinci dalam jurnal
Lancet Medical, tampaknya sehat, meskipun mereka perokok jangka panjang, dan itu
mungkin melemahkan paru-paru mereka. Yang pertama, seorang pria berusia 61
tahun, menderita pneumonia berat pada saat dia tiba di rumah sakit. Dia menderita
kesulitan pernapasan akut, dan meskipun memakai ventilator, paru-parunya gagal dan
jantungnya berhenti berdetak. Dia meninggal 11 hari setelah dia dirawat. Pasien
kedua, seorang pria berusia 69 tahun, juga menderita sindrom gangguan pernapasan
akut. Dia sudah dirawat dengan mesin ECMO tetapi upaya itu tidak cukup. Dia
meninggal karena pneumonia parah dan syok septik ketika tekanan darahnya 'kolaps'.

d. Pencegahan COVID-19

Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus corona.
Namun, setidaknya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko
terjangkit virus ini. Berikut upaya yang bisa dilakukan:

- Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik hingga
bersih.

- Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dalam keadaan
kotor atau belum dicuci.

- Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang yang sakit.

- Hindari menyentuh hewan atau unggas liar.


- Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang sering digunakan.

- Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu. Kemudian,
buanglah tisu dan cuci tangan hingga bersih.

- Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.

- Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan ketika mengalami


gejala penyakit saluran napas.

Selain itu, juga bisa perkuat sistem kekebalan tubuh dengan konsumsi vitamin
dan suplemen sebagai bentuk pencegahan dari virus ini.

e. Peran Pemerintah

Kebijakan Presiden Jokowi dalam penanganan wabah Covid-19 ini, kita perlu
mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan kebijakan publik. Menurut B.
Guy Peters, kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah guna mengubah ekonomi dan masyarakat. Dalam kebijakan publik ini,
berbagai proses bisa terjadi. Dalam buku An Overview of Approaches to the Study of
Public Policy, proses ini dapat diobservasi dari berbagai pendekatan teori, misalnya
teori elite berkuasa, teori kelompok, teori sistem, teori institusional, serta teori pilihan
rasional yang didasarkan pada analisis biaya-keuntungan.

Menanggapi kebijakan publik yang dilakukan pemerintahan Jokowi dalam


menangani Covid-19, epistemologis mengkaji bagaimana proses pengambilan
kebijakan tersebut dilakukan. Dalam filsafat intelijen, status epistemologis ini dikaji
berdasarkan sudut pandang intelijen. Salah satu kebijakan dari Presiden Jokowi untuk
menangkal Covid-19 ini adalah dengan tidak membuka informasi soal penanganan
Covid-19 kepada masyarakat dengan alasan untuk meminimalisir kepanikan.
Sebenarnya hal ini bukan tanpa sebab, secara fenomenalisme, hal ini telah terbukti
dengan terjadinya panic buying ketika Indonesia akhirnya masuk dalam peta sebaran
virus Corona. Aktivitas pembelian sejumlah barang terutama alat kesehatan saat itu
tiba-tiba melonjak diikuti dengan kenaikan harga. Fenomena panic buying ini dapat
menimbulkan kerugian yang luas secara keuangan. Kebijakan lain dari Pemerintahan
Jokowi adalah dengan tidak menerapkan lockdown di Indonesia. Lockdown sendiri
berarti mengunci semua akses keluar masuk di negara atau kawasan tersebut,
masyarakat pun diatur sedemikian rupa agar tidak berkeliaran dan berkerumun di
tempat umum.

Kebijakan ini telah ditetapkan di berbagai negara seperti Italia, China, dan
Malaysia. Jokowi mengatakan bahwa karakter, budaya, serta kedisiplinan masing-
masing negara berbeda, sehingga kebijakan yang dibutuhkan Indonesia pun berbeda.
Indonesia sendiri memilih untuk menerapkan kebijakan social distancing dan work
from home bagi beberapa instansi pemerintah maupun swasta. Sebenarnya kebijakan
yang dipilih Indonesia menjadi keputusan pemerintah, namun dengan tidak
diterapkannya lockdown banyak pihak yang meragukan keseriusan pemerintah untuk
mengamankan rakyatnya.

Pemerintah memikirkan dampak ekonomi dari lockdown itu sendiri,


perekonomian Indonesia bergantung pada usaha yang akan terdampak secara besar
apabila lockdown diterapkan, pendapatan masyarakat serta pasokan barang yang
terhambat akan menimbulkan konflik baru. Pada dasarnya, hal ini kembali lagi pada
apa yang menjadi pendekatan pemerintah dalam merumuskan kebijakannya.
Pemerintah mempertimbangkan kondisi ekonomi disamping keamanan rakyat. Kita
mengenal istilah for the greater good, ada yang harus dikesampingkan untuk
mencapai kebaikan yang lebih baik. Dari sudut pandang yang lain, intransparansi
pemerintah dalam penanganan penyebaran Covid-19 ini bisa juga disebabkan karena
kegagalan Pemerintah Indonesia dalam menyusun kebijakan untuk memerangi virus
Corona ini sejak awal.

Update Corona Virus Per 8 Mei 2020


PENUTUP

a. Kesimpulan

Pandemi koronavirus di Indonesia diawali dengan temuan penderita penyakit


koronavirus 2019 (COVID-19) pada 2 Maret 2020. Hingga 20 April 2020, telah
terkonfirmasi 6.575 kasus positif COVID-19 dengan 686 kasus sembuh dan 582
kasus meninggal. Sebagai respons terhadap pandemi ini, beberapa wilayah telah
memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Di Kalimantan Timur
sendiri jumlah positif COVID-19 sebanyak 59 orang,meninggal 1 orang, dan sembuh
11 orang. Dengan adanya pandemi COVID-19 mempengaruhi beberapa bidang
seperti ekonomi,masyarakat,serta budaya, seperti turun nya penghasilan, kerugian
usaha,phk yang dilakukan karena tidakmampuan membayar karyawan. Dan juga
untuk bidang masyarakat kebanyakan masyarakat beraktifitas dari rumah, seperti
bersekolah ataupun kuliah via daring. Di bidang budaya Larangan beribadah di
tempat-tempat ibadah seperti Masjid,Langgar,Mushola,Gereja,Vihara,Pura,maupun
Klenteng dan diubah menjadi ibadah dirumah.

b. Saran

Hal ini kembali lagi pada apa yang menjadi pendekatan pemerintah untuk
menentukan prioritasnya, pendekatan ini didapat bisa dari pengalaman masa lalu
ataupun akal pikiran elite politik yang memutuskan kebijakan. Sebenarnya, kegagalan
dalam kebijakan publik merupakan hal yang memang ada dan apa yang terjadi
sekarang merupakan hal yang harus diperbaiki. Mungkin, Intransparansi ditujukan
untuk mencegah disinformasi beredar di masyarakat dan menimbulkan kepanikan
yang akan menambah konflik baru. Pada akhirnya, segala upaya yang dilakukan
negara harus bermuara pada satu tujuan yaitu kepentingan rakyat.

Diharapkan pemerintah Indonesia maupun daerah dapat lebih memperketat protocol


penanganan virus covid-19 agar membantu pemutusan rantai penularan virus. Dengan
memperketat keluar masuknya wisatawan local,maupun internasional jalur
darat,udara maupun laut. Dan untuk masyarakat sendiri diharapkan dapat mematuhi
protocol yang sudah diberikan pemerintah agar dapat membantu dalam pemutusan
rantai penularan COVID-19 di daerah nya masing-masing agar Indonesia maupun
dunia dapat segera pulih dari pandemic ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi_koronavirus_di_Indonesia

https://www.alodokter.com/virus-corona

https://www.kompas.tv/article/80130/update-corona-8-mei-13-112-positif-2-494-
sembuh?page=2

https://www.kompasiana.com/mochammad53317/5bec4501ab12ae3cf271d838/hakik
at-epistemologi-dalam-kajian-filsafat-ilmu

Anda mungkin juga menyukai