Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN


Ontologi,Epistemologi, dan Aksiologi Faktual

DOSEN :
Prof. Hartutiningsih,MS

DI SUSUN OLEH :
Engelika Agatha Putri
(1602035042)

UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PEMBANGUNAN SOSIAL
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “ Ontologi,Epistemologi,dan Aksiologi Faktual” dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester matakuliah Filsafat
Ilmu Pengetahuan. Selain itu tujuan penyusunan Makalah ini juga untuk menambah pengetahuan
penulis maupun pembaca tentang apa itu Ontologi,Epistemologi dan Aksiologi Faktual.
Akhirnya saya menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati,saya menerima kritik dan saran agar dalam
penyusunan Makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Untuk itu saya selaku penulis
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca sekalian.

Samarinda, 6 Juni 2020

Angelika Agatha Putri

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II. PEMBAHASAN
A. Ontologi Faktual
B. Epistemologi Faktual
C. Aksiologi Faktual
D. Manfaat Jurnal
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah ontologi, secara bahasa berasal dari bahasa yunani, ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud, sedangkan logos berarti ilmu atau teori. Dengan demikian secara bahasa
ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud, tentang hakikat yang ada.
Sedangkan yang dimaksud ontologi dalam pengertian terminologisnya adalah kajian tentang
hakikat segala sesuatu atau realitas yang ada yang memiliki sifat universal, untuk memahami
adanya eksistensi.

Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka ontologi adalah kajian filosofis tentang
hakikat keberadaan ilmu pengetahuan, apa dan bagaimana sebenarnya ilmu pengetahuan yang
ada itu. dimensi ontologis, pertanyaan yang harus dijawab pada dimensi ini adalah: apa
sebenarnya hakikat dari sesuatu yang dapat diketahui, atau apa sebenarnya hakikat dari suatu
realitas. Dengan demikian dimensi yang dipertanyakan adalah hal yang nyata. Dalam kaitan
dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara
ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada
dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Membahas tentang yang ada, yang universal, dan menampilkan pemikiran semesta universal.
Berupaya mencari inti yang temuat dalam setiap kenyataan, dan menjelaskan yang ada yang
meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.

Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara


mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Secara sederhana epistemologi juga
disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Pengetahuan dalam arti sebuah usaha yang
dilakukan secara sadar baik dalam proses atau penarikan kesimpulan mengenai kebenaran suatu
hal. Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti
pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat
yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya)
pengetahuan.
Aksiologi berasal dari kata Yunani axios(nilai) dan logos(teori), yang berarti teori tentang
nilai. Nilai yang dimaksud adalah suatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Aksiologi merupakan cabang ilmu filsafat yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin dicapai aksiologi
adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Jujun S.Suriasumantri
dalam bukunya, aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh.

Dari tiga penjelasan diatas maka penulis bertujuan untuk mencari aspek
Ontologi,Epistemologi,dan Aksiologi Faktual dalam jurnal holistic Pengrajin Tahu & Tempe di
Lingkungan VII Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado yang ditulis oleh Budi
Prasetyo.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan diatas maka rumusan masalah adalah untuk mengetahui :

1. Aspek Ontologi Faktual yang ada di Jurnal

2. Aspek Epistemologi yang ada di Jurnal

3. Aspek Aksiologi yang ada d Jurnal

C. Tujuan

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui aspek Ontologi Faktual yang ada di Jurnal

2. Mengetahui aspek Epistemologi Faktual yang ada di Jurnal

3. Mengetahui aspek Aksiologi Faktual yang ada di Jurnal


BAB II

PEMBAHASAN

A. Ontologi Faktual

Di dalam Jurnal nya penulis Budi Prasetyo meneliti bagaimana para pengrajin tahu dan
tempe di Lingkungan VII Kelurahan Bahu Kecamatan Melalayang Kota Manado menjadikan
tahu dan tempe sebagai sumber penghasilan mereka, bagaimana tahu dan tempe menjadi salah
satu komoditi industri rumahan yang banyak digeluti di Indonesia. Penulis juga menuliskan
bagaimana tahu dan tempe menjadi salah satu makanan khas yang banyak di komsumsi oleh
masyarakat Indonesia yang dengan seiring berjalannya waktu dan teknoogi yang semakin
modern banyak variasi olahan tahu dan tempe yang menarik banak peminat. Berikut adalah isi
dari jurnal tersebut yang memeliki aspek ontology di dalamnya yaitu :

1. Tahu dan tempe sebagai makanan pokok yang digemari di Indonesia “ Tahu dan tempe
merupakan salah satu hasil buatan manusia yang bahan olahannya berasal dari kacang kedelai
yang di fermentasi, saat ini tahu dan tempe pun menjadi salah satu sumber pangan populer di
Indonesia dengan harga yang relatif murah dan digemari hingga di seluruh plosok Negara
Indonesia.”

2. Masuknya indstri tahu dan tempe di Manado “ Penyebaran tahu dan tempe sehingga
sampai pulau Sulawesi ini tentu terkait dengan proses pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak
hanya dijalani oleh konsumen tetapi juga produsen. Hal ini berarti bahwa pembuatan tahu dan
tempe dapat dilihat sebagai salah satu bagian dari unsurunsur kebudayan yang universal yaitu
mata pencaharian hidup.”

3. Mula-mula adanya Industri tahu di Lingkungan VII “ Ketekunan sebagai pengrajin tahu
dan tempe di Bahu Lingkungan VII sudah mulai dirintis sejak tahun 1980-an oleh orang Jawa
yang berasal dari Blitar yang saat ini mempunyai satu pabrik tahu dan tempe sekaligus di
tempat yang sama. Mula-mula pengrajin hanya membuka industri rumahan yang seluruh
karyawannya adalah keluarga dan sanak saudara saja, tetapi seiring berjalannya waktu dan
usaha tahu dan tempe sangat digemari di Manado sekarang pabrik yang mulanya indutri
rumahan menjadi industri yang bisa dikatakan besar karena mempunya cabang di sekitar bahu.”
4. Pengrajin yang berasal dari keluarga kurang mampu dan berpendidikan rendah.
“Pengjarin tahu dan tempe pada umumnya adalah masyarakat yang kurang mampu dari segi
ekonomi, para pengrajin juga pernah menimba ilmu yang dapat di bilang relatif rendah tingkat
pendidikannya yaitu ada yang lulus SMU, SMP, SD dan tidak sekolah, ada pula pengrajin yang
pernah kuliah tetapi tidak sampai selesai karena keterbatasan biaya yang tidak memumpuni.”

Dari keterbatasan ekonomi dan pendidikan yang telah di bahas di atas maka pada
umumnya pengrajin tahu dan tempe selalu hidup sederhana, dimana mereka hanya fokus pada
profesi mereka saat ini sebagai pengrajin yang berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari.

B. Epistemologi Faktual

Berikut beberapa aspek epistemology yang terdapat di dalam jurnal yaitu :

1. Adaptasi Sosial yang dilakukan oleh para pengrajin “ Adaptasi sosial yang dilakukan oleh
sebagian pengrajin tahu dan tempe lebih khusus pengrajin yang berasal dari daerah Jawa
antara lain adalah mengikuti kegiatan rukun/kelompok sosial dengan berbagai kegiatan antara
lain adalah arisan mingguan, diskusi ringan dan kegiatan sosial lainnya seperti membantu pada
saat salah satu anggota rukun ada yang tertimpa musibah ataupun ada acara pernikahan.
Adaptasi sosial banyak memberi dampak positif dalam kehidupan masyarakat khususnya bagi
para pengikut rukun” Kegiatan rukun adalah salah satu cara pengrajin tahu dan tempe untuk
mengenal lebih banyak kerabat yang akan mereka jumpai sehari-hari di lingkungan tempat para
pengrajin tinggal.

2. Sosial Kemasyarakatan “ Dalam kegiatan sosial pengrajin tahu dan tempe hanya bertumpu
pada kegiatan rukun atau organisasi sosial sebagai alat untuk memperkaya kerabat dan
melakukan kegiatankegiatan sosial lainnya. Para pengrajin terhambat dengan jam kerja yang
mereka harus lalui setiap harinya mereka harus bekerja mulai dari pagi dini hari hingga sore,
jam kerja yang padat membuat para pengrajin terbelakang untuk masalahmasalah sosial”

3. Keagamaan “ Pada umumnya pengrajin tahu dan tempe memeluk agaman Islam, tidak
banyak aktifitas keagamaan yang dilakukan oleh para pengrajin oleh karena keterbatasan
waktu, lamanya proses pembuatan tahu dan tempe serta kurangnya tenaga pengrajin menjadi
salah satu faktor utama pengrajin memenuhi kebuutuhannya sebagai makhluk sosial dan
beragama. Namun, meski mempunyai keterbatasan waktu hal tersebut tidak menutup kegiatan
kegamaan para pengrajin”

C. Aksiologi Faktual

Berikut adalah beberapa aspek Aksiologi yang ada di dalam Jurnal yaitu:

1. Ekonomi

- Proses Pembuatan Tahu dan Tempe

Pengrajin tahu memulai aktifitasnya mulai pukul 03.00 pagi dinihari, hal pertama yang
dilakukan adalah pencucian kedelai, pencucuan biji kedelai dilakukan agar kedelai yang ini di
ambil sarinya dan di buat tahu ini lebih higienis dan bersih setelah proses pencucian lalu
pengrajin merendam kedelai dengan waktu perendaman 4-5 jam, setelah melewati masa
perendaman yang dilakukan pengrajin tahu adalah penggilingan kedelai. Pengrajin menentukan
banyaknya pembuatan perhari dengan melihat penjualan ikan, jika harga ikan mahal maka
produksi tahu diperbanyak dan begitu juga sebaliknya, jika harga ikan murah maka produksi tahu
hanya sekitar 4-8 masakan.

Lain halnya dengan pengrajin tahu pengrajin tempe yang memulai aktivitasnya pada
pukul 06.00 pagi sampai dengan jam 15.00 sore. Ada banyak aktifitas yang di lakukan pengrajin
tempe Selama mengamati proses pembuatan tempe peneliti mengamati bahwa jika tempe sudah
masuk kedalam tahap pembukusan bakal tempe dilakukan dengan adanya bantuan dari warga
yang tinggal di dekat pabrik tempe.

- Kendala dan Tempat Pemasaran

Ada beberapa kendala dalam pembuatan tahu dan tempe, seperti yang kita tahu kota Manado
bukanlah kota berpenghasilan kedelai, salah satu masalahnya adalah dari mana pengrajin tahu
dan tempe memperoleh bahan utama untuk pembuatan tahu dan tempe sementara bahan yang
paling pokok untuk membuat tahu dan tempe adalah kedelai.

Berdasarkan hubungan antara produsen dan konsumen, sistem distribusi dibedakan menjadi 2
yang di terapkan pengrajin tahu dan tempe di Lingkungan VII kelurahan Bahu yaitu :
- Distribusi Langsung, distribusi langsung yang dilakukan sebagian pengrajin tahu dan
tempe adalah penyaluran atau penjualan tahu dan tempe dilakukan secara langsung oleh
sebagian pengrajin sebagai produsen ke konsumen yang dilakukan tanpa perantara yaitu
di pasar tradisional yang berada tidak jauh dari pabrik tahu dan tempe berada, penjualan
tahu dan tempe yang berada di kelurahan bahu juga sudah memiliki pelanggan yang
setiap harinya membeli langsung di pabrik tahu dan tempe tersebut pembelian ini
dilakukan agar pembeli mendapatkan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga
ketika pembeli membeli tahu dan tempe di pasar atau di warung-warung.

2. Sistem Pengupahan

a. Upah Pengrajin Tempe

Dari penelitian yang dilakukan penulis mendapatkan informasi dari salah satu pengrajin tempe
bahwa dari ketiga pabrik tahu dan tempe upah yang diberikan oleh pemilik pabrik kepada para
pengrajin tempe adalah sebesar Rp.25.000 per harinya itu sama dengan Rp.750.000 per
bulannya.

b. Upah Pengrajin Tahu

Untuk pengrajin tahu adalah sebesar Rp. 50.000 per hari itu sama halnya dengan Rp. 1.500.000 -
2.000.000 perbulannya begantung pada naik turunnya harga ikan dan hasil masakan, Sama
seperti pengrajin tempe Gaji yang mereka dapatkan itu adalah gaji bersih karena tempat tinggal
dan uang makan sudah di sediakan di tempat kerja. Gaji pengrajin yang di berikan kepada
pengrajin itu terhitung per hari tetapi jika ada pengrajin yang meminta mingguan atau bulanan
pemilik akan memberikan sesuai permintaan dari pengrajin.

Bukan hanya tahu dan tempe yang dapat dihasilkan menjadi pundi-pundi rupiah, ternyata
setelah di teliti kulit ari atau ampas dari tahu dan tempe tersebut dapat berguna sebagai makanan
ternak atau mereka biasa menyebutnya konga (ampas dari biji kacang kedelai). 1 masakan sama
dengan 1 karung konga seharga 10.000 rupiah, Konga tersebut di jual kepada pemilik yang
memelihara hewan ternak yang biasanya itu seperti hewan ternak babi. Dari hasil penjualan
konga itulah pengelola pabrik tahu dan tempe membayar upah seluruh pengrajin tahu dan tempe.

D. Manfaat Jurnal
Dari beberapa pembahasan diatas maka manfaat dari Jurnal ini adalah untuk mengetahui
lebih dalam bagaimana tahu dan tempe memiliki pengaruh perekonomian yang cukup baik
khusus nya untuk komiditi industri rumahan sehingga dapat membantu para pengrajin yang rata-
rata hanya lulusan sd-smp sederajat(berpendidikan rendah) tetap dapat menghidupi keluarga
mereka serta memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Dengan kata lain dengan adanya
komiditi industri rumahan pabrik tahu dan tempe di Lingkungan VII membantu masyarakat yang
berada disana untuk keluar dari garis kemiskinan yang membelit mereka.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengrajin adalah salah satu profesi yang sangat mulia yang mencoba untuk melestarikan
salah satu peninggalan nenek moyang kita dalam bentuk apapun termasuk kuliner, kurangnya
sorotan tentang para pengrajin membuat pengrajin yang ada di Indonesia sebagai profesi yang
kurang diminati oleh segelintir orang yang lebih memilih untuk bekerja di perusahaan-besar.
Pengrajin tahu dan tempe yang ada di kelurahan bahu merupakan industri rumahan dengan
jumlah pekerja kurang dari 10 orang yang harus bekerja hingga 12 jam, jumlah waktu yang
panjang tersebut dikarenakan karena kurangnya tenaga kerja dan permintaan dari konsumen.

Dan dari beberapa aspek ontology,epistemology,dan aksiologi yang sudah dibahas di bab
seelumnya diharapkan penulis maupun pembaca dapat memahami dengan lebih baik lagi tentang
industri tahu dan tempe yang ada di Lingkungan VII Kelurahan Bahu Kecamatan Melalayang
Manado.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas penulis mengharapkan hasil karya yang sudah dihasilkan di
lingkungan VII dapat dilestarikan agar dapat bersaing dengan produk olahan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Fandy Tjiptono,2008, Strategi Bisnis Pemasaran. Andi. Yogyakarta

Sarwono. 2005. Membuat Tempe dan Oncom. Penebar Swadaya. Jakarta

Wirakusuma, Emma S. 2005. Tempe Makana “Super” Asli Indonesia. Jakarta: Penebar
Swadaya

Chariri A.(2009). Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif

Jujun Suriasumantri. (2010). Filsafat Ilmu, sebuah pengantar popular. Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta : 105

https://uin-malang.ac.id/r/131101/ontologi.html

Jurnal Holistik, Tahun IX No. 18/ Juli - Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai