Anda di halaman 1dari 55

BAB 4

KAJIAN KASUS

4.1 Kajian Kasus Ibu

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. M


DI PMB SITI JULAEHA KOTA PEKANBARU
Bidan : Bd. W, Amd. Keb Tanggal Pengkajian : 01 November 2019
Mahasiswa : Savera Indriani Pukul : 13.00 WIB
Data Subjektif
A. Biodata
Nama : Ny.M Nama : Tn. S
Umur : 31 th Umur : 40 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Korosin Alamat : Jl. Korosin
No.HP : 0823-8525-xxxx

Alasan Kunjungan/ Keluhan Utama : Ibu mengatakan ingin memeriksakan


kehamilannya dan mengeluh nyeri pinggang.
B. Riwayat Menstruasi
HPHT : 06-03-2019 Taksiran Persalinan : 13-12-2019
Siklus : ± 28 hari
C. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan ini merupakan perkawinan ke-2 nya. Ia menikah dengan suami
pertama umur 22 dan pernah hamil 1 kali. lalu pada tahun 2013, ia menikah dengan
suami kedua, dan baru mendapati kehamilan tahun 2019.
D. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bbl Yang Lalu
N Th UK Tempat Jenis Penolon Nifas Laktas JK/BB Ket
o. g i
1 2013 Aterm BPM Norma Bidan Norma Tidak Pr/ Hidup
l l ASI 2900 g
Eklusif
2 H A M I L I N I
E. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Pertama kali memeriksakan kehamilan pada UK 11-12 minggu di BPM oleh Bidan
Pemeriksaan ini yang ke : VII
Masalah yang pernah dialami :
Trimester I : Mual-muntah. Ibu mengatakan pernah mengalami mual
muntah pada UK 11 minggu, namun mual-muntah yang dirasakan tidak sampai
membuat ibu dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan dan mual muntah ini
berlangsung selama ± 4 minggu, hingga tidak dirasakan lagi pada UK 16

83
84

minggu.
Trimester II : Mimisan. Ibu mengatakan mimisan yang ia alami terjadi
pada kehamilan ini dan sebelumnya tidak memiliki riwayat mimisan.
Trimester III : Nyeri Pinggang
Pengobatan /anjuran yang pernah diperoleh : Antasid, Asam Folat, Calsifar, PCT,
Albion (Etabion), Calfera
Ibu mengatakan mulai rutin mengkonsumsi Albion/Tablet Fe sejak kehamilan 20
minggu, biasa diminum 1x1 hari dan mengatakan obat masih sudah tidak ada.
F. Riwayat Penyakit/Operasi Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit / operasi yang lalu
G. Riwayat Penyakit Yang Berhubungan Dengan Masalah Kesehatan Reproduksi
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit yang berkaitan dengan kesehatah reproduksi
seperti infertilitas, infeksi virus, PMS, servisitis kronis, endometriosis, myoma, polip
serviks, kanker kandungan, dll.
H. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan ia tidak memiliki riwayat penyakit keturunan keluarga seperti
hipertensi, DM, Asma, peny. Jantung, Peny. Ginjal, dll
I. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB berupa KB suntik 1 bulan dan 3 bulan serta
pernah menggunakan KB pil. Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan sejak
tahun 2013. Pada tahun 2015, ibu mengganti metode kontrasepsi dengan pil KB
selama ± 6 bulan. Setelah itu, ibu menggunakan KB jenis suntik 1 bulan sejak tahun
2015. Barulah pada tahun 2017 ibu tidak lagi menggunakan KB dikarenakan ingin
memiliki anak.

J. Pola Makan Dan Minum


Makan : 3x/ hari, porsi biasa
Minum : ± 10 gelas/ hari
Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi :
- Pagi : Teh, Roti
- Selingan : Buah,kue
- Siang : Nasi ( 1 mgk /200 gr), sayur, lauk
- Malam : Nasi , sayur,lauk, buah
K. Pola Eliminasi
BAK : 6-7 kali/hari
BAB : ± 2 hari/1 kali
Masalah : Tidak Ada
L. Pola Istirahat
Ibu mengatakan istirahatnya cukup
- Siang : 1-2 jam /hari
- Malam : 7-8 jam/hari
M. Psikososial
Ibu mengatakan ia senang dengan kehamilannya ini dan mengatakan baik suami dan
keluarga selalu memberikan dukungan penuh kepada ibu dalam menjalani
kehamilannya.
85

Data Objektif
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Sikap Tubuh : Lordosis
Turgor : Baik
BB Sebelum Hamil : 53 kg
BB Sekarang : 63 kg
TB : 158 cm
LILA : 25 cm
IMT : 22 kg/m2
TTV
1. TD : 100/70 mmHg
2. P : 20x/menit
3. N : 82x/menit
4. S : 36,5 º C
Rambut/kepala : Bersih dan tidak ada rontok
Mata : Skelera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat,
pernglihatan jelas dan tidak menggunakan alat bantu
Muka : Tidak ada oedema dan tidak ada cloasma gravidarum
Telinga : Tidak ada serumen
Mulut : Tidak ada stomatitis dan tidak ada gusi berdarah
Leher : Tidak Ada pembengkakan kelenjar tyroid
Payudara : Puting susu menonjol dan areola mammae ada
hiperpigmentasi
Abdomen
1. Inspeksi : Terdapat linea nigra, perbesaran tampak memanjang dan
tidak ada bekas operasi
2. Palpasi

a. Bagian atas : TFU pertengahan pusat-px, teraba lunak, bundar dan tidak
melenting adalah bokong janin
b. Bagian : Bagian samping kiri teraba keras dan memanjang adalah
samping punggung janin. Bagian samping kanan teraba tonjolan-
tonjolan kecil adalah ekstremitas janin.
c. Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat dan melenting
adalah kepala janin. Kepala belum masuk PAP (5/5)
3. Auskultasi (DJJ) : 136x/menit, kuat dan teratur
TFU : 28 cm
TBJ : (28-13)x155 = 2.325 gr
Ektremitas : Ektremitas atas tidak oedema, ektremitas bawah tidak
odema dan tidak ada varices, akral normal
Reflek patella : (+)/(+), gerakan normal
B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 01 November 2019, hasilnya :
Hb : 12,9 gr/dl
86

Protein Urine : (-)


Glukosa Urine : (-)
C. Deteksi Dini
KSPR : 2 (Skor Awal)
Assessement
Diagnosis Ibu : G2P1A0H1, 33-34 minggu, keadaan umum ibu baik
Diagnosis Janin : Janin hidup, tunggal, intrauterine, presentasi kepala, keadaan
umum janin baik
Masalah : Ketidaknyamanan TM III; nyeri pinggang
Plan
1. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu dan janin
baik, TTV normal, DJJ normal, usia kehamilan dan taksiran persalinan, Ibu
mengerti mengenai hasil pemeriksaannya.
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan yang ibu rasakan yaitu nyeri pinggang.
Hal ini merupakan hal yang normal dan biasanya dirasakan oleh ibu hamil TM3.
Adanya nyeri pinggang yang ibu rasakan ini, dikarenakan perubahan sikap tubuh
ibu sebagai akibat dari adanya pembersaran rahim. Selain itu, adanya pembesaran
rahim ini menyebabkan tertekannya saraf-saraf sehingga ibu merasa nyeri
pinggang. Adapun cara mengurangi nyeri yang ibu rasakan adalah, meletakkan
bantal diantara dua kaki ketika tidur, hindari penggunaan sendal yang tinggi,
hindari berdiri terlalu lama, Ibu mengatakan akan melakukan anjuran yang
diberikan Bidan.
3. Menganjurkan ibu untuk memantau gerakan janin dengan mengajarkan ibu cara
memantau gerakan janin, yaitudalam 12 jam minimal ada 10 kali gerakanataudalam
1 jam ada 4 kali gerakan, Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali cara
menghitung gerkakan janin.
4. Memberikan penkes mengenai persiapan persalinan. Ibu mengatakan akan bersalin
di PMB Siti Julaeha dan segera memenuhi persiapan persalinannya yang lain. Ibu
mengatakan tidak ada BPJS dan akan bersalin dengan biaya umum
5. Memberikan penkes mengenai tanda bahaya kehamilan pada TM 3, Ibu mengerti
dan dapat mengulangi 3 dari tanda bahaya yang dijelaskan
6. Memberikan penkes mengenai senam hamil, manfaatnya dan mengajarkan senam
hamil, serta menganjurkan ibu untuk melakukan senam hamil. Ibu mengatakan ia
aktif dalam kesehariannya, sering naik turun tangga sehingga merasa tidak perlu
untuk melakukan senam hamil.
7. Memberikan ibu terapi berupa Albion XV tablet dan menjelaskan cara
mengkonsumsinya
8. Menganjurkaan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi atau tanggal
15 November 2019
87

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Ny. M
Usia : 31 tahun
Diagnosis Awal
Ibu : G2P1A0H1, 33-34 minggu, keadaan umum ibu baik
Janin : Janin hidup, tunggal, intrauterine, presentasi kepala, keadaan
umum janin baik
Masalah : Ketidaknyamanan TM III ; nyeri pinggang
Tempat/ Uraian
Tanggal
1 2
17/11/2019 S :
15.00 WIB - Ibu mengatakan bayinya bergerak aktif
(Kunjungan - Ibu mengatakan tidak melakukan senam hamil, dikarenakan ibu
Rumah) merasa sudah aktif dan sering naik turun tangga, sehingga merasa
tidak perlu melakukan senam hamil
- Ibu mengatakan jarang melakukan anjuran yang diberikan untuk
mengurangi nyeri pinggang nya karena ia mengatakan merasa sulit
saat harus tidur dengan kaki diganjal dengan bantal.
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 110/80 mmHg
b. P : 20 x/menit
c. N : 78x/menit
d. S : 36,5 ºC
A:
Diagnosa Ibu : G2P1A0H1, 35-36 minggu, KU ibu baik
Diagnosa Janin : Janin hidup, tunggal, intrauterine
P:
1. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa
KU ibu baik, TTV normal dan usia kehamilan ibu, ibu mengerti
mengenai hasil pemeriksaannya.
2. Mengingatkan kembali ibu mengenai cara mengurangi nyeri
pinggang yang ia rasakan, Ibu mengatakan akan melakukannya.
3. Menganjurkan ibu untuk terus memantau pergerakan janinnya
4. Menganjurkan ibu mengkonsumsi obat yang telah diberikan

22/11/12 S:
12.00 WIB - Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
- Ibu mengatakan bayinya bergerak aktif
- Ibu mengatakan sudah melakukan anjuran berupa meletakkan bantal
diantara kedua kaki saat tidur dan mengeluh nyeri pinggang sudah
berkurang namun kadang - kadang terasa
88

1 2
O:
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 100/70 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 78x/menit
d. S :36,4°C
4. BB Sekarang : 65 kg
5. Konjungtiva : Tidak Pucat
6. Payudara : Ada pengeluaran colostrum
7. Abdomen :
a. Palpasi
1) Bagian Atas : TFU 3 jari dibawah px, teraba lunak, bundar
dan tidak melenting adalah bokong janin.
2) Bagian Samping : Bagian samping kiri perut ibu teraba
keras dan memanjang adalah punggung janin. Bagian
kanan perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil adalah
ekstremitas janin.
3) Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat
dan melenting adalah kepala janin. Kepala belum masuk
PAP(5/5).
b. Auskultasi
DJJ : 134x/menit, kuat dan teratur
8. TFU : 29 cm
9. TBJ :(29-13)x155= 2.480 gr
10. Ektremitas : Tidak oedema
A:
Dx Ibu : G2P1A0H1UK 37 minggu, KU ibu baik
Dx Janin : Janin hidup, tunggal, intrauterine, preskep, Ku janin baik
P:
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu dan
janin baik, TTV normal, DJJ normal, dan usia kehamilan ibu, Ibu
mengerti mengenai hasil pemeriksaannya.
2. Mengingatkan kembali ibu mengenai cara mengurangi rasa nyeri
pinggang atau ibu dapat menambah cara dengan massase pinggang
saat terasa nyeri, Ibu mengatakan akan mengikuti anjuran yang
diberikan.
3. Mengingatkan kembali ibu mengenai tanda awal persalinan, Ibu dapat
menyebutkan 3 tanda awal persalinan
4. Mengingatkan kembali ibu mengenai perawatan payudara untuk
persiapan menyusui bayinya. Ibu mengatakan sering melakukan
perawatan payudara saat mandi
5. Memberikan ibu terapi berupa Etabion XV tablet dan menjelaskan
cara mengkonsumsinya
89

1 2
6. Menganjurkaan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi
atau tanggal 29 November 2019
29/11/2019 S:
13.15 WIB - Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamiilannya
- Ibu mengatakan nyeri pinggang tidak begitu dirasakan lagi dan
mengeluh perutnya sering tegang –tegang
- Ibu mengatakan bayinya bergerak aktif

O:
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 110/70 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 80x/menit
d. S :36,6°C
4. BB Sekarang : 65 kg
5. Konjungtiva : Tidak Pucat
6. Payudara : Ada pengeluaran colostrum
7. Abdomen :
a. Palpasi
1) Bagian Atas : TFU 3 jari dibawah px, teraba lunak, bundar
dan tidak melenting adalah bokong janin.
2) Bagian Samping : Bagian samping kiri perut ibu teraba
keras dan memanjang adalah punggung janin. Bagian
kanan perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil adalah
ekstremitas janin.
3) Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat
dan melenting adalah kepala janin. Sebagian kecil
presentasi sudah masuk PAP (4/5)
b. Auskultasi
DJJ : 140x/menit, kuat dan teratur
8. TFU : 29 cm
9. TBJ :(29-13)x155= 2.480 gr
10. Ektremitas : Tidak oedema
A:
Dx Ibu : G2P1A0H1UK 38 minggu, KU ibu baik
Dx Janin : Janin hidup, tunggal, intrauterine, preskep, Ku janin baik

P:
1. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa
KU ibu dan janin baik, TTV normal, DJJ normal, dan usia
kehamilan ibu, Ibu mengerti mengenai hasil pemeriksaannya.
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan yang ibu rasakan
berupa perut yang sering tegang-tegang. Hal ini disebut dengan
90

1 2
Braxton Hisc atau kontraksi palsu dan hal ini merupakan hal yang
normal pada kehamilan trimester 3 dan menjelaskan kepada ibu
mengenai cara mengurangi nya, yaitu dengan teknik relaksasi dan
merubah posisi, serta bisa dikurangi dengan berendam dengan air
hangat, Ibu mengerti dan mengatakan akan melakukannya.
3. Memberikan penkes kepada ibu mengenai perbedaaan his palsu
dan his persalinan dan mengajarkan kepada ibu cara menghitung
dan mengenali his persalinan untuk mengetahui tanda awal
persalinan, Ibu dapat menyebutkan kembali perbedaan antara his
palsu dan his persalinan.
4. Menjelaskan kepada ibu mengenai ASI ekslusif dan manfaatnya,
serta menganjurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayinya, Ibu
mengatakan ingin memberikan ASI secara ekslusif untuk bayinya
kelak.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap melanjutkan mengkonsumsi obat
yang diberikan
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
lagi atau tanggal 6 Desember 2019.
05/12/2019 S: Ibu mengatakan datang ke PMB siang hari pukul 13.00 WIB dengan
22.00 WIB keluhan keluar lendir bercampur darah sejak pagi. Ibu mengatakan
tidak dilakukan pemeriksaan karena Bidan mengatakan belum ada
kontraksi. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah menjalar ke
pinggang sejak 30 menit yang lalu dan mengatakan baru saja keluar air
air dari jalan lahir yang tidak bisa ditahan.
O:
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. TTV :
a. TD : 100/ 80 mmHg
b. P : 20 x/menit
c. N : 80 x/menit
d. S : 36,5 ºC
d. BB sekarang : 66 kg
e. Konjungtiva : Tidak Pucat
f. Ekstremitas : Tidak oedema
2. Pemeriksaan Khusus :
a. Palpasi :
1) Bagian Atas: Teraba TFU pertengahan pusat-px, teraba
lunak, bundar dan tidak melenting adalah bokong janin
2) Bagian Samping : Kiri, teraba tonjolan-tonjolan
keciladalah ekstremitas janin. Kanan, teraba keras dan
memanjang adalah punggung janin
3) Bagian bawah : Teraba keras dan bulat adalah kepala janin.
Kepala sudah masuk PAP (4/5).
91

1 2
4) HIS : 2x10’20”
b. Auskultasi :DJJ : 144 x/menit, kuat dan teratur
c. TFU : 30 cm
d. TBJ : (30-13)x 155 = 2.635 gr
3. Pemeriksaan Anogenetalia
a. Vulva : Tidak oedema dan tidak ada varises serta
terdapat pengeluaran lendir bercampur darah (blood slym)
b. Anus : Ada haemoroid
4. Pemeriksaan Dalam (VT)
a. Tanggal dan Jam : 05/12/2019, pukul 22.00 WIB
b. Indikasi : Pecah ketuban
c. Hasil VT :
- Portio : Tebal, arah sumbu posterior
- Pembukann : 1 cm
- Ketuban : (-), warna jernih, bau khas ketuban, tidak
ada bagian janin yang menumbung
- Presentasi : Belakang kepala
- Posisi : Belum dapat ditentukan
- Penurunan : HI
A:
Dx Ibu : G2P1A0H1 UK 38-39 minggu, Inpartu Kala I fase laten
dengan KPD, KU Ibu baik
Dx Janin : Janin hidup, tunggal,intrauterine, preskep, KU janin baik

P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa KU dan janin baik,
TTV normal.DJJ normal, dan ketuban ibu sudah pecah serta
pembukaan 1 cm, Ibu mengerti dan mengetahui hasil
pemeriksaannya.
2. Melakukan observasi kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin
dengan lembar observasi
3. Memberikan asuhan sayang ibu berupa :
a. Memotivasi ibu untuk mengurangi aktivitas atau immobilitas
dikarenakan ketuban sudah pecah
b. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu dengan memberikan ibu
minman teh
c. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara menarik napas
panjang dari hidung dan dikeluarkan melalui mulut
d. Mengajarkan kepada pendamping tentang massase punggung
untuk mengurangi nyeri. Suami dapat melakukan massase
e. Mendiskusikan kepada ibu siapa yang akan mendampingi ibu
selama persalinan. Ibu mengatakan akan didampingi oleh
suami
4. Menyiapkan partus set, hecting set, infus set, pakaian ibu dan
pakaian bayi
92

1 2
06/12/2019 S : Ibu mengatakan nyeri nya bertambah kuat dan lama, namun datang nya
02.00 masih lama/ jarang.
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 110/ 90 mmHg
b. P : 20 x/menit
c. N : 80 x/menit
d. S : 36,5ºC
4. Palpasi :Kepala sebagian masuk PAP (3/5).
5. HIS : 2x10’30”
6. DJJ : 128 x/menit, kuat dan teratur
7. Pemeriksaan Dalam (VT)
a. Tanggal dan Jam : 06/12/2019, pukul 04.30 WIB
b. Indikasi : Indikasi waktu
c. Hasil VT :
- Portio : Tebal, arah sumbu posterior
- Pembukann : 2 cm
- Ketuban : (-)
- Presentasi : Belakang kepala
- Posisi : Belum dapat ditentukan
- Penurunan : H II

A:
Dx Ibu : G2P1A0H1 UK 39 minggu, Inpartu Kala I fase laten
dengan KPD, KU Ibu baik
Dx Janin : Janin hidup, tunggal,intrauterine, preskep, KU janin baik

P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa KU dan janin baik,
TTV normal.DJJ normal, dan pembukaan 2 cm, Ibu mengetahui
hasil pemeriksaannya.
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter penanggung jawab mengenai
keadaan ibu dikarenakan ketuban ibu sudah pecah setelah 4 jam,
sementara pembukaan masih 2 cm. Hasil dianjurkan akselerasi
persalinan dengan oksitosin 5 IU dalam RL 500 ml, tetesan 8
tts/menit, dinaikkan 5 tts/30 menit.
3. Menyiapkan infus set, termasuk didalamnya cairan Ringer laktat
(RL) drip dengan oksitosin 5 IU. Ibu telah dipasang infus dengan
tetesan 8 tts/menit pada pukul 05.00 WIB
4. Mengingatkan kembali ibu mengenai teknik relaksasi dan massase
pungung untuk mengurangi nyeri.
93

1 2
06/12/2019 S : Ibu mengatakan nyeri nya bertambah sering dan kuat
06.00 WIB
PMB Siti O:
Juleha 1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. HIS : 4 x10’45”
4. DJJ : 130x/menit,kuat dan teratur
5. Hasil VT :
a. Portio : Lunak, eff 60%, arah sumbu searah jalan
lahir
b. Pembukann : 5 cm
c. Ketuban : (-)
d. Presentasi : Belakang kepala
e. Posisi : UUK kiri depan
f. Penurunan : H II
g. Molage : Tidak ada molage
6. Infus terpasang RL drip oksitosin 5 IU 13 tts/menit

A:
Dx Ibu : Inpartu Kala I fase aktif dengan KPD, KU Ibu baik
Dx Janin : Janin hidup, tunggal,intrauterine, preskep, KU janin baik

P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa KU dan janin baik,
TTV normal, DJJ normal, dan pembukaan 5 cm, Ibu mengetahui
hasil pemeriksaanya.
2. Memantau kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin dengan
lembar partograf.
3. Memberikan support kepada ibu dengan mengajak ibu
mengucapkan doa-doa.
4. Mengingatkan kembali ibu teknik relaksasi dan massase punggung
untuk menggurangi nyeri.
5. Mengajarkan ibu teknik meneran yang baik, yaitu apabila ada
instruksi meneran dari bidan ibu boleh meneran dengan cara ibu
menarik napas panjang dari hidung dan mengejan seperti ingin
BAB dengan penekanan diperut, kepala ibu diangkat melihat kerah
jalan lahir, kedua tangan ibu berada di paha ibu sambil ibu menarik
kaki kearah dada sejauh mungkin. Ibu mengerti cara melakukannya
dan mengatakan akan mencobanya saat diinstruksikan untuk
meneran.
06/12/2019 S : Ibu mengatakan sakitnya semakin sering dan kuat serta ada rasa ingin
06.35 meneran seperti ingin BAB
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
94

1 2
3. HIS : 5 x10’50”
4. DJJ : 140x/menit,kuat dan teratur
5. Hasil VT :
a. Portio : Tidak teraba
b. Pembukann : 10 cm
c. Ketuban : (-)
d. Presentasi : Belakang kepala
e. Posisi : UUK depan
f. Penurunan : H IV
g. Molage : Tidak ada molage

A: Parturient kala II

P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU ibu
dan janin baik, TTV normal, DJJ normal dan pembukaan sudah
lengkap.
2. Membantu ibu dalam proses persalinan nya:
a. Membimbing ibu meneran saat ada his dan istirahat apabila
his berhenti
b. Memberikan ibu pujian dan dukungan apabila ibu meneran
dengan baik
c. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu dengan memberi ibu
minuman teh
3. Membantu ibu dalam proses kelahiran bayi pada saat kepala
berada 5-6 cm didepan vulva dan melonggarkan serta melepaskan
lilitan tali pusat (1 lilitan) pada leher bayi, Bayi lahir spontan
pukul 07.20 WIB, menangis kuat, cukup bulan, gerakan bayi
aktif, JK. Perempuan dan mengeringkan badan bayi serta
membungkus bayi.
4. Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada janin
kedua, tidak ada janin kedua

06/12/2019 S : Ibu mengatakan ia senang bayinya telah lahir dan mengeluh perutnya
07.20 WIB terasa mules
O:
1. Keadaan umum ibu dan bayi baik
2. Bayi lahir spontan, menangis kuat, cukup bulan, pergerakan aktif,
warna kulit kemerahan, Jk. Perempuan
3. TFU setinggi pusat : tidak ada janin kedua
4. Kontraksi : baik
5. Kandung kemih : Tidak Penuh
6. Perdarahan : ±100 cc
7. Plasenta belum lahir dan tali pusat belum dipotong
95

1 2
A: Parturient Kala III

P:
1. Memberitahukan kepada ibu bahwa ibu telah melewati proses
kelahirannya dan memberikan selamat kepada ibu serta
menjelaskan kepada ibu bahwa mules yang ibu rasakan merupakan
hal yang normal,dikarenakan adanya kontraksi pada uterus ibu, Ibu
mengerti akan keadaannya.
2. Menyuntikkan oksitosin sebanyak 5 IU secara IV dikarenakan ibu
dalam kondisi di infus.
3. Melakukan pemotongan tali pusat dan meletakkan bayi diatas dada
ibu diantara kedua payudara ibu serta lebih rendah dari putting.
4. Melakukan PTT saat ada his yang kuat dan melahirkan plasenta
dengan memutar searah; Plasenta lahir spontan pukul 07.24 WIB
5. Melakukan segera massase fundus uteri sambal melakukan
pemeriksaan plasenta; kontraksi baik dan selaput plasenta ada
robekan serta robekan tersebut dapat disatukan, tidak ada kotiledon
yang terlepas.

06/12/2019 S : Ibu mengatakan ia senang dan besyukur bayi dan plasentanya telah
07.24 WIB lahir. Ibu mengatakan pertunya terasa mules

O:
1. Plasenta lahir spontan, selaput dan kotiledon lengkap pukul 07.24
WIB
2. Keadaan umum : Baik
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. TTV :
a. TD : 120/90 mmHg
b. N : 88x/menit
c. S : 36,8ºC
5. TFU : 2 jari dibawah pusat
6. Kontraksi : Baik
7. Kandung kemih : Tidak penuh
8. Perdarahan : ±100 cc
9. Anogenetalia : Terdapat robekan pada mukosa vagina,
otot dan kulit perineum

A : Parturient kala IV dengan Rupture Perineum derajat II

P:
1. Memberitahu ibu bahwa ibu telah melewati proses persalinannya
2. Melakukan penjahiran luka perineum; Luka dijahit dengan anestesi
Lidocain2%, teknik jahitan konvensional dan jumlah jahitan 2/2.
96

1 2
3. Melakukan pemantauan kala IV yaitu selama 2 jam post partum, 1 jam
pertama setiap 15 menit dan 1 jam kedua setiap 30 menit ; hasil
pemantauan terlampir pada lembar belakang partograf
4. Melakukan pemantauan keberhasilan IMD. IMD berhasil pada menit
ke-48
5. Mengajarkan ibu massase fundus uteri untuk merangsang kontraksi
uterus mencegah perdarahan post partum serta mengajarkan ibu cara
menilai kontraksi uterus. Ibu dapat mengikuti gerakan massase seperti
yang diajarkan dan mengerti cara menilai kontraksi
6. Memberikan kenyamanan pada ibu dengan membersihkan ibu
7. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu dengan memberikan ibu minum
8. Melakukan dekontaminasi alat dan tempat bersalin
9. Memberikan bayi pada ibu untuk disusui serta memberi selamat pada
ibu
10. Melengkapi pendokumentasian dan lembar partograf

06/12/2019 S: Ibu mengatakan baru saja menyusui bayinya, ASI sudah ada sedikit dan
16.00 WIB mengeluh terasa mules saat menyusui bayinya. Ibu mengatakan sudah
mandi dan BAK 1 kali

O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 120/70 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 82x/menit
d. S : 36,4ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Payudara :Pengeluaran ASI ada (kolostrum)
6. Abdomen :
a. TFU : 2 jari dibawah pusat
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
7. Anogenetalia :
a. Lochea : Rubra (±30 cc)
b. Terdapat jahitan luka perineum derajat II

A : P2A0H2, nifas normal 6 Jam dengan Jahitan Rupture Perineum derajat II


KU Ibu baik

P:
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu baik
dan TTV normal, Ibu mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaannya.
97

1 2
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan ibu berupa perut mules
saat menyusui bahwa ini merupakan hal yang normal dikarenakan saat
ibu menyusui bayinya, maka hormone produksi (prolactin) yang
merangsang produksi ASI juga akan merangsang hormon pengeluaran
(oksitosin), sehingaa perut ibu terasa mules dan jika terjadi mules ini
artinya ada kontraksi uterus baik, Ibu mengerti akan keadaannya.
3. Mengajarkan ibu dan suami mengenai massase fundus uteri untuk
merangsang kontraksi uterus sehingga dapat mengurangi dan
mencegah terjadinya perdarahan post partum yang abnormal serta
mengajarkan ibu cara menilai kontraksi uterus, Ibu dan suami dapat
mengikuti gerakan massase seperti yang diajarkan dan mengerti cara
menilai kontraksi.
4. Mengingatkan kembali ibu tentang ASI Eksklusif dan menganjurkan
ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin dan tanpa di jadwal (on
demand), Ibu mengatakan akan menyusui bayinya seperti yang
dianjurkan.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi untuk mempercepat
penyembuhan luka perineum, ibu mengatakan sudah pergi ke kamar
mandi sendiri
6. Menjelaskan kepada ibu mengenai perawatan luka perineum, yaitu
selalu menjaga kebersihan luka, sering mengganti pembalut agar area
luka tidak lembab, tidak membersihkan area luka dengan obat-obatan
tradisional, tidak mencuci dengan air hangat, mencuci dari arah depan
kebelakang dan tidak sering sering menyentuh luka, Ibu mengerti dan
mengatakan akan melakukan perawatan seperti yang diajarkan.
7. Memberikan terapi dan suplemen sesuai dengan advis dokter, berupa :
a. Vit.A
b. Antibiotik Profilaksis yaitu Amoxicilin
c. Omegesic
d. Tablet Fe
e. Suplemen pelancar ASI

07/12/2019 S : Ibu mengatakan ia masih memberikan ASI saja pada bayinya dan
09.00 WIB mengatakan tadi malam sering terbangun karena menyusui bayinya,
sehingga tidak nyenyak tidur. Ibu mengatakan belum ada BAB
semenjak persalinan dan mengatakan sudah beraktivitas seperti
biasanya seperti menyapu rumah, dll.
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 110/70 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 80x/menit
98

1 2
d. S : 36,4ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Payudara :Pengeluaran ASI ada (kolostrum) dan
payudara tampak penuh
6. Abdomen :
a. TFU : 2 jari dibawah pusat
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
7. Anogenetalia :
c. Lochea : Rubra (±30 cc)
d. Terdapat jahitan luka perineum derajat II

A :P2A0H2, Nifas normal 1 hari dengan Jahitan Rupture Perineum derajat II


KU Ibu baik
P:
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu baik
dan TTV normal, Ibu mengerti akan hasil pemeriksaannya.
2. Memberikan penkes kepada ibu mengenai kebutuhan istirahat untuk
ibu nifas, yaitu jika bayi tidur, ibu bisa ikut tidur juga untuk
memenuhi kebutuhan istirahat ibu, Ibu mengatakan akan
melakukannya.
3. Memberikan penkes mengenai kebutuhan nurtisi ibu selama masa
nifas dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat tinggi seperti sayur-sayuran dan minum minimal
14gelas per hari, Ibu mengerti dan mengatakan akan melakukan
anjuran yang diberikan.
4. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya
dan memberikan ASI sesering mungkin.
5. Memberikan ibu penkes mengenai senam kegel dan manfaatnya serta
mengajarkan ibu cara melakukan senam kegel, Ibu dapat melakukan
gerakan senam kegel seperti yang dianjurkan.
6. Memberikan penkes mengenai tanda bahaya selama masa nifas, Ibu
dapat mengulangi 3 dari tanda bahaya yang disebutkan

10/12/2019 S:
09.00 WIB - Ibu mengatakan ia masih memberikan ASI pada bayinya
KF-2 - Ibu mengatakan mules saat menyusui sudah jarang dirasakannya
- Ibu mengatakan ia kadang kadang melakukan senam kegel yang
diajarkan
- Ibu mengatakan pengeluaran dari jalan lahir berwarna kecoklatan

O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
99

1 2
a. TD : 110/80 mmHg
b. P : 18x/menit
c. N : 72x/menit
d. S : 36,4ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Payudara :Pengeluaran ASI lancar dan payudara
tampak penuh
6. Abdomen :
a. TFU : 3-4 jari dibawah pusat
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
7. Anogenetalia :
a. Lochea : Sanguinolenta
b. Terdapat jahitan luka perineumderajat II

A : P2A0H2, Nifas normal 4 hari dengan Jahitan Rupture Perineum derajat


II, KU Ibu baik
P:
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu
baik dan TTV normal.
2. Memantau involusi dan menilai adanya tanda gejala infeksi
3. Memberi pujian kepada ibu karena ibu sudah memberikan ASI
pada ibu dan terus memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI
pada bayinya.
4. Menjelaskan kepada ibu tentang upaya memperbanyak ASI dengan
perawatan payudara dan teknik marmet serta menfaatnya dan
mengajarkan perawatan payudara dan teknik marmet.
5. Mengingatkan kembali ibu mengenai kebutuhan nutrisi pada ibu
selama masa nifas
6. Mengingatkan kembali ibu mengenai senam kegel untuk
mempercepat penyembuhan luka perineum

13/12/2019 S:
09.30 WIB - Ibu mengatakan keadaanya sehat
KF 2 - Ibu mengatakan ia menyusui bayinya dan mengatakan tadi malam
tidurnya kurang nyenyak karena bayinya menyusu dari pukul 01.00
sampai 4.30 WIB
- Ibu mengatakan ia kadang melakukan perawatan payudara saat
mandi

O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
100

1 2
3. TTV :
a. TD : 110/70 mmHg
b. P : 18x/menit
c. N : 78x/menit
4. S : 36,6ºC
5. Mata : Konjungtiva tidak pucat
6. Payudara :Pengeluaran ASI lancar, payudara penuh
7. Abdomen :
a. TFU : 3 jari di atas sympisis
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
8. Anogenetalia :
a. Lochea : Sanguinolenta
b. Terdapat jahitan luka perineum sudah mulai kering dan rapat

A : P2A0H2, 7 hari Post Partum, KU Ibu baik

P:
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu
baik dan TTV normal, Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya.
2. Memantau involusi dan menilai adanya tanda gejala infeksi
3. Memberi pujian kepada ibu karena ibu sudah memberikan ASI
pada ibu dan terus memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI
pada bayinya
4. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai pijat oksitosin
untuk memperbanyak ASI dan mengajarkan keluarga teknik pijat
oksitosin, Suami dapat mengikuti gerajan pijat yang diajarkan.
5. Memantau status psikologis dan emosi ibu melalui lembar EPDS
dan menjelaskan kepada ibu mengenai cara pengisiannya serta
hasilnya 7

21/12/2019 S:
11.00 WIB Ibu mengatakan keadaanya sehat dan baru saja selesai menyusui

O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 100/80 mmHg
b. P : 19x/menit
c. N : 74x/menit
d. S : 36,7ºC
4. Payudara :Pengeluaran ASI lancar, payudara penuh
6. Abdomen :
a. TFU : Tidak teraba diatas sympisis
101

1 2
7. Anogenetalia :
a. Lochea : Alba
b. Bekas jahitan luka perineum sudah kering

A : P2A0H2, Nifas Normal15 hari, KU Ibu baik

P :
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu
baik dan TTV normal
2. Memantau involusi dan menilai adanya tanda gejala infeksi
3. Memberi pujian kepada ibu karena ibu sudah memberikan ASI
pada ibu dan terus memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI
pada bayinya
4. Memberikan penkes kepada ibu mengenai perawatan bayi sehari-
hari, berupa menjaga kebersihan bayi dan tetap melakukan
stimulasi kepada bayi.

15/01/2020 S :
16.30 WIB - Ibu mengatakan ia masih memberikan ASI pada bayinya
KF 3 - Ibu mengatakan 2 malam kemaren tidak bisa tidur nyenyak
dikarenakan bayinya rewel pada malam hari
- Ibu mengatakan ia akan menitipkan bayinya di TPA karena akan
mulai bekerja
O :
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 110/90 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 78x/menit
d. S : 36,6ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Payudara :Pengeluaran ASI lancar, payudara tampak
penuh
6. Abdomen :
a. TFU : Tidak teraba diatas sympisis
7. Anogenetalia :
a. Lochea : Alba
b. Jahitan luka perineum sudah kering dan rapat

A : P2A0H2, Nifas normal 39 hari, KU Ibu baik


102

1 2
P :
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu
baik dan TTV normal, Ibu mengetahui hasil pemeriksaanyya.
2. Memantau involusi dan menilai adanya tanda gejala infeksi
3. Memberi pujian kepada ibu karena ibu sudah memberikan ASI
pada ibu dan terus memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI
pada bayinya
4. Mengingatkan kembali ibu mengenai pola istirahat ibu selama
masa nifas
5. Menjelaskan kepada ibu mengenai cara penyimpanan ASI
6. Memberikan penkes kepada ibu mengenai keluarga berencana
terutama alat kontrasepsi, baik berupa manfaat dan jenis
kontrasepsi yang cocok untuk ibu menyusui. Ibu tidak ingin KB
jenis spiral dan suntik 3 bulan serta memilih menggunakan KB
jenis pil laktasi.
103

4.2 Kajian Kasus Bayi

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA BAYI NY. M


DI PMB SITI JULEHA KOTA PEKANBARU
Bidan : Bd. W, Amd. Keb Tanggal Pengkajian : 06 Desember 2019
Mahasiswa : Savera Indriani Pukul : 08.30 WIB
Data Subjektif
A. Identitas Bayi
Nama : By. Ny. M
Tanggal Lahir : 06 Desember 2019
Jam : 07.20 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Ibu : Ny. M Nama Ayah : Tn. S


Umur : 31 th Umur : 40 th
Alamat : Jl. Korosin Alamat : Jl. Korosin
B. Riwayat Kelahiran
1. Usia Kehamilan : 38-39 minggu
2. Lama Persalinan Kala I : 9 jam
3. Lama Persalinan Kala II : 45 menit
4. Keadaan Air Ketuban : 4 menit
5. Persalinan : Spontan
6. Lilitan Tali Pusat : Ada, 1 lilitan
7. Penolong Persalinan : Bidan
8. Setelah Lahir : Langsung Menangis
C. Pemberian Asi
1. Pemberian ASI : Ya, segera setelah lahir dilakukan IMD
2. Masalah : Tidak Ada
Data Objektif
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV : N : 130 x/menit P : 44 x/menit S : 36,5ºC
4. BB : 3300 gr PB :49 cm
5. Lingkar kepala :32 cm
6. Lingkar dada : 34 Cm
7. Lingkar perut :32 cm
8. Lingkar lengan : 11 cm
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Teraba ubun-ubun besar dan kecil yang datar, tidak ada cephal hematoma, tidak ada
caput suksedanium, tidak ada luka dan tidak ada cacat bawaaan.
2. Wajah
Wajah simetris, dan tidak ada kelainan atau cacat bawaan
3. Mata
104

Kedua mata simetris, tidak ada strabismus, skelera putih, konjungtiva tidak pucat,
pupil mata jernih dan tidak ada kelainan.
4. Hidung
Terdapat lubang hidung dan cuping hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung
dan tidak ada secret.
5. Mulut
Terdapat palatum, gusi merah, dan tidak ada kelainan pada mulut
6. Telinga
Kedua teliga simetris, terdapat daun telinga dan tidak tampak cairan yang keluar
7. Leher
Tidak terdapat trauma flexus brachialis dan tidak terdapat lipatan kulit berlebihan di
belakan kepala
8. Dada
Simetris kiri dan kanan, serta tidak terdapat pernapasan retraksi intercostals,
terdapat tarikan dinding dada kedalam
9. Abdomen
Bentuk perut normal, tidak ada perbesaran, tidak ada perdarahan tali pusat dan
tidak ada kelainan.
10. Genetalia
Labia mayora telah menutupi labia minora, klitoris ada dan tidak atresia ani
11. Ekstremitas Atas
Kedua lengan sama panjang, jumlah jari lengkap, pergerakan aktif dan tidak
terdapat fraktur humerus serta klavikula.
12. Ekstremitas Bawah
Kedua kaki sama panjang, jumlah jari lengkap, pergerakan aktif dan tidak terdapat
kelainan.
13. Keadaan neuromuscular
Reflek Rooting : Ada Reflek Babinski : Ada
Reflek Moro : Ada Reflek Genggam : Ada
Reflek Sucking : Ada
14. Kulit
Warna : Kemerahan Vernik Kaseosa : Ada
Bercak/ tanda lahir : Tidak Ada Lanugo : Ada

Assessement
Neonatus Normal, usia 1 Jam, KU Bayi Baik
Plan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa KU bayi baik,
TTV normal, anggota tubuh dan alat gerak lengkap. Ibu mengerti mengenai hasil
pemeriksaan bayinya.
2. Menyuntikan vitamin K secara IM pada 1/3paha sebelah kiri, untuk pencegahan
perdarahan intracranial sebanyak 0,5 ml
3. Memberikan salep mata berupa antibiotic tetrasiklin 0,1%
4. Memberikan penkes mengenai ASI ekslusif dan manfaatnya serta menganjurkan
ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin pada bayinya dan tanpa di jadwal
105

(on demand),
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga suhu ruangan agar tidak terlalu dingin atau
panas, menyelimuti bayi dan memberi topi agar tidak terjadi hipotermi pada bayi,
tidak meletakkan bayi secara langsung bersentuhan dengan lantai/benda yang
bersuhu rendah
106

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : By. Ny. M


Usia : 1 jam
Diagnosis Awal : Neonatus normal, usia 1 jam
Tempat/ Uraian
Tanggal
1 2
06/12/2019 S : Ibu mengatakan ia sudah menyusui bayinya
14.00 WIB
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. P : 48x/menit
b. N : 136 x/menit
c. S : 36,8ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Abdomen : Tali pusat tidak ada perdarahan, bersih dan masih
basah serta tidak ada tanda infeksi
6. Kulit : Kemerahan

A : Neonatus normal usia 6 jam , KU bayi baik

P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi
baik, TTV normal, Ibu mengetahui hasil pemeriksaan pada
bayinya.
2. Melakukan perawatan sehari-hari bayi berupa memandikan bayi
dan perawatan tali pusat
3. Memberikan suntikan imunisasi Hb0 pada paha kanan secara IM
4. Memberikan penkes tentang cara menyusui bayi yang benar, Ibu
dapat mempraktikan cara menyusui yang benar.
5. Menjelaskan kepada ibu perawatan tali pusat, yaitu menjaga
kebersihan tali pusat, menjaga tali pusat agar tetap kering, dan
membersihkan dengan air bersih dan dibiarkan terbuka, Ibu
mengerti dan mengatakan akan melakukan seperti yang diajarkan.

07/12/2019 S:
08.00 WIB - Ibu mengatakan ia masih memberikan ASI saja pada bayinya
- Ibu mengatakan bayinya sudah BAB jam 4.30 pagi, namun belum
ada BAK
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
107

1 2
3. TTV :
a. P : 44x/menit
b. N : 128 x/menit
c. S : 36,6ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
7. Abdomen : Tali pusat tidak ada perdarahan, bersih
dan masih basah serta tidak ada tanda infeksi
5. Kulit : Kemerahan

A : Neonatus normal usia 1 hari , KU bayi baik

P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi
baik, TTV normal, Ibu mengetahui hasil pemeriksaan pada
bayinya.
2. Melakukan perawatan sehari-hari bayi berupa memandikan bayi
dan perawatan tali pusat sambil mengajarkan ibu cara memandikan
bayi dan perawatan tali pusat.
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa biasanya bayi akan BAK setelah
24 jam setelah lahir dan menganjirkan ibu untuk tetap memantau
bayinya serta memberikan ASI lebih sering lagi.
4. Mengingatkan ibu cara menyusui yang benar
5. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI saja pada bayinya
6. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda- tanda bahaya BBL
melalui media Buku KIA, Ibu mengerti dan mengatakan akan
selalu memantau bayinya.
10/12/2019 S:
09.00 WIB - Ibu mengatakan tali pusat bayinya belum sudah mau puput
- Ibu mengatakan bayinya sudah sering BAK
- Ibu mengatakan baru saja selesai menyusui bayinya dan
memberikan ASI saja pada bayinya

O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. P : 42x/menit
b. N : 130 x/menit
c. S : 37,4ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Abdomen : Tali pusat tidak berdarah, mulai
mengering dan bersih serta tidak ada tanda infeksi
6. Kulit : Ikterik dibagian kepala, dada, perut,
tungkai dan tangan
108

1 2
A : Neonatus normal usia 4 hari , KU bayi baik
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi
baik, TTV normal, namun kulit bayi sedikit kuning
2. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya dan mengajarkan ibu
cara menjemur bayinya serta menyusui bayinya lebih sering lagi
3. Mengajarkan ibu cara menyendawakan bayi
4. Mengingatkan kembali ibu mengenai cara menyusui yang benar
5. Menjelaskan kepada ibu mengenai pijat bayi dan mengajarkan
kepada ibu cara pijat bayi.
6. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI saja pada bayinya
13/12/2019 S:
10.00 WIB - Ibu mengatakan dua hari ini ia sudah menjemur bayinya
- Ibu mengatakan tali pusat bayinya puput pada hari ke 5
- Ibu mengatakan belum berani memijat bayi dan bayi dipijat nenek
- Ibu mengetakan ada biang keringat di bagian lipatan paha bayinya
- Ibu mengatakan ia sudah memandikan bayinya sendiri sejak 2 hari
yang lalu
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. P : 44x/menit
b. N : 124/menit
c. S : 36,8ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Abdomen : Tali pusat sudah puput
6. Kulit : Ikterik dibagian kepala, dada, perut
7. BB : 3600 gr
8. PB : 50 cm

A : Neonatus normal usia 7 hari , KU bayi baik

P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi
baik, TTV normal, namun kulit bayi masih sedikit kuning
2. Mengingatkan kembali ibu untuk menjemur bayinya dan menyusui
bayinya lebih sering lagi
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai kondisi bayi ibu yang
mengalami miliariasis, disebabkan karena kurangnya kebersihan
pada bayi serta cara mengatasinya dengan menjaga kebersihan
bayi, langsung mengganti pakaian jika basah dan kotor dan
diusahakan tidak ketat.
4. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI saja pada bayinya
109

1 2
21/12/2019 S:
10.30 WIB - Ibu mengatakan ia masih memberikan ASI saja pada bayinya
- Ibu mengatakan biang keringat ( miliariasis) sudah tidak ada lagi
sejak 3 hari yang lalu
- Ibu mengatakan kuning pada kulit bayinya sudah mulai hilang
sejak 5 harian yang lalu
- Ibu mengatakan kuning pada kulit bayinya sudah mulai hilang
sejak 5 harian yang lalu
- Ibu mengatakan terkadang neneknya memijat bayinya sebelum
mandi
- Ibu mengatakan bayi nya belum ada BAB sejak 5 hari yang lalu

O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
d. P : 40x/menit
a. N : 124/menit
b. S : 36,6ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Abdomen : Normal
6. Kulit : Kemerahan

A:
Neonatus normal, usia 15 hari, KU bayi baik

P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi
baik, TTV normal, Ibu mengetahui hasil pemeriksaan bayinya.
2. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI saja pada bayinya
3. Memberikan penkes mengenai imunisasi, manfaat dan jadwal
imunisasi pada bayinya.Ibu mengatakan akan membawa bayi ke
posyandu untuk di imunisasi BCG tanggal 10 Januari mendatang.
110

4.3 Pembahasan Kasus

4.3.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

Kunjungan pertama kehamilan dilakukan pada tanggal 01 November 2019

setelah kontak dengan penulis. Pada saat kunjungan pertama dilakukan

anamnesis secara keseluruhan dan dilakukan skrining dengan menggunakan

Kartu Skor Poedji Rohayati (KSPR). Adapun KSPR ini bertujuan untuk

mendeteksi dini faktor resiko suatu kehamilan (Rohayati, 2003). Setelah

dilakukan skrining terhadap Ny. M didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa

ibu termasuk pada kategori beresiko rendah dengan jumlah skor pada ibu yaitu 2

terdiri atas skor awal serta di katergorikan dengan kehamilan resiko rendah

(KRR). Oleh karena itu, penulis menganjurkan ibu untuk memeriksakan

kehamilannya dan melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, agar bisa

menghindari hal-hal yang mungkin akan terjadi pada ibu selama kehamilan,

persalinan, nifas hingga pada saat bayi lahir nanti. Pada kasus Ny. M, ibu sudah

memilih untuk melakukan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Selain itu, pengkajian riwayat kehamilan saat ini juga dilakukan. Pada

kasus Ny. M, terjadi masalah ketidaknyamanan yang dirasakan pada kehamilan,

yaitu pada trimester I berupa mual-muntah dan trimester II berupa mimisan dan

ketidaknyamanan yang dirasakan atau yang dialami ibu tidak mengarah kepada

hal yang patologis. Ny. M merasakan ketidaknyamanan berupa mual- muntah

atau emesis gravidarum pada trimester I, hal ini disebabkan karena perubahan

sistem hormonal. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Irianti (2014), pada

kehamilan terjadi peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (hCG).

Adanya hormon ini menstimulasi produksi hormon esterogen pada ovarium,


111

sehingga memicu peningkatan asam lambung dan menyebabkan mual-muntah.

Sementara itu, mimisan yang ibu rasakan pada kehamilan trimester II merupakan

hal yang normal. Pada kehamilan trimester II, suplai darah dalam tubuh ibu

hamil akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen janin,

sehingga menyebabkan pembuluh darah ibu hamil melebar, termasuk pembuluh

darah dihidung. Akibarnya saluran hidung dan saluran napas menjadi bengkak,

yang menyebabkan pembuluh darah menjadi lebih mudah pecah dan

menyebabkan mimisan.

Selama kehamilan, Ny. M mengeluhkan kondisi kesehatan dan

kehamilannya yang berkaitan dengan ketidaknyamanan pada trimester III. Pada

kunjungan pertama, Ny. M mengeluh adanya nyeri pinggang. Penulis

menginformasikan bahwa kondisi yang ibu rasakan merupakan hal yang

normal, dikarenakan adanya perubahan sikap tubuh ibu dimana pusat tubuh ibu

berada didepan, sehingga menyebabkan spasme otot- otot pinggang, serta

adanya pelonggaran sendi- sendi tubuh untuk persiapan persalinan (Darwiten,

2019). Selain itu, adanya nyeri pinggang di sebabkan karena membesarnya

uterus sehingga menyebabkan tertekannya saraf-saraf yang ada di pinggang.

Untuk itu, penulis memberikan asuhan dengan cara mengajarkan ibu cara

mengurangi nyeri pinggang yang ibu rasakan yaitu dengan cara meletakkan

bantal diantara kedua kaki ketika tidur, menghindari penggunaan sendal atau

sepatu dengan hak tinggi dan menghindari berdiri terlalu lama (Dartiwen, 2019).

Selain itu, Dartiwen juga menambahkan ada dua alternative lainnya berupa

penggunaan korset dam pemberian analgetik. Penulis melakukan evaluasi ke

efektifan asuhan yang diberikan pada ibu untuk mengurangi nyeri pinggang pada
112

kunjungan kedua.Pada kunjungan ini, nyeri pinggang yang ibu rasakan masih

terasa, dikarenakan ibu jarang melakukan anjuran yang diberikan penulis tentang

cara mengurangi rasa nyeri. Ibu merasa hal ini sulit dilakukan dan ia tidak

terbiasa. Namun, Penulis tidak mempraktikan cara mengurangi nyeri terse

khususnya cara mengurangi dengan meletakkan bantal diantara kedua kaki saat

tidur. sehingga Penulis berasumsi Ibu kurang mengerti cara mengurangi nyeri

pinggang. Selain itu, penulis juga berasusmsi bahwa ada keterkaitan antara

pekerjaan ibu dengan ketidaknyamanan yang ibu rasakan, dimana ibu

merupakan seorang guru, sehingga mengharuskan ibu untuk berdiri sedikit lama

saat mengajar. Namun, penulis tetap memotivasi ibu untuk melakukan anjuran

yang diberikan sebelumnya dan menganjurkan ibu untuk duduk disela

aktivitasnya mengajar . Setelah di evaluasi pada kunjungan ke tiga, keluhan ibu

berupa nyeri pinggang sudah mulai berkurang dirasakan oleh ibu.

Selain nyeri pinggang, keluhan lain yang ibu rasakan adalah adanya

braxton hicks. Secara fisiologis pada kehamilan trimester III akan terjadi

Braxton Hicks disebabkan karena pada trimester III, rahim akan mulai

berkontraksi untuk mempersiapkan persalinan. Hal ini juga berkaitan dengan

teori penurunan progesteron, dimana setalah usia kehamilan 28 minggu, kadar

hormon progesteron dalam tubuh akan mulai berkurang, sehingga hormon

oksitosin akan mulai meningkat, dan menyebabkan kontraksi (Fitriana dan

Widy, 2018). Asuhan yang diberikan berkaitan dengan keluhan ibu adalah

menganjurkan ibu menarik nafas panjang dari hidung dan mengeluarkan dari

mulut sebagai terknik relaksasi, sering mengganti posisi dan mandi atau

berendang menggunakan air hangat. Selain itu, penulis juga memberikan


113

pendidikan kesehatan tentang cara membedakan his palsu dan his persalinan.

Biasanya braxton hicks akan dirasakan secara tidak teratur. Sementara itu,

kontraksi persalinan bersifat teratur, interval makin pendek, dan kekuatan hicks

makin besar serta diiringi dengan nyeri pinggang menjalar ke arah depan dan

berpengaruh terhadap pembukaan atau pendataran serviks (Fitriana dan Widy,

2018).

Berdasarkan hasil pemeriksaan data objektif pada kasus Ny.M, selama

kunjungan kehamilan didapatkan pemeriksaan tanda- tanda vital tidak

menunjukkan adanya abnormalitas. Pemeriksaan berat badan di lakukan untuk

memantau status gizi selama kehamilan. Jika terdapat keterlambatan dalam

penambahan berat badan ibu, ini dapat mengindikasikan adanya malnutrisi

sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intra uterine

(Sulistyawati, 2011). Pada kasus Ny.M, selama kehamilan terjadi peningkatan

berat badan ibu sebanyak 12 Kg dari sebelum hamil. Sementara itu, Indeks Masa

Tubuh (IMT) Ny. M adalah 22 Kg/m2dan dikategorikan normal (Dartiwen,

2019). Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yongky (2012), peningkatan

berat badan untuk IMT normal adalah 11,5-16 Kg.

Hasil pemeriksaan palpasi abdomen pada kasus Ny.M menunjukkan hal

yang fisiologis. Pada kunjungan pertama hingga ke empat, didapati pada bagian

atas teraba bokong, bagian kiri teraba punggung janin, bagian kanan teraba

ekstremitas janin, dan bagian presentasi teraba kepala janin. Selain itu

pemeriksaan bagian terbawah janin dilakukan untuk mengetahui apakah bagian

presentasi janin sudah memasuki pintu atas panggul (PAP) atau belum
114

(Sulistyawati, 2011). Pada kasus Ny, M, bagian kepala janin sudah memasuki

PAP dengan perlimaan 4/5 pada usia kehamilan 38 minggu.

Pada kasus Ny. M, dilakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri (TFU) untuk

mengetahui usia kehamilan dan menilai perkembangan janin sesuai dengan usia

kehamilan (Irianti, 2014). Selama masa kehamilan dan kunjungan klinik dengan

penulis, terdapat kesenjangan antara TFU ibu dan teori yang ada. Pada

kunjungan pertama di usia kehamilan 33-34 minggu TFU adalah 28 cm yang

seharusnya 31-32 cm. Pada kunjungan ketiga yaitu pada usia kehamilan 37 dan

38 minggu TFU adalah 29 cm yang seharusnya sebesar 33 cm dan 34 cm

(Sulistyawati, 2013). Penulis berasumsi adanya ketidaksesuaian TFU pada Ny.M

ini disebabkan karena adanya kesalahan dalam pengukuran TFU. Sementara itu,

pada kunjungan kedua tidak dilakukan pemeriksaan TFU dikarenakan

kunjungan kedua ini dilakukan di rumah Ny. M.

Setelah didapatkan hasil pemeriksaan TFU menggunakan metline,

selanjutnya dilakukan perhitungan TBJ menggunakan hasil pemeriksaan TFU

menurut Mc. Donald. Perhitungan TBJ ini menggunakan rumus Johnson

Tausack yaitu TFU- (11/12/13) dikali 155 (Irianti, 2014). Pada kunjungan

pertama dan ketiga, dikarenakan bagian terendah janin belum memasuki PAP,

maka rumusnya berturut-turut adalah (28-13)x155 dan didapatkan hasil 2.325 gr

dan (29-13)x155, didapatkan hasil 2.480 gr. Pada kunjungan ke empat, bagian

terendah janin sebagian kecil sudah masuk ke PAP. Berdasarkan teori, jika

sebagian kecil bagian terendah janin masuk ke PAP, maka perhitungan TBJ

dikurang dengan 13. Maka perhitungan TBJ nya adalah (29-13)x155 dan

diadapatkan hasil 2.480 gr. Normalnya, pada usia kehamilan 33-34 minggu, TBJ
115

adalah 2000 gr, usia kehamilan 37 minggu adalah 2900 gr dan TBJ pada usia

kehamilan 38 minggu adalah 3050 gr (Yongki, 2012). Perhitungan TBJ ini

merupakan sebuah metode untuk memperkirakan BB lahir. Selalu ada selisih

antara TBJ dan berat lahir bayi Penulis berasumsi walaupun TBJ ini hanya

sebuah perkiraan atau estimasi dari berat lahir, juga sebagai deteksi dini dari dan

antispasi masalah gangguan tumbuh kembang janin. Ada kemungkinan

kesalahan dalam pengukuran TFU dan pemeriksaan penurunan kepala atau

presentasi janin oleh penulis, sehingga mempengaruhi hasil perhitungan TBJ.

Sesuai dengan standar asuhan kehamilan 10T, dilakukan pemeriksaan

laboratorium berupa pemeriksaan kadar haemoglobin. Pemeriksaan kadar

haemoglobin (Hb) ini dilakukan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi pada

kehamian berupa Anemia (Irianti,2014). Adanya anemia pada kehamilan

memiliki banyak komplikasi, baik komplikasi pada ibu maupun komplikasi pada

janin, diantaranya adalah perdarahan dan BBLR. Menurut teori, batas normal

kadar Hb pada trimester akhir kehamilan adalah 11,0 gr/dl (Irianti,2014). Pada

kasus Ny.M, hasil pemeriksaan menunjukkan hasil yang normal, yaitu 12,9

gr/dl. Kasus anemia yang sering di jumpai adalah anemia akibat defisiensi zat

besi (Irianti,2014). Untuk itu, sesuai dengan standar asuhan kehamilan berupa 10

T, maka diberikan tablet tambah darah sebagai upaya preventif dari kejadian

anemia pada ibu hamil. Jenis tablet tambah darah yang di berikan pada kasus

Ny. M adalah Albion, yang mempunyai kandungan yang sama dengan tablet

tambah darah Etabion. Adapun kandungan dari Etabion adalah Ferro fumarat

91,27 mg dan multi vitamin lainnya.


116

Selain pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), pemeriksaan lain yang

dilakukan adalah pemeriksaan protein urine. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

mendeteksi dini adanya komplikasi pre eklampsia pada ibu hamil

(Dartiwen,2019). Pada kasus Ny. M, dilakukan pemeriksaan protein urine

dengan metode dipstick atau strip urine dan metode pemanasan dengan asam

asetat 6 %. Hasil pemeriksaan urine dengan kedua metode ini menunjukan tidak

ada perubahan warna pada strip urine yang digunakan dan tidak ada kekeruhan

pada urine saat di bakar. Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Irianti

(2014), apabila tidak ada perubahan warna pada strip urine dan tidak ada

kekeruhan sedikitpun pada urine setelah di bakar dengan asam asetat 6%, maka

hasilnya negatif. Artinya, pada kasus Ny.M, tidak ada protein urine yang

merupakan salah satu tanda komplikasi pre eklampsia.

Disamping melakukan pemeriksaan, penulis juga memberikan pendidikan

kesehatan berkaitan dengan persiapan persalinan, seperti tempat bersalin, biaya

persalinan, pendonor darah jika diperlukan, persiapan tempat rujukan,

transportasi dan perlengkapan lainnya seperti pakaian ibu dan bayi yang akan

diperlukan saat persalinan. Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Asrinah

(2010), bahwa pada kehamilan trimester III, asuhan yang diberikan berupa

informasi berupa persiapan persalinan harus diberikan untuk keperluan

persalinan sampai pembagian peran jika nantinya ibu dirawat di rumah sakit.

Selain itu, dengan adanya informasi yang telah diberikan tersebut, ibu bisa

mempersiapkan semuanya sebelum hal-hal yang tidak di inginkan terjadi.

Sebagai persiapan laktasi, penulis juga memberikan informasi dan pendidikan

kesehatan mengenai ASI ekslusif. Persiapan menyusui selama masa kehamilan


117

adalah hal yang penting, karena dengan persiapan sedini mungkin maka ibu akan

lebih baik dan siap untuk menyusui bayinya (Indrayani, 2011).

Selain pendidikan kesehatan mengenai persiapan persalinan dan laktasi,

penulis juga memberikan informasi tentang pemantauan kesejahteraan janin

dengan mengajarkan menghitung gerakan janin. Ada dua metode dalam

menghitung gerakan janin, yaitu metode Cardiff dan metode Sadovsky (Irianti,

2014). Metode cardiff dilakukan dengan menghitung gerakan janin pada 10

gerakan pertama dalam satu hari. Sedangkan metode Sadovsky dilakukan

dengan cara menghitung gerakan janin dalam 1 jam yaitu ada 4 kali gerakan

janin. Memantau kesejahteraan janin dengan menghitung gerakan janin

dilakukan untuk mendeteksi dini penurunan keadaan janin, sehingga dapat

mengatasi masalah yang akan menimbulkan kematian (Irianti,2014).

Adapun asuhan lain yang diberikan berupa pendidikan kesehatan tentang

tanda- tanda bahaya selama kehamilan trimester III. Tanda-tanda bahaya pada

kehamilan merupakan salah satu cara mendeteksi dini adanya masalah atau

komplikasi kehamilan (Sulsitiyawati, 2013). Untuk itu, penulis merasa perlu

memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya pada kehamilan ini.

Selama memberikan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.M, penulis

tidak menjumpai kondisi dan keluhan ibu yang mengarah pada keadaan

patologis. Asuhan- asuhan yang diberikan pada Ny.M selama masa kehamilan

sesuai dengan standar asuhan kehamilan.


118

4.3.2 Asuhan Kebidanan Persalinan (INC)

a. Kala I

Persalinan kala I dimulai pada tanggal 05 Desember 2019. Pada

kasus Ny.M, kala I di mulai dengan adanya tanda kala I berupa keluarnya

lendir bercampur darah atau bloody show. Bloodyshow merupakan lendir

disertai darah dari jalan lahir disertai dengan pendataran dan pembukaan,

lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan

yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian

bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus

(Fitriana, 2018).

Pada pukul 22.00 WIB, terjadi komplikasi berupa ketuban pecah

dini. Sesuai dengan teori, dikatakan ketuban pecah dini apabila ketuban

pecah sebelum pembukaan 4 cm. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan

objektif, berupa pemeriksaan dalam atau vaginal touche (VT) didapatkan

hasil pembukaan 1 cm dan ketuban jernih. Ketuban pecah dini disebabkan

oleh infeksi, trauma, serviks inkompeten, malposisi, dan defisiensi Vitamin

C. Pada kasus Ny. M, penulis berasumsi bahwa penyebab dari KPD yang

dialami adalah karena defisiensi Vitamin C, dikarenakan pada saat

kehamilan yang dilihat dari riwayat penggunaan obat, tidak ditemukan

adanya konsumsi Vitamin C oleh Ny.M. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Durrotun, dkk (2019) tentang Manfaat Vitamin C terhadap

Kejadian KPD pada Ibu Bersalin menunjukan adanya pengaruh konsumsi

Vitamin C sewaktu hamil dengan kejadian KPD. Vitamin C memainkan

peranan yang penting dalam metabolism kolagen yang meningkatkan


119

pemeliharaan ketahanan selaput ketuban. Kerusakan kolagen sebagai

komponen utama matriks ektraseluler membrane ketuban (amnion dan

korion), dianggap sebagai factor utama terjadinya KPD. Vitamin C terlibat

dalam pemeliharaan kolagen dan antioksidan (Munafiah, 2019).

Pada pukul 02.00 WIB, tanggal 06 Desember 2019, nyeri yang

dirasakan ibu bertambah kuat, namun dengan interval yang lama. Pada

kasus Ny.M, pemeriksaan dalam dilakukan 4 jam setelah pemeriksaan

pertama dan hasilnya didapatkan pembukaan 2 cm. Sesuai dengan teori

yang di ungkapkan oleh Manuaba (2014) dan berkaitan dengan kasus Ny.M

yang mengalami ketuban pecah dini (KPD), maka pemeriksaan dalam

dibatasi untuk mencegah terjadinya infeksi. Berdasarkan alur tata laksana

ketuban pecah dini yang diungkapkan oleh Manuaba (2014), apabila usia

kehamilan aterm dan letak kepala, maka bisa dilakukan induksi persalinan

atas indikasi waktu atau pertimbangan infeksi, dikarenakan setelah ketuban

pecah maka bayi harus lahir sebelum 24 jam. Setelah 24 jam ketuban pecah,

maka resiko terjadinya infeksi lebih besar, termasuk korioamnionitis yang

berdampak pada kesehatan ibu maupun janin. Pada janin dapat

meningkatkan resiko sepsis neonaturum dan pneumonia.

Adapun tata laksana KPD pada usia kehamilan aterm adalah

penatalaksaan aktif dengan terminasi kehamilan dengan induksi persalinan

setelah 6 jam, 8 jam dan 24 jam dengan syarat usia kehamilan aterm dan

presentasi janin normal (Manuaba, 2014). Atas pertimbangan Bidan dan

mengingat usia kehamilan Ny.M sudah memasuki aterm dan presentasi

kepala serta mengingat sudah 6 jam sejak pecah ketuban dan hanya ada
120

kemajuan pembukaan 1 cm setelah di observasi selama 4 jam, serta his

hanya 2x10’30’ maka dilakukan penataklasaan aktif berupa terminasi

kehamilan. Selain itu, adanya ketuban pecah dini membuat fungsi air

ketuban berkurang. Diantara fungsi air ketuban adalah menjaga suhu tubuh

janin, melindungi janin dari trauma akibat benturan, melindungi dan

mencegah tali pusat kekeringan yang dapat menyebabkan fetal distress serta

berperan sebagai cadangan nutrient bagi janin, sehingga jika terjadi KPD

perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan. Terminasi kehamilan

didasarkan atas kematangan serviks melalui bishop score. Jika Bishop score

> 6 dilakukan induksi persalinan dan jika < 6 maka dilakukan pematangan

serviks terlebih dahulu. Namun, pada kasus terdapat kesenjangan, dimana

pada Ny.M tidak dilakukan penilaian Bishop Score untuk mengetahui

kematangan serviiks Ny.M dan langsung dilakukan akselerasi persalinan.

Akselerasi persalinan merupakan peningkatan frekuensi, lama dan kekuatan

kontraksi uterus serta pematangan serviks pada ibu hamil yang sudah

inpartu. Pada kasus Ny. M sudah ada tanda inpartu berupa adanya

pembukaan yaitu 2 cm , his persalinan dan sudah ada bloody show.

Akselerasi persalinan ini dilakukan melalui pemberian oksitosin secara

intravena dengan pemasangan infus Ringer Laktat (RL) sebanyak 500 CC

dan drip oksitosin sebanyak 5 IU. Akselerasi persalinan dilakukan pada

pukul 05.00 WIB dan dilakukan atas kolaborasi dengan dokter penanggung

jawab. Adapun pengaturan tetesan infus pada Ny. M, yaitu dimulai pada 8

tetes/menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 30 menit. Hal ini terdapat

kesenjangan dengan teori bahwa jumlah tetesan infus pada kasus akselerasi
121

persalinan dimulai dengan 10 tetes/ menit pada larutan fisiologis 500 cc

dengan 2,5 IU oksitosin dan dilakukan penambahan 10 tetes setiap 30 menit.

Adapun indikasi penambahan jumlah tetesan setelah 30 menit adalah dari

hasil evaluasi his. Merujuk dari kasus Ny.M, pada pukul 05.30 WIB

dilakukan penambahan jumlah tetesan infus menjadi 13 tetes/menit.

Berdasarkan hasil evaluasi pada Ny.M, didapatkan his persalinan yang

teratur dan adekuat, maka tetesan infus dipertahankan. Sesuai dengan teori,

jika his timbul secara teratur dan adekuat, tetesan oksitosin dipertahankan.

Pada kasus Ny.M, hingga kala II, tetesan infus dipertahan pada 13

tetes/menit.

Pada pukul 06.00 WIB, setelah dilakukan pemeriksaan dalam dan

didapatkan hasil pembukaan 5 cm. Artinya ada penambahan dilatasi serviks

sebesar 3 cm sejak pukul 02.00 WIB. Secara fisiologis, pada multipara

pembukaan akan bertambah 2 cm setiap 1 jam (Fitriana,2018). Namun, pada

kasus Ny.M, hanya ada penambahan 3 cm dalam 4 jam. Penulis berasumsi

bahwa penambahan dilatasi serviks pada kasus Ny.M mulai ada sejak

dilakukan induksi persalinan pada pukul 05.00 WIB, karena dapat dilihat

dari his ibu yang adekuat sejak dilakukan akselerasi persalinan. Penulis

memberikan asuhan dengan memantau kemajuan persalinan, kondisi ibu

dan janin melalui partograf. Menurut teori, waktu pengisian partograf

dimulai dari pembukaan seviks 4 cm sampai 10 cm dan berakhir pada

pemantauan kala IV (Fitriana, 2018). Adapun tujuan dari pengisian lembar

partograf ini adalah untuk mencatat kemajuan persalinan, memantau,


122

mengevaluasi dan membantu penolong persalinan dalam menemukan

penyulit serta membuat keputusan klinik (Fitriana, 2018).

Pada kala I persalinan Ny.M, asuhan yang diberikan adalah

pengurangan rasa nyeri dengan teknik relaksasi dan latihan pernafasan serta

massase punggung. Menurut teori yang diungkapkan oleh Fitriana (2018),

terdapat beberapa teknik pengurangan rasa sakit, dua diantaranya adalah

teknik relaksasi dan latihan pernapasan serta massase punggung.

Persalinan kala I Ny.M berlangsung selama 8,5 jam di hitung dari

pecahnya ketuban ibu sampai pembukaan 10 cm. Hal ini sesuai dengan teori

yang mengatakan pada multipara, persalinan kala I akan berlangsung selama

8 jam (Fitriana,2018).

b. Kala II

Persalinan kala II Ny.M dimulai pada pukul 06.35 WIB. Pada

pengkajian data subjektif, didapatkan keluhan berupa nyeri perut yang

semakin kuat dan ada keingingan meneran seperti ingin BAB. Hal tersebut

merupakan suatu keadaan yang normal disebabkan karena ketika kepala

janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadi tekanan pada

otot-otot pada dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin

meneran pada ibu dan tekanan pada rektum menyebabkan ibu merasa ingin

BAB dengan tanda anus terbuka (Rohani,2011).

Pemeriksaan data objektif pada kasus Ny. M tampak ada tanda-

tanda kala II yaitu tekanan pada anus, perineum menonjol , dan vulva

membuka. Adapun tanda gejala kala II yaitu ibu merasa ingin meneran,

meningkatnya tekanan pada rektum dan vagina, perineum terlihat menonjol,


123

vagina dan sfingter ani membuka dan adanya peningkatan pengeluaran

lendir dan darah (Rohani,2011). Dengan adanya tanda-tanda kala II, penulis

memimpin ibu dalam proses persalinan dan meneran, sehingga dengan

adanya bantuan proses memimpin ibu meneran dapat membantu ibu terarah

dalam pengambilan nafas dan posisi meneran.

Dalam melakukan penolongan persalinan kala II Ny.M, didapatkan

adanya lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat tersebut berjumlah 1 lilitan dan

keadaannya longgar. Lilitan tali pusat dapat menimbulkan bradikardia dan

hipoksia dan dapat meningkatkan mortilitas perinatal (Prawihardjo, 2016).

Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Walyani dan Endang (2016),

jika lilitan tali pusat melilit leher bayi dengan longgar, upayakan agar tali

pusat tersebut dapat dilonggarkan lewat kepalanya. Untuk itu, Bidan dan

penulis melakukan pelonggaran tali pusat dan melepaskannya melalui

kepala bayi.

Secara fisiologis, persalinan kala II pada primipara adalah 50 menit,

sedangkan pada multipara adalah ±20 menit (Fitriana, 2018). Sementara itu,

pada kasus Ny.M, persalinan kala II berlangsung selama 45 menit dan bayi

lahir pukul 07.20 WIB. Penulis berasumsi bahwa ketidaksesuaian waktu

kala II pada kasus Ny.M disebabkan karena Ny.M tidak mengikuti anjuran

bidan tentang cara meneran dengan baik dan adanya lilitan tali pusat pada

bayi, sehingga waktu kala II sedikit lebih lama.

c. Kala III

Pada persalinan kala III Ny.M, keluhan yang ibu rasakan adanya rasa

mules. Rasa mules yang ibu rasakan karena adanya kontraksi pada uterus
124

ibu untuk kelahiran plasenta. Hal ini berkaitan juga dengan hasil

pemeriksaan objektif, berupa kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan

kandung kemih. Penulis melakukan pemeriksaan kandung kemih, kontraksi

dan tinggi fundus uteri. Pemeriksaan kandung kemih bertujuan untuk

memastikan kandung kemih tidak penuh, karena kandung kemih yang

penuh dapat mengahambat kontraksi utreus sehingga menyebabkan

kontraksi uterus menjadi tidak maksimal. Hal ini juga berkaitan dengan

TFU dan pada akhirnya berkaitan dengan pengeluaran plasenta. Dengan

adanya kontraksi uterus yang baik, maka proses kelahiran atau pengeluaran

plasenta akan berlangsung normal. Pada kasus Ny. M, pengeluaran plasenta

berlangsung selama 5 menit. Hal ini merupakan hal yang normal karena

normalnya kala uri berlangsung ±8,5 menit dan pelepasan plasenta

memakan waktu 2-3 menit (Fitriana,2018).

Asuhan yang diberikan pada persalinan kala III adalah dengan

manajemen aktif kala III. Berdasakan teori, tujuan dari MAK III ini adalah

untuk mengurangi perdarahan dan mempersingkat waktu kala III (JKN-PR

2016). Dalam MAK III, dilakukan pemberian oksitosin 10 IU, peregangan

tali pusat terkendali (PTT) dan massase fundus uteri segera setelah plasenta

lahir. Pada kasus Ny. M, pemberian oksitosin dilakukan secara intravena

sebanyak 5 IU. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahawa pada

MAK III dilakukan pemberian oksitosin 10 IU secara IV dan dilanjutkan

sampai 2 jam post partum.

Selain itu, asuhan berupa massase fundus uteri dilakukan untuk

mencegah dan mendeteksi dini adanya komplikasi kala III berupa atonia
125

uteri. Sesuai dengan teori, tanda dari atonia uteri adalah tidak adanya

kontraksi uterus setelah 15 detik plasenta lahir (Prawohardjo, 2016).

Massase fundus uteri ini juga dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus.

Pada kasus Ny.M, setelah dilakukan pemotongan tali pusat,

dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Hal ini sesuai dengan teori yang

disebutkan dalam asuhan persalinan normal oleh JNK-PR (2016),

disebutkan bahwa setelah pemotongan tali pusat, bayi akan diletakkan

tengkurap diatas dada ibu dan berada diantara payudara ibu dengan posisi

lebih rendah dari puting payudara ibu. Adapun manfaat dari IMD pada bayi

adalah bayi mendapatkan kolostrum dan mencegah hipotermi pada bayi.

Sementara itu, dilakukan IMD ini juga bermanfaat bagi ibu, karena dapat

merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. Oksitosin dapat merangsang

kontraksi uterus sehingga menurunkan risiko perdarahan postpartum,

merangsang pengeluran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI.

Sedangkan hormon prolaktin dapat meningkatkan produksi ASI, membantu

mengatasi stress dan menunda ovulasi (Fitriana, 2018). Pada kasus Ny.M,

IMD berhasil pada menit ke 48. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyebutkan bahwa pada menit ke 20 bayi akan merangkak kearah

payudara dan menit ke 50 bayi akan mulai menyusu (Fitriana, 2018).

d. Kala IV

Persalinan kala IV pada Ny.S dilakuakan dengan pemantauan 2 jam

post partum. Hal ini dilakukan untuk mencegah dan memantau kondisi ibu

setelah persalinan, dimana dalam keadaan seperti ini akan rawan terjadi

perdarahan postpartum primer , yaitu perdarahan yang terjadi pada 24 jam


126

pertama setelah melahirkan. Adapun pemantauan kala IV ini yaitu

pemeriksaan tanda vital, kontraksi uterus, fundus uteri, kandung kemih,

jumlah perdarahan setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30

menit pada 1 jam kedua. Untuk suhu hanya satu kali pada 1 jam pertama

dan kedua. Hal ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh JNK-PR

(2016), bahwa pemantauan kala IV yang harus dilakukan yaitu pemeriksaan

TTV, kontraksi, kandung kemih, dan jumlah perdarahan. Selama

pemantauan Ny.M selama 2 jam tidak ada ditemukan penyulit ataupun

masalah dan komplikasi.

Selain pemantauan kala IV, juga dilakukan pemeriksaan laserasi

jalan lahir. Pada kasus Ny.M, didapatkan adanya laserasi jalan lahir derajat

2 yaitu padamukosa vagina, kulit dan otot perineum. Didalam teori laserasi

perineum dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah berat

badan janin dan kelenturan jalan lahir (Sulistyawati,2012). Penulis

berasumsi bahwa adanya laserasi jalan lahir pada Ny.M disebabkan karena

faktor berat badan janin, dimana pada persalinan sebelumnya berat badan

janin lebih kecil. Adapun asuhan yang diberikan berdasarkan kasus Ny.M

ini adalah dengan melakukan penjahitan laserasi jalan lahir. Tujuannya

adalah untuk menyatukan kembali jaringan yang mengalami luka dan juga

untuk mencegah kehilangan darah pada ibu bersalin (Fitriani, 2018). Pada

kasus Ny.M, dilakukan penjahirtan dengan anestesi lidocain 2% dan teknik

penjahitan konvensional (putus-putus).


127

4.3.3 Asuhan Kebidanan Nifas (PNC)

Pada KF 1 yaitu 6 jam post partum didapatkan hasil anamnesis ibu

mengeluh terasa mules saat menyusui bayinya. Secara fisiologis, setelah

melahirkan ibu akan merasakan mules yang disebabkan oleh kontraksi dan

relaksasi uterus berurutan yang terjadi secara terus menerus. Pada wanita

menyusui, saat menyusui, rangsangan mulut bayi pada puting susu akan

merangsang hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Adanya

hormon ini menyebabkan hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon

oksitosin. Hormon oksitosin akan menyebabkan kontraksi pada otot rahim seingga

menimbulkan rasa mules dan adanya kontraksi ini dapat mempercepat involusi

dan mengurangi perdarahan (Wahyuningsih,2018). Penulis memotivasi ibu untuk

selalu berkemih, jika dirasa kandung kemih terasa penuh, karena kandung kemih

yang penuh dapat mengganggu kontraksi uterus. Dengan cara menjelaskan kepada

ibu mengenai fisiologi dari mules yang dirasakan ibu juga merupakan suatu

tindakan untuk mengatasi keluhan yang ibu rasakan, khususnya kecemasan ibu

berkurang. Sementara itu pada KF 2 dan KF 3 ibu tidak mengalami keluhan yang

berkaitan dengan keadaan yang patologis.

Berdasarkan hasil pemeriksaan objektif pada Ny.M di setiap kunjungan,

didapatkan hasil yang normal dan tidak ada masalah atau kondisi yang patologis

pada Ny.M. Pada pemeriksaan TTV pada ibu dibawah 140/90 mmHg, suhu tubuh

dibawah 38ºC, nadi <100 kali/menit dan pernapasan <30 kali/menit. Hasil tersebut

sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa tanda-tanda vital ibu nifas

dikatakan normal apabila tekanan darah ibu < 140/90 mmHg, suhu tubuh <38 0C,

denyut nadi 60-100x/menit dan pernapasan 20-30x/menit (Walyani,2015).


128

Pada kunjungan pertama, pengeluaran ASI masih berupa colostrum. ASI

matur atau ASI yang sebenarnya akan keluar pada hari ke 10 setelah persalinan

didahulu oleh ASI transisi pada hari ke 4 yang disebabkan karena masih tingginya

kadar hormon didalam tubuh ibu. Dimana setelah plasenta lahir, kadar hormon

seperti esterogen dan progesteron serta hormon plasenta lactogen (HPL)

berangsur-angsur akan turun, namun Hormon Plasenta Lactogen (HPL) ini tidak

sepenuhnya langsung turun kadarnya dalam tubuh ibu, sehingga produksi hormon

prolaktin masih ditekan pengeluarannya. Hormon prolaktin ini yang

merasangsang pengeluaran ASI. Dengan ditekannyapengeluaran hormon prolaktin

ini, maka pengeluaran ASI belum lancar. ASI mulai lancar pada hari ke 2-3

setelah persalinan. Adapun cara mempercepat pengeluaran ASI tersebut adalah

dengan sering menyusui bayi , karena pada saat menyusui terdapat rangsangan

pada puting susu ibu, dimana akan menstimulasi adenohipofisis untuk

mengeluarkan hormon prolaktin dan secara bersamaan juga merangsang hipofisis

posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin sebagai hormon pengeluaran

ASI. Adanya hormon oksitosin ini akan merangsang duktus-dukus pada aveoli

untuk berkontraksi, sehingga pengeluaran ASI menjadi lancar (Walyani, 2015).

Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk menilai kemajuan involusi uterus.

Involusi uterus adalah proses uterus kembali ke ukuran semula, seperti sebelum

hamil, diukur dengan pengkajian TFU dan konsistensi uterus. Pada pemeriksaan

palpasi abdomen pada KF 1 (6 jam post partum) ditemukan hasil pengukuran

TFU ibu dalam batas normal yaitu 2 jari dibawah pusat dan uterus teraba keras

yang menunjukan kontraksi baik. Sementara itu, pada KF 2( 4 hari post partum)

didapatkan hasil pertengahan pusat-sympisis dan pada KF 3 (39 hari post partum)
129

tidak teraba diatas sympisis. Normalnya kontaksi uterus ibu dikatakan baik jika

uterus teraba keras dan TFU ibu setelah melahirkan adalah 2-3 jari dibawah

pusat, setelah 7 hari post partum TFU pertengahan pusat-sympisis, dan setelah 6

minggu TFU tidak teraba diatas sympisis dan kembali normal seperti sebelum

hamil ( Sutanto, 2018). Pemeriksaan anogenetalia ibu ditemukan bahwa jumlah

pengeluaran lochea ibu pada KF 1 adalah normal yaitu ± 70 cc (satu pembalut

besar). Begitu juga dengan lochea yaitu berwarna merah (rubra). Pada KF2,

pengeluaran lochea adalah sanguilenta, dan pada KF3 tidak ada lagi pengeluaran

lochea. Susanto (2018) menyebutkan bahwa normalnya pengeluran lochea rubra

akan berlangsung selama 1-3 hari pasca persalinan, lochea sanguilenta akan keluar

pada hari ke 4-7 setelah persalinan, serosa pada hari ke 7-14 dan alba setelah 14

hari pasca persalinan (Sutanto,2018).

Asuhan yang diberikan selama masa nifas adalah mengenai perawatan luka

perineum. Hal ini diberikan mengingat ibu memiliki luka perineum derajat 2,

sehingga penulis menganggap hal ini perlu diberikan untuk mencegah terjadinya

infeksi dan komplikasi pada masa nifas. Adapun cara perawatan luka perineum

adalah dengan sering menjaga kebersihan luka perineum, tidak memberikan

ramuan tradisional pada area luka, tidak mencuci/membersihkan luka dengan air

hangat, sering mengganti pembalut, membersihkannya dari arah depan ke

belakang dan tidak sering-sering menyentuh luka agar tidak mudah terjadi infeksi

(Sutanto, 2018).

Selain itu, penulis juga mengajarkan ibu tentang mobilisasi dan senam

kegel. Menurut teori yang diungkapkan Bahiyatun (2009) yang dikutip dalam

jurnal penelitian tentang Hubungan Mobilisasi Dini dan Senam Kegel terhadap
130

Penyembuuhan Luka Perineum Ibu Postpartum di BPM Dince Safrina Kota

Pekanbaru oleh Rena Afri, dkk (2017), menyebutkan mobilisasi dini merupakan

salah satu kegiatan yang dapat membantu mempercepat penyembuhan luka

perineum juga dapat mengencangkan otot-otot abdomen, pelvis dan perineum

serta mencegah komplikasi lain pada masa postpartum. Sementara itu, senam

kegel bertujuan untuk menghilangkan ketidaknyamanan dan nyeri ketika duduk

atau hendak berbaring dan bangun dari tempat tidur. Senam kegel akan

meningkatkan sirkulasi ke area perineum, sehingga meningkatkan penyembuhan.

Senam atau latihan kegel juga dapat mengembalikan tonus otot panggul (Sutanto,

2018). Penulis berasumsi adanya keterkaitan antara kombinasi dan senam kegel

yang dilakukan oleh ibu dengan penyembuhan luka perineum. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rena Afri, dkk (2017), bahwa 93.3%

responden yang melakukan mobilisasi dini dengan kombinasi senam kegel

mengalami penyembuhan luka perineum saangat baik.Pada kasus Ny.M, jahitan

luka perineum sudah mulai kering dan rapat pada hari ke 7.

Berdasarkan program kebijakan teknis kunjungan nifas pertama (KF1),

asuhan yang dilakukan pada ibu nifas adalah pemberian ASI awal. Pada

kunjungan ini diberikan penkes tentang pemberian ASI secara on demand dan

memberikan penkes mengenai ASI eksklusif dan manfaatnya serta menganjurkan

ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Berdasarkan teori yang

diungkapkan oleh Sutanto (2018), ASI ekslusif adalah pemberian ASI kepada

bayi tanpa makanan dan minuman pendamping sejak bayi baru lahir sampai

dengan usia 6 bulan. Sementara itu, manfaat dari pemberian ASI eklusif bagi bayi

adalah sebagai nutrisi, kekebalan, meningkatkan kecerdasan bayi, dan dapat


131

meningkatkan jalinan kasih sayang. Sedangkan manfaat bagi ibu adalah

mengurangi perdarahan, menjarangkan kehamilan dan mengurangi kemungkinan

menderita kanker (Walyani, 2015).

Sebagai upaya memperbanyak ASI, penulis memberikan pendidikan

kesehatan tentang perawatan payudara dan teknik marmet. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Aprilina (2016) tentang Kombinasi Breast Care dan Teknik

Marmet terhadap Produksi ASI Post SC di Ruangan Falmboyan RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto, setelah dilakukan intervensi didapatkan 80,6%

produksi ASI optimal. Berkaitan dengan kasus Ny.M, penulis berasumsi bahwa

asuhan dengan pendidikan kesehatan perawatan payudara dan teknik marmet ini

berhasil, dilihat dari berat badan bayi yang bertambah pada hari ke 7 sebanyak

300 gr. Selain kedua upaya tersebut, penulis juga memberikan asuhan mengenai

pijat oksitosin. Adapun manfaat dari pijat oksitosin ini adalah untuk merangsang

oksitosin, meningkatkan kenyamanan, meningkatkan gerak ASI ke payudara,

menambah pengisian ASI ke payudara, memperlancar pengeluaran ASI dan

mempercepat proses involusi uterus (Sutanto, 2018).

Penulis juga melakukan pengkajian EPDS sebagai skrining atau deteksi dini

gangguan psikologis yang dialami ibu dalam bentuk kuisioner dengan 10

pertanyaan. Jika skor dari EPDS diatas dari 13 atau lebih menunjukkan adanya

gejala depresi post partum (Sutanto, 2018). Pada kasus Ny.M, hasil pengkajian

tersebut memiliki skor 7. Artinya, ibu memiliki resiko rendah terjadi gangguan

psikologis dalam masa nifas ini.

Pada masa nifas, juga diberikan pelayanan konseling keluarga berencana

(KB). Pada kasus Ny.M, setelah diberikan pendidikan kesehatan, Ny.M


132

mengatakan ingin menggunakan kontrasepsi jenis pil progestin atau mini pil. Pil

KB progestin bekerja dengan dua cara. Pertama, menghentikan ovulasi

(mencegah ovarium mengeluarkan sel telur). Kedua, mengentalkan cairan serviks

sehingga menghambat pergerakan sperma ke rahim (Sutanto, 2018). Cara

pemakaian pil KB ini adalah diminum mulai hari 1-5 siklus haid setelah masa

nifas, diminum setiap hari pada saat yang sama. Kemudian jika minumnya

terlambat dalam jangka waktu lebih dari 3 jam,maka minum pil begitu ingat dan

gunakan metode pelindung selama 48 jam, jika lupa 1-2 pil, maka segera minum

begitu ingat dan menggunakan pelindung sampai akhir bulan. Bila tidak haid,

mulai dengan paket baru sehari setelah paket terakhir habis (Sutanto, 2018).

Keberhasilan asuhan pada masa nifas Ny.M, juga dipengaruhi adanya

dukungan dari keluarga ibu. Hal ini dapat dilihat pada saat masa nifas, adanya

dukungan penuh suami dan dukungan parsial dari orang tua dalam membantu ibu

merawat bayi dan pekerjaan rumah. Dengan adanya dukungan dari keluarga ini

sangat mempengaruhi kesehatan ibu, sehingga ibu dapat focus pada kesehatan dan

pemulihan dirinya selama masa nifas. Hal ini dapat dilihat pada saat kehamilan

suami selalu menemani ibu saat melakukan pemeriksaan kehamilan, membantu

ibu dalam pekerjaan rumah setelah ibu bersalin seperti mencuci pakaian dan

memasak makanan, serta mendukung segala asuhan yang Penulis berikan kepada

Ny.M, memijat punggung ibu saat menguragi nyeri persalinan dan berperan dalam

pijat oksitosin yang diberikan pada ibu. Begitupula dengan orang tua yang datang

setelah ibu bersalin untuk membantu dalam merawat bayi dan pekerjaan rumah.

Pada kasus Ny.M, adanya dukungan dari keluarga inilah yang meningkatkan

kualitas asuhan yang diberikan.


133

Pada kasus Ny. M, juga diberikan asuhan berbasis farmakologi atas

kolaborasi dengan dokter. Sesuai dengan standar, Ny.M diberikan vitamin A

200.000 IU sebanyak 2 kapsul dan tablet Fe sebanyak 30 tablet. Manfaat

pemberian vitamin A adalah untuk memperoleh kualitas ASI sehingga dapat

meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mempercepat proses pemulihan setelah

melahirkan. Adapun cara mengkonsumsinya adalah 1 kapsul diminum setelah

persalinan dan 1 kapsul diminum tidak lebih dari 24 jam setelah meminum kapsul

pertama (Kemenkes, 2017). Sementara itu, pemberian tablet fe bertujuan untuk

mencegah terjadinya anemia selama masa nifas, mengingat saat persalinan ibu

kehilangan banyak darah dan cairan. Aturan konsumsi tablet fe pada masa nifas

adalah sama sewaktu masa hamil, yaitu diminum 1 kali 1 hari.

Selain itu, pada kasus Ny.M, diberikan antibiotik profilaksis berupa

Amoxicilin 500 mg sebanyak 10 tablet. Antibiotik diberikan sebagai upaya

pencegahan terjadinya infeksi mengingat ibu memiliki jahitan pada luka

perineum. Berkaitan dengan kasus Ny.M yang memiliki jahitan pada luka

perineum, maka diberikan analgetik dalam bentuk tablet oral berupa Omegesic.

Tiap tablet omegesic mengandung Metamizole sodium 500 mg, Thiamine

Mononitrate 50 mg, Pyridoxine Hydrochloride 10 mg, dan Cyanocobalamine 10

mcg yang bekerja sebagai analgetik dan antipiretik.

Pada kasus Ny.M, juga diberikan suplemen pelancar ASI berupa Lactaboost

sebanyak 6 tablet. Kandungan dari lactaboost adalah ekstrak Sauropi Androgynus

Folum atau daun katuk sebanyak 250 mg. Adapun manfaat dari pemberian

suplemen pelancar ASI adalah meningkatkan hormon prolaktin sehingga memicu

produksi ASI yang lebih banyak dan meningkatkan kualitas ASI.


134

4.3.4 Asuhan Kebidanan Neonatus

Kunjungan pertama neonatus dilakukan pada saat 6jam pertama, pada

kunjungan ini dilakukan pemeriksaan fisik, bayi dibedong dan diberi topi untuk

menjaga kehangatan tubuh , bayi sudah BAB dan BAK, bayi sudah dimandikan

dan melakukan perawatan tali pusat, hal ini telah sesuai dengan teori menurut

Desidel, dkk (2012) untuk mencegah hipotermi, bayi tidak langsung dimandikan,

bayi dimandikan minimal 6 jam setelah bayi lahir.

Kunjungan neonatus kedua ditemukan masalah pada bayi Ny.S yaitu bayi

sedikit kuning sejak hari ke 4. Penulis menjelaskan kepada ibu mengenai kuning

atau ikterik yang terjadi pada bayinya digolongkan pada ikterus fisiologis. Ikterus

fisiologis adalah ikterus yang terjadi pada hari ke 2 dan ke 3 dan semakin tampak

pada hari ke 5 dan ke 6 (Amelia, 2019). Penulis berasumsi penyebab dari ikterus

fisiologis yang dialami By.Ny.M, adalah dikarenakan ikterus ASI. Amelia (2019)

mengungkapkan bahwa penyebab ikterus ini adalah pemberian ASI dari seorang

ibu secara tertentu dan umumnya akan terjadi pada setiap bayi, bergantung pada

kemampuan bayi mengubah bilirubin indirek. Kondisi ini tidak membahayakan

bagi bayi dan biasa timbul pada 4-7 hari pertama. Pemeriksaan objektif pada By.

Ny. M, kuning tampak pada daerah kepala, dada, perut serta tungkai dan tangan.

Penentuan derajat ikterus menurut pembagian zona tubuh oleh Kramer menurut

Amelia (2019) yaitu Kramer I ikterus di daerah kepala dengan perkiraan bilirubin

total 5mg/dl, Kramer II di daerah dada sampai pusat dengan bilirubin total 9

mg/dl, Kramer III mulai perut dibawah pusat sampai dengan lutut dengan

bilirubin total 11,4 mg/dl, Kramer IV bagian lengan sampai dengan pergelangan

tangan, tungkai bawah sampai dengan pergelangan kaki dengan bilirubin total
135

12,4 mg/dl, dan Kramer V sampai dengan telapak tangan dan telapak kaki dengan

bilirubin total 16 mg/dl. Berdasarkan teori tersebut, ikterus fisiologis pada

By.Ny.M digolongkan pada Kramer IV dengan kadar bilirubin 12,4 mg/dl.

Penulis memberikan asuhan tentang perawatan bayi dengan ikterus fisiologis yaitu

mengannjurkan ibu untuk memberikan ASI yang cukup yaitu 8-12 kali sehari dan

menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya. Hal ini sesuai dengan teori dimana

menjemur bayi akan mengurangi ikterus pada bayi karena sinar matahari akan

membantu memecahkan bilirubin sehingga mudah diproses dihati. Penulis

berasumsi bahwa asuhan yang diberikan ini efektif untuk mengurangi ikterus pada

bayi. Ini dapat dilihat bahwa kulit bayi kembali normal pada hari ke 10 dan secara

fisiologisnya ikterus fisiologis akan hilang pada hari ke 10 pertama umur bayi

(Amelia, 2019).

Selain ditemukan masalah ikterus, juga didapati masalah umum yang terjadi

pada neonatus berupa miliariasis pada hari ke 7. Miliarisis disebut juga biang

keringat atau keringatan buntet yaitu dermatosis yang disebabkan oleh keringat

akibat tersumbatnya pori kelenjer keringat (Irianri, 2014). Penulis memberikan

asuhan berupa memelihara kebersihan tubuh bayi, gunakan pakaian yang tidak

terlalu sempit, gunakan pakaian yang menyerap keringat, dan segera ganti pakaian

yang basah dan kotor. Asuhan ini efektif diberikan karena pada kasus By.Ny.M,

miliariasis sudah hilang pada hari ke 12.

Selama dilakukan kunjungan neonatal, keadaan umum bayi baik dan tanda-

tanda vital bayi dalam batas normal. Pada hari ke 7 dilakukan penimbangan berat

badan bayi. Hasil penimbangan BB bayi adalah 3600 gr. Artinya ada peningkatan

berat badan sebesar 300 gr. Sementara itu, didapatkan data dari KMS bayi tanggal
136

10 januari atau pada usia bayi 1 bulan 4 hari, BB bayi adalah 4000 gr. Artinya ada

peningkatan BB bayi sebanyak 700 gr saat usia 1 bulan. Normalnya akan terjadi

penambahan BB neonatal dalam usia 1 bulan adalah 700-800 gr dari berat lahir

(Suparmi, 2018). Penulis berasumsi adanya peningkatan berat badan bayi ini

disebabkan oleh pijat bayi yang dilakukan pada bayi disamping frekuensi dan

durasi menyusui bayi yang sering dan lama. Pijat bayi memilik manfaat berupa

relaksasi pada otot-otot bayi, dapat membersihkan kulit bayi dan mengangkat sel-

sel kulit mati, pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat, dapat sabagai

penenang dan penghilang rasa sakit pada bayi dan dapat membantu meningkatkan

berat badan bayi (Putra, 2012). Selain peningkatan berat badan, evaluasi

keberhasilan pijat bayi juga di lihat dari kualitas tidur bayi. Pada By.Ny.M, bayi

tidur dengan pulas dan jika malam hari terbangun untuk diberikan ASI.

Selain itu, penulis juga memberikan pendidikan kesehatan mengenai

imunisasi lengkap dari bayi hingga balita, manfaat dan waktu pemberian

imunisasi. Adapun manfaat imunisasi ini adalah agar melindungi dan mencegah

balita dari penyakit-penyakit seperti, TBC, Polio, Difteri, Batuk Rejan (Pertusis),

tetanus, Hepatitis-B, meningitis, campak dan rubella. Sementara itu, untuk waktu

pemberian imunisasi adalah BCG umur 0-1 bulan, Polio diberikan sebanyak 4 kali

yaitu pada usia 0 s/d 4 bulan, DPT HB HIB diberikan sebanyak 3 kali pada usia 2

s/d 4 bulan, campak rubela (MR) pada usia 9 bulan dan Pentabio lanjutan pada

umur 18 bulan serta campak lanjutan pada umur 18 bulan (IDAI, 2017). Pada

kasus By. Ny.M, bayi dibawa ke PMB untuk di lakukan imunisasi BCG dan Polio

1 pada usia bayi 39 hari.


137

Asuhan lainnya yang diberikan bidan yang diberikan penulis adalah

pemberian ASI eklusif pada bayi. Selama melakukan asuhan pada By.Ny.M, bayi

diberikan ASI saja dan ASI Ekslusif masih diberikan hingga saat ini. Penulis

berasusmsi adanya keberhasilan pemberian ASI eklusif ini ada keterkaitan

pelayanan antenatal care (ANC) atau kunjungan kehamilan, IMD, adanya

pendampingan dari Bidan dan adanya dukungan dari keluarga. Selama pelayanan

antenatal care (ANC) Ny.M melakukan kunjungan hamil di fasilitas pelayanan

kesehatan yang sehingga ia mendapatkan informasi mengenai ASI ekslusif,

khususnya penulis sudah memberikan asuhan pemberian ASI eklusif pada bayi

saat hamil, sehingga Ny.M mengetahui manfaat jika bayi diberikan ASI eklusif.

Selain itu, pengeluaran colostrum sewaktu hamil juga mempengaruhi keberhasilan

ASI eklusif. Jika colostrum sudah keluar sejak hamil, maka produksi ASI sudah

dimulai sejak hamil, sehingga setelah lahir bayi sudah mendapat ASI baik itu

colostrum. Saat persalinan, pada By.Ny.M juga dilakukan IMD. Salah satu

manfaat dari IMD adalah meningkatkan keberhasilan ASI ekslusif (Fitriana,

2018). Adanya pendampingan Bidan dan dukungan keluarga yang selalu

memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI saja pada By.Ny.M hingga tercapai

ASI ekslusif.

Sementara itu, Pemantauan tumbuh kembang anak dan menganjurkan ibu

untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dengan media buku KIA.

Anda mungkin juga menyukai