KAJIAN KASUS
83
84
minggu.
Trimester II : Mimisan. Ibu mengatakan mimisan yang ia alami terjadi
pada kehamilan ini dan sebelumnya tidak memiliki riwayat mimisan.
Trimester III : Nyeri Pinggang
Pengobatan /anjuran yang pernah diperoleh : Antasid, Asam Folat, Calsifar, PCT,
Albion (Etabion), Calfera
Ibu mengatakan mulai rutin mengkonsumsi Albion/Tablet Fe sejak kehamilan 20
minggu, biasa diminum 1x1 hari dan mengatakan obat masih sudah tidak ada.
F. Riwayat Penyakit/Operasi Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit / operasi yang lalu
G. Riwayat Penyakit Yang Berhubungan Dengan Masalah Kesehatan Reproduksi
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit yang berkaitan dengan kesehatah reproduksi
seperti infertilitas, infeksi virus, PMS, servisitis kronis, endometriosis, myoma, polip
serviks, kanker kandungan, dll.
H. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan ia tidak memiliki riwayat penyakit keturunan keluarga seperti
hipertensi, DM, Asma, peny. Jantung, Peny. Ginjal, dll
I. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB berupa KB suntik 1 bulan dan 3 bulan serta
pernah menggunakan KB pil. Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan sejak
tahun 2013. Pada tahun 2015, ibu mengganti metode kontrasepsi dengan pil KB
selama ± 6 bulan. Setelah itu, ibu menggunakan KB jenis suntik 1 bulan sejak tahun
2015. Barulah pada tahun 2017 ibu tidak lagi menggunakan KB dikarenakan ingin
memiliki anak.
Data Objektif
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Sikap Tubuh : Lordosis
Turgor : Baik
BB Sebelum Hamil : 53 kg
BB Sekarang : 63 kg
TB : 158 cm
LILA : 25 cm
IMT : 22 kg/m2
TTV
1. TD : 100/70 mmHg
2. P : 20x/menit
3. N : 82x/menit
4. S : 36,5 º C
Rambut/kepala : Bersih dan tidak ada rontok
Mata : Skelera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat,
pernglihatan jelas dan tidak menggunakan alat bantu
Muka : Tidak ada oedema dan tidak ada cloasma gravidarum
Telinga : Tidak ada serumen
Mulut : Tidak ada stomatitis dan tidak ada gusi berdarah
Leher : Tidak Ada pembengkakan kelenjar tyroid
Payudara : Puting susu menonjol dan areola mammae ada
hiperpigmentasi
Abdomen
1. Inspeksi : Terdapat linea nigra, perbesaran tampak memanjang dan
tidak ada bekas operasi
2. Palpasi
a. Bagian atas : TFU pertengahan pusat-px, teraba lunak, bundar dan tidak
melenting adalah bokong janin
b. Bagian : Bagian samping kiri teraba keras dan memanjang adalah
samping punggung janin. Bagian samping kanan teraba tonjolan-
tonjolan kecil adalah ekstremitas janin.
c. Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat dan melenting
adalah kepala janin. Kepala belum masuk PAP (5/5)
3. Auskultasi (DJJ) : 136x/menit, kuat dan teratur
TFU : 28 cm
TBJ : (28-13)x155 = 2.325 gr
Ektremitas : Ektremitas atas tidak oedema, ektremitas bawah tidak
odema dan tidak ada varices, akral normal
Reflek patella : (+)/(+), gerakan normal
B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 01 November 2019, hasilnya :
Hb : 12,9 gr/dl
86
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. M
Usia : 31 tahun
Diagnosis Awal
Ibu : G2P1A0H1, 33-34 minggu, keadaan umum ibu baik
Janin : Janin hidup, tunggal, intrauterine, presentasi kepala, keadaan
umum janin baik
Masalah : Ketidaknyamanan TM III ; nyeri pinggang
Tempat/ Uraian
Tanggal
1 2
17/11/2019 S :
15.00 WIB - Ibu mengatakan bayinya bergerak aktif
(Kunjungan - Ibu mengatakan tidak melakukan senam hamil, dikarenakan ibu
Rumah) merasa sudah aktif dan sering naik turun tangga, sehingga merasa
tidak perlu melakukan senam hamil
- Ibu mengatakan jarang melakukan anjuran yang diberikan untuk
mengurangi nyeri pinggang nya karena ia mengatakan merasa sulit
saat harus tidur dengan kaki diganjal dengan bantal.
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 110/80 mmHg
b. P : 20 x/menit
c. N : 78x/menit
d. S : 36,5 ºC
A:
Diagnosa Ibu : G2P1A0H1, 35-36 minggu, KU ibu baik
Diagnosa Janin : Janin hidup, tunggal, intrauterine
P:
1. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa
KU ibu baik, TTV normal dan usia kehamilan ibu, ibu mengerti
mengenai hasil pemeriksaannya.
2. Mengingatkan kembali ibu mengenai cara mengurangi nyeri
pinggang yang ia rasakan, Ibu mengatakan akan melakukannya.
3. Menganjurkan ibu untuk terus memantau pergerakan janinnya
4. Menganjurkan ibu mengkonsumsi obat yang telah diberikan
22/11/12 S:
12.00 WIB - Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
- Ibu mengatakan bayinya bergerak aktif
- Ibu mengatakan sudah melakukan anjuran berupa meletakkan bantal
diantara kedua kaki saat tidur dan mengeluh nyeri pinggang sudah
berkurang namun kadang - kadang terasa
88
1 2
O:
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 100/70 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 78x/menit
d. S :36,4°C
4. BB Sekarang : 65 kg
5. Konjungtiva : Tidak Pucat
6. Payudara : Ada pengeluaran colostrum
7. Abdomen :
a. Palpasi
1) Bagian Atas : TFU 3 jari dibawah px, teraba lunak, bundar
dan tidak melenting adalah bokong janin.
2) Bagian Samping : Bagian samping kiri perut ibu teraba
keras dan memanjang adalah punggung janin. Bagian
kanan perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil adalah
ekstremitas janin.
3) Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat
dan melenting adalah kepala janin. Kepala belum masuk
PAP(5/5).
b. Auskultasi
DJJ : 134x/menit, kuat dan teratur
8. TFU : 29 cm
9. TBJ :(29-13)x155= 2.480 gr
10. Ektremitas : Tidak oedema
A:
Dx Ibu : G2P1A0H1UK 37 minggu, KU ibu baik
Dx Janin : Janin hidup, tunggal, intrauterine, preskep, Ku janin baik
P:
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu dan
janin baik, TTV normal, DJJ normal, dan usia kehamilan ibu, Ibu
mengerti mengenai hasil pemeriksaannya.
2. Mengingatkan kembali ibu mengenai cara mengurangi rasa nyeri
pinggang atau ibu dapat menambah cara dengan massase pinggang
saat terasa nyeri, Ibu mengatakan akan mengikuti anjuran yang
diberikan.
3. Mengingatkan kembali ibu mengenai tanda awal persalinan, Ibu dapat
menyebutkan 3 tanda awal persalinan
4. Mengingatkan kembali ibu mengenai perawatan payudara untuk
persiapan menyusui bayinya. Ibu mengatakan sering melakukan
perawatan payudara saat mandi
5. Memberikan ibu terapi berupa Etabion XV tablet dan menjelaskan
cara mengkonsumsinya
89
1 2
6. Menganjurkaan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi
atau tanggal 29 November 2019
29/11/2019 S:
13.15 WIB - Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamiilannya
- Ibu mengatakan nyeri pinggang tidak begitu dirasakan lagi dan
mengeluh perutnya sering tegang –tegang
- Ibu mengatakan bayinya bergerak aktif
O:
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 110/70 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 80x/menit
d. S :36,6°C
4. BB Sekarang : 65 kg
5. Konjungtiva : Tidak Pucat
6. Payudara : Ada pengeluaran colostrum
7. Abdomen :
a. Palpasi
1) Bagian Atas : TFU 3 jari dibawah px, teraba lunak, bundar
dan tidak melenting adalah bokong janin.
2) Bagian Samping : Bagian samping kiri perut ibu teraba
keras dan memanjang adalah punggung janin. Bagian
kanan perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil adalah
ekstremitas janin.
3) Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat
dan melenting adalah kepala janin. Sebagian kecil
presentasi sudah masuk PAP (4/5)
b. Auskultasi
DJJ : 140x/menit, kuat dan teratur
8. TFU : 29 cm
9. TBJ :(29-13)x155= 2.480 gr
10. Ektremitas : Tidak oedema
A:
Dx Ibu : G2P1A0H1UK 38 minggu, KU ibu baik
Dx Janin : Janin hidup, tunggal, intrauterine, preskep, Ku janin baik
P:
1. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa
KU ibu dan janin baik, TTV normal, DJJ normal, dan usia
kehamilan ibu, Ibu mengerti mengenai hasil pemeriksaannya.
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan yang ibu rasakan
berupa perut yang sering tegang-tegang. Hal ini disebut dengan
90
1 2
Braxton Hisc atau kontraksi palsu dan hal ini merupakan hal yang
normal pada kehamilan trimester 3 dan menjelaskan kepada ibu
mengenai cara mengurangi nya, yaitu dengan teknik relaksasi dan
merubah posisi, serta bisa dikurangi dengan berendam dengan air
hangat, Ibu mengerti dan mengatakan akan melakukannya.
3. Memberikan penkes kepada ibu mengenai perbedaaan his palsu
dan his persalinan dan mengajarkan kepada ibu cara menghitung
dan mengenali his persalinan untuk mengetahui tanda awal
persalinan, Ibu dapat menyebutkan kembali perbedaan antara his
palsu dan his persalinan.
4. Menjelaskan kepada ibu mengenai ASI ekslusif dan manfaatnya,
serta menganjurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayinya, Ibu
mengatakan ingin memberikan ASI secara ekslusif untuk bayinya
kelak.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap melanjutkan mengkonsumsi obat
yang diberikan
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
lagi atau tanggal 6 Desember 2019.
05/12/2019 S: Ibu mengatakan datang ke PMB siang hari pukul 13.00 WIB dengan
22.00 WIB keluhan keluar lendir bercampur darah sejak pagi. Ibu mengatakan
tidak dilakukan pemeriksaan karena Bidan mengatakan belum ada
kontraksi. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah menjalar ke
pinggang sejak 30 menit yang lalu dan mengatakan baru saja keluar air
air dari jalan lahir yang tidak bisa ditahan.
O:
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. TTV :
a. TD : 100/ 80 mmHg
b. P : 20 x/menit
c. N : 80 x/menit
d. S : 36,5 ºC
d. BB sekarang : 66 kg
e. Konjungtiva : Tidak Pucat
f. Ekstremitas : Tidak oedema
2. Pemeriksaan Khusus :
a. Palpasi :
1) Bagian Atas: Teraba TFU pertengahan pusat-px, teraba
lunak, bundar dan tidak melenting adalah bokong janin
2) Bagian Samping : Kiri, teraba tonjolan-tonjolan
keciladalah ekstremitas janin. Kanan, teraba keras dan
memanjang adalah punggung janin
3) Bagian bawah : Teraba keras dan bulat adalah kepala janin.
Kepala sudah masuk PAP (4/5).
91
1 2
4) HIS : 2x10’20”
b. Auskultasi :DJJ : 144 x/menit, kuat dan teratur
c. TFU : 30 cm
d. TBJ : (30-13)x 155 = 2.635 gr
3. Pemeriksaan Anogenetalia
a. Vulva : Tidak oedema dan tidak ada varises serta
terdapat pengeluaran lendir bercampur darah (blood slym)
b. Anus : Ada haemoroid
4. Pemeriksaan Dalam (VT)
a. Tanggal dan Jam : 05/12/2019, pukul 22.00 WIB
b. Indikasi : Pecah ketuban
c. Hasil VT :
- Portio : Tebal, arah sumbu posterior
- Pembukann : 1 cm
- Ketuban : (-), warna jernih, bau khas ketuban, tidak
ada bagian janin yang menumbung
- Presentasi : Belakang kepala
- Posisi : Belum dapat ditentukan
- Penurunan : HI
A:
Dx Ibu : G2P1A0H1 UK 38-39 minggu, Inpartu Kala I fase laten
dengan KPD, KU Ibu baik
Dx Janin : Janin hidup, tunggal,intrauterine, preskep, KU janin baik
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa KU dan janin baik,
TTV normal.DJJ normal, dan ketuban ibu sudah pecah serta
pembukaan 1 cm, Ibu mengerti dan mengetahui hasil
pemeriksaannya.
2. Melakukan observasi kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin
dengan lembar observasi
3. Memberikan asuhan sayang ibu berupa :
a. Memotivasi ibu untuk mengurangi aktivitas atau immobilitas
dikarenakan ketuban sudah pecah
b. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu dengan memberikan ibu
minman teh
c. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara menarik napas
panjang dari hidung dan dikeluarkan melalui mulut
d. Mengajarkan kepada pendamping tentang massase punggung
untuk mengurangi nyeri. Suami dapat melakukan massase
e. Mendiskusikan kepada ibu siapa yang akan mendampingi ibu
selama persalinan. Ibu mengatakan akan didampingi oleh
suami
4. Menyiapkan partus set, hecting set, infus set, pakaian ibu dan
pakaian bayi
92
1 2
06/12/2019 S : Ibu mengatakan nyeri nya bertambah kuat dan lama, namun datang nya
02.00 masih lama/ jarang.
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 110/ 90 mmHg
b. P : 20 x/menit
c. N : 80 x/menit
d. S : 36,5ºC
4. Palpasi :Kepala sebagian masuk PAP (3/5).
5. HIS : 2x10’30”
6. DJJ : 128 x/menit, kuat dan teratur
7. Pemeriksaan Dalam (VT)
a. Tanggal dan Jam : 06/12/2019, pukul 04.30 WIB
b. Indikasi : Indikasi waktu
c. Hasil VT :
- Portio : Tebal, arah sumbu posterior
- Pembukann : 2 cm
- Ketuban : (-)
- Presentasi : Belakang kepala
- Posisi : Belum dapat ditentukan
- Penurunan : H II
A:
Dx Ibu : G2P1A0H1 UK 39 minggu, Inpartu Kala I fase laten
dengan KPD, KU Ibu baik
Dx Janin : Janin hidup, tunggal,intrauterine, preskep, KU janin baik
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa KU dan janin baik,
TTV normal.DJJ normal, dan pembukaan 2 cm, Ibu mengetahui
hasil pemeriksaannya.
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter penanggung jawab mengenai
keadaan ibu dikarenakan ketuban ibu sudah pecah setelah 4 jam,
sementara pembukaan masih 2 cm. Hasil dianjurkan akselerasi
persalinan dengan oksitosin 5 IU dalam RL 500 ml, tetesan 8
tts/menit, dinaikkan 5 tts/30 menit.
3. Menyiapkan infus set, termasuk didalamnya cairan Ringer laktat
(RL) drip dengan oksitosin 5 IU. Ibu telah dipasang infus dengan
tetesan 8 tts/menit pada pukul 05.00 WIB
4. Mengingatkan kembali ibu mengenai teknik relaksasi dan massase
pungung untuk mengurangi nyeri.
93
1 2
06/12/2019 S : Ibu mengatakan nyeri nya bertambah sering dan kuat
06.00 WIB
PMB Siti O:
Juleha 1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. HIS : 4 x10’45”
4. DJJ : 130x/menit,kuat dan teratur
5. Hasil VT :
a. Portio : Lunak, eff 60%, arah sumbu searah jalan
lahir
b. Pembukann : 5 cm
c. Ketuban : (-)
d. Presentasi : Belakang kepala
e. Posisi : UUK kiri depan
f. Penurunan : H II
g. Molage : Tidak ada molage
6. Infus terpasang RL drip oksitosin 5 IU 13 tts/menit
A:
Dx Ibu : Inpartu Kala I fase aktif dengan KPD, KU Ibu baik
Dx Janin : Janin hidup, tunggal,intrauterine, preskep, KU janin baik
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa KU dan janin baik,
TTV normal, DJJ normal, dan pembukaan 5 cm, Ibu mengetahui
hasil pemeriksaanya.
2. Memantau kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin dengan
lembar partograf.
3. Memberikan support kepada ibu dengan mengajak ibu
mengucapkan doa-doa.
4. Mengingatkan kembali ibu teknik relaksasi dan massase punggung
untuk menggurangi nyeri.
5. Mengajarkan ibu teknik meneran yang baik, yaitu apabila ada
instruksi meneran dari bidan ibu boleh meneran dengan cara ibu
menarik napas panjang dari hidung dan mengejan seperti ingin
BAB dengan penekanan diperut, kepala ibu diangkat melihat kerah
jalan lahir, kedua tangan ibu berada di paha ibu sambil ibu menarik
kaki kearah dada sejauh mungkin. Ibu mengerti cara melakukannya
dan mengatakan akan mencobanya saat diinstruksikan untuk
meneran.
06/12/2019 S : Ibu mengatakan sakitnya semakin sering dan kuat serta ada rasa ingin
06.35 meneran seperti ingin BAB
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
94
1 2
3. HIS : 5 x10’50”
4. DJJ : 140x/menit,kuat dan teratur
5. Hasil VT :
a. Portio : Tidak teraba
b. Pembukann : 10 cm
c. Ketuban : (-)
d. Presentasi : Belakang kepala
e. Posisi : UUK depan
f. Penurunan : H IV
g. Molage : Tidak ada molage
A: Parturient kala II
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU ibu
dan janin baik, TTV normal, DJJ normal dan pembukaan sudah
lengkap.
2. Membantu ibu dalam proses persalinan nya:
a. Membimbing ibu meneran saat ada his dan istirahat apabila
his berhenti
b. Memberikan ibu pujian dan dukungan apabila ibu meneran
dengan baik
c. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu dengan memberi ibu
minuman teh
3. Membantu ibu dalam proses kelahiran bayi pada saat kepala
berada 5-6 cm didepan vulva dan melonggarkan serta melepaskan
lilitan tali pusat (1 lilitan) pada leher bayi, Bayi lahir spontan
pukul 07.20 WIB, menangis kuat, cukup bulan, gerakan bayi
aktif, JK. Perempuan dan mengeringkan badan bayi serta
membungkus bayi.
4. Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada janin
kedua, tidak ada janin kedua
06/12/2019 S : Ibu mengatakan ia senang bayinya telah lahir dan mengeluh perutnya
07.20 WIB terasa mules
O:
1. Keadaan umum ibu dan bayi baik
2. Bayi lahir spontan, menangis kuat, cukup bulan, pergerakan aktif,
warna kulit kemerahan, Jk. Perempuan
3. TFU setinggi pusat : tidak ada janin kedua
4. Kontraksi : baik
5. Kandung kemih : Tidak Penuh
6. Perdarahan : ±100 cc
7. Plasenta belum lahir dan tali pusat belum dipotong
95
1 2
A: Parturient Kala III
P:
1. Memberitahukan kepada ibu bahwa ibu telah melewati proses
kelahirannya dan memberikan selamat kepada ibu serta
menjelaskan kepada ibu bahwa mules yang ibu rasakan merupakan
hal yang normal,dikarenakan adanya kontraksi pada uterus ibu, Ibu
mengerti akan keadaannya.
2. Menyuntikkan oksitosin sebanyak 5 IU secara IV dikarenakan ibu
dalam kondisi di infus.
3. Melakukan pemotongan tali pusat dan meletakkan bayi diatas dada
ibu diantara kedua payudara ibu serta lebih rendah dari putting.
4. Melakukan PTT saat ada his yang kuat dan melahirkan plasenta
dengan memutar searah; Plasenta lahir spontan pukul 07.24 WIB
5. Melakukan segera massase fundus uteri sambal melakukan
pemeriksaan plasenta; kontraksi baik dan selaput plasenta ada
robekan serta robekan tersebut dapat disatukan, tidak ada kotiledon
yang terlepas.
06/12/2019 S : Ibu mengatakan ia senang dan besyukur bayi dan plasentanya telah
07.24 WIB lahir. Ibu mengatakan pertunya terasa mules
O:
1. Plasenta lahir spontan, selaput dan kotiledon lengkap pukul 07.24
WIB
2. Keadaan umum : Baik
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. TTV :
a. TD : 120/90 mmHg
b. N : 88x/menit
c. S : 36,8ºC
5. TFU : 2 jari dibawah pusat
6. Kontraksi : Baik
7. Kandung kemih : Tidak penuh
8. Perdarahan : ±100 cc
9. Anogenetalia : Terdapat robekan pada mukosa vagina,
otot dan kulit perineum
P:
1. Memberitahu ibu bahwa ibu telah melewati proses persalinannya
2. Melakukan penjahiran luka perineum; Luka dijahit dengan anestesi
Lidocain2%, teknik jahitan konvensional dan jumlah jahitan 2/2.
96
1 2
3. Melakukan pemantauan kala IV yaitu selama 2 jam post partum, 1 jam
pertama setiap 15 menit dan 1 jam kedua setiap 30 menit ; hasil
pemantauan terlampir pada lembar belakang partograf
4. Melakukan pemantauan keberhasilan IMD. IMD berhasil pada menit
ke-48
5. Mengajarkan ibu massase fundus uteri untuk merangsang kontraksi
uterus mencegah perdarahan post partum serta mengajarkan ibu cara
menilai kontraksi uterus. Ibu dapat mengikuti gerakan massase seperti
yang diajarkan dan mengerti cara menilai kontraksi
6. Memberikan kenyamanan pada ibu dengan membersihkan ibu
7. Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu dengan memberikan ibu minum
8. Melakukan dekontaminasi alat dan tempat bersalin
9. Memberikan bayi pada ibu untuk disusui serta memberi selamat pada
ibu
10. Melengkapi pendokumentasian dan lembar partograf
06/12/2019 S: Ibu mengatakan baru saja menyusui bayinya, ASI sudah ada sedikit dan
16.00 WIB mengeluh terasa mules saat menyusui bayinya. Ibu mengatakan sudah
mandi dan BAK 1 kali
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 120/70 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 82x/menit
d. S : 36,4ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Payudara :Pengeluaran ASI ada (kolostrum)
6. Abdomen :
a. TFU : 2 jari dibawah pusat
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
7. Anogenetalia :
a. Lochea : Rubra (±30 cc)
b. Terdapat jahitan luka perineum derajat II
P:
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu baik
dan TTV normal, Ibu mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaannya.
97
1 2
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan ibu berupa perut mules
saat menyusui bahwa ini merupakan hal yang normal dikarenakan saat
ibu menyusui bayinya, maka hormone produksi (prolactin) yang
merangsang produksi ASI juga akan merangsang hormon pengeluaran
(oksitosin), sehingaa perut ibu terasa mules dan jika terjadi mules ini
artinya ada kontraksi uterus baik, Ibu mengerti akan keadaannya.
3. Mengajarkan ibu dan suami mengenai massase fundus uteri untuk
merangsang kontraksi uterus sehingga dapat mengurangi dan
mencegah terjadinya perdarahan post partum yang abnormal serta
mengajarkan ibu cara menilai kontraksi uterus, Ibu dan suami dapat
mengikuti gerakan massase seperti yang diajarkan dan mengerti cara
menilai kontraksi.
4. Mengingatkan kembali ibu tentang ASI Eksklusif dan menganjurkan
ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin dan tanpa di jadwal (on
demand), Ibu mengatakan akan menyusui bayinya seperti yang
dianjurkan.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi untuk mempercepat
penyembuhan luka perineum, ibu mengatakan sudah pergi ke kamar
mandi sendiri
6. Menjelaskan kepada ibu mengenai perawatan luka perineum, yaitu
selalu menjaga kebersihan luka, sering mengganti pembalut agar area
luka tidak lembab, tidak membersihkan area luka dengan obat-obatan
tradisional, tidak mencuci dengan air hangat, mencuci dari arah depan
kebelakang dan tidak sering sering menyentuh luka, Ibu mengerti dan
mengatakan akan melakukan perawatan seperti yang diajarkan.
7. Memberikan terapi dan suplemen sesuai dengan advis dokter, berupa :
a. Vit.A
b. Antibiotik Profilaksis yaitu Amoxicilin
c. Omegesic
d. Tablet Fe
e. Suplemen pelancar ASI
07/12/2019 S : Ibu mengatakan ia masih memberikan ASI saja pada bayinya dan
09.00 WIB mengatakan tadi malam sering terbangun karena menyusui bayinya,
sehingga tidak nyenyak tidur. Ibu mengatakan belum ada BAB
semenjak persalinan dan mengatakan sudah beraktivitas seperti
biasanya seperti menyapu rumah, dll.
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 110/70 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 80x/menit
98
1 2
d. S : 36,4ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Payudara :Pengeluaran ASI ada (kolostrum) dan
payudara tampak penuh
6. Abdomen :
a. TFU : 2 jari dibawah pusat
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
7. Anogenetalia :
c. Lochea : Rubra (±30 cc)
d. Terdapat jahitan luka perineum derajat II
10/12/2019 S:
09.00 WIB - Ibu mengatakan ia masih memberikan ASI pada bayinya
KF-2 - Ibu mengatakan mules saat menyusui sudah jarang dirasakannya
- Ibu mengatakan ia kadang kadang melakukan senam kegel yang
diajarkan
- Ibu mengatakan pengeluaran dari jalan lahir berwarna kecoklatan
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
99
1 2
a. TD : 110/80 mmHg
b. P : 18x/menit
c. N : 72x/menit
d. S : 36,4ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Payudara :Pengeluaran ASI lancar dan payudara
tampak penuh
6. Abdomen :
a. TFU : 3-4 jari dibawah pusat
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
7. Anogenetalia :
a. Lochea : Sanguinolenta
b. Terdapat jahitan luka perineumderajat II
13/12/2019 S:
09.30 WIB - Ibu mengatakan keadaanya sehat
KF 2 - Ibu mengatakan ia menyusui bayinya dan mengatakan tadi malam
tidurnya kurang nyenyak karena bayinya menyusu dari pukul 01.00
sampai 4.30 WIB
- Ibu mengatakan ia kadang melakukan perawatan payudara saat
mandi
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
100
1 2
3. TTV :
a. TD : 110/70 mmHg
b. P : 18x/menit
c. N : 78x/menit
4. S : 36,6ºC
5. Mata : Konjungtiva tidak pucat
6. Payudara :Pengeluaran ASI lancar, payudara penuh
7. Abdomen :
a. TFU : 3 jari di atas sympisis
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung Kemih : Tidak Penuh
8. Anogenetalia :
a. Lochea : Sanguinolenta
b. Terdapat jahitan luka perineum sudah mulai kering dan rapat
P:
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu
baik dan TTV normal, Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya.
2. Memantau involusi dan menilai adanya tanda gejala infeksi
3. Memberi pujian kepada ibu karena ibu sudah memberikan ASI
pada ibu dan terus memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI
pada bayinya
4. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai pijat oksitosin
untuk memperbanyak ASI dan mengajarkan keluarga teknik pijat
oksitosin, Suami dapat mengikuti gerajan pijat yang diajarkan.
5. Memantau status psikologis dan emosi ibu melalui lembar EPDS
dan menjelaskan kepada ibu mengenai cara pengisiannya serta
hasilnya 7
21/12/2019 S:
11.00 WIB Ibu mengatakan keadaanya sehat dan baru saja selesai menyusui
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 100/80 mmHg
b. P : 19x/menit
c. N : 74x/menit
d. S : 36,7ºC
4. Payudara :Pengeluaran ASI lancar, payudara penuh
6. Abdomen :
a. TFU : Tidak teraba diatas sympisis
101
1 2
7. Anogenetalia :
a. Lochea : Alba
b. Bekas jahitan luka perineum sudah kering
P :
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu
baik dan TTV normal
2. Memantau involusi dan menilai adanya tanda gejala infeksi
3. Memberi pujian kepada ibu karena ibu sudah memberikan ASI
pada ibu dan terus memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI
pada bayinya
4. Memberikan penkes kepada ibu mengenai perawatan bayi sehari-
hari, berupa menjaga kebersihan bayi dan tetap melakukan
stimulasi kepada bayi.
15/01/2020 S :
16.30 WIB - Ibu mengatakan ia masih memberikan ASI pada bayinya
KF 3 - Ibu mengatakan 2 malam kemaren tidak bisa tidur nyenyak
dikarenakan bayinya rewel pada malam hari
- Ibu mengatakan ia akan menitipkan bayinya di TPA karena akan
mulai bekerja
O :
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. TD : 110/90 mmHg
b. P : 20x/menit
c. N : 78x/menit
d. S : 36,6ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Payudara :Pengeluaran ASI lancar, payudara tampak
penuh
6. Abdomen :
a. TFU : Tidak teraba diatas sympisis
7. Anogenetalia :
a. Lochea : Alba
b. Jahitan luka perineum sudah kering dan rapat
1 2
P :
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu
baik dan TTV normal, Ibu mengetahui hasil pemeriksaanyya.
2. Memantau involusi dan menilai adanya tanda gejala infeksi
3. Memberi pujian kepada ibu karena ibu sudah memberikan ASI
pada ibu dan terus memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI
pada bayinya
4. Mengingatkan kembali ibu mengenai pola istirahat ibu selama
masa nifas
5. Menjelaskan kepada ibu mengenai cara penyimpanan ASI
6. Memberikan penkes kepada ibu mengenai keluarga berencana
terutama alat kontrasepsi, baik berupa manfaat dan jenis
kontrasepsi yang cocok untuk ibu menyusui. Ibu tidak ingin KB
jenis spiral dan suntik 3 bulan serta memilih menggunakan KB
jenis pil laktasi.
103
Kedua mata simetris, tidak ada strabismus, skelera putih, konjungtiva tidak pucat,
pupil mata jernih dan tidak ada kelainan.
4. Hidung
Terdapat lubang hidung dan cuping hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung
dan tidak ada secret.
5. Mulut
Terdapat palatum, gusi merah, dan tidak ada kelainan pada mulut
6. Telinga
Kedua teliga simetris, terdapat daun telinga dan tidak tampak cairan yang keluar
7. Leher
Tidak terdapat trauma flexus brachialis dan tidak terdapat lipatan kulit berlebihan di
belakan kepala
8. Dada
Simetris kiri dan kanan, serta tidak terdapat pernapasan retraksi intercostals,
terdapat tarikan dinding dada kedalam
9. Abdomen
Bentuk perut normal, tidak ada perbesaran, tidak ada perdarahan tali pusat dan
tidak ada kelainan.
10. Genetalia
Labia mayora telah menutupi labia minora, klitoris ada dan tidak atresia ani
11. Ekstremitas Atas
Kedua lengan sama panjang, jumlah jari lengkap, pergerakan aktif dan tidak
terdapat fraktur humerus serta klavikula.
12. Ekstremitas Bawah
Kedua kaki sama panjang, jumlah jari lengkap, pergerakan aktif dan tidak terdapat
kelainan.
13. Keadaan neuromuscular
Reflek Rooting : Ada Reflek Babinski : Ada
Reflek Moro : Ada Reflek Genggam : Ada
Reflek Sucking : Ada
14. Kulit
Warna : Kemerahan Vernik Kaseosa : Ada
Bercak/ tanda lahir : Tidak Ada Lanugo : Ada
Assessement
Neonatus Normal, usia 1 Jam, KU Bayi Baik
Plan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa KU bayi baik,
TTV normal, anggota tubuh dan alat gerak lengkap. Ibu mengerti mengenai hasil
pemeriksaan bayinya.
2. Menyuntikan vitamin K secara IM pada 1/3paha sebelah kiri, untuk pencegahan
perdarahan intracranial sebanyak 0,5 ml
3. Memberikan salep mata berupa antibiotic tetrasiklin 0,1%
4. Memberikan penkes mengenai ASI ekslusif dan manfaatnya serta menganjurkan
ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin pada bayinya dan tanpa di jadwal
105
(on demand),
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga suhu ruangan agar tidak terlalu dingin atau
panas, menyelimuti bayi dan memberi topi agar tidak terjadi hipotermi pada bayi,
tidak meletakkan bayi secara langsung bersentuhan dengan lantai/benda yang
bersuhu rendah
106
CATATAN PERKEMBANGAN
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi
baik, TTV normal, Ibu mengetahui hasil pemeriksaan pada
bayinya.
2. Melakukan perawatan sehari-hari bayi berupa memandikan bayi
dan perawatan tali pusat
3. Memberikan suntikan imunisasi Hb0 pada paha kanan secara IM
4. Memberikan penkes tentang cara menyusui bayi yang benar, Ibu
dapat mempraktikan cara menyusui yang benar.
5. Menjelaskan kepada ibu perawatan tali pusat, yaitu menjaga
kebersihan tali pusat, menjaga tali pusat agar tetap kering, dan
membersihkan dengan air bersih dan dibiarkan terbuka, Ibu
mengerti dan mengatakan akan melakukan seperti yang diajarkan.
07/12/2019 S:
08.00 WIB - Ibu mengatakan ia masih memberikan ASI saja pada bayinya
- Ibu mengatakan bayinya sudah BAB jam 4.30 pagi, namun belum
ada BAK
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
107
1 2
3. TTV :
a. P : 44x/menit
b. N : 128 x/menit
c. S : 36,6ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
7. Abdomen : Tali pusat tidak ada perdarahan, bersih
dan masih basah serta tidak ada tanda infeksi
5. Kulit : Kemerahan
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi
baik, TTV normal, Ibu mengetahui hasil pemeriksaan pada
bayinya.
2. Melakukan perawatan sehari-hari bayi berupa memandikan bayi
dan perawatan tali pusat sambil mengajarkan ibu cara memandikan
bayi dan perawatan tali pusat.
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa biasanya bayi akan BAK setelah
24 jam setelah lahir dan menganjirkan ibu untuk tetap memantau
bayinya serta memberikan ASI lebih sering lagi.
4. Mengingatkan ibu cara menyusui yang benar
5. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI saja pada bayinya
6. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda- tanda bahaya BBL
melalui media Buku KIA, Ibu mengerti dan mengatakan akan
selalu memantau bayinya.
10/12/2019 S:
09.00 WIB - Ibu mengatakan tali pusat bayinya belum sudah mau puput
- Ibu mengatakan bayinya sudah sering BAK
- Ibu mengatakan baru saja selesai menyusui bayinya dan
memberikan ASI saja pada bayinya
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. P : 42x/menit
b. N : 130 x/menit
c. S : 37,4ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Abdomen : Tali pusat tidak berdarah, mulai
mengering dan bersih serta tidak ada tanda infeksi
6. Kulit : Ikterik dibagian kepala, dada, perut,
tungkai dan tangan
108
1 2
A : Neonatus normal usia 4 hari , KU bayi baik
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi
baik, TTV normal, namun kulit bayi sedikit kuning
2. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya dan mengajarkan ibu
cara menjemur bayinya serta menyusui bayinya lebih sering lagi
3. Mengajarkan ibu cara menyendawakan bayi
4. Mengingatkan kembali ibu mengenai cara menyusui yang benar
5. Menjelaskan kepada ibu mengenai pijat bayi dan mengajarkan
kepada ibu cara pijat bayi.
6. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI saja pada bayinya
13/12/2019 S:
10.00 WIB - Ibu mengatakan dua hari ini ia sudah menjemur bayinya
- Ibu mengatakan tali pusat bayinya puput pada hari ke 5
- Ibu mengatakan belum berani memijat bayi dan bayi dipijat nenek
- Ibu mengetakan ada biang keringat di bagian lipatan paha bayinya
- Ibu mengatakan ia sudah memandikan bayinya sendiri sejak 2 hari
yang lalu
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
a. P : 44x/menit
b. N : 124/menit
c. S : 36,8ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Abdomen : Tali pusat sudah puput
6. Kulit : Ikterik dibagian kepala, dada, perut
7. BB : 3600 gr
8. PB : 50 cm
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi
baik, TTV normal, namun kulit bayi masih sedikit kuning
2. Mengingatkan kembali ibu untuk menjemur bayinya dan menyusui
bayinya lebih sering lagi
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai kondisi bayi ibu yang
mengalami miliariasis, disebabkan karena kurangnya kebersihan
pada bayi serta cara mengatasinya dengan menjaga kebersihan
bayi, langsung mengganti pakaian jika basah dan kotor dan
diusahakan tidak ketat.
4. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI saja pada bayinya
109
1 2
21/12/2019 S:
10.30 WIB - Ibu mengatakan ia masih memberikan ASI saja pada bayinya
- Ibu mengatakan biang keringat ( miliariasis) sudah tidak ada lagi
sejak 3 hari yang lalu
- Ibu mengatakan kuning pada kulit bayinya sudah mulai hilang
sejak 5 harian yang lalu
- Ibu mengatakan kuning pada kulit bayinya sudah mulai hilang
sejak 5 harian yang lalu
- Ibu mengatakan terkadang neneknya memijat bayinya sebelum
mandi
- Ibu mengatakan bayi nya belum ada BAB sejak 5 hari yang lalu
O:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
d. P : 40x/menit
a. N : 124/menit
b. S : 36,6ºC
4. Mata : Konjungtiva tidak pucat
5. Abdomen : Normal
6. Kulit : Kemerahan
A:
Neonatus normal, usia 15 hari, KU bayi baik
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa KU bayi
baik, TTV normal, Ibu mengetahui hasil pemeriksaan bayinya.
2. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI saja pada bayinya
3. Memberikan penkes mengenai imunisasi, manfaat dan jadwal
imunisasi pada bayinya.Ibu mengatakan akan membawa bayi ke
posyandu untuk di imunisasi BCG tanggal 10 Januari mendatang.
110
Kartu Skor Poedji Rohayati (KSPR). Adapun KSPR ini bertujuan untuk
ibu termasuk pada kategori beresiko rendah dengan jumlah skor pada ibu yaitu 2
terdiri atas skor awal serta di katergorikan dengan kehamilan resiko rendah
menghindari hal-hal yang mungkin akan terjadi pada ibu selama kehamilan,
persalinan, nifas hingga pada saat bayi lahir nanti. Pada kasus Ny. M, ibu sudah
Selain itu, pengkajian riwayat kehamilan saat ini juga dilakukan. Pada
yaitu pada trimester I berupa mual-muntah dan trimester II berupa mimisan dan
ketidaknyamanan yang dirasakan atau yang dialami ibu tidak mengarah kepada
atau emesis gravidarum pada trimester I, hal ini disebabkan karena perubahan
sistem hormonal. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Irianti (2014), pada
Sementara itu, mimisan yang ibu rasakan pada kehamilan trimester II merupakan
hal yang normal. Pada kehamilan trimester II, suplai darah dalam tubuh ibu
hamil akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen janin,
darah dihidung. Akibarnya saluran hidung dan saluran napas menjadi bengkak,
menyebabkan mimisan.
normal, dikarenakan adanya perubahan sikap tubuh ibu dimana pusat tubuh ibu
Untuk itu, penulis memberikan asuhan dengan cara mengajarkan ibu cara
mengurangi nyeri pinggang yang ibu rasakan yaitu dengan cara meletakkan
bantal diantara kedua kaki ketika tidur, menghindari penggunaan sendal atau
sepatu dengan hak tinggi dan menghindari berdiri terlalu lama (Dartiwen, 2019).
Selain itu, Dartiwen juga menambahkan ada dua alternative lainnya berupa
efektifan asuhan yang diberikan pada ibu untuk mengurangi nyeri pinggang pada
112
kunjungan kedua.Pada kunjungan ini, nyeri pinggang yang ibu rasakan masih
terasa, dikarenakan ibu jarang melakukan anjuran yang diberikan penulis tentang
cara mengurangi rasa nyeri. Ibu merasa hal ini sulit dilakukan dan ia tidak
khususnya cara mengurangi dengan meletakkan bantal diantara kedua kaki saat
tidur. sehingga Penulis berasumsi Ibu kurang mengerti cara mengurangi nyeri
pinggang. Selain itu, penulis juga berasusmsi bahwa ada keterkaitan antara
merupakan seorang guru, sehingga mengharuskan ibu untuk berdiri sedikit lama
saat mengajar. Namun, penulis tetap memotivasi ibu untuk melakukan anjuran
Selain nyeri pinggang, keluhan lain yang ibu rasakan adalah adanya
braxton hicks. Secara fisiologis pada kehamilan trimester III akan terjadi
Braxton Hicks disebabkan karena pada trimester III, rahim akan mulai
Widy, 2018). Asuhan yang diberikan berkaitan dengan keluhan ibu adalah
menganjurkan ibu menarik nafas panjang dari hidung dan mengeluarkan dari
mulut sebagai terknik relaksasi, sering mengganti posisi dan mandi atau
pendidikan kesehatan tentang cara membedakan his palsu dan his persalinan.
Biasanya braxton hicks akan dirasakan secara tidak teratur. Sementara itu,
kontraksi persalinan bersifat teratur, interval makin pendek, dan kekuatan hicks
makin besar serta diiringi dengan nyeri pinggang menjalar ke arah depan dan
2018).
berat badan ibu sebanyak 12 Kg dari sebelum hamil. Sementara itu, Indeks Masa
2019). Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yongky (2012), peningkatan
yang fisiologis. Pada kunjungan pertama hingga ke empat, didapati pada bagian
atas teraba bokong, bagian kiri teraba punggung janin, bagian kanan teraba
ekstremitas janin, dan bagian presentasi teraba kepala janin. Selain itu
presentasi janin sudah memasuki pintu atas panggul (PAP) atau belum
114
(Sulistyawati, 2011). Pada kasus Ny, M, bagian kepala janin sudah memasuki
Pada kasus Ny. M, dilakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri (TFU) untuk
mengetahui usia kehamilan dan menilai perkembangan janin sesuai dengan usia
kehamilan (Irianti, 2014). Selama masa kehamilan dan kunjungan klinik dengan
penulis, terdapat kesenjangan antara TFU ibu dan teori yang ada. Pada
seharusnya 31-32 cm. Pada kunjungan ketiga yaitu pada usia kehamilan 37 dan
ini disebabkan karena adanya kesalahan dalam pengukuran TFU. Sementara itu,
Tausack yaitu TFU- (11/12/13) dikali 155 (Irianti, 2014). Pada kunjungan
pertama dan ketiga, dikarenakan bagian terendah janin belum memasuki PAP,
dan (29-13)x155, didapatkan hasil 2.480 gr. Pada kunjungan ke empat, bagian
terendah janin sebagian kecil sudah masuk ke PAP. Berdasarkan teori, jika
sebagian kecil bagian terendah janin masuk ke PAP, maka perhitungan TBJ
dikurang dengan 13. Maka perhitungan TBJ nya adalah (29-13)x155 dan
diadapatkan hasil 2.480 gr. Normalnya, pada usia kehamilan 33-34 minggu, TBJ
115
adalah 2000 gr, usia kehamilan 37 minggu adalah 2900 gr dan TBJ pada usia
antara TBJ dan berat lahir bayi Penulis berasumsi walaupun TBJ ini hanya
sebuah perkiraan atau estimasi dari berat lahir, juga sebagai deteksi dini dari dan
haemoglobin (Hb) ini dilakukan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi pada
memiliki banyak komplikasi, baik komplikasi pada ibu maupun komplikasi pada
janin, diantaranya adalah perdarahan dan BBLR. Menurut teori, batas normal
kadar Hb pada trimester akhir kehamilan adalah 11,0 gr/dl (Irianti,2014). Pada
kasus Ny.M, hasil pemeriksaan menunjukkan hasil yang normal, yaitu 12,9
gr/dl. Kasus anemia yang sering di jumpai adalah anemia akibat defisiensi zat
besi (Irianti,2014). Untuk itu, sesuai dengan standar asuhan kehamilan berupa 10
T, maka diberikan tablet tambah darah sebagai upaya preventif dari kejadian
anemia pada ibu hamil. Jenis tablet tambah darah yang di berikan pada kasus
Ny. M adalah Albion, yang mempunyai kandungan yang sama dengan tablet
tambah darah Etabion. Adapun kandungan dari Etabion adalah Ferro fumarat
dengan metode dipstick atau strip urine dan metode pemanasan dengan asam
asetat 6 %. Hasil pemeriksaan urine dengan kedua metode ini menunjukan tidak
ada perubahan warna pada strip urine yang digunakan dan tidak ada kekeruhan
pada urine saat di bakar. Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Irianti
(2014), apabila tidak ada perubahan warna pada strip urine dan tidak ada
kekeruhan sedikitpun pada urine setelah di bakar dengan asam asetat 6%, maka
hasilnya negatif. Artinya, pada kasus Ny.M, tidak ada protein urine yang
transportasi dan perlengkapan lainnya seperti pakaian ibu dan bayi yang akan
diperlukan saat persalinan. Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Asrinah
(2010), bahwa pada kehamilan trimester III, asuhan yang diberikan berupa
persalinan sampai pembagian peran jika nantinya ibu dirawat di rumah sakit.
Selain itu, dengan adanya informasi yang telah diberikan tersebut, ibu bisa
adalah hal yang penting, karena dengan persiapan sedini mungkin maka ibu akan
menghitung gerakan janin, yaitu metode Cardiff dan metode Sadovsky (Irianti,
dengan cara menghitung gerakan janin dalam 1 jam yaitu ada 4 kali gerakan
tanda- tanda bahaya selama kehamilan trimester III. Tanda-tanda bahaya pada
kehamilan merupakan salah satu cara mendeteksi dini adanya masalah atau
tidak menjumpai kondisi dan keluhan ibu yang mengarah pada keadaan
patologis. Asuhan- asuhan yang diberikan pada Ny.M selama masa kehamilan
a. Kala I
kasus Ny.M, kala I di mulai dengan adanya tanda kala I berupa keluarnya
disertai darah dari jalan lahir disertai dengan pendataran dan pembukaan,
lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan
yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian
(Fitriana, 2018).
dini. Sesuai dengan teori, dikatakan ketuban pecah dini apabila ketuban
pecah sebelum pembukaan 4 cm. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan
C. Pada kasus Ny. M, penulis berasumsi bahwa penyebab dari KPD yang
dirasakan ibu bertambah kuat, namun dengan interval yang lama. Pada
yang di ungkapkan oleh Manuaba (2014) dan berkaitan dengan kasus Ny.M
ketuban pecah dini yang diungkapkan oleh Manuaba (2014), apabila usia
kehamilan aterm dan letak kepala, maka bisa dilakukan induksi persalinan
pecah maka bayi harus lahir sebelum 24 jam. Setelah 24 jam ketuban pecah,
setelah 6 jam, 8 jam dan 24 jam dengan syarat usia kehamilan aterm dan
kepala serta mengingat sudah 6 jam sejak pecah ketuban dan hanya ada
120
kehamilan. Selain itu, adanya ketuban pecah dini membuat fungsi air
ketuban berkurang. Diantara fungsi air ketuban adalah menjaga suhu tubuh
mencegah tali pusat kekeringan yang dapat menyebabkan fetal distress serta
berperan sebagai cadangan nutrient bagi janin, sehingga jika terjadi KPD
didasarkan atas kematangan serviks melalui bishop score. Jika Bishop score
> 6 dilakukan induksi persalinan dan jika < 6 maka dilakukan pematangan
kontraksi uterus serta pematangan serviks pada ibu hamil yang sudah
inpartu. Pada kasus Ny. M sudah ada tanda inpartu berupa adanya
pukul 05.00 WIB dan dilakukan atas kolaborasi dengan dokter penanggung
jawab. Adapun pengaturan tetesan infus pada Ny. M, yaitu dimulai pada 8
kesenjangan dengan teori bahwa jumlah tetesan infus pada kasus akselerasi
121
hasil evaluasi his. Merujuk dari kasus Ny.M, pada pukul 05.30 WIB
teratur dan adekuat, maka tetesan infus dipertahankan. Sesuai dengan teori,
jika his timbul secara teratur dan adekuat, tetesan oksitosin dipertahankan.
Pada kasus Ny.M, hingga kala II, tetesan infus dipertahan pada 13
tetes/menit.
bahwa penambahan dilatasi serviks pada kasus Ny.M mulai ada sejak
dilakukan induksi persalinan pada pukul 05.00 WIB, karena dapat dilihat
dari his ibu yang adekuat sejak dilakukan akselerasi persalinan. Penulis
pengurangan rasa nyeri dengan teknik relaksasi dan latihan pernafasan serta
pecahnya ketuban ibu sampai pembukaan 10 cm. Hal ini sesuai dengan teori
8 jam (Fitriana,2018).
b. Kala II
semakin kuat dan ada keingingan meneran seperti ingin BAB. Hal tersebut
janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadi tekanan pada
otot-otot pada dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin
meneran pada ibu dan tekanan pada rektum menyebabkan ibu merasa ingin
tanda kala II yaitu tekanan pada anus, perineum menonjol , dan vulva
membuka. Adapun tanda gejala kala II yaitu ibu merasa ingin meneran,
lendir dan darah (Rohani,2011). Dengan adanya tanda-tanda kala II, penulis
adanya bantuan proses memimpin ibu meneran dapat membantu ibu terarah
adanya lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat tersebut berjumlah 1 lilitan dan
Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Walyani dan Endang (2016),
jika lilitan tali pusat melilit leher bayi dengan longgar, upayakan agar tali
pusat tersebut dapat dilonggarkan lewat kepalanya. Untuk itu, Bidan dan
kepala bayi.
sedangkan pada multipara adalah ±20 menit (Fitriana, 2018). Sementara itu,
pada kasus Ny.M, persalinan kala II berlangsung selama 45 menit dan bayi
kala II pada kasus Ny.M disebabkan karena Ny.M tidak mengikuti anjuran
bidan tentang cara meneran dengan baik dan adanya lilitan tali pusat pada
c. Kala III
Pada persalinan kala III Ny.M, keluhan yang ibu rasakan adanya rasa
mules. Rasa mules yang ibu rasakan karena adanya kontraksi pada uterus
124
ibu untuk kelahiran plasenta. Hal ini berkaitan juga dengan hasil
kontraksi uterus menjadi tidak maksimal. Hal ini juga berkaitan dengan
adanya kontraksi uterus yang baik, maka proses kelahiran atau pengeluaran
berlangsung selama 5 menit. Hal ini merupakan hal yang normal karena
manajemen aktif kala III. Berdasakan teori, tujuan dari MAK III ini adalah
tali pusat terkendali (PTT) dan massase fundus uteri segera setelah plasenta
sebanyak 5 IU. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahawa pada
mencegah dan mendeteksi dini adanya komplikasi kala III berupa atonia
125
uteri. Sesuai dengan teori, tanda dari atonia uteri adalah tidak adanya
Massase fundus uteri ini juga dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus.
dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Hal ini sesuai dengan teori yang
tengkurap diatas dada ibu dan berada diantara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu. Adapun manfaat dari IMD pada bayi
Sementara itu, dilakukan IMD ini juga bermanfaat bagi ibu, karena dapat
mengatasi stress dan menunda ovulasi (Fitriana, 2018). Pada kasus Ny.M,
IMD berhasil pada menit ke 48. Hal ini sesuai dengan teori yang
d. Kala IV
post partum. Hal ini dilakukan untuk mencegah dan memantau kondisi ibu
setelah persalinan, dimana dalam keadaan seperti ini akan rawan terjadi
jumlah perdarahan setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30
menit pada 1 jam kedua. Untuk suhu hanya satu kali pada 1 jam pertama
dan kedua. Hal ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh JNK-PR
jalan lahir. Pada kasus Ny.M, didapatkan adanya laserasi jalan lahir derajat
2 yaitu padamukosa vagina, kulit dan otot perineum. Didalam teori laserasi
berasumsi bahwa adanya laserasi jalan lahir pada Ny.M disebabkan karena
faktor berat badan janin, dimana pada persalinan sebelumnya berat badan
janin lebih kecil. Adapun asuhan yang diberikan berdasarkan kasus Ny.M
adalah untuk menyatukan kembali jaringan yang mengalami luka dan juga
untuk mencegah kehilangan darah pada ibu bersalin (Fitriani, 2018). Pada
melahirkan ibu akan merasakan mules yang disebabkan oleh kontraksi dan
relaksasi uterus berurutan yang terjadi secara terus menerus. Pada wanita
menyusui, saat menyusui, rangsangan mulut bayi pada puting susu akan
oksitosin. Hormon oksitosin akan menyebabkan kontraksi pada otot rahim seingga
menimbulkan rasa mules dan adanya kontraksi ini dapat mempercepat involusi
selalu berkemih, jika dirasa kandung kemih terasa penuh, karena kandung kemih
yang penuh dapat mengganggu kontraksi uterus. Dengan cara menjelaskan kepada
ibu mengenai fisiologi dari mules yang dirasakan ibu juga merupakan suatu
tindakan untuk mengatasi keluhan yang ibu rasakan, khususnya kecemasan ibu
berkurang. Sementara itu pada KF 2 dan KF 3 ibu tidak mengalami keluhan yang
didapatkan hasil yang normal dan tidak ada masalah atau kondisi yang patologis
pada Ny.M. Pada pemeriksaan TTV pada ibu dibawah 140/90 mmHg, suhu tubuh
dibawah 38ºC, nadi <100 kali/menit dan pernapasan <30 kali/menit. Hasil tersebut
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa tanda-tanda vital ibu nifas
dikatakan normal apabila tekanan darah ibu < 140/90 mmHg, suhu tubuh <38 0C,
matur atau ASI yang sebenarnya akan keluar pada hari ke 10 setelah persalinan
didahulu oleh ASI transisi pada hari ke 4 yang disebabkan karena masih tingginya
kadar hormon didalam tubuh ibu. Dimana setelah plasenta lahir, kadar hormon
berangsur-angsur akan turun, namun Hormon Plasenta Lactogen (HPL) ini tidak
sepenuhnya langsung turun kadarnya dalam tubuh ibu, sehingga produksi hormon
ini, maka pengeluaran ASI belum lancar. ASI mulai lancar pada hari ke 2-3
dengan sering menyusui bayi , karena pada saat menyusui terdapat rangsangan
ASI. Adanya hormon oksitosin ini akan merangsang duktus-dukus pada aveoli
Involusi uterus adalah proses uterus kembali ke ukuran semula, seperti sebelum
hamil, diukur dengan pengkajian TFU dan konsistensi uterus. Pada pemeriksaan
TFU ibu dalam batas normal yaitu 2 jari dibawah pusat dan uterus teraba keras
yang menunjukan kontraksi baik. Sementara itu, pada KF 2( 4 hari post partum)
didapatkan hasil pertengahan pusat-sympisis dan pada KF 3 (39 hari post partum)
129
tidak teraba diatas sympisis. Normalnya kontaksi uterus ibu dikatakan baik jika
uterus teraba keras dan TFU ibu setelah melahirkan adalah 2-3 jari dibawah
pusat, setelah 7 hari post partum TFU pertengahan pusat-sympisis, dan setelah 6
minggu TFU tidak teraba diatas sympisis dan kembali normal seperti sebelum
besar). Begitu juga dengan lochea yaitu berwarna merah (rubra). Pada KF2,
pengeluaran lochea adalah sanguilenta, dan pada KF3 tidak ada lagi pengeluaran
akan berlangsung selama 1-3 hari pasca persalinan, lochea sanguilenta akan keluar
pada hari ke 4-7 setelah persalinan, serosa pada hari ke 7-14 dan alba setelah 14
Asuhan yang diberikan selama masa nifas adalah mengenai perawatan luka
perineum. Hal ini diberikan mengingat ibu memiliki luka perineum derajat 2,
sehingga penulis menganggap hal ini perlu diberikan untuk mencegah terjadinya
infeksi dan komplikasi pada masa nifas. Adapun cara perawatan luka perineum
ramuan tradisional pada area luka, tidak mencuci/membersihkan luka dengan air
belakang dan tidak sering-sering menyentuh luka agar tidak mudah terjadi infeksi
(Sutanto, 2018).
Selain itu, penulis juga mengajarkan ibu tentang mobilisasi dan senam
kegel. Menurut teori yang diungkapkan Bahiyatun (2009) yang dikutip dalam
jurnal penelitian tentang Hubungan Mobilisasi Dini dan Senam Kegel terhadap
130
Pekanbaru oleh Rena Afri, dkk (2017), menyebutkan mobilisasi dini merupakan
serta mencegah komplikasi lain pada masa postpartum. Sementara itu, senam
atau hendak berbaring dan bangun dari tempat tidur. Senam kegel akan
Senam atau latihan kegel juga dapat mengembalikan tonus otot panggul (Sutanto,
2018). Penulis berasumsi adanya keterkaitan antara kombinasi dan senam kegel
yang dilakukan oleh ibu dengan penyembuhan luka perineum. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rena Afri, dkk (2017), bahwa 93.3%
asuhan yang dilakukan pada ibu nifas adalah pemberian ASI awal. Pada
kunjungan ini diberikan penkes tentang pemberian ASI secara on demand dan
ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Berdasarkan teori yang
diungkapkan oleh Sutanto (2018), ASI ekslusif adalah pemberian ASI kepada
bayi tanpa makanan dan minuman pendamping sejak bayi baru lahir sampai
dengan usia 6 bulan. Sementara itu, manfaat dari pemberian ASI eklusif bagi bayi
kesehatan tentang perawatan payudara dan teknik marmet. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Aprilina (2016) tentang Kombinasi Breast Care dan Teknik
Marmet terhadap Produksi ASI Post SC di Ruangan Falmboyan RSUD Prof. Dr.
produksi ASI optimal. Berkaitan dengan kasus Ny.M, penulis berasumsi bahwa
asuhan dengan pendidikan kesehatan perawatan payudara dan teknik marmet ini
berhasil, dilihat dari berat badan bayi yang bertambah pada hari ke 7 sebanyak
300 gr. Selain kedua upaya tersebut, penulis juga memberikan asuhan mengenai
pijat oksitosin. Adapun manfaat dari pijat oksitosin ini adalah untuk merangsang
Penulis juga melakukan pengkajian EPDS sebagai skrining atau deteksi dini
pertanyaan. Jika skor dari EPDS diatas dari 13 atau lebih menunjukkan adanya
gejala depresi post partum (Sutanto, 2018). Pada kasus Ny.M, hasil pengkajian
tersebut memiliki skor 7. Artinya, ibu memiliki resiko rendah terjadi gangguan
mengatakan ingin menggunakan kontrasepsi jenis pil progestin atau mini pil. Pil
pemakaian pil KB ini adalah diminum mulai hari 1-5 siklus haid setelah masa
nifas, diminum setiap hari pada saat yang sama. Kemudian jika minumnya
terlambat dalam jangka waktu lebih dari 3 jam,maka minum pil begitu ingat dan
gunakan metode pelindung selama 48 jam, jika lupa 1-2 pil, maka segera minum
begitu ingat dan menggunakan pelindung sampai akhir bulan. Bila tidak haid,
mulai dengan paket baru sehari setelah paket terakhir habis (Sutanto, 2018).
dukungan dari keluarga ibu. Hal ini dapat dilihat pada saat masa nifas, adanya
dukungan penuh suami dan dukungan parsial dari orang tua dalam membantu ibu
merawat bayi dan pekerjaan rumah. Dengan adanya dukungan dari keluarga ini
sangat mempengaruhi kesehatan ibu, sehingga ibu dapat focus pada kesehatan dan
pemulihan dirinya selama masa nifas. Hal ini dapat dilihat pada saat kehamilan
ibu dalam pekerjaan rumah setelah ibu bersalin seperti mencuci pakaian dan
memasak makanan, serta mendukung segala asuhan yang Penulis berikan kepada
Ny.M, memijat punggung ibu saat menguragi nyeri persalinan dan berperan dalam
pijat oksitosin yang diberikan pada ibu. Begitupula dengan orang tua yang datang
setelah ibu bersalin untuk membantu dalam merawat bayi dan pekerjaan rumah.
Pada kasus Ny.M, adanya dukungan dari keluarga inilah yang meningkatkan
persalinan dan 1 kapsul diminum tidak lebih dari 24 jam setelah meminum kapsul
mencegah terjadinya anemia selama masa nifas, mengingat saat persalinan ibu
kehilangan banyak darah dan cairan. Aturan konsumsi tablet fe pada masa nifas
perineum. Berkaitan dengan kasus Ny.M yang memiliki jahitan pada luka
perineum, maka diberikan analgetik dalam bentuk tablet oral berupa Omegesic.
Pada kasus Ny.M, juga diberikan suplemen pelancar ASI berupa Lactaboost
Folum atau daun katuk sebanyak 250 mg. Adapun manfaat dari pemberian
kunjungan ini dilakukan pemeriksaan fisik, bayi dibedong dan diberi topi untuk
menjaga kehangatan tubuh , bayi sudah BAB dan BAK, bayi sudah dimandikan
dan melakukan perawatan tali pusat, hal ini telah sesuai dengan teori menurut
Desidel, dkk (2012) untuk mencegah hipotermi, bayi tidak langsung dimandikan,
Kunjungan neonatus kedua ditemukan masalah pada bayi Ny.S yaitu bayi
sedikit kuning sejak hari ke 4. Penulis menjelaskan kepada ibu mengenai kuning
atau ikterik yang terjadi pada bayinya digolongkan pada ikterus fisiologis. Ikterus
fisiologis adalah ikterus yang terjadi pada hari ke 2 dan ke 3 dan semakin tampak
pada hari ke 5 dan ke 6 (Amelia, 2019). Penulis berasumsi penyebab dari ikterus
fisiologis yang dialami By.Ny.M, adalah dikarenakan ikterus ASI. Amelia (2019)
mengungkapkan bahwa penyebab ikterus ini adalah pemberian ASI dari seorang
ibu secara tertentu dan umumnya akan terjadi pada setiap bayi, bergantung pada
bagi bayi dan biasa timbul pada 4-7 hari pertama. Pemeriksaan objektif pada By.
Ny. M, kuning tampak pada daerah kepala, dada, perut serta tungkai dan tangan.
Penentuan derajat ikterus menurut pembagian zona tubuh oleh Kramer menurut
Amelia (2019) yaitu Kramer I ikterus di daerah kepala dengan perkiraan bilirubin
total 5mg/dl, Kramer II di daerah dada sampai pusat dengan bilirubin total 9
mg/dl, Kramer III mulai perut dibawah pusat sampai dengan lutut dengan
bilirubin total 11,4 mg/dl, Kramer IV bagian lengan sampai dengan pergelangan
tangan, tungkai bawah sampai dengan pergelangan kaki dengan bilirubin total
135
12,4 mg/dl, dan Kramer V sampai dengan telapak tangan dan telapak kaki dengan
Penulis memberikan asuhan tentang perawatan bayi dengan ikterus fisiologis yaitu
mengannjurkan ibu untuk memberikan ASI yang cukup yaitu 8-12 kali sehari dan
menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya. Hal ini sesuai dengan teori dimana
menjemur bayi akan mengurangi ikterus pada bayi karena sinar matahari akan
berasumsi bahwa asuhan yang diberikan ini efektif untuk mengurangi ikterus pada
bayi. Ini dapat dilihat bahwa kulit bayi kembali normal pada hari ke 10 dan secara
fisiologisnya ikterus fisiologis akan hilang pada hari ke 10 pertama umur bayi
(Amelia, 2019).
Selain ditemukan masalah ikterus, juga didapati masalah umum yang terjadi
pada neonatus berupa miliariasis pada hari ke 7. Miliarisis disebut juga biang
keringat atau keringatan buntet yaitu dermatosis yang disebabkan oleh keringat
asuhan berupa memelihara kebersihan tubuh bayi, gunakan pakaian yang tidak
terlalu sempit, gunakan pakaian yang menyerap keringat, dan segera ganti pakaian
yang basah dan kotor. Asuhan ini efektif diberikan karena pada kasus By.Ny.M,
Selama dilakukan kunjungan neonatal, keadaan umum bayi baik dan tanda-
tanda vital bayi dalam batas normal. Pada hari ke 7 dilakukan penimbangan berat
badan bayi. Hasil penimbangan BB bayi adalah 3600 gr. Artinya ada peningkatan
berat badan sebesar 300 gr. Sementara itu, didapatkan data dari KMS bayi tanggal
136
10 januari atau pada usia bayi 1 bulan 4 hari, BB bayi adalah 4000 gr. Artinya ada
peningkatan BB bayi sebanyak 700 gr saat usia 1 bulan. Normalnya akan terjadi
penambahan BB neonatal dalam usia 1 bulan adalah 700-800 gr dari berat lahir
(Suparmi, 2018). Penulis berasumsi adanya peningkatan berat badan bayi ini
disebabkan oleh pijat bayi yang dilakukan pada bayi disamping frekuensi dan
durasi menyusui bayi yang sering dan lama. Pijat bayi memilik manfaat berupa
relaksasi pada otot-otot bayi, dapat membersihkan kulit bayi dan mengangkat sel-
sel kulit mati, pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat, dapat sabagai
penenang dan penghilang rasa sakit pada bayi dan dapat membantu meningkatkan
berat badan bayi (Putra, 2012). Selain peningkatan berat badan, evaluasi
keberhasilan pijat bayi juga di lihat dari kualitas tidur bayi. Pada By.Ny.M, bayi
tidur dengan pulas dan jika malam hari terbangun untuk diberikan ASI.
imunisasi lengkap dari bayi hingga balita, manfaat dan waktu pemberian
imunisasi. Adapun manfaat imunisasi ini adalah agar melindungi dan mencegah
balita dari penyakit-penyakit seperti, TBC, Polio, Difteri, Batuk Rejan (Pertusis),
tetanus, Hepatitis-B, meningitis, campak dan rubella. Sementara itu, untuk waktu
pemberian imunisasi adalah BCG umur 0-1 bulan, Polio diberikan sebanyak 4 kali
yaitu pada usia 0 s/d 4 bulan, DPT HB HIB diberikan sebanyak 3 kali pada usia 2
s/d 4 bulan, campak rubela (MR) pada usia 9 bulan dan Pentabio lanjutan pada
umur 18 bulan serta campak lanjutan pada umur 18 bulan (IDAI, 2017). Pada
kasus By. Ny.M, bayi dibawa ke PMB untuk di lakukan imunisasi BCG dan Polio
pemberian ASI eklusif pada bayi. Selama melakukan asuhan pada By.Ny.M, bayi
diberikan ASI saja dan ASI Ekslusif masih diberikan hingga saat ini. Penulis
pendampingan dari Bidan dan adanya dukungan dari keluarga. Selama pelayanan
khususnya penulis sudah memberikan asuhan pemberian ASI eklusif pada bayi
saat hamil, sehingga Ny.M mengetahui manfaat jika bayi diberikan ASI eklusif.
ASI eklusif. Jika colostrum sudah keluar sejak hamil, maka produksi ASI sudah
dimulai sejak hamil, sehingga setelah lahir bayi sudah mendapat ASI baik itu
colostrum. Saat persalinan, pada By.Ny.M juga dilakukan IMD. Salah satu
memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI saja pada By.Ny.M hingga tercapai
ASI ekslusif.
untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dengan media buku KIA.