Anda di halaman 1dari 15

RESUME GIZI DAN DIET

“pencegahaan dan penangan cacing dan KKP”

DI SUSUN OLEH:

NAMA:IRENI HADA INDA


NIM:PO 530320319072
TINGKAT 1 A

POLITEKES KEMENKES KUPANG


PRODI KEPRAWATAN WAINGAPU
TAHUN 2019/2020
A.Pencegahan Anemia
Banyak jenis anemia yang tidak dapat dicegah, namun untuk menghindari iron dificeincy
anemia dan vitamin difesiency anemia dapat dicegah dengan makan makanan yang
mengandung:
1.      Zat besi
Memastikan konsumsi zat besi secara teratur untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan untuk
meningkatkan kandungan serta bioavailabilitas (ketersediaan hayati) zat besi dalam
makanan. Ada empat pendekatan utama :
a.       Penyediaan suplemen zat besi
Prinsip esensial dalam manajemen anemia karena defisiensi zat besi adalah
terapi sulih zat besi dan penanganan penyebab yang mendasar seperti infeksi parasit
atau perdarahan gastrointestinal. Terapi zat besi per oral merupakan bentuk
penanganan yang disukai.
Ferro sulfat merupakan preparat zat besi oral yang paling murah dan banyak
digunakan. Dosis total yang ekuivalen dengan 60 mg zat besi elemental (300 mg
ferro sulfat) Per hari sudah cukup bagi orang dewasa dan harus diberikan di antara
saat saat makan pada pagi hari atau pada waktu tidur. Pada bayi dan anak kecil,
pemberian 30 mg besi elemental per hari sudah memadai. Umumnya setelah waktu
lebih dari 4 minggu akan terjadi kenaikan kadar hemoglobin sekitar 2g/dl. Penting
untuk diingat bahwa terapi zat besi harus lanjutkan selama sekitar 3 bulan sekalipun
kadar hemoglobin sudah kembali normal. Pada kasus anemia karena defisiensi zat
besi yang berat dengan kadar hemoglobin berkisar 5-7g/dl dianjurkan untuk transfusi
dengan preparat packed-cell. Efek samping yang lazim terjadi pada suplementasi zat
besi adalah mual, konstipasi, tinja berwarna hitam, dan diare. Risiko efek samping
tersebut sebanding dengan dosis zat besi yang diberikan. Ketidakpatuhan pasien
dalam menjalani terapi merupakan penyebab utama ketidakberhasilan dalam
merespons terapi dan diperlukan konseling individual yang dilaksanakan dengan
tepat serta simultan.
Pemberian zat besi secara oral merupakan terapi pilihan untuk pencegahan
anemia karena defisiensi zat besi. Pada umumnya, pemberian suplemen setiap hari
yang berisi sekitar 100 mg besi elemental direkomendasikan selama periode waktu
sekitar 100 hari bagi kelompok populasi yang paling rentan, seperti ibu hamil. Dosis
pemberian ditetapkan dengan mempertimbangkan efektivitas biologis dan efek
samping. Efek samping yang lazim dijumpai pada terapi zat besi per oral adalah
gangguan gastrointestinal seperti konstipasi dan tinja yang berwarna hitam.
Penggunaan terapi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan nyeri pada sendi.
Keberhasilan program semacam ini bergantung pada distribusi suplemen zat besi
dengan jumlah yang adekuat dan kepatuhan individual menghadap pengobatan.
Sedapat mungkin kelahiran bayi dilaksanakan melalui sitem persalinan yang sudah
ada. Pengalaman di India merupakan contoh kekurangan pada program tersebut
ketika diujicobakan dalam skala besar.
b.      Fortifikasi bahan pangan yang biasa dikonsumsi dengan zat besi
Fortifikasi zat besi pada beberapa bahan pangan yang lazim dikonsumsi
merupakan pilihan menarik untuk mengatasi permasalahan asupan zat besi yang
tidak memadai dalam masyarakat. Bahan pangan yang dijadikan fortifikan dan
pembawa harus aman dan efektif. Jenis-jenis bahan pangan yang berhasil dijadikan
pembawa bagi fortifikasi pangan adalah gandum, roti, tepung susu, garam, susu
formula bayi, dan gula. Negara Swedia memiliki sejarah panjang fortifikasi zat besi
pada tepung gandum dengan takaran 65 mg zat besi/kg tepung
c.       Edukasi gizi
Upaya yang ekstensif dan persuasif diperlukan untuk menimbulkan perubahan
perilaku dalam masyarakat agar orang-orang dalam masyarakat tersebut mau
mengadopsi diversifikasi pangan. Pada akhirnya, satu-satunya solusi yang bertahan
lama dalam pemecahan persoalan anemia karena defisiensi zat besi adalah dengan
membantu masyarakat mengonsumsi makanan yang kaya dengan zat besi secara
teratur, mendorong asupan promotor absorpsi besi seperti vitamin C, dan mencegah
konsumsi faktor-faktor penghambat yang berlebihan. Pendekatan berikut ini
dianggap paling penting dalam pencegahan dan pengendalian anemia gizi secara
umum:
1. meningkatkan konsumsi bahan pangan yang kaya akan zat besi seperti kacang-
kacangan, sayuran hijau, jenis sayuran lainnya dan daging.
2.  Mendorong konsumsi secara teratur bahan pangan yang kaya akan vitamin C seperti
jeruk sitrus, jambu, dan kiwi.
3. Meningkat penambahan bahan pangan yang kaya akan zat besi pada makanan
tambahan bagi bayi
4. Menyarankan untuk tidak mengonsumsi bahan pangan yang dapat menghambat
absorpsi besi, khususnya bagi wanita dan anak-anak.
d.      Pendekatan berbasis hortikultur untuk memperbaiki ketersediaan hayati zat besi pada
bahan pangan yang umum

2.      Folat
Anda dapat menurunkan risiko terkena anemia defisiensi folat dengan diet
seimbang yang mengandung cukup folat. Direkomendasikan, jumlah folat untuk
dikonsumsi setiap hari adalah 200 mikrogram (ug). Umumnya, jika seseorang sudah cukup
mengonsumsi sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan, tidak perlu lagi untuk
mengonsumsi suplemen.
Folat dapat rusak oleh panas, sehingga buah dan sayuran yang dalam keadaan
mentah mengandung lebih tinggi folat ketimbang yang telah dimasak. Roti dan sereal yang
telah diperkaya dengan vitamin juga merupakan sumber folat yang baik. Sumber folat yang
bagus di antaranya beras cokelat, kol brussel, brokoli, asparagus, kacang polong, kacang
arab.
Namun jika Anda memiliki gangguan dalam penyerapan nutrisi tubuh, atau jika
sedang hamil, maka mungkin perlu untuk mengonsumsi suplemen. Mintalah saran dokter
untuk hal ini.
3.      Vitamin B12
Vitamin B12 adalah suatu vitamin yang sangat kompleks molekulnya, yang
mengandung sebuah atom kobal yang terikat mirip dengan besi terikat dalam hemoglobin
atau magnesium dalam klorofil. Sumber yang mengandung vitamin B 12 yaitu bisa
ditemukan pada daging, ikan, telur, dan susu. Orang yang hanya makan sayuran
(vegetarian) dapat melindungi diri sendiri melawan defisiensi (kekurangan) dengan
menambah konsumsi susu, keju dan telur. Hal ini berarti sekitar satu cangkir susu atau satu
butir telur untuk satu harinya.
Untuk seorang vegetarian yang tidak memakan semua produk dari hewan dapat
memperoleh sumber vitamin B12 dari susu kedelai atau ragi yang sudah ditumbuhkan
dalam lingkungan yang kaya akan vitamin B12. Sumber lainnya adalah miso (produk
fermentasi kedelai, semacam tauco) dan tempe (terutama yang dibuat secara tradisional).
Pada tempe buatan pabrik tidak ditemukan kobalamin. Bagi kaum vegetarian yang akan
meningkatkan jumlah vitamin B12, dapat makan sereal ataupun susu kedelai yang diperkaya
dengan vitamin dan mineral.
Vitamin ini bersifat larut dalam air, dan dapat disintetis oleh bakteri dalam usus. Vitamin
B12 ini berbeda dengan vitamin larut air lainnya tidak cepat dikeluarkan dalam urin, tetapi
dikumpulkan dan disimpan dalam hati, ginjal dan beberapa jaringan tubuh.
Kekurangan vitamin B12 tidak saja terjadi karena asupannya yang kurang. Asupan vitamin
lain berlebihan pun dapat mengakibatkan defisiensi vitamin B12. Misalnya, karena
berlebihan mengkonsumsi vitamin C.
Perlu diketahui bahwa kebutuhan vitamin B12 berbeda-beda tergantung dari
usianya. Usia 0 sampai 3 tahun membutuhkan 400-900 nanogram vitamin B12 setiap hari.
Usia 4 sampai 13 tahun membutuhkan 1,2-2,4 mcg vitamin B12 setiap hari. Usia 14 tahun
keatas membutuhkan 2,4-2,8 mcg vitamin B12 setiap hari. Cegah tentu dengan
mengkonsumsi makanan bervitamin B12, banyak daging terutama lebih baik. Daging
hewani yang banyak protein seperti daging ikan bisa Anda konsumsi jika Anda terhalang
dengan daging sapi atau kambing yang berkolesterol tinggi dan menghindari tekanan darah
tinggi. Jika Anda tidak juga dapat juga memenuhi kebutuhan vitamin B12 pada daging-
dagingan, Anda bisa mengkonsumsi sayuran fermentasi seperti tahu, miso atau tempe.
Selain itu, makan makanan olahan rumput laut, ganggang yang berupa agar-agar atau jelly
juga dapat membantu Anda memenuhi kebutuhan vitamin B12. Hindari menjadi
vegetarian. Kekurangan asupan vitamin B12 karena terlalu banyak makan sayuran tanpa
diikuti oleh kebutuhan vitamin B12 dari sumber hewani sama saja Anda mengundang
penyakit akibat kekurangan vitamin B12. Cegah juga kekurangan vitamin B12 dengan
mengkonsumsi suplemen multivitamin. Atau konsultasikan ke dokter untuk dapat
suplemen vitamin yang tepat.
Sumber alami vitamin B12 terdapat pada sumber hewani dan sayuran. Akan dijelaskan
kandungan vitaminnya pada setiap sumber alami vitamin B12 ini. Sarden takaran 3,2 ons
mengandung vitamin B12 8,11 mcg. Salmon takaran 4 ons mengandung 6,58 vitamin B12.
Daging rusa takaran 4 ons mengandung vitamin B12 sebanyak 3,47 mcg. Udang takaran 4
ons mengandung vitamin B12 sebanyak 1,69 mcg. Kerang takaran 4 ons mengandung
vitamin B12 sebanyak 1,47 mcg. Daging domba takaran 4 ons mengandung vitamin B12
sebanyak 2,45 mcg. Susu takaran satu cangkir mengandung vitamin B12 sebanyak 1,29
mcg. Ikan cod takaran 4 ons mengandung vitamin B12 1,18. Ikan halibut takaran 4 ons
mengandung vitamin B12 sebanyak 1,55 mcg. Yogurt takaran satu cangkir mengandung
vitamin B12 sebanyak 1,37 mcg. Daging sapi takaran 4 ons mengandung vitamin B12
sebanyak 1,8 mcg. Telur takaran setiap 1 butirnya mengandung vitamin B12 sebanyak 0,55
mcg.

4.      Vitamin C
Sayuran daun hijau merupakan salah satu bahan pangan yang baik sebagai
sumber vitamin dan mineral, terutama vitamin C, provitamin A, zat besi dan kalsium.
Semua zat gizi tersebut mempunyai fungsi penting sebagai pengatur reaksi metabolisme
untuk pemeliharaan dan pertumbuhan jaringan tubuh, dan vitamin C mempunyai peranan
yang cukup besar dalam membantu penyerapan zat besi dari makanan yang dikonsumsi.
Vitamin C adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh kita, karena vitamin C berfungsi membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh.
Tanpa vitamin, manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan mampu melakukan
aktivitas hidup. Selain itu, kurangnya asupan vitamin juga dapat menyebabkan semakin
besarnya peluang terkena penyakit pada tubuh kita.
Vitamin C merupakan salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan
penting dalam menangkal berbagai jenis penyakit. Vitamin C juga dikenal dengan
nama kimia dari bentuk utamanya, yakni asam askorbat. Vitamin C termasuk
golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas
ekstraselular. Beberapa karakteristik vitamin C antara lain: sangat mudah
teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam.
Zat besi merupakan mineral yang diperlukan untuk mengangkut oksigen ke
seluruh tubuh. Ada dua jenis zat besi yang ditemukan dari makanan, yaitu zat besi heme
dan zat besi non-heme. Zat besi heme ditemukan dalam sel darah merah hewan, sedangkan
zat besi non-heme bersumber dari tanaman atau sayuran. Zat Besi non-heme akan diserap
dengan baik oleh tubuh apabila dikombinasikan bersama dengan vitamin C. Pastikan Anda
mendapatkan dosis harian vitamin C yang disarankan, yaitu 250 mg.

5.      Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena selain
berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan
pengatur (Almatsier, 2009). Protein berperan penting dalam transportasi zat besi dalam
tubuh. Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat
sehingga akan terjadi defisiensi besi (Almatsier, 2009). Kekurangan zat besi menyebabkan
kadar hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari normalnya, keadaan ini disebut anemia
(Waryana, 2010). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosanti
(2009) pada balita yang mengatakan bahwa rendahnya konsumsi zat besi akan berpengaruh
terhadap status gizi anak balita dan dapat terjadi kekurangan zat besi, sehingga
mengakibatkan kadar hemoglobin (Hb) darah menurun dan menyebabkan anemia.

B.     CACINGAN
1. Definisi Cacingan
Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam
infeksi yang di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang
tubuh inangnya dengan cara menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan
mengambil nutrisi dari tubuh inangnya. Pada kasus cacingan, maka cacing tersebut
bahkan dapat melemahkan tubuh inangnya dan menyebabkan gangguan kesehatan.
Cacingan dapat menular melalui larva/telur yang tertelan & masuk ke dalam
tubuh.Cacing merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong & panjang
yang berawal dari telur/larva hingga berubah menjadi bentuk cacing dewasa. Cacing
dapat menginfeksi bagian tubuh manapun yang ditinggalinya seperti pada kulit, otot,
paru-paru, ataupun usus/saluran pencernaan. Penyakit cacingan, khususnya pada anak
sering dianggap sebagai penyakit yang sepele oleh sebagian besar kalangan
masyarakat. Padahal penyakit ini bisa menurunkan tingkat kesehatan anak. Di
antaranya, menyebabkan anemia, IQ menurun, lemas tak bergairah, ngantuk, malas
beraktivitas serta berat badan rendah.cacing pada manusia pun banyak jenisnya, ada
cacing gelang, cacing pita dan cacing pipih.

a.     Berikut jenis-jenis cacing :


1. Cacing Gelang: (Ascaris lumbricoides)
2. Cacing Cambuk: (Tricuris Trichiura)
3. Cacing Tambang: (Ancylostomiasis)
4. Cacing Kremi: (Enterobius Vermicularis)
Anak-anak biasanya lebih mudah terinfeksi cacing bila dibandingkan dengan orang
dewasa karena untuk selalu mencuci tangan sebelum makan, Mereka belum biasa
membedakan makanan yang bersih dan layak dimakan dengan makanan yang tidak
diolahdengan bersih dan dimasak dengan benar, sehingga tidak layak untuk dimakan.
Cara Penularan
 
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang
tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang
banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit
cacing dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh
manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air
yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-
telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu.
Telur yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang
dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia.
Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam
usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis
sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak.
Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per
hari. Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang
minum 0,2 milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan
zat gizi dan darah yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa
menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam
sehari mereka sanggup memproduksi 600.000 telur.

2. Pencegahan
Cara terbaik dalam mencegah agar anak anda tidak sampai mengalami cacingan,
adalah:
a. Ajari anak-anak untuk selalu menggunakan alas kaki ketika bermain diluar
rumah.
b. Ajari anak-anak untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan
c. Minum obat cacing dosis sekali minum setiap 6 bulan sekali, khususnya di masa
libur sekolah dimana anak-anak cenderung lebih sering bermain di luar rumah
d. Jagalah selalu jari kuku untuk selalu bersih & terawat.
e.   Hindari kebiasaan menggigit kuku/menggaruk bagian anus (terutama untuk
infeksi cacing kremi).
f.   Biasakan untuk selalu mandi di pagi hari (terlebih apabila mengalami infeksi
cacing kremi).
g. Biasakan untuk membuka jendela kamar sepanjang hari, karena telur cacing
sensitif terhadap sinar matahari (terutama untuk cacing kremi).
h. Jagalah selalu kebersihan makanan yang dikonsumsi
i.   Biasakan untuk selalu mengkonsumsi daging yang telah dimasak dengan
sempurna

C. KKP (KEKURANGAN KALORI PROTEIN)


Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang
kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein
kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).

Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada
defisiensi protein maupun energi (Sediaoetama, 1999).
a.    Klasifikasi KKP
Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi:
1. KKP ringan/sedang disebut juga gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh adanya
hambatan pertumbuhan.
2. KKP berat, meliputi:
a)      Kwashiorkor (bentuk kekurangan protein yang berat, yang amat sering terjadi pada
anak kecil umur 1 dan 3 tahun) adalah suatu sindroma klinik yang timbul sebagai suatu
akibat adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari
yang dibutuhkan (Behrman dan Vaughan, 1994). Kwashiorkor adalah penyakit
gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan perlemahan hati yang
disebabkan karena kekurangan asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama
(Ngastiyah, 1997).
b)      Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi (kalori) sedangkan
kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997). Marasmus merupakan gambaran
KKP dengan defisiensi energi yang ekstrem (Sediaoetama, 1999).
c)      Marasmik-kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis
campuran antara marasmus dan kwashiorkor (Markum, 1996). Marasmik-kwashiorkor
merupakan malnutrisi pada pasien yang telah mengalami kehilangan berat badan lebih
dari 10%, penurunan cadangan lemak dan protein serta kemunduran fungsi fisiologi
(Graham L. Hill, 2000). Marasmik-kwashiorkor merupakan satu kondisi terjadinya
defisiensi, baik kalori, maupun protein. Ciri-cirinya adalah dengan penyusutan jaringan
yang hebat, hilangnya lemak subkutan dan dehidrasi.
b.      Tanda-tanda KKP
1.         KKP Ringan

a) Pertumbuhan linear terganggu.


b) Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun.
c) Ukuran lingkar lengan atas menurun.
d) Maturasi tulang terlambat.
e) Ratio berat terhadap tinggi
f) normal atau cenderung menurun.
g) Anemia ringan atau pucat.
h) Aktifitas berkurang.
i) Kelainan kulit (kering, kusam).
j) Rambut kemerahan.
2.         KKP Berat
a) Gangguan pertumbuhan.
b) Mudah sakit.
c) Kurang cerdas.
d) Jika berkelanjutan menimbulkan kematian.
e) Cara Penyembuhan
1.         Pengobatan
a. Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologik
tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral.
b. Makanan harus dihidangkan dalam bentuk yang mudah dicerna dan diserap.
c. Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat
rendah. Protein yang diperlukan 3-4 gr/kg/hari, dan kalori 160-175 kalori.
d. Antibiotik diberikan jika anak terdapat penyakit penyerta.
e. Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi
terhadap keluarga.

d.      Penyebab KKP


Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan
berbagai tekanan sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa
dan melahirkan klasifikasi klinik (kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwashiorkor).
Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini disebut
juga sebagai penyakit dengan causa multifaktorial. Berbagai faktor pengertian KKP
dan antarhubungannya sudah banyak dianjurkan berbagai bentuk sistem holistik,
yang menggambarkan interelasi antar faktor dan menuju ke titik pusat KKP tersebut.
Berikut ini merupakan sistem holistik penyebab multifaktorial menuju ke arah
terjadinya KKP:
1.      Ekonomi negara yang kurang
2.      Pendidikan umum kurang
3.      Produksi bahan pangan yang rendah
4.      Kondisi hygine yang kurang baik
5.      Jumlah anak yang telalu banyak
6.      Pekerjaan yang rendah
7.      Penghasilan yang kurang pasca panen
8.      Sistem perdagangan dan distribusi yang tidak lancar serta tidak merata.
9.      Daya beli rendah
10.  Persediaan pangan kurang
11.  Penyakit infeksi dan Inventasi cacing

Pada lapisan terdalam, sebab langsung dari KKP adalah konsumsi kurang dan
sebab tak langsungnya hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi
berbagai hal, misalnya karena penyakit. KKP sebab primer (langsung) disebut KKP
primer dan yang disebabkan faktor tak langsung disebut KKP sekunder. Penyakit
infeksi dan infestasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan hambatan
utilisasi zat gizi yang menjadi dasar timbulnya KKP.

e.       Cara Menanggulangi KKP


KKP merupakan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi Indonesia. Kita
dapat berusaha agar KKP dapat dikuragi. Berikut adalah cara-cara pencegahannya :
1. Tingkat keluarga
a) Ibu membawa balita ke posyandu untuk ditimbang

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil


penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil
penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan
sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik
pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik,
mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya (Depkes RI, 2000).
a) Balita naik berat badannya bila :
1. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau
2.  Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya

b)  Balita tidak naik berat badannya bila :


Garis pertumbuhannya turun, atau
Garis pertumbuhannya mendatar, atau
Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya
c) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita
mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus
langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
d) Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya balita mengalami
gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah
Sakit
f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita
warna atau pindah ke pita warna diatasnya.

b) Memberi ASI Eksklusif pada usia sampai enam bulan


c) Memberi makanan pendukung ASI yang mengandung berbagai gizi (kalori, vitamin,
mineral) setelah berusia 6 bulan
d) Memberitahukan petugas kesehatan bila balita mengalami sakit
e) Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak-anak untuk menggantikan ASI
sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI
f) Melindungi anak dari kemungkinan menderita diare dan dehidrasi dengan cara
memelihara kebersihan, menggunakan air masak untuk minum, mencuci alat
pembuat susu dan makanan bayi serta penyediaan oralit
g) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang
tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa
diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan
energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya.
Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah
berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum.
Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan
akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari. 
Tindakan pencegahan terhadap marasmus menurut Rani et al (1998) dapat
dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut
memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan
dan penyuluhan gizi. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan
sumber energi yang paling baik untuk bayi. Ditambah dengan pemberian makanan
tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas. Pencegahan penyakit infeksi,
dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan, pemberian
imunisasi, dan mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan
terlalu kerap. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
merupakan usaha pencegahan jangka panjang. Pemantauan (surveillance) yang
teratur pada anak di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan
berat badan tiap bulan.
g) Mengatur jarak kehamilan ibu agar ibu cukup waktu untuk merawat dan mengatur
makanan yang bergizi untuk buah hati mereka

2. Tingkat posyandu
a) Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulan di posyandu
b) Kader memberikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-ASI)
c) Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di garis merah (PMT)
contoh : KMS
d) Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi seperti TBC,
polio dan ada pula beberapa imunisasi dasar, antara lain :
1) BCG
2) DPT
3) Polio
4) Hepatitis B3
5) Campak
Tambahan :
1) HiB (meningitis)
2) PCV / IPD (pnemokokus)
3) MMR
4) Influenza

Anda mungkin juga menyukai