Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN

KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA ASISTEN


APOTEKER DI RUMAH SAKIT BUDI KEMULIAAN BATAM

AZNEDRA
Dosen Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Riau Kepulauan

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan
kerja, dengan mengukur pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan
transaksional terhadap kepuasan kepuasan kerja. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan dari
gaya kepemimpinan yang dikumpulkan secara metode koesioner, yaitu multi factor leadership
questioner (MLQ) untuk mengukur persepsi kepuasan kerja. Populasi penelitian ini adalah asisten
apoteker di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam. Jumlah sampel sebanyak 80 orang responden yang
diambil dengan teknik proportional random sampling. Metode analisis adalah kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kuantitatif yang dilakukan dengan menggunakan uji regrsi berganda dengan uji hipotesis yang
ditetapkan pada tingkat 5%.

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 55,111 -
0,051 X1 - 0,098 X2 + 0,936 X3 dari persamaan tersebut diketahui gaya kepemimpinan
transformasional dan kepemimpinan transaksional mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja dengan besar pengaruh yang berbeda. Kepemimpinan transformasional
mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kepuasan kerja dibandingkan dengan kepemimpinan
transaksional.
Kata kunci : Kepemimpinan transformasional, kepemimpinan transaksional, kepuasan kerja.

Abstract

This study aimed to analyze the influence of leadership style on job satisfaction, by
measuring the effect of transformational leadership style and transactional leadership to satisfaction of
job satisfaction. Is there a positive and significant effect of leadership style collected koesioner methods,
namely multi-factor leadership questionnaire (MLQ) to gauge perceptions of job satisfaction. The study
population was an assistant pharmacist at Hospital Budi Glory Batam. The total sample of 80
respondents were taken by proportional random sampling technique. Method is a qualitative and
quantitative analysis. Quantitative analysis was performed by using multiple regrsi test to test the
hypothesis set at 5% level.
Based on these results the following regression equation: Y = 55.111 to 0.051 X1 - X2 0.098
+ 0.936 X3 of the equation known transformational leadership style and transactional leadership has a
positive and significant effect on job satisfaction with a different influence. Transformational leadership
has a greater influence on job satisfaction compared to transactional leadership.

Keywords: Transformational leadership, transactional leadership, job satisfaction

PENDAHULUAN

1
Rumah sakit yang merupakan sarana Apotek merupakan sarana pelayanan
pelayanan kesehatan individu dan masyarakat kesehatan masyarakat yang wajib
saat ini telah berkembang menjadi kesatuan menyediakan, menyimpan dan menyerahkan
sistem pelayanan kesehatan yang mencakup perbekalan farmasi yang bermutu baik.
aspek promotif, preventif dan rehabilitative. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh
Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam apoteker di apotek merupakan bentuk
merupakan salah satu rumah sakit terbesar di pelayanan dan tanggung jawab langsung
Batam yang berperan utama didalam profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan
meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. kefarmasiannya untuk meningkatkan kualitas
Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam hidup pasien.
mengemban tugas dan tanggung jawab yang Berdasarkan Peraturan Pemerintah
sangat berat, disamping mengemban tugas No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
peningkatan kesehatan masyarakat berdasarkan Kefarmasian, yangdimaksud dengan apotek
undang-undang kesehatan, juga dituntut untuk adalah suatu sarana pelayanan kefarmasian
memberikan pelayanan yang terbaik kepada tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh
masyarakat, murah dan nyaman, sehingga apoteker. Pekerjaan kefarmasian yang
memberikan kepuasan masyarakat. dimaksud adalah pembuatan termasuk
Rumah Sakit merupakan organisasi pengendalian mutu sediaan farmasi,
yang sangat unik dan kompleks. Dikatakan unik pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
karena rumah sakit menghasilkan jasa pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan
pelayanan perhotelan sekaligus jasa pelayanan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
kesehatan kepada pasien rawat inap dan rawat pelayanan informasi obat, serta pengembangan
jalan. Dikatakan kompleks karena rumah sakit obat, bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan
merupakan suatu organisasi padat karya dengan kefarmasian juga meliputi dalam pengadaan
latar belakang pendidikan karyawan yang sediaan farmasi, produksi sediaan farmasi,
berbeda. Memadupadankan keunikan dan ke distribusi atau penyaluran sediaan farmasi,
kompleksan merupakan tantangan yang tidak dan pelayanan dalam sediaan farmasi (7).
mudah dalam menjalankan sebuah rumah sakit.
Bagian Farmasi adalah salah satu Berdasarkan data-data dari bagian
bagian yang ada di Rumah Sakit Budi humas yang diuraikan diatas, terlihat bahwa
Kemuliaan Batam, yang mempunyai tugas masih terdapat kinerja bagian farmasi yang
utama melayani pasien yang datang berobat belum sesuai dengan standar pelayanan farmasi
baik untuk rawat jalan maupun untuk rawat dan belum sesuai dengan rencana kerja Rumah
inap. Berdasarkan standar pelayanan yang Sakit Budi Kemuliaan Batam tahun 2014.
harus dilakukan oleh seorang asisten apoteker Kinerja yang belum sesuai ini mengindikasikan
maka seorang asisten apoteker harus melayani adanya ketidakpuasan kerja (kepuasan kerja
pasien sesuai SOP. rendah)
Berdasarkan rencana kerja Rumah Tingginya tingkat kepuasan kerja di
Sakit Budi Kemuliaan Batam tahun 2014 dapat suatu perusahaan/organisasi menandakan
diketahui bahwa seorang asisten apoteker harus perusahaan/organisasi tersebut dikelola dengan
melayani resep pasien 10 orang. Berdasarkan baik. Sedangkan rendahnya tingkat kepuasan
data bagian humas untuk periode tahun 2014, kerja menandakan sebaliknya. Hal ini dapat
dapat diketahui bahwa dari seluruh pasien yang diindikasikan oleh banyaknya keluhan dari
pernah berobat dan dirawat di Rumah Sakit karyawan, rendahnya performance, tingginya
Budi Kemuliaan batam, masih banyak keluhan tingkat turnover karyawan, rendahnya
pasien yang tidak merasa nyaman dan puas kedisplinan dan masalah-masalah lainnya yang
terhadap pelayanan yang mereka terima.

2
mungkin dihadapi oleh perusahaan tersebut  Pada akhir bulan, Bagian farmasi
(Lussier, 2010 dalam Noegraha, 2009) mengadakan pertemuan yang diwakili oleh
Pada beberapa peneliti biasanya masing-masing koordinator apotek. Setiap
percaya bahwa hubungan antara kepuasan kerja koordinator akan mengemukakan perbagai
dengan kinerja pekerjaan adalah mitos permasalahan yang dihadapi disetiap
manajemen, tetapi, sebuah tinjauan dari 300 apotek dan disimpulkan langkah-langkah
penelitian menunjukkan bahwa korelasi yang harus diambil serta langkah-langkah
tersebut cukup kuat. Ketika data produktivitas perbaikan untuk pencapaian pelayanan
dan kepuasaan secara keseluruhan yang baik.
dikumpulkan untuk organisai yang mempunyai  Pada beberapa kesempatan Apoteker dan
karyawan yang lebih puas cenderung lebih asisten apoteker akan diikutkan untuk
efektif bila diandingkan organisasi yang mengikuti seminar-seminar, pelatihan-
mempunyai karyawan yang kurang puas pelatihan dengan tujuan peningkatana
(Robbins dan judge, 2008 :113) kemampuan dibidangnya.
Kepuasan kerja (Job satisfaction)  Bagian farmasi, berdasarkan aturan yang
dapat didefenisikan sebagai suatu perasaan ada akan menaikkan atau menurunkan atau
positif tentang pekerjaan seseorang yang mempertahankan grading pegawai sesuai
merupakan hasil dari sebuah evaluasi hasil kerja asisten apoteker tersebut.
karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat  Bagian farmasi, berdasarkan aturan yang
kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan- ada akan memberikan teguran dan sanksi
perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, (mulai dari yang ringan sampai yang berat)
sementara seseorang yang tidak puas memiliki terhadap pegawai.
perasaan-perasaan negatif tentang pekerjaan Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka
tersebut. Ketika individu membicarakan sikap penelitian ini berusaha untuk menganalaisis
karyawan, yang sering dimaksudkan adalah pengaruh kepemimpinan transformasional dan
kepuasan kerja (Robbins dan Judge, 2008 :99) kepemimpinan transaksional terhadap
Kepuasan kerja sangat berperan, karena kepuasan kerja di Bagian Farmasi Rumah Sakit
dapat membantu perusahaan/organisasi untuk Budi Kemuliaan Batam.
memahami bagaimana reaksi karyawan atas Penelitian Terdahulu
pekerjaan yang mereka lakukan dan
memperkirakan dampaknya pada perilaku Penelitian yang dilakukan oleh
mereka di masa mendatang. Penelitian yang dilakukan oleh B. Maptuah
Rahmi, dengan judul : “Pengaruh
.
Kepemimpinan Trasformasional terhadap
Kebijakan pimpinan Rumah Sakit Budi Organizational Citizenship Behavior dan
Kemuliaan Batam, khususnya bagian farmasi Komitmen Organisasional dengan Mediasi
mencerminkan kepemimpinan transaksional, Kepuasan Kerja Guru SMA Negeri Di
hal ini berdasarkan fakta yang ada yaitu sebagai Kabupaten Lombok Timur.” Hasil penelitian
berikut : menunjukkan bahwa kepemimpinan
 Untuk mendapatkan memahami yang utuh transformasional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap organizational citizenship
tentang ketidakpuasaan pasien kepada behavior, namun tidak signifikan terhadap
rumah sakit (khususnya pasien rawat inap), komitmen organisasional
dilakukan pengamatan langsung Penelitian yang dilakukan oleh Rina
dilapangan. Dalam pengamatan ini, asisten Laurensia (2006) menunjukkan bahwa terdapat
apoteker yang menagani pasien melakukan pengaruh positif dan signifikan antara
semua pekerjaannya sesuai denga SOP kepemimpinan transformasional terhadap
kepuasan kerja.Kepemimpinan
maupun standar pekerjaan.
transformasional dan transaksional, secara
bersama-sama, berkorelasi secara positif dan

3
signifikan dengan kepuasan kerja (Andarika mencakup hubungan pertukaran antara
dan Tondok, 2004 pemimpin dan pengikut. Kepemimpinan
LANDASAN TEORI transformasional lebih mendasarkan pada
1. Kepemimpinan pergeseran nilai dan kepercayaan pemimpin,
Kepemimpinan (leadership) adalah serta kebutuhan pengikutnya (Wahjono, 2010
kemampuan untuk mempengaruhi suatu :296)
kelompok guna mencapai sebuah visi atau
Kepemimpina didefinisikan sebagai
serangkaian tujuan yang ditetapkan (Robbins
suatu proses pengaruh sosial dimana pemimpin
dan Judge, 2008 :49) mengusahakan partisipasi sukarela dari para
Kepemimpinan adalah pengaruh, bawahan dalam suatu usaha untuk mencapai
kemampuan memperoleh pengikut dan menjadi tujuan organisasi (Kreitner dan Kinicki, 2003 :
seorang yang siikuti orang lain dengan senang 299)
hati dan penuh keyakinan (Maxwell, 2006, Kepemimpinan yang berhasil akan
sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinan,
dalam wahjono, 2010 : 266)
dimana seorang pemimpin melibatkan atau
Kepemimpinan adalah suatu proses menempatkan diri pada proses memberi arah
yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang dan mengkordinasikan tugas-tugas anggota
diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch kelompoknya (Sulistiyani dan Rosidah, 2005 :
dan Behling, 1984, dalam Danim dan Suparno, 197)
2009 :2) Ketika para pemimpin merasa
Kepemimpinan yang berhasil akan bersemangat, atusias, dan aktif mereka lebih
mungkin untuk memberi energi pada bawahan-
sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinan,
bawahan mereka dan menyampaikan rasa
dimana seorang pemimpin melibatkan atau efektifitas, kompetensi, optimisme dan
menempatkan diri pada proses memberi arah kegembiraan (Robbins dan Judge, 2008 : 342)
dan mengkordinasi tugas-tugas anggota Menurut John C Maxwell (2006),
kelompoknya (Sultiyani dan Rosidah, 2006 : kepemimpinan adalah pengaruh, kemampuan
197) memperoleh pengikut, dan menjadi seseoang
Kepemimpinan merupakan faktor yang diikuti orang lain dengan senang hati dan
penuh keyakinan (Wahjono, 2010 : 266).
penting dalam kehidupan organisasi, karena
Menurut Harsey dan Blanchard (1998),
kemampuan seorang pemimpin dalam leadership is the process of directing and
mempengaruhi karyawannya menjadi faktor influencing the task-related activities of an
yang menentukan sukses tidaknya suatu group members. Konsep ini menggambarkan
organisasi. bahwa seorang pemimpin harus berusaha
Seorang pemimpin harus mampu secara optimal menggerakkan bawahan,
sehingga mereka dapat bekerjasama secara
mengembangkan strategi untuk mempengaruhi
produktif untuk mencapai tujuan (Danim dan
bawahan sesuai yang diinginkan organisasi. Suparno. 2009 : 41)
Dengan kata lain, maju mundurnya suatu Kepemimpinan juga merupakan energi
organisasi sangat tergantung seberapa baik yang dapat menggerakkan, menuntun dan
pemimpin memainkan perannya atau menjaga aktivitas orang sehingga tujuan
kepemimpinannya, agar organisasi tersebut organisasi dapat dicapai (Danim dan Suparno,
survive serta terus berkembang. Hal ini 2009 :41).
Pada dasarnya, kepemimpinan
dikarenakan pemimpinlah yang menjadi
merupakan kemampuan pemimpin untuk
koordinator yang akan membawa organisasi mempengaruhi karyawan dalam sebuah
pada puncak keberhasilan. organisasi. Dalam memberikan penilaian
Mcgregor Burns mengidentifikasi dua terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan
jenis kepemimpinan yaitu kepemimpinan pemimpin, karyawan melakukan proses
transaksional dan kepemimpinan kognitif untuk menerima, mengorganisasikan,
transformasional. Kepemimpinan transaksional dan memberi penafsiran terhadap pemimpin
(Solso, 2008, dalam Tondok, 2009)

4
Kepemimpinan merupakan faktor dimiliki oleh perusahaan. Definisi
penting dalam kehidupan organisasi, karena kepemimimpinan, menurut Terry (Kartono
kemampuan pemimpin dalam mempengaruhi 2008: 38), “Kepemimpinan adalah aktifitas
karyawannya menjadi faktor yang menentukan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka
sukses tidaknya suaru organisasi. Seorang berusaha mencapai tujuan kelompok”.
pemimpin harus mampun mengembangkan Hasil tinjauan penulis-penulis lain
strategi untuk mempengaruhi bawahan sesuai mengungkapkan bahwa para penulis
yang diinginkan organisasi. Dengan kata lain, manajemen sepakat bahwa kepemimpinan
maju mundurnya suatu organisasi sangat adalah proses mempengaruhi aktifitas
tergantung seberapa baik pemimpin seseorang atau sekelompok orang untuk
memainkan perannya atau kepemimpinannya, mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
organisasi tersebut dapat survive serta terus Menurut Ordway Teod dalam bukunya The Art
berkembang. Hal ini pemponlah yang menjadi Of Leadershi (Kartono 1998 : 38)
koordinator yang akan membawa organisasi “Kepemimpinan merupakan kegiatan
oada puncak keberhasilan. mempengaruhi orang-orang bekerja sama
Mcgregor Burns mengidentifikasi dua untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan,
jenis kepemimpinan yaitu kepemimpinan Kepemimpinan dapat terjadi dimana
transaksional mencakup hubungan pertukaran saja, asalkan seseorang menunjukkan
antara pemimpin dan pengikut. Kepemimpinan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang
transformasional lebih mendasar pada lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu.
pergeseran nilai dan kepercayaan pemimpin, Sedangkan Young dalam Kartono (1998)
serta kebutuhan pengikitnya (Wahjono, 2010 : mendefinisikan bahwa “Kepemimpinan adalah
296). bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan
Kedua jenis kepemimpinan ini saling pribadi yang sanggup mendorong atau
melengkapi, tetapi tidak berarti keduanya sama mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu,
penting. Kepemimpinan transformasional lebih berdasarkan akseptasi atau penerimaan oleh
unggul daripada kepemimpinan transaksional kelompoknya dan memiliki keahlian khusus
dan menghasilkan tingkat upaya dan kinerja yang tepat bagi situasi tertentu”. Berdasarkan
para pengikutnya yang melampaui apa yang pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
bisa dicapai kalau hanya pendekatan kepemimpinan adalah kemampuan
transaksional saja yang diterapkan (Robbins mempengaruhi bawahan atau kelompok untuk
dan Judge, 2008 : 91). bekerja sama mencapai tujuan organisasi atau
Kepemimpinan transformasioanal kelompok.
seringkali dipersandingkan dengan
kepemimpinan transaksional, karena setiap 2. Kepemimpinan Transformasional dan
perilaku kepemimpinan melahirkan transaksi Kepemimpinan Transaksional
antara pemimpin dan yang dipimpin. Meskipun
ada perbedaan esensial antara kedua jenis Pemimpin transaksional adalah
kepemimpinan tersebut, perbedaan itu bukan pemimpin yang mengarahkan para pengikutnya
atas dasar tujuan yang dikehendaki, melainkan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas
pada perilaku, dimana yang satu
peran dan tugas mereka. Pemimpin
mengedepankan ke arah transformasi,
sementara yang lainnya mengarah ke transaksi transformasional adalah pemimpin yang
(Danim dan Suparno, 2009 : 53-54) menginspirasi para pengikutnya untuk
Menurut Bass yang dikutip oleh mengenyampingkan kepentingan pribadi
Harsiwi (2005), kepemimpinan transaksional mereka demi kebaikan organisasi dan mereka
adalah kepemimpinan yang memilihara atau mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada
melanjutkan status quo, sedangkan diri para pengikutnya.
kepemimpinan transformasional melibatkan
Pemimpin transformasional menaruh
perubahan dalam organisasi, bertentangan
dengan kepemimpinan yang dirancang untuk perhatian terhadap kebutuhan pengembangan
memeilihara staus quo (Danim dan Suparno, diri para pengijutnya, mengubah kesadaran para
2009 : 53-54) pengikutnya atas isu-isu yang ada dengan cara
Kepemimpinan juga merupakan membantu orang lain memandang masalaha
penggerak bagi sumber daya dan alat-alat yang

5
lama dengan cara yang baru, serta mampu Pada akhirnya bawahan akan
menyenangkan hati dan menginspirasi para termotivasi untuk melakukan lebih dari yang
pengikutnya untuk bekerja keras guna diharapkan. Sedangkan menurut O’Leary
(2001) “Kepemimpinan transformasional
mencapai tujuan-tujuan bersama (Robbins dan
adalah gaya kepemimpinan yang digunakan
Judge, 2008 : 90). oleh seseorang manajer bila ia ingin suatu
Kepemimpinan transaksional dan kelompok melebarkan
transformasional hendaknya tidak dipandang batas dan memiliki kinerja melampaui status
sebagai pendekatan yang saling bertentangan. dan mencapai serangkaian sasaran organisasi
Kedua jenis kepemimpinan ini saling yang sepenuhnya baru”.
melengkapi, tetapi tidak berarti keduanya sama Kepemimpinan transformasional pada
prinsipnya memotivasi bawahan untuk berbuat
penting. Kepemimpinan transfromasional lebih
lebih baik dari apa yang bisa dilakukan, dengan
unggul daripada kepemimpinan transaksional kata lain dapat meningkatkan kepercayaan atau
dan menghasilkan tingkat upaya dan kinerja keyakinan diri bawahan yang akan berpengaruh
para pengikutnya yang melampaui apa yang terhadap peningkatan kinerja.
bisa dicapai kalau hanya pendekatan Berdasarkan uraian diatas
transaksional saja yang diterapkan (Robbins menyimpulkan bahwa kepemimpinan
dan Judge, 2008 : 91) transformasional yang mencakup upaya
perubahan terhadap bawahan untuk berbuat
Kepemimpinan transformasional
lebih positif atau lebih baik dari apa yang biasa
seringkali dipersandingkan dengan dikerjakan yang berpengaruh terhadap
kepemimpinan transaksional, kaena setiap peningkatan kinerja.
perilaku kepemimpinan melahirkan traksasi
antara pemimpin dan yang dipimpin. 3. Pengertian Kepuasan Kerja
Ada perbedaan esensial antara kedua
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif
jenis kepemimpinan tersebut, perbedaan itu
tentang pekerjaan seseorang yang merupakan
bukan atas dasar tujuan yang dikehendaki, hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya
melainkan pada perilaku, dimana yang satu (Robbins dan Judge 2008:107). Menurut
mengedepankan kearah transformasi. Luthans (2006:243), terdapat lima dimensi
Sementara yang lainnya mengarah ke transaksi kepuasan kerja, yaitu: pembayaran, pekerjaan
(Danim dan Suparno, 2009 : 53-54) itu sendiri, kesempatan promosi, supervisor,
dan rekan kerja.
Terkait dengan kepemimpinan, bahwa Kepuasan kerja dipandang dapat
salah satu faktor yang ingin dicapai dari mempengaruhi jalannya organisasi secara
kepemimpinan traksaksional dan kesekuruhan. Sebagai salah satu faktor penentu
transformasional adalah tercapainya kepuasan kinerja organisasi, kepuasan kerja merupakan
kerja karyawan. Kepuasan kerja dipandang faktir yang sangat kompleks karena kepuasan
dapat mempengaruhi jalannya organisasi secara kerja dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya
keseluruhan. kepemimpinan (judge dan Locke, 2005, dalam
Sebagai salah satu faktor penentu Tondok, 2005). Terkait dengan perilaku
kinerja organisasi, kepuasan kerja merupakan kepemimpinan, bahwa salah satu faktor yang
faktor yang sangat kompleks karena kepuasan ingin dicapai dari perilaku kepemimpinan
kerja dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya transaksioanl dan transformasional adalah
kepemimpinan tercapainya kepuasan kerja karyawan.
Menurut Bass (1998) dalam Swandari Menurut sekaran (dalam Sugiyono,
(2003) mendefinisikan bahwa “Kepemimpinan 2005 :47), kerangka berpikir merupakan model
transformasional sebagai pemimpin yang konseptual tentang bagaimana teori
mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
bawahan dengan cara-cara tertentu (Yukl, 1989 diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
: 224)”. Dengan penerapan kepemimpinan Dapat juga diartikan rangkaian penalaran dalam
transformasional bawahan akan merasa suatu kerangka berdasarkan pada premis-
dipercaya, dihargai, loyal dan respek kepada premis untuk sampai pada simpulan-simpulan
pimpinannya.

6
yang berakhit pada hipotesis yang akan diuji Kepuasaan kerja merupakan suatu
secara empiris. perasaan yang mencerminkan sikap seseorang
Pada dasarnya seseorang dalam bekerja atas suatu pekerjaan. Sikap tersebut timbul dari
akan merasa nyaman dan setia pada perusahaan persepsi mereka atas pekerjaannya, yang
apabila dalam bekerja memperoleh kepuasan melibatkan aspek-aspek seperti besarnya upah
kerja sesuai dengan apa yang diinginkan. atau gaji, kesempatan promosi, hubungan
Kepuasaan kerja itu sendiri mempunyai dua dengan rekan kerja, penempatan kerja, jenis
kata yaitu kepuasan dan kerja. Kepuasan adalah pekerjaan, struktur organisasi perusahaan dan
sesuatu perasaan yang dialami seseorang, pengawasan (Hellriegel dan Slocum, 2004
diamana apa yang diharapkan telah terpenuhi dalam Noegraha, 2005)
atau bahkan apa yang diterima melebihi apa
yang diharapkan, sedangkan kerja merupakan Kepuasan kerja lebih mempengaruhi
usaha seseorang untuk mencapai tujuan dengan daripada kinerja mempengaruhi kepuasaan
memperoleh pendapatan atau kompensasi dari kerja (daniel J. Koys, 2001 dalam Luthans,
kontribusinya di tempat pekerjaanya. 2006 :246) Apabila kepuasan kerja tinggi, maka
karyawan akan bekerja sebaik mungkin
Kepuasan kerja (job satisfaction) dapat sehingga menghasilkan kinerja yang baik
didefinisikan sebagai suatu perasaan positif (Kreitner, 1998 dalam Laurensia, 2006)
tentang pekerjaan seseorang yang merupakan
hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Kepuasaan kerja yang dirasakan
Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang individu akan berpengaruh terhadap kinerja
tinggi memiliki perasaan-perasaan positif individu tersebut karena pada umumnya suatu
tentang pekerjaan tersebut, sementara organisasi terfokus pada kinerja dan
seseorang yang tidak puas memiliki perasaan- keuntungan, baik kinerja individu maupun
perasaan negatif tentang pekerjaan tersebut. kinerja organisional (Dollinger, 1997 dalam
Ketika individu membicarakan sikap karyawan, Pangesti, 2009)
yang sering dimaksudkan adalah kepuasaan
kerja (Robbins dan Judge, 2008 : 99) Tingginya tingkat kepuasan kerja di
suatu perusahaan/organisasi menandakan
Kepuasaan kerja sebagai sikap positif perusahaan/organisasi tersebut dikelola dengan
atau negatif yang dilakukan individual terhadap baik. Sedangkan rendahnya tingkat kepuasan
pekerjaan mereka (Greenberg dan Baron, 2003 kerja menandakan sebaliknya. Hal ini dapat
dalam Wibowo, 2008 :299) diindikasikan oleh banyaknya keluhan dari
karyawan, rendahnya perfomance, tingginya
Kepuasan kerja sebagai pemikiran, tingkat turnover karyawan, rendahnya
perasaan, dan kecendrungan tindakan kedisiplinan dan masalah-masalah lainnya yang
seseorang, yang merupakan sikap seseorang mungkin dihadapi oleh perusahaan tersebut
terhadap pekerjaan (Vecchio, 1995 dalam (Lussier, 2002 dalam Noegraha, 2005).
Wibowo, 2008 :299)
Kepuasaan kerja sangat berperan,
Kepuasaan kerja sikap yang dimiliki karena dapat membantu perusahaan/organisasi
pekerja tentang pekerjaan mereka (Gibson, untuk memahami bagaimana reaksi karyawan
2000 dalam Wibowo, 2008 : 299-300) atas pekerjaan yang mereka lakukan dan
memperkirakan dampaknya pada perilaku
Kepuasaan kerja mempengaruhi mereka di masa mendatang.
kinerja (Schab dan Cummings, 1970 dalam
Pangesti, 2009) Kepuasan kerja (job satisfaction)
adalah keadaan emosional yang positif yang
Kepuasan kerja mempengaruhi kinerja merupakan hasil dari evaluasi pengalaman
(Schab dan Cummings, 1970 dalam Pangesti, kerja seseorang. Ketidakpuasan kerja muncul
2009) ketika
harapan seseorang tidak terpenuhi (Maltis dan
Kepuasaan kerja merupakan respons Jackson,2006:121).
affective atau emosional terhadap berbagai segi Kepuasan kerja mencakup dimensi
pekerjaan seseorang (Kreitner dan Kinicki, yang bersifat intrinsik yaitu kepuasan yang
2001 dalam Wibowo, 2008 : 300) diperoleh individu dari pelaksanaan

7
pekerjaannya dan dimensi kepuasan bersifat oleh individu karyawan. Kinerja (performance)
ekstrinsik yaitu kepuasan yang didapat dari adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
pihak eksternal. oleh karyawan.
Pada dasarnya seseorang dalam bekerja Menurut Mangkunegara dalam
akan merasa nyaman dan setia pada perusahaan Koesmono (2005:67) kinerja dapat
apabila dalam bekerja memperoleh kepuasan didefinisikan sebagai hasil kerja secara kualitas
kerja sesuai dengan apa yang diinginkan. dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seseorang
Kepuasan kerja itu sendiri mempunyai pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai
dua kata yaitu kepuasan dan kerja. Kepuasan dengan tanggungjawab yang diberikan
adalah sesuatu perasaan yang dialami oleh kepadanya. Soeprihantono dalam Koesmono
seseorang, dimana apa yang diharapkan telah (2005:170) mengatakan bahwa kinerja
terpenuhi atau bahkan apa yang diterima merupakan hasil pekerjaan seorang karyawan
melebihi apa yang diharapkan, sedangkan kerja selama periode tertentu dibandingkan dengan
merupakan usaha seseorang untuk mencapai berbagai kemungkinan, misalnya standard,
tujuan dengan memperoleh pendapatan atau target/sasaran/kriteria yang telah ditentukan
kompensasi dari kontribusinya di tempat terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
pekerjaannya. Menurut Robbins dalam Witjaksono
Menurut Dole and Schroeder dalam (2003:20) mengatakan bahwa ”employee
Koesmono (2005:170) kepuasan kerja dapat performance is a function of the interaction of
didefinisikan sebagai perasaan dan reaksi ability and motivation”, maksudnya yang
individu terhadap lingkungan pekerjaannya, dihasilkan dari adanya interaksi antara
sedangkan menurut Testa dan Locke dalam kemampuan dan motivasi, dan jika situasi
Koesmono (2005:170) kepuasan kerja tersebut digabungkan dengan kemampuan
merupakan kegembiraan atau pernyataan emosi karyawan maka akan mempengaruhi kinerja
yang positif hasil dari penilaian salah satu karyawan.
pekerjaan atau pengalaman-pengalaman
pekerjaan. Pada dasarnya makin positif sikap Selanjutnya Robbins menunjukkan
kerja makin besar pula kepuasan kerja, untuk dengan hal tersebut dalam suatu fungsi
itu berbagai indikator dari kepuasan kerja perlu ”Performance Ability x Motivation” artinya
memperoleh perhatian khusus agar pekerja bahwa kinerja merupakan hasil interaksi antara
dapat meningkatkan kinerjanya kemampuan dan motivasi.
Pada umumnya seseorang merasa puas
dengan pekerjaannya karena berhasil dan Penilaian kinerja adalah salah satu
memperoleh penilaian yang adil dari tugas penting untuk dilakukan oleh seorang
pimpinannya. manajer atau pimpinan. Dalam hubungannya
dengan output (hasil yang didapat) kinerja
Faktor-faktor yang Mempengaruhi dapat dilihat dari indikator-indikator berikut:
Kepuasan Kerja kepatuhannya terhadap segala aturan yang telah
Schemerhorn dalam Wikipedia ditetapkan dalam perusahaan, dapat
(2008:1) mengidentifikasi lima aspek yang melaksanakan tugasnya tanpa kesalahan
terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu: pekerjaan (dengan tingkat kesalahan paling rendah) dan
itu sendiri (work it self), penyelia (supervision), ketepatan dalam menjalankan tugasnya
teman sekerja (workers), promosi (promotion), (Simamora,2004:327). Untuk lebih
gaji/upah (pay). mempertajam indikator tersebut Gomes dalam
Aspek-aspek lain yang terdapat dalam Witjaksono (2003:22) mengemukakan tipe
kepuasan kerja disebutkan oleh Stephen Robins kriteria kinerja yang didasarkan atas deskripsi
dalam Wikipedia (2008:1) yaitu: kerja yang prilaku yang spesifik yaitu: Quantity of work,
secara mental menantang, ganjaran yang Quality of work, Creativeness, Cooperation,
pantas, kondisi kerja yang mendukung, rekan Dependability, Initiative, Personal qualitie.
kerja yang mendukung, kesesuaian kepribadian Menurut T. Hani Handoko dalam
dengan pekerjaan. Andraeni (2003:36-37) ada enam metode
Konsep Kinerja penilaian kinerja karyawan: Rating Scale,
Kinerja sering disebut performance, Checklist, metode peristiwa kritis (critical
result (Cash and Fischer dalam Thoyib, A, incident method), metode peninjauan lapangan
2005:69) yang berarti apa yang telah dihasilkan

8
(field review method), tes dan observasi prestasi pengetahuan yang meliputi pendidikan,
kerja, method ranking pengalaman, latihan dan minat, dan
ketrampilan, meliputikecakapan dan
kepribadian.
Faktor kedua adalah faktor motivasi:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja (a) Kondisi sosial: organisasi formal dan
Kinerja merupakan suatu fungsi dari informal, kepemimpinan, (b) Serikat kerja
motivasi dan kemampuan. Agar tugas atau kebutuhan individu: fisiologis, sosial dan
pekerjaan dapat diselesaikan, seseorang harus egoistic, (c) Kondisi fisik : lingkungan kerja.
memiliki derajat kesediaan dan tingkat
kemampuan tertentu. Kesediaan dan Hubungan Gaya Kepemimpinan dan
ketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif Kepuasan Kerja
untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman Sebagai salah satu faktor penentu
yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan kinerja organisasi maka kepuasan kerja
dan bagaimana mengerjakannya (Rivai dan merupakan faktor yang sangat kompleks karena
Basri,2004:15). kepuasan kerja di pengaruhi berbagai faktor
Menurut Gibson, et al dalam Andraeni diantaranya gaya kepemimpinan.
(2003:39-41), ada tiga perangkat variabel yang Pada dasarnya kepemimpinan
mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau merupakan kemampuan pemimpin untuk
kinerja, yaitu: 1) Variabel individual, terdiri mempengaruhi karyawan dalam sebuah
dari: (a) Kemampuan dan ketrampilan: mental organisasi sehingga mereka
dan fisik, (b) Latar belakang: keluarga, tingkat termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi
sosial, penggajian, (c) demografis: umur, asal-
usul, jenis kelamin. 2) Variabel organisasional,
terdiri dari sumberdaya, kepemimpinan, Dampak Kepuasan Kerja pada Kinerja
imbalan, struktur dan desain pekerjaan. 3) Karyawan
Variabel psikologis terdiri dari persepsi, sikap, Kinerja dalam menjalankan fungsinya
kepribadian, belajar dan motivasi. tidak berdiri sendiri tetapi berhubungan dengan
Menurut Tiffin dan Mc. Cormick kepuasan kerja. Berhadapan dengan usaha
dalam Andraeni (2003:39-40) ada dua variabel peningkatan kepuasan kerja karyawan, salah
yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu: satu permasalahan dasar adalah bagaimana
Variabel individual, meliputi sikap, sebenarnya meningkatkan kepuasan kerja
karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan karyawan.
motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, Kepuasan kerja merupakan faktor
pcndidikan, serta faktor individual lainnya, penting yang mempengaruhi kepuasan hidup
sedangkan variabel situasional meliputi: faktor karyawan karena sebagian besar waktu
fisik dan pekerjaan, terdiri dari; metode kerja, karyawan dipergunakan untuk bekerja sehingga
kondisi dan desain perlengkapan kerja, Judge dalam Tondok dan Andarika (2004:36)
penataan ruang dan lingkungan fisik melihat adanya hubungan erat antara kepuasan
(penyinaran, temperatur, dan fentilasi) dan kerja, absensi, pemogokan kerja dan turnover.
faktor sosial dan organisasi, meliputi: Selanjutnya Hezberg dalam Tondok
peraturan-peraturan organisasi, sifat organisasi, dan Andarika (2004:36) mengemukakan bahwa
jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan kepuasan kerja didukung oleh lima faktor yang
lingkungan sosial. meliputi pekerjaan, rekan kerja, gaji dan
Menurut Sutemeister dalam Andraeni kesejahteraan karyawan, promosi dan
(2003:40-41) mengemukakan pendapatnya pemimpin.
bahwa kinerja dipengaruhi oleh dua faktor, Faktor-faktor tersebut akhirnya
yaitu: faktor Kemampuan: terdiri dari bermuara pada kinerja yang dihasilkan. Jika

9
karyawan tidak puas besar kemungkinan untuk rancangan penelitian yang akan di gunakan
melakukan tindakan indisipliner seperti halnya dalam penelitian ini tergolong dalam penelitian
ketidakhadiran, tidak loyal dan tingginya angka Explanatori atau penelitian penjelasan yang
keterlambatan. melihat hubungan antara variabel-variabel
Peningkatan kinerja organisasi yang penelitian dan menguji hipotesis yang telah
optimal tidak lepas dari kepuasan kerja dirumuskan sebelumnya (Masri Pangaribuan
karyawan sebagai salah satu faktor yang dalam Witjaksono,2003:34).
menentukan kinerja organisasi. Kepentingan
para pemimpin pada kepuasan kerja cenderung Populasi
berpusat pada efeknya terhadap kinerja Populasi dalam penelitian ini adalah
karyawan. seluruh karyawan Apotek Rumah Sakit Budi
Kemuliaan Batam. Dalam penelitian ini
menggunakan proses penilaian diri sendiri (self
Hipotesis appraisal) yang dilakukan oleh perawat yang
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan bersangkutan dan hasilnya akan
penelitian, kajian pustaka serta kerangka dikonsultasikan dengan atasan langsung.
konseptual yang telah diuraikan sebelumnya,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian,
adalah sebagai berikut: Sampel
1. Gaya kepemimpinan transformasional Guna memenuhi azas obyektifitas
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan maka pengambilan sampel ini akan dilakukan
di Apotek Rumah Sakit Budi Kemuliaan dengan cara Purposive Sampling, memilih
Batam. sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang
2. Gaya kepemimpinan transaksional dianggap mempunyai sangkut paut dengan
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan karakteristik populasi yang sudah diketahui
di Apotek Rumah Sakit Budi Kemuliaan sebelumnya.
Batam.
3. Gaya kepemimpinan transformasional Definisi Konsep dan Operasional Variabel
berpengaruh terhadap kinerja karyawan Penelitian
karyawan di Apotek Rumah Sakit Budi Gaya Kepemimpinan Transformasional.
Kemuliaan Batam .
4. Gaya kepemimpinan transaksional Kepemimpinan transformasional (X1)
berpengaruh terhadap kinerja karyawan di yang dalam penelitian ini merupakan variabel
Apotek Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam. independen adalah pengaruh pemimpin atau
5. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja atasan terhadap bawahan.
karyawan. Terdapat empat karakteristik
6. Gaya kepemimpinan transformasional kepemimpinan transformasional (Bass dalam
berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui Tondok dan Andarika,2004:38) yaitu karisma,
kepuasan kerja karyawan di Rumah Sakit Budi inspirasi, stimulasi intelektual dan perhatian
Kemuliaan Batam. individual.
7. Gaya kepemimpinan transaksional
berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui Gaya Kepemimpinan Transaksional
kepuasan kerja karyawan di Rumah Sakit Budi Gaya kepemimpinan transaksional
Kemuliaan Batam. (X2) dalam penelitian ini merupakan variabel
independen merupakan gaya kepemimpinan
Metode penelitian yang memfokuskan perhatiannya pada
Berdasarkan perumusan masalah dan transaksi interpersonal antara pemimpin
tujuan penelitian yang akan dicapai maka

10
dengan karyawan yang melibatkan hubungan
pertukaran. Uji Reliabilitas
Menurut Bass proses kepemimpinan Dilakukan dengan menggunakan
transaksional dapat ditunjukkan melalui metode Alpha Cronbach’s diukur berdasarkan
sejumlah dimensi perilaku kepemimpinan yaitu skala Alpha Cronbach’s 0 sampai 1. Nugroho
contingent reward, active management by dalam Sujianto (2007:92) menyatakan bahwa
exception, dan passive management by reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan
exception. baik jika memilki Cronbach’s > 0,06.

Kepuasan Kerja Teknik Pengujian Hipotesis dan Analisis


Kepuasan kerja (job satisfaction) (Z) Data Pengujian Hipotesis
dalam penelitian ini merupakan variabel antara Koefisien determinasi (R2)
(intervening) adalah keadaan emosional yang dipergunakan untuk menjelaskan seberapa
positif yang merupakan hasil dari evaluasi besar variasi variabel eksogenus mempunyai
pengalaman kerja seseorang (Malthis dan kontribusi terhadap variabel endogenus,
Jackson,2006:121). dimana nilai R2 berada diantara 0 dan 1.
Kepuasan kerja (Z) mencakup dimensi
yang bersifat intrinsik yaitu kepuasan yang Teknik Analisis Data Analisis Regresi Linier
diperoleh individu dari pelaksanaan Berganda
pekerjaannya dan dimensi kepuasan bersifat Analisi regresi linier berganda
ekstrinsik yaitu kepuasan yang didapat dari digunakan untuk meramalkan nilai variabel
pihak eksternal. terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua
Kepuasan kerja dalam penelitian ini atau lebih (Umar, 2004:126), data hasil
diukur dengan indikator sebagai berikut: (1) pengamatan Y dipengaruhi oleh variabel-
Dimensi kepuasan yang bersifat intrinsik dan variabel bebas X1,X2,X3,…Xn, sehingga
(2) Dimensi kepuasan yang bersifat ekstrinsik. rumus umum regresi linier berganda ini adalah:
Y = a + b X1 + c X2 … + k Xk
Metode Pengumpulan Data
Dilakukan dengan observasi, survey
maupun pengumpulan dokumen yang berkaitan ANALISIS DAN PEMBAHASAN
dengan penelitian ini. Instrumen yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah Analisis Hasil Penelitian Uji Validitas
kuisioner dan wawancara.
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa
Lokasi Penelitian seluruh variabel penelitian adalah valid karena
Lokasi dimana penelitian akan koefisien Corrected Item-Total Correlation
dilakukan adalah pada Apotek Rumah Sakit yang terdapat pada semua butir item lebih besar
Budi Kemuliaan Batam. dari 0,3.

Uji Reliabilitas
Uji Validitas Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini
Uji validitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh variabel
dilakukan dengan menggunakan analisa butir penelitian adalah reliabel, karena seluruh Alpha
yaitu Cronbach dari masing-masing variabel
dengan cara mengkorelasikan antar skor item penelitian > 0,60.
(butir) dengan skor total dan dengan
menggunakan alat bantu paket statistik SPSS
Release13.00 for windows.

11
Analisis Regresi Linier Berganda Hasil uji nilai Sig t adalah 0,898 di atas
Analisis data dalam penelitian ini taraf signifikan 0,05; maka dapat disimpulkan
dilakukan dengan menggunakan analisis bahwa Hipotesis ketiga ditolak, artinya tidak
regresi linier berganda, untuk mengetahui terdapat pengaruh yang signifikan dari gaya
pengaruh dari variabel independen (gaya kepemimpinan tranformasional terhadap
kepemimpinan trasnformasional, gaya kinerja karyawan.
kepemimpinan transaksional dan kepuasan
kerja) terhadap variabel dependen (kinerja Uji Hipotesis Keempat
karyawan). Secara spesifik model persamaan
regresinya adalah :Y = β0 + β1X1 + β2X2 + H4 : Gaya kepemimpinan transaksional
β3X3 + e berpengaruh terhadap kinerja karyawan di
Dari hasil penelitian tersebut akhirnya Asisten Apoteker Apotek Rumah Sakit Budi
dapat ditarik suatu garis persamaan regresi Kemuliaan Batam
sebagai berikut: Y = 55,111 - 0,051 X1 - 0,098 Hasil uji nilai Sig t adalah 0,280 di atas
X2 + 0,936 X3 taraf signifikan 0,05; maka dapat disimpulkan
bahwa Hipotesis keempat ditolak, artinya tidak
Pengujian Hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan dari gaya
Uji Hipotesis Pertama kepemimpinan transaksional terhadap kinerja
karyawan
H1 : Gaya kepemimpinan Uji Hipotesis Kelima
transformasional berpengaruh terhadap
kepuasan kerja Karyawan Asisten Apoteker di H5 : Kepuasan kerja berpengaruh
Apotek Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam terhadap kinerja karyawan Asisten Apoteker di
Hasil uji nilai Sig t adalah 0,336 di atas taraf Apotek Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam.
signifikan 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa Hasil uji nilai Sig t adalah 0,000 di bawah taraf
Hipotesis pertama ditolak, artinya tidak signifikan 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari gaya Hipotesis kelima diterima, artinya terdapat
kepemimpinan tranformasional terhadap pengaruh yang signifikan dari kepuasan kerja
kepuasan kerja. terhadap kinerja karyawan.
Uji Hipotesis Kedua
Uji Hipotesis Keenam
H2 : Gaya kepemimpinan transaksional
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan H6 : Gaya kepemimpinan
Asisten Apoteker di Apotek Rumah Sakit Budi transformasional berpengaruh terhadap kinerja
Kemuliaan Batam Hasil uji nilai Sig t adalah karyawan melalui kepuasan kerja karyawan
0,000 di bawah taraf signifikan 0,05; maka Asisten Apoteker di Apotek Rumah Sakit Budi
dapat disimpulkan bahwa Hipotesis kedua Kemuliaan Batam
diterima, artinya terdapat pengaruh yang Hasil uji nilai Sig t adalah 0,421 di atas
signifikan dari gaya kepemimpinan taraf signifikan 0,05; maka dapat disimpulkan
transaksional terhadap variabel kepuasan kerja. bahwa Hipotesis keenam ditolak, artinya tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dari gaya
Uji Hipotesis Ketiga kepemimpinan tranformasional melalui
kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
H3 : Gaya kepemimpinan
transformasional berpengaruh terhadap kinerja Uji Hipotesis Ketujuh
karyawan Asisten Apoteker di Apotek Rumah H7 : Gaya kepemimpinan transaksional
Sakit Budi Kemuliaan Batam berpengaruh terhadap kinerja karyawanmelalui

12
kepuasan kerja karyawan Asisten Apoteker di kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan
Apotek Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam transaksional akan lebih berorientasi pada
Hasil uji nilai Sig t adalah 0,000 di jangka pendek, sedangkan kepemimpinan
bawah 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa: transformasional senantiasa mendorong
Hipotesis ketujuh diterima, artinya terdapat terciptanya kreativitas karyawan. Kontribusi
pengaruh yang signifikan dari gaya kreativitas dari karyawan sangat penting artinya
kepemimpinan transaksional melalui kepuasan dalam terobosaninovasi yang dapat dilakukan
kerja terhadap kinerja karyawan. perusahaan.
Untuk itu pemimpin haruslah mampu
ANALISIS DAN PEMBAHASAN menciptakan kondisi yang kondusif untuk
mencari sesuatu yang baru bukan hanya
Hasil perhitungan analisis regresi linier berorientasi pada pemecahan masalah.
berganda pada penelitian ini menunjukkan Pemimpin haruslah memilih dan
bahwa gaya kepemimpinan transformasional mempertahankan karyawan yang kreatif dan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap mandiri serta memberikan peluang bagi mereka
kepuasan kerja dan kinerja karyawan namun untuk berinovasi.
gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
signifikan terhadap kepuasan kerja melalui kepuasan kerja berpengaruh signifikan
kinerja karyawan. terhadap kinerja karyawan. Hal ini berarti
Berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) bahwa pada dasarnya seseorang dalam bekerja
pada empat persamaan regresi diketahui bahwa akan merasa nyaman dan tinggi kesetiaannya
variabel gaya kepemimpinan transaksional pada perusahaan apabila dalam bekerja
memiliki pengaruh yang lebih besar pada memperoleh kepuasan kerja sesuai dengan apa
kepuasan kerja dan kinerja karyawan melalui yang diinginkan.
kepuasan kerja. Sedangkan gaya Kepuasan kerja itu sendiri adalah suatu
kepemimpinan transformasional tidak memiliki perasaan yang dialami oleh seseorang, dimana
pengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja apa yang diharapkan telah terpenuhi atau
karyawan. bahkan apa yang diterima melebihi apa yang
Dengan demikian bagi setiap pimpinan diharapkan, sedangkan kerja merupakan usaha
Asisten Apoteker di Apotek Rumah Sakit Budi seseorang untuk mencapai tujuan dengan
Kemuliaan Batam akan lebih baik apabila memperoleh pendapatan
memberikan perhatian dan perbaikan
komposisi sumber daya manusianya dengan
menekankan pada peningkatan hubungan
interrelationshipnya dalam proses kerja dimana
para pimpinan sebaiknya memperhatikan
perubahan yang terjadi pada bawahannya
dengan memberikan perhatian yang lebih, SIMPULAN DAN SARAN
memberikan rasa kepercayaan dan kebanggaan
serta membangun rasa hormat dan loyalitas. Simpulan
Dari sisi gaya kepemimpinan
transaksional, hasil penelitian menunjukkan Berdasar hasil analisis penelitian yang
bahwa gaya kepemimpinan transaksional telah diuraikan dapat disimpulkan: 1) Tidak
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan terdapat pengaruh yang signifikan dari gaya
kerja dan berpengaruh signifikan terhadap kepemimpinan tranformasional terhadap
kinerja karyawan melalui kepuasan kerja. kepuasan kerja. Hal ini terjadi karena fenomena
Kepemimpinan transformasional di lingkungan kerja dimana kepemimpinan
sangat bertolak belakang dengan transformasional yang seharusnya merupakan

13
faktor penentu kepuasan kerja tidak terlihat dari Tidak terdapat pengaruh yang
para pimpinan. signifikan dari gaya kepemimpinan
Pimpinan kurang memberikan rasa tranformasional melalui kepuasan kerja
kepercayaan kepada bawahan, tidak dapat terhadap kinerja karyawan. Hal ini disebabkan
berkomunikasi dengan baik, kurang dalam hal karena cara membimbing bawahan kurang baik
memberikan inspirasi dan inisiatif serta kurang dan kurang sesuai dengan situasi serta budaya
perhatian atau kurang responsif terhadap yang sudah ada di lingkungan kerja.
keinginan bawahan. 2) Tidak terdapat pengaruh Banyak karyawan yang berusia lebih
yang signifikan dari gaya kepemimpinan tua dari pimpinan ditambah lagi dengan prestasi
tranformasional terhadap kinerja karyawan. Hal pimpinan yang menurut mereka kurang baik
ini mungkin disebabkan karena masa kerja yang maka mereka merasa tidak cocok dan tidak
bervariasi diantara karyawan, sementara sistim sepaham dengan kebijakan dan tindakan
rotasi karyawan belum terlalu efektif. pimpinan mereka sehingga mengakibatkan
Hal tersebut dapat mengakibatkan hubungan tidak harmonis.
kebosanan sehingga karyawan menjadi kurang Karyawan hanya melakukan pekerjaan
kreatif dan menyebabkan produktivitas serta secara rutin berdasarkan peraturan yang ada
kinerja menurun. 3) Terdapat pengaruh yang tanpa diikuti dengan semangat untuk maju dan
signifikan dari gaya kepemimpinan berprestasi sehingga tidak berpengaruh
transaksional terhadap kepuasan kerja. terhadap kepuasan kerja serta tidak dapat
Gaya kepemimpinan transaksional meningkatkan kinerja karyawan. Terdapat
mampu meningkatkan kepuasan kerja pengaruh yang signifikan dari gaya
karyawan karena kebutuhan karyawan atas apa kepemimpinan transaksional melalui kepuasan
yang mereka inginkan telah tercapai baik dari kerja terhadap kinerja karyawan.
faktor penugasan kerja maupun dari sisi hak Hal tersebut tercapai karena mereka
dan kewajiban. 4) Tidak terdapat pengaruh merasa didukung oleh faktor-faktor yang
yang signifikan dari gaya kepemimpinan meliputi pekerjaan, rekan kerja, gaji,
transaksional terhadap kinerja karyawan. kesejahteraan karyawan, promosi, peraturan
Hal tersebut disebabkan karena serta sistem yang ada dan pimpinan yang
pimpinan kurang memfokuskan perhatiannya menekankan pada transaksi interpersonal yang
pada transaksi interpersonal antara pimpinan melibatkan hubungan pertukaran sehingga
dengan bawahan, pimpinan kurang objektif berdampak pada peningkatan kinerja.
dalam menilai kinerja bawahan, pimpinan
kurang memperhatikan prestasi bawahan serta Saran
kurang mengkoordinasikan dan merencanakan
pekerjaan dengan baik serta faktor leadership- Saran yang dapat diberikan adalah:
nya kurang sehingga menyebabkan karyawan 1) Diperlukan pimpinan yang memperhatikan
tidak merasa tertantang untuk lebih berprestasi kemampuan diri pribadinya terutama yang
dan kinerja mengalami stagnasi atau bahkan berkaitan dengan proses pemberian tugas serta
menurun. interaksi dan perhatian terhadap bawahan.
Terdapat pengaruh yang signifikan dari 2) Adanya usaha dari pimpinan untuk
kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. menciptakan hubungan yang harmonis diantara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka bawahannya hingga masing-masing individu
puas terhadap pengawasan dan bimbingan mencapai produktivitas individual maksimum
pimpinan dalam pekerjaan, faktor lingkungan yang nantinya tercermin dari kepuasan dan
kerja yang baik dan sarana pendukung kinerja karyawan.
pekerjaan yang memadai serta faktor
kesejahteraan karyawan lainnya sehingga 3) Perlunya diadakan evaluasi-evaluasi yang
berdampak pada peningkatan kinerja. bersifat mengukur setiap kemampuan pimpinan

14
setingkat kepala ruangan atau koordinator
dalam hal pelaksanaan tugas-tugas dan
pendelegasian yang bersifat teknikal sehingga
mampu memberikan tugas dengan baik,
memberikan teladan, memiliki kreativitas dan
menjaga hubungan yang lebih harmonis dengan
bawahan.

4) Perlu adanya peningkatan hubungan dua arah


dalam pelaksanaan tugas antara pimpinan
dengan bawahan sehingga dapat
menciptakan suatu rangkaian kerja yang bisa
diharapkan oleh organisasi.

5) Hasil tentang kepemimpinan


transformasional dalam penelitian ini ternyata
sangat bertolak belakang dengan
kepemimpinan transaksional, untuk itu
pemimpin haruslah mampu menciptakan
kondisi yang kondusif guna mencari sesuatu
yang baru dan bukan hanya berorientasi pada
pemecahan masalah.
Pemimpin haruslah memilih dan
mempertahankan karyawan
yang kreatif dan mandiri serta memberikan
peluang bagi mereka untuk berinovasi

DAFTAR PUSTAKA

Andira & Budiarto Subroto (2000). Pengaruh


Perilaku Kepemimpinan Transformasi
dan Transaksional terhadap Kinerja
Karyawan Lini Depan Perusahaan
Jasa. Penelitian, melalui
<http://digilib.unsri.ac.id/download/A
ndira%20&%20Budiarto.pdf>

Basuki, J. (2007). Tantangan Ilmu administrasi


Publik : Paradigma baru

15
Kepemimpinan Aparatur Negara. Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu (2005).
Artikel STIA LAN Jakarta, melalui Perilaku dan Budaya Organisasi.
<http://www.stialan.ac.id/artikel%20j Bandung. Penerbit Refika Aditama.
%20basuki.pdf>[03/05/10.

Noegraha, A.M. (2005). Mengkaji Hubungan


Danim, S & Suparno (2009). Manajemen dan Antara Role, Stress Personality Types
Kepemimpinan Transformasional dan Kepuasan Kerja : Studi Kasus
Kekepalasekolahan. Jakarta. Penerbit Divisi Risk Management Perbankan.
Rineka Cipta. Jakarta, Perpustakaan MM-UI.

Heru, T (2003). Pengaruh Kepemimpinan Nurrachmat, S & M. Wahyuddin (2007). Peran


Transaksional dan Transformasional Kepemimpinan Transformasional ,
Terhadap Keefektifan Pemimpin, Kepemimpinan Transaksional,
Kepuasan Bawahan, dan Upaya Ekstra Komunikasi Internal dan
Bawahan. Jurnal Akuntansi dan Pengembangan Karir Terhadap
Manajemen Edisi April 2003, melalui Kepuasan Kerja di PT. Sumber
<http://www.stieykpn.ac.id/images/do Bengawan Plasindo Karanganyar.
wnloads/journal/JAM/JAM Vol 14 No Jurnal Daya Saing, melalui
1 April 2003.pdf>[03/05/10]. <http://eprints.ums.ac.id/806/1/Jurnal_
Daya_Saing_2_6.pdf>.[03/05/10].

Kerlinger, F.N (2000). Asas-Asas Penelitian


Behavioral Edisi 3. Yokyakarta. Robbins, S.P. & Timothy A Judge. (2008).
Penerbit Gajah Mada University Press. Perilaku Organisasi Buku satu.
Jakarta. Penerbit Salemba Empat.

---------(2008). Perilaku Organisasi Buku Dua.


Kerlinger, Robert & Angelo Kinicki (2003). Jakarta. Penerbit Salemba Empat.
Perilaku Organisasi Buku Ke-1.
Jakarta. Penerbit Salemba Empat.

Sugiyono. (2004). Metodologi Penelitian


Bisnis. Bandung. Penerbit Alfabeta.
-----------2005. Perilaku Organisasi Buku Ke-2
Jakarta. Penerbit salemba Empat.

Sujianto, A.E. (2009).Aplikasi Statistik Dengan


SPSS 16.0. Jakarta. Penerbit Prestasi
Laurensia, R. (2006). Pengaruh Kepemimpinan Pustaka.
Transformasional Terhadap Kepuasan
Kerja dan Komitmen Organisasi :
Studi Kasus di PT Bank X Kalimantan
Tengah. Jakarta. Perpustakaan MM- Sulistiyani, A.T. & Rosidah (2003).
UI. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yokyakarta. Penerbit Graha Ilmu.

Luthans, F. (2006). Perilaku Organisasi.


Yokyakarta. Penerbit Andi. Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis.
Yokyakarta. Penerbit Andi.

16
Tondok, M.S. & Rita Andarika (2004).
Hubungan Antara Persepsi
Kepemimpinan Transformasional dan
Transaksional dengan Kepauasan
Kerja Karyawan. Jurnal Psyche Vol.1,
Desember 2004, melalui
<http://psikologi.binadarma.ac.id/jurn
al_marcel_rita.pdf>[03/05/10].

Uyanto, S.S. (2009). Perilaku Analisis Data


dengan SPSS Edisi Ke-3. Yokyakarta.
Penerbit Graha Ilmu.

Wahyono, S.I. (2001). Perilaku Organisasi.


Yokyakarta. Penerbit Graha Ilmu.

Waworuntu, B. (2003). Determinan


Kepemimpinan. Makara, Sosial
Humaniora, Vol.7 No.2 Desember
2003, FISIP UI, melalui
<http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/0
5-Determinan%20Kepemimpinan-
BobWawoR.pdf>[03.05/10

Wibowo (2008). Manajemen Kinerja. Jakarta.


Penerbit Raja Grafindo Persada.

Wirawan. (2003). Kapita Selecta Teori


Kepemimpinan : Pengantar untuk Praktek dan
Penelitian jilid Ke-1. Jakarta. Penerbit
UHAMKA Press

17

Anda mungkin juga menyukai