Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN PERAWATAN TRACHEOSTOMY DIRUMAH PADA

DEWASA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pomosi Kesehatan

DISUSUN OLEH :

ANIS HALIMAH

C.0105.20.105

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan proposal promosi kesehatan ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Promosi Kesehatan dengan judul ‘’PERAWATAN TRACHEOSTOMY
DIRUMAH PADA DEWASA’’.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari sisi
materi dan penulisan nya. Kami dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima berbagai masukan
maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi seluruh pembaca.

Bandung , 8Februari 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tracheostomy merupakan prosedur yang dilakukan dengan membuat lubang ke dalam


trakea dan memasukkan selang indwelling kedalam trakea yang dapat bersifat permanen
(Hidayati, dkk, 2014). Komplikasi yang mengancam akan selalu ada, sehingga perawat selalu
mengamati dengan ketat pasien yang dilakukan pemasangan tracheostomy (Nurhidayati,2010).
Pasien saat terpasang tracheostomy mempunyai komplikasi yang mengancam. Komplikasi
tersebut seperti obstruksi jalan napas akibat akumulasi sekresi, infeksi, fistula trakeosofagus,
dilatasi trakea dan nekrosis (Novialdi& Azani, 2015). Komplikasi yang terjadi dapat dicegah
dengan melakukan tindakan keperawatan berupa tracheostomy care. Tracheostomy care
merupakan tindakan dengan membersihkan kanul tracheostomy untuk menjaga kepatenan jalan
napas (Hidayati, dkk, 2014). Pasien selalu dihadiri oleh petugas yang terlatihdan berkompeten
dalam melakukan tindakan keperawatan. Penyediaan pelayanan yang efektif pada pasien,
diharapkan dapat meminimalisir angka kematian dan kesakitan (Nurhidayati, 2010).
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berperan penting dalam pelayanan kesehatan.
Tantangan yang dihadapi perawat salah satunya yaitu tuntutan dari masyarakat yang
menginginkan pelayanan yang berkualitas. Keberadaan perawat juga memiliki posisi strategis,
karenasebagian besar persoalan pasien berhubungan dengan pelayanan perawat. Oleh karena itu,
perawat dituntut agar memiliki keterampilan yang lebih baik, disertai dengan kemampuan untuk
menjalin kerjasama dengan pihakyang terkait dalam persoalan kesehatan pasien di masyarakat
(Deden,2013). Kewenangan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan mengandung tuntutan
akan kemampuan perawat sebagai tenaga profesional dan mandiri. Pencapaian kemampuan
tersebut diawali dari institusi pendidikan yang berpedoman pada kompetensi inti perawat dan
melalui institusi pelayanan dengan meningkatkan kemampuan perawat sesuai dengan kebutuhan
(Deden, 2013). Kompetensi yang harus dimiliki seorang perawat yakni mampu memberikan
tindakan keperawatan yang bermutu tinggi serta tanggap terhadap kebudayaan setempat selama
melakukan tindakan keperawatan.Guna mencapai keterampilan yang profesional dalam
memberikan tindakan keperawatan, diperlukan proses belajar mengajar, sarana dan prasarana
yang berkualitas serta metode pembelajaran yang efektif (Deden, 2013). Metode pembelajaran
yang digunakan dalam praktikum yaitu demonstrasi dan simulasi, sedangkan untuk melengkapi
pembelajaran praktikum sebaiknya menggunakan media berupa videotutorial (Simamora, 2011).
Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran berperan penting terhadap keberhasilan strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran sangat tergantung pada penggunaan metode pembelajaran,
karena suatu strategi pembelajaran hanya dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode
pembelajaran (Sanjaya, 2011).
Mahasiswa belum mempunyai kemampuan yang cukup dalam menerapkan keterampilan
keperawatan yang diperoleh selama pendidikan, sehingga kejadian malpraktek sering terjadi di
Rumah sakit. Malpratek yang sering terjadi menyebabkan institusi pendidikan membutuhkan
strategi pembelajaran yang baik dalam praktikum. Sampai saat ini belum ada penelitian tentang
penggunaan strategi pembelajaran yang efektif untuk praktikum mahasiswa (Khudhoifah, 2006)
dalam (Musiana & Hussein, 2015). Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Universitas
Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 17 Februari 2017 terdapat data dari jurnal kuliah bahwa
demonstrasi merupakan metode yang digunakan dalam pembelajaran praktikum tracheostomy
care pada tahun ajaran 2015/2016. Video tutorial dan simulasi merupakan metode serta media
yang digunakan dalam pembelajaran praktikum tracheostomy care pada tahun ajaran
2016/2017.Tahun ajaran 2015/2016 merupakan mahasiswaangkatan 2012, sedangkan tahun
ajaran 2016/2017 merupakan mahasiswa angkatan 2013. Perubahan strategi pembelajaran
dikarenakan dosen yang mengampu pembelajaran praktikum dari tahun ke tahun berbeda. Setiap
dosen pengampu memiliki cara yang berbeda dalam melakukan strategi pembelajaran, tujuannya
untuk mengasah kemampuan mahasiswa agar berkembang serta dapat melakukan tindakan
keperawatan secara mandiri dan benar.

B. Rumusan Masalah

Tracheostomy care termasuk tindakan dengan membersihkan kanul tracheostomy untuk


menjaga kepatenan jalan napas. Saat pasien melakukan tracheostomy care selalu dihadiri oleh
petugas yang terlatihdan berkompeten dalam melakukan tindakan keperawatan. Kompetensi
yang harus dimiliki seorang perawat yakni mampu memberikan tindakan keperawatan. Guna
mencapai keterampilan yang profesional dalam memberikan tindakan keperawatan, sangat
diperlukan proses belajar rmengajar, sarana dan prasarana berkualitas serta metode pembelajaran
yang efektif.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: Bagaimana cara perawatan tracheostomy pada orang dewasa dirumah ?

C.Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara merawat pasien dirumah dengan terpasang tracheostomy
2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia.
b. Untuk mengetahui kompetensi dalam melakukan skills tracheostomy care setelah
dirumah.
c. Untuk melatih keluarga cara merawat tracheostomy dirumah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Trakeostomi

1. Pengertian

Trakeostomi adalah prosedur pembedahan dengan memasang selang melalui


sebuah lubang ke dalam trakea untuk mengatasi obstruksi jalan nafas bagian atas atau
mempertahankan jalan nafas dengan cara menghisap lendir, atau untuk penggunaan
ventilasi mekanik yang kontinu. Trakeostomi dapat digunakan sementara yaitu jangka
pendek untuk masalah akut,atau jangka panjang biasanya permanen dan selang dapat
dilepas (Marelli,2008:228) Trakeostomi adalah prosedur dimana dibuat lubang ke dalam
trakea. Ketika selang indweling dimasukkan ke dalam trakea, maka istilah trakeostomi
digunakan (Smeltzer dan Bare,2013:653). Pada awalnya trakeostomi sering dilakukan
dengan indikasi sumbatan jalan napas atas, namun saat ini sejalan dengan kemajuan unit
perawatan intensif,trakeostomi lebih sering dilakukan atas indikasi intubasi lama
(prolonged intubation) dan penggunaan mesin ventilasi dalam jangka waktu lama.
(Dina,2015) Keputusan untuk melakukan trakeostomi pada umumnya dapat dilakukan
dalam waktu 7 hari dari intubasi. (Charles,2010).
2. Manfaat

Menurut Charles(2010)Trakeostomi memiliki kelebihan apabila dibandingkan


dengan intubasi endotrakeal jangka panjang antara lain:
a. Meningkatkan kenyamanan pasien
b. Kebersihan rongga mulut
c. Kemampuan untuk berkomunikasi
d. Kemungkinan makan secara oral serta perawatan yang lebih mudah dan aman
e. Memiliki potensi untuk menurunkan penggunaan obat sedasi dan analgesic
sehingga dapat menfasilitasi proses penyapihan dan menghidari pneumonia akibat
ventilator mekanik.
3. Indikasi

Menurut novialdi dan surya(2009). Indikasi dasar trakeostomi secara garis besar adalah :
a. Pintas (bypass) Obstruksi jalan nafas atas
b. Membantu respirasi untuk periode yang lama
c. Membantu bersihan secret dari saluran nafas bawah
d. Proteksi traktus trakeobronkhial pada pasien dengan resiko aspirasi
e. Trakeostomi elektif, misalnya pada operasi bedah kepala leher sehingga
memudahkan akses dan fasilitas ventilasi.
f. Untuk elektif, misalnya pada operasi bedah kepala leher
g. Untuk mengurangi kemungkinan timbulnya stenosis subglotis.
Indikasi trakeostomi di ICU menurut Charles (2010) antara lain:
a. a.Mencegah obstruksi jalan nafas atas karena tumor,pembedahan,trauma, benda
asing, atau infeksi
b. b.Untuk mencegah kerusakan laring dijalan nafas karena intubasi endotrakeal
yang berkepanjangan
c. c.Untuk memudahkan akseske jalan nafas untuk melakukan pengisapan dan
pengangkatan sekresi
d. d.Untuk menjagajalan napas yang stabil pada pasien yang membutuhkan
dukungan ventilasi mekanis atau oksigenasi prolonged.

4. Klasifikasi

Menurut Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi (2004:201-212), trakeostomi dibagi


atas 2 (dua) macam, yaitu berdasarkan letak trakeostomi dan waktu dilakukan tindakan.
Berdasarkan letaktrakeostomi terdiri atas letak rendah dan letak tinggi dan batas letak ini
adalah cincin trakea ketiga. Sedangkan berdasarkan waktu dilakukantindakan maka
trakeostomi dibagi dalam:
a. Trakeostomi darurat (dalam waktu yang segera dan persiapan saranasangat
kurang)
b. Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapatdilakukan secara baik.
5. Teknik

Menurut Novialdi dan Surya (2009:3), berikut teknik trakeostomi:


a. Trakeostomi emergensi Trakeostomi emergensi relative jarang dilakukan dan
penyebab yang sering adalah obstruksi jalan nafas atas yang tidak bias diintubasi.
Anoksia pada obstruksi jalan nafas akan meyebabkan kematian dalam waktu4-5
menit dan tindakan trakeostomi harus dilakukan dalam2-3menit.Teknik insisi
yang paling baik pada trakeostomi emergensi adalah insisi kulit vertical dan insisi
vertical pada cincin trakea kedua dan ketiga
b. Trakeostomielektif Saat ini mayoritas tindakan trakeostomi dilakukan secara
elektif atau semi-darurat.Trakeostomi elektif paling baik dilaksanakan diruang
operasi dengan bentuan dan peralatan yang adekuat.
c. Trakeostomi Dilatasi Perkutaneus Trakeostomi dilatasi perkutaneus adalah suatu
teknik trakeostomi minimalinvasif sebagai alternative terhadap teknik
konvensional. Trakeostomi dilatasi perkutaneus (TDP) dilakukan dengan cara
menempatkan kanul trakeostomi dengan bantuan serangkaian dilator dibawah
panduan endoskopi. Prosedur ini dikenalkan oleh Pasquale Ciagalia padatahun
1985. Griggs pada tahun1990 melakukan modifikasi dengan menggunaan kawat
pemandu dan forsep dilatasi (Griggs Guidewire Dilating Forceps/ GWDF) pada
prosedur ini.
6. Komplikasi

Menurut Smeltzer & Bare(2013:654) komplikasi yang terjadi dalam


penatalaksanaan selang trakeostomi dibagi atas:
a.Komplikasi dini
1. Perdarahan
2. Pneumothoraks
3. Embolisme udara
4. Aspirasi
5. emfisema subkutan atau mediastenum
6. kerusakan saraf laring kambuhan atau penetrasi sinding trakeaposterior
b.Komplikasij angka panjang
1. Obstruksi jalan nafas akibat akumulasi sekresi
2. Infeksi
3. Ruptur arteri inominata
4. Disfagia
5. Fistula trakeoesofagus
6. Dilatasi trakea atau iskemia trakea
7. Nekrosis
7.Jenia canul

Kanul trakeostomi yang ideal harus cukup kaku untuk dapat mempertahankan
jalan nafas namun cukup fleksibel untuk membatasi kerusakan jaringan dan memberikan
kenyamanan pada pasien. Kanul trakeostomi dibagi menjadi2 bahan yaitu bahan plastic
dan bahan metal. Secara umum, kanul trakeostomi yang terbuat dari bahan plastic lebih
disukai dibandingkan bahan-bahan logam. Hal ini disebabkan bahan plastic lebih
fleksibel dan nyaman serta sedikit traumatik ke jaringan sekitarnya. Kanul trakeostomi
tersedia dengan kanul dalam (kanul ganda) dan tanpa kanul dalam.Kanul ganda memiliki
kanul dalam yang dapat menjaga kanul tetap bersih sehingga mencegah sumbatan total
kanul (Dina :2015)Menurut Novialdi danSurya(2009). Berikut beberapa jenis kanul
trakeostomi adalah:
a. Kanul dengan Cuff Kanul ini diindikasikan suction tekanan uadara dalam cuffdi
pertahankan 20-25mmHg, jika tekanan cuff lebih tinggi dapat menekan kapiler,
menyebabkan iskemia mukosa dan stenosistrakea. Jika tekanan cuff lebih rendah
dapat menyebabkan mikroaspirasi dan meningkatkan pneuomonia nosokomial. Kanul
ini relative dikontraindikasikan pada anak-anak usia kurang dari 12 tahun karena
adanya resiko kerusakan perkembangan membrane trakea, memiliki cincin trakea
yang sempit terutama sekitar cincin krikoid sehingga kebocoran udaranya minimal.
Kanul ini memberikan jalan nafas yang aman sampai pasien bias dilepaskan dari
ventilator dan sudah dapat mengeluarkan secret nya sendiri. Sebagian besar balon
yang digunakan berbentuk barel dengan volume yang tinggi dan tekanan yang rendah
untuk mendistribusikan tekanan dalam balon sehingga dapat mengurangi
ulserasitrakea, nekrosis dan atau stenosis. Komplikasi dari kanul tipe ini adalah
adanya gangguan menelan karena balon akan menghalangi elevasi laring saat proses
menelan sehingga tidak ada proteksi dari aspirasi sekret.
b. Kanul tanpa cuff Tipe ini biasanya digunakan untuk pasien yang tidak membutuhkan
ventilasi tekanan positif jangka lama, tidak adanya resiko aspirasi seperti pada pasien
yang mengalami kelumpuhan pita suara, tumor kepala dan leher, gangguan neuro
muskular, anak-anak dan neonatus.
c. Fenestrated tubes Kanul ini mempunyai lobang tunggal atau multiple pada
lengkungan kanul. Kanul ini tersedia dengan atau tanpa balond. Extended tube
tracheostomy Kanul ini lebih panjang. Biasanya digunakan pada pasien dengan
pembesaran kelenjar tyroid atau pasien yang mengalami penebalan jaringan lunak
leher, trakeomalasia, stenosis trakea pada level yang rendah, khypoidosis. Kanul ini
tersedia dengan atau tanpa anak kanul.
Ukuran kanul berdasarkan usia dan diameter dalam kanul AgeTrakea (tranver sedia
meter,mm) Inner diameter trakeostomi Sumber :Novialdi dan Surya(2009)
8.PerawatanPascaTrakeostomi

Perawatan pasien pasca trakeostomi di icu dan ruang rawat inap sangatlah
penting, karena perawatan yang buruk dapat mengakibatkan kematian. Kematian yang
sering terjadi biasanya disebabkan oleh sumbatan pada kanul karena penumpukan sekret.
(Bove dan Morris:2010). Perawatan pasca trakeostomi menurut Dina (2015) antara lain:
a. Pemberian humidifikasi buatan yaitu melembabkan udara pernafasan dengan alat
nebulizer tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kekeringan pada
trakea,traketis,atau terbentuknya krusta.
b. Pengisapan secret secara berkala untuk menurunkan risiko sumbatan pada kanul
trakeostomi dan pengisapan dilakukan secara steril untuk mencegah infeksi.
c. Pembersihan canul dalam,dilakukan untuk mencegah adanya secret yang menyumbat
yaitu dengan cara merendam dalam air hangat kemudian disikat kemudian dibilas
dengan air hangat. Selama pembersihan kanul dalam dipasang kanul pengganti.

Perawatan stoma lubang pada trakeostomi karena seringnya banyak secret


disekitarnya yaitu dengan pemberian kassa pada stoma dilakukan setiap hari untuk
mencegah eskoriasis dan infeksiluka operasi.

B. Suction

1.Pengertian
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan
nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan
cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri
(Timby,2009). Tindakan suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir, yang
dilakukan dengan memasukkan selang catheter suction melalui selang endotracheal
(Syafni, 2012). Suctioning dapat diterapkan pada oral, nasofaringeal, trakeal serta
endotrakeal atau trakheostomy tube (Asmadi,2008:44). Dapat disimpulkan suction
merupakan tindakan untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan mengeluarkan
sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri dengan memasukkan
catheter suctionke endotracheal tube atau trakeostomy tube sehingga memungkin
kanterjadinya proses pertukaran gas yang adekuat.

2.Tujuan
Menurut Arif dan Khotijah,(2014:7), tujuan penghisapan lender lewat endotrakeal
adalah:
a.Untuk menjaga saluran nafas tetap bersih.
b.Untuk mengeluarkan sekret dari pasien yang tidak mampu mengeluarkan sendiri.
c.Diharapkan suplay oksigen terpenuhi dengan jalan nafas yang adekuat.
3.Indikasi

Menurut Asmadi (2008:44), indikasi dilakukan suction pada trakeostomi adalah:


a.Bila secret dapat terlihat atau suara secret yang terdengar dengan atau tanpa
menngunakan stetoskop
b.Setelah prosedur fisioterapi dada
c.Setelah prosedur pengobatan bronkodilator
d.Peningkatan atau popping off dari puncak tekanan jalan nafas terhadap klien yang
sedang menggunakan ventilator mekanik.
Kontraindikasi menurut Arif dan khotijah,(2014:7) adalah:
a.Pasien dengan stridor
b.Pasien dengan kekurangan cairan cerebro spinal
c.Post pneumonectomy,ophagotomy yang baru.

Tekanan suction (wall suction) menurut Arif dan khotijah,(2014) adalah:Dewasa:


110-150 mmHgAnak anak: 95-110 mmHgBayi: 50-95 mmHg Ukuran canul suction
untuk trakeostomi menurut Kozier dan Erb”s(2015)adalah:Dewasa:12-18 FrAnak anak:
10 FrBayi: 6-8 Fr4. Prosedur Prosedur tetap (SPO) adalah naskah dinas yang
memuatserangkaian petunjuk tentang cara dan urutan kegiatan tertentu.Proseduradalah
urut-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yangmenerangkan apa yang harus
dikerjakan, siapa yang mengerjakannya,kapan dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya(Pedoman TataLaksana Naskah Dinas Kementrian Kesehatan, 2012).
Prosedur hisap lendir ini dalam pelaksanaannya diharapkan sesuaidengan standarprosedur
yangtelahditetapkan untuk mencegah infeksiparu dan sistemik yang
membahayakandengan selalumenjagakesterilan dankebersihan.Standar alat yang harus
disiapkan untuk hisab lendir menurut SPOStandar Keperawatan Buku 1RS dr
Kariadi(2015) adalah:
a.Bak instrument berisi :pinset anatomi 2,kassa,komb
b.Nacl 0,9%
c.Kanul suction
d.Perlak dan pengalas
e.Mesin suction
f. Tissue
g. Sampiran
h. Oksigen dan kanul
i. Sarung tangan steril
j. Aquades
Prosedur hisap lendir menurut SPO Standar Keperawatan Buku 1RS drKariadi(2016)
adalah:
1. Lakukan kebersihan tangan sesuai SPO
2. Sampaikan salam dan perkenalan diri
3. Lakukanidentifikasi pasien sesuai SPO
4. Jelaskan maksud dan tujuan
5. Jelaskan lamgkah dan prosedur tindakan
6. Tanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan
7. Tempatkan alat didekat pasien dengan benarpasang sampiran untuk menjaga
privasi
8. Lakukan kebersihan tangan sesuai spo
9. Berikan posisi yang nyaman pada pasien/kepala sedikit extensi
10. Berikan oksigen kanul 3 liter dalamwaktu 2-5 menit
11. Berikan hiperoksigenasi pasien dengan pemasangan fraksi 02 100% atau set
suction preparation pada pasien yang terpasang ventilator
12. Letakkan pengalas dibawah dagu pasien
13. Pakai sarung tangan
14. Hidupkan mesin
15. Cek tekanan dan botol penampung
16. Masukan kanul suction dengan hati hati (hidung 5 cm,mulut 10 cm)sampaikan
kavitas orofaring
17. Jika klien terpasang trakeostomy /endo trakeal ,kanul suctionmasukan sampai ke
karina,tanpa memberikan isapam untukmenstimulasi reflex batuk
18. Beri isapan sambil menarik kanul,memutar kanul secara perlahan360’ tanpa
menyentuh lapisan mucus saluran nafas
19. Lakukan penghisapan maksimal 10-15 detik karena klien berpotensihipoksia
20. Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kalinafas
21. Bilas kanul suctiondengan Nacl 0,9 % antara tindakan penghisapan
22. Matikan mesin suction
23. Lepas kanul suction dan sarung tangan dan buang ke sampahinfeksius
24. Lakuakan evaluasi tindakan
25. Rapikan pasien dan lingkungan
26. Pamitan dengan klien
27. Bereskan alat alat dan kembalikan alat ketempat semula
28. Ucapkan pasa pasien “Terima kasih atas kerjasamanya,semogalekas sembuh”
29. Lakukan kebersihan tangan sesuai spo
30. Catat kegiatan dalam lembar terintegrasi
DAFTAR PUSTAKAA

smadi (2008).Tehnik Procedural KeperawatanKonsepdan Aplikasi


KebutuhanDasar Klien.Jakarta:Salemba Jakarta.Astuti,R.(2014).Metodologi
Penelitian.Semarang:Unimus.Arikunto.(2006).Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek.Jakarta:RhinekaCipta.Arief dan Khotijah.(2014).Praktek
Labaratorium Ketrampilan Dasar
DalamKeperawatan2.Jogjakarta:Publizer.Agustiani,
Hendriati.PsikologiPerkembangan. Bandung : Refika Aditama. 2009Budiharto.
(2008).Metodologi Penelitian Kesehatandengan Contoh Bidang IlmuKesehatan
Gigi. Jakarta: EGC.Bachari.(2006).Manajemen kerja.Jakarta: Rineka
CiptaCarles,G.Jr,(2010).Traceostomy: Why, when, how. Journal Respirator
Care.Vol.55 No.8, Agustus 2010.Dahlan, S M. (2008). Statistik untukKedokteran
dan Kesehatan Deskriptif,Bivariat dan Multivariat Edisi 3. Jakarta:Salemba
Medika.Dina,N(2015).Proporsi Komplikasi Trakeostomi Dan Faktor Faktor
YangBerhubungan Di Departemen THT-KL RSUPN Cipto MangunkusumoPeriode
2011-2013.Tesis Universitas Indonesia.Jakarta:FKUI.DepKes RI.
(2007)BadanPengembangandanPemberdayaanSumberDayaManusiaDepkes RI.
Jakarta:Publiser.DaveyP. (2010). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.Effendi,
F & Makhfudli. (2009). Keperawatan KesehatanKomunitas: Teoridan Praktek
Dalam Keperawatan.Jakarta: Salemba medika.Gartinah, T. Sitorus, R,Irawati, D.,
(2006).Pelayanan ProfesionalismeKeperawatan yangdidukung oleh Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.http://www.inna-ppni.or.id.Diakses tanggal 10
juli2017.Hidayat,A.,Aziz. (2009).Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik
AnalisisData. Jakarta: Salemba Medika.Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi
(2004).Penanggulangan Sumbatan Laringdalam Soepardi EA,Iskandar N. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan TelingaHidung Tenggorokan dan Leher Edisi 5. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI.http://repository.unimus.ac.id

Hamdi,A.S,Bahruddin,E.(2014),Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi


DalamPendidikan,Jogjakarta:Deepublis.Kemenkes RI.(2016).PedomanPelayanan
Medis ICU-CCU dan HCU Dewasa.Instalasi Rawat Intensive RSUP Dr. Kariadi
Semarang (tidakdipublikasikan).Kemenkes RI. (2012).Pedoman Tata Laksana
Naskah Dinas KementrianKesehatan
RI.Jakarta:Publiser.Kristiyaningsih,P(2015).HubunganPengetahuan Perawat
TerhadapPelaksanaan Tindakan Suction di Ruang ICU RSUD Gambiran
Kediri.Jurnal Wiyata, Vol.2 No.2. Desember 2015.Kozierdan Erb’s
(2015).Fundamental Of Nursing Australia Edition 3.Australia:Person Australia
Group.Lisa,D.,Sara,L.,Alexandar,W (2015).The Royal Marsden Manual Of
ClinicalNursing Procedures Ninth Edition.Brithis Library:Publised.Margono

Anda mungkin juga menyukai