Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Terapi Kognitif” dengan baik.Dengan
keterbatasan pengetahuan yang ada, kami tidak akan dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh darikesempurnaan,
untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkandemi kesempurnaan
penulisan di kemudian hari. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami sendiri,pembaca, serta masyarakat luas terutama dalam hal menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.

Bandung, 28 maret 2021

Penulis
DAFTARISI

KATAPENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I....................................................................................................................................

1PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A.LatarBelakang................................................................................................................1

B.RumusanMasalah...........................................................................................................1

C.Tujuan..............................................................................................................................2

BABII........................................................................................................................................3

TUJUANTERAPIKOGNITIF.................................................................................................3

BABIII.......................................................................................................................................5

TinjauanPustaka........................................................................................................................5

A.DefinisiTerapi Kognitif..................................................................................................5

B.IndikasiTerapi Kognitif..................................................................................................5

C.Masalah Keperawatan.....................................................................................................6

D.Teknik-teknikTerapi Kognitif.........................................................................................6

E.Distorsi Kognitif..............................................................................................................9

F.Teknik Kontrol Mood....................................................................................................12

G.Pelaksanaan Terapi Kogrnitif........................................................................................14

BAB IV....................................................................................................................................17

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR.............................................................................17

BAB V......................................................................................................................................22

PENELITIAN TERKAIT........................................................................................................22

BAB VI....................................................................................................................................36

PENUTUP................................................................................................................................36
A.Kesimpulan...................................................................................................................36

B.Saran..............................................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Individu memiliki sisi perasaan atau afek dengan anggapan benar terhadap dirinyasendiri,
lingkungan di kehidupannya, perasaannya dan pemikirannya pada setiaptindakan dalam
rangkaian interaksi. Berdasarakan kognisi atau pemikirannya danpengalaman, individu akan
membuat pandangan atau perspektif kebiasaan mengenai dirisendiri, dunia dan masa depan.
Misalnya mengenai individu yang beranggapan psimististerhadap cara mengontor takdirnya
sendiri atau beranggapan bahwa takdir tersebutmampu dikontrol oleh orang lain bukan oleh
dirinya sendiri.Orang dengan gangguan jiwa mengalami masalah pada sisi kognitif dan
bermasalahdalam berperilaku. Orang dengan kasus depresi mengalami gangguan emosional
berasaldari ditorsi (penyimpangan) dalam berfikir. Gangguan dalam berpikir mampu
mengubahkonsep diri orang tersebut. Cara berpikir yang terganggu akan menimbulkan
perilakuyang maladaptif, salah satunya berperilaku kekerasan. Karenanya diperlukan
adanyaperawatan dari perkembangan kognitifnya, yaitu diberikan terapi kognitif.Terapi kognitif
merupakan terapi yang digunakan dalam jangaka pendek dandilakukan secar teratur untuk
memberikan dasar berpikir pada pasien agar mampumengekspresikan perasaan negatifnya,
memahami masalahnya, mampu mengatasiperasaan negatifnya, serta mampu memecahkan
masalah tersebut.Pada pemberian terapi kognitif, perawat berperan sebagai pendamping pasien
untukmemodifikasi cara pikir, sikap dan keyakinan untuk menemukan perilaku yang tepatdalam
menghadapi pengobatan yang sedang dijalaninya.

B.Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan terapi kognitif?

2.Apa tujuan dari terapi kognitif?

3.Apa saja indikasi pelaksanaan terapi kognitif?

4.Apa saja masalah keperawatan yang bisa diselesaikan dengan terapi kognitif?

5.Bagaimana teknik dalam melaksanakan terapi kognitif?

6.Bagaimana standar operasional dari terapi kognitif?

C.Tujuan

1.Untuk mengetahui definisi dari terapi kognitif.

2.Untuk mengetahui tujuan dari terapi kognitif.

3.Untuk mengetahui indikasi pelaksanaan terapi kognitif.

4.Untuk mengetahui masalah keperawatan yang bisa diselesaikan dengan terapikognitif.


5.Untuk mengetahui teknik dalam melaksanakan terapi kognitif.

6.Untuk mengetahui standar operasional dari terapi kognitif.

BAB II
Tinjauan Pustaka

A.Definisi
Terapi KognitifTerapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur,
yang memberikan dasar berpikir pada pasien untuk mengekspresikan perasaan
negatifnya,memahami masalahnya, mampu mengatasi perasaan negatifnya, serta mampu
memecahkan masalah tersebut. Teori kognitif sebenarnya rangkaian dengan terapi perilaku yang
disebut sebagai terapi kognitif dan perilaku, karena menurut sejarahnya merupakan aplikasi dari
beberapa teori belajar yang bervariasi (Yusuf, Fitriyasari &Nihayati, 2015).
Peran perawat dalam pelaksanaan terapi kognitif diharapkan mampu menerapkan terapi
kognitif ini serta mendampingi pasien untuk memodifikasi cara pikir, sikap dan keyakinan untuk
memutuskan perilaku yang tepat dalam menghadapi pengobatan yang sedang dijalaninya.

B.Indikasi
Terapi KognitifMenurut Setyoadi, dkk (2011) terapi kognitif efektif untuk sejumlah
kondisipsikiatri yang lazim, terutama:
1.Depresi (ringan sampai sedang).
2.Gangguan panic dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan.
3.Individu yang mengalami stress emosional.
4.Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder) yang seringterjadipada orang
dewasa dan memiliki respon terhadap terapi perilaku danantidepresan. Jarang terjadi pada awal
masa anak-anak, meskipun kompulsiterisolasi sering terjadi.
5.Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik).
6.Gangguan stress pacatrauma (post traumatic stress disorder).
7.Gangguan makan (anoreksia nervosa).
8.Gangguan mood.
9.Gangguan psikoseksual.
10.Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya.
Menurut Yusuf, Fitriyasari dan Nihayati (2015) indikasi atau karakteristik pasien yang
mendapatkan terapi kognitif, sebagai berikut:
a.Menarik diri.
b.Penurunan motivasi.
c.Defisit perawatan diri.
d.Harga diri rendah.
e.Menyatakan ide bunuh diri.
f.Komunikasi inkoheran dan ide/topic yang berpindah-pindah (flight of idea).
g.Delusi, halusinasi terkontrol, tidak ada manik deperesi, tidak mendapat ECT.

C.Masalah Keperawatan
Menurut Yusuf, Fitriyasari dan Nihayati (2015) beberapa masalah keperawatanyang
muncul dan dapat dilakukan intervensi terapi kognitif serta memiliki tujuankeperawatan, adalah
sebagai berikut:
a.Resiko bunuh diri.
b.Isolasi sosial.
c.Harga diri rendah.
d.Defisit perawatan diri.

Tujuan Keperawan
no Masalah Keperawatan Tujuan
1 Resiko bunuh diri Ide bunuh diri hilang
2 Isolasi social Meningkatkan hubungan social
3 Harga diri rendah Meningkatkan harga diri
4 Defisit perawatan diri Kemampuan merawat diri

D.Teknik-teknik Terapi Kognitif


Menurut Yosep (2009, dikutip Afiya, 2016) perawat jiwa harus mengetahuibeberapa
teknik dalam melakukan terapi kognitif. Pengetahuan tentang teknik inimerupakan syarat agar
peran perawat jiwa bisa berfungsi secara optimal. Dalam pelaksanaan tehnik-teknik ini harus
dipadukan dengan kemampuan lain seperti tehnik konter, milieu therapi dan konseling. Beberapa
tehnik tersebut antara lain:
1. Tehnik Restrukturisasi kognitif.
Perawat berupaya untuk memfasilitasi klien dalam melakukan pengamatan terhadap
pemikiran dan perasaan yang muncul. Tehnik restrukturisasi dimulai dengan cara
memperluas kesadaran diri dan mengamati perasaan dan pemikiran muncul.
2. Tehnik penemuan fakta-fakta
Tehnik yang digunakan untuk mencari fakta-fakta untuk mendukung keyakinan dan
kepercayaan. Teknik penemuan fakta juga mencakup pencarian sumber-sumber data yang
berkaitan. Klien yang mengalami distorsi dalam pemikirannya seringkali memberikan
bobot yang sama terhadap semua sumber dan atau data yang tidak disadarinya. Data
tersebut bisa diperoleh dari staf,keluarga atau anggota lain dalam masyarakat sebagai
support dalamlingkungan sosialnya dalam hal ini penemuan fakta dapat berfungsi
sebagaipenyeimbang pendapat klien tentang pikiran buruknya.
3. Tehnik penemuan alternative
Banyak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena tidak adanya alternatif
pemecahannya lagi. Latihan menemukan dan mencari alternatif-alternatif pemecahan
masalah klien bisa dilakukan antara klien dengan bantuan perawat. Klien dianjurkan
untuk menuliskan masalahnya, mengurutkan masalah-masalah paling ringan dulu,
kemudian mencari dan menemukan alternatifnya. Disini penting sekali bagi perawat jiwa
untuk merangsang klien agar berani berpikir lain dari yang biasanya atau berani berfikir
beda.
4. Dekatastropik
Tehnik Dekatastropik di kenal juga teknik bila dan apa. Hal ini meliputi upayamenolong
klien untuk melakukan evaluasi terhadap situasi dimana klien mencoba memandang
masalahnya secara berlebihan dari situasi alamiah untuk melatih beradaptasi dengan hal
terburuk dengan apa-apa yang mungkin terjadi. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat
diajukan perawat adalah: “ apa hal terburuk yang terjadi bila...?, dan apakah akan gawat
sekali bila hal tersebut memangbetul-betul terjadi.... ?, serta tindakan pemecahan masalah
apa, bila hal tersebut benar-benar terjadi....? Tujuan dari tehnik dekatastropik adalah
untukmenolong klien melihat konsekuensi dari kehidupan.
5. Reframing
Reframing adalah strategi dalam merubah persepsi klien terhadap situasi atauperilaku.
Hal ini meliputi memfokuskan terhadap sesuatu atau aspek lain darimasalah atau
mendukung klien untuk melihat masalahnya dari sudut pandangyang lain. Klien
seringkali melihat masalah hanya dari satu sudut pandangsaja. Tehnik ini memberi
kesempatan pada klien untuk merubah danmenemukan makna baru dan merubah perilaku
klien.
6. Thought stopping
Tehnik berhenti memikirkannya (thought stopping) sangat baik digunakanpada saat klien
mulai memikirkan sesuatu sebagai masalah, sehingga kliendapat menggambarkan bahwa
masalahnya sudah selesai.
7. Learning new behavior with modeling
Modeling adalah sebuah strategi untuk merubah perilaku baru dalammeningkatkan
kemampuan dan mengurangi perilaku yang tidak sesuai.Sasaran perilaknya adalah
memecahkan masalah-masalah yang disusun dalambeberapa urutan kesulitannya.
Kemudian klien melakukan observasi padaseseorang yang berhasil memecahkan masalah
yang serupa dengan kliendengan cara memodifikasi dan mengontrol lingkungannya
setelah itu klienmeniru perilaku orang yang dijadikan model. awalnya klien
melakukanmelakukan pemecahan secara bersama dengan fasilitator. Selanjutnya
klienmencoba memecahkannya sendiri sesuai dengan pengalaman yang diperolehselama
bersama terapis (perawat).
8. Membuat pola
Membentuk pola perilaku baru oleh perilaku yang diberikan reinforcement (pujian).
Setiap perilaku yang diperkirakan sukses dari apa-apa yang diniatkanklien untuk
melakukannya akan diberi reinforcement (pujian).
9. Token economy
Token economy adalah bentuk reinforcement positif yang sering digunakanpada
kelompok anak-anak. Hal ini dilakukan secara konsisten pada saat klienmampu
menghindari perilaku buruk atau melakukan hal yang positif.
10. Role play
Role play memungkinkan klien untuk belajar menganalisa perilaku negativenya melalui
kegiatan-kegiatan sandiwara yang dapat dievaluasi oleh klien dengan memanfaatkan alur
cerita dan perilaku orang lain. Klien dapat menilai danbelajar mengambil keputusan
berdasarkan konsekuensi - konsekuensi yang adadalam cerita.
11. Aversion therapy
Aversion therapy bertujuan untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan negatifklien
dengan cara membayangkan kegiatan negatif tersebut dengan sesuatuyang tidak disukai.
12. Contingency contracting
Contingency contracting berfokus pada perjanjian yang dibuat antara terapis (perawat
jiwa), perjanjian dibuat dengan punishment dan reward.
13. Social skill trining
Teknik ini didasari oleh sebuah keyakinan bahwa ketrampilan apapun diperoleh sebagai
hasil belajar.
E.Distorsi Kognitif
Distorsikognitif merupakan kesalahan logika, kesalahan dalam penalaran, atau pandangan
individual dunia yang tidak mencerminkan realitas. Distorsi dapat berupapositif atau negatif.
Misalnya, seseorang yang secara konsisten dapat melihatkehidupan dengan cara yang realistis
positif dan dengan demikian mengambil peluangberbahaya, seperti menyangkal masalah
kesehatan dan mengaku sebagai "terlalumuda dan sehat untuk serangan jantung". distorsi
kognitif mungkin juga negatif,seperti yang diungkapkan oleh orang yang menafsirkan semua
situasi kehidupandisayangkan sebagai bukti kurang lengkap diri (Stuart, 2009; dikutip Yosep &
Iyus,2009). Macam-macam distorsi kognitif menurut Yusuf, Fitriyasari dan Nihayati
(2015)sebagai berikut:
1. Pemikiran “segalanya atau tidak sama sekali”
Melihat segala sesuatu dalam kategori hitam atau putih. Contohnya, jika prestasiAnda
kurang dari sempurna, maka Anda memandang diri Anda sendiri sebagaiseorang yang
gagal total.
2. Overgeneralisasi
Memandang suatu peristiwa yang negatif sebagai sebuah pola kekalahan tanpaakhir.
Contoh, seorang murid yang gagal dalam ujian berpikir, “Saya tidak akanpernah lulus
ujian yang lain dalam semester ini dan saya akan keluar dari sekolahini.”
3. Personalisasi
Memandang diri sebagai penyebab dari suatu peristiwa eksternal yang negatifyang
kenyataanya tidaklah demikian. Contohnya, “Direktur saya mengatakanbahwa
produktivitas perusahaan kami menurun, tapi saya tahu ia sebenarnyasedang
membicarakan saya.”
4. Berpikir dikotomi
Berpikir dengan ekstrem bahwa semua hal adalah semuanya baik atau semuanyaburuk.
Contohnya, “Jika suami saya meninggalkan saya, saya mungkin akanmati.”
5. Pembencanaan
Berpikir yang terburuk tentang orang atau kejadian. Contohnya, “Saya lebih baiktidak
mengajukan diri untuk promosi di tempat pekerjaan karena saya tidak
akanmendapatkannya dan saya merasa diri saya sangat buruk.”
6. Membuat abstrak yang selektif
Memfokuskan pada detail tapi tidak pada informasi yang relevan. Contohnya,“Seorang
istri percaya bahwa suaminya tidak mencintainya karena ia pulang kerja larut malam,
tetapi sang istri menolak perhatian yang diberikan oleh suami,hadiah yang dibawanya,
dan acara khusus yang mereka rencanakan bersama.”
7. Kesimpulan yang tidak beralasan
Menarik kesimpulan negatif tanpa bukti yang mendukung. Contohnya, seorangwanita
muda menyimpulkan, “Teman saya tidak suka kepada saya karena sayatidak
mengirimkan kartu ulang tahun untuknya.”
8. Membesar-besarkan atau mengecilkan
Melebih-lebihkan suatu hal atau mengecilkan suatu hal secara tidak tepat.Contoh, “Saya
telah menghanguskan makan malam, itu menunjukkan betapatidak mampunya saya.”
9. Prefeksionis
Merasa butuh untuk melakukan segala sesuatu secara sempurna agar merasadirinya baik.
Contoh, “Saya akan menjadi seorang yang gagal apabila saya tidakmendapat nilai A pada
semua ujian saya.”
10. Eksternalisasi harga diri
Mengukur nilai seseorang berdasarkan pendapat orang lain. Contoh, “Saya harusselalu
kelihatan cantik. Kalau tidak, teman-teman saya tidak akan mau berada didekat saya.”
11. Filter mental
Menemukan hal kecil yang negatif dan terus memikirkannya sehingga pandangantentang
realita menjadi gelap.
12. Mendiskualifikasi hal positif
Menolak pengalaman-pengalaman positif dengan bersikeras bahwa semua itu“bukan apa-
apa”.
13. Penalaran emosional
Menganggap emosi-emosi yang negatif mencerminkan realita yang
sebenarnya.Contohnya, “Saya merasa begitu, maka pastilah begitu.”
14. Memberi cap atau salah memberi cap
Bentuk ekstrem dari overgeneralisasi, yaitu memberi cap negatif pada diri sendiri.
Contohnya, “Saya memang seorang sial” atau, “Saya memang seorangyang bodoh.”

F.Teknik Kontrol Mood


1. Teknik tiga kolom
a. Pikiran otomatis, yaitu pikiran-pikiran negatif yang sering keluar seperti “...tidak
pernah” dan “....selalu”.
b. Distorsi kognitif.
c. Tanggapan rasional.
Pikiran Otomatis Distorsi Kognitif Tanggapan Rasional
Kritik diri Pembelaan diri
1. Saya tidak 1. Overgeneralisasi 1. Omong kosong! Saya juga
pernah benar melakukan banyak hal yang baik.
2. Saya selalu 2. overgeneralisasi 2. Saya tidak selalu terlambat. Coba
terlambat saja ingat-ingat saat saya dating
tepat waktu. Meskipun kini
terlambat lebih sering daripada
biasanya, saya akan mengatasi
masalah ini serta mencari cara
agar saya lebih dapat tepat waktu.
Seseorang mungkin kecewa
karena saya terlambat, tetapi itu
bukan berarti kiamat. Mungkin
pertemuan juga tidak mulai pada
waktunya.
2. Panah vertikal Yaitu belajar memberi pendapat secara rasional, yang bisa diterima oleh
akalberdasarkan bukti dan fakta yang ada.
Pikiran otomatis Tanggapa rasional
1. Dr. k mungkin berpikir saya adalah 1. Hanya karena Dr. k menunjukan
seorang ahli terapi yang buruk,”jika kesalahan saya itu bukan berarti bahwa
memang ia berpikir demikian, mengapa selanjutnya ia akan berpikir bahwa saya
harus mengecewakan saya ?” adalah seorang “ahli terapi” yang
buruk. Saya harus menanyakan kepada
hal yang sebenarnya dia pikirkan, tetapi
dalam beberapa kesempatan ia telah
memuji saya dan berkata bahwa saya
mempunyai bakat unggul.
2. Itu artinya bahwa saya memang 2. Seorang yang berpengalamanpun hanya
seorang terapis yang bodoh karena dia dapat menunjukkan kekuatan serta
seorang yang kelemahan spesifik saya sebagai
berpengalaman,”Andaikan saya seorang terapis. Setiap kali seseorang
memang seoarang ahli terapi yang member cap “buruk” pada saya, maka
buruk, lalu apa artinya bagiku?” semua itu hanya suatu pernyataan yang
terlalu global, merusak, dan tidak
terlalu berguna. Saya telah banyak
berhasil dengan kebanyakan pasien
saya, sehingga tidak benarlah saya
“buruk”, tidak peduli siapapun yang
mengatakannya.

G.Pelaksanaan Terapi Kogrnitif


Terapi kognitif terdiri atas sembilan sesi, yang masing-masing sesi dilaksanakansecara
terpisah. Setiap sesi berlangsung selama 30–40 menit dan membutuhkankonsentrasi tinggi
Yusuf, Fitriyasari dan Nihayati (2015).
1. Sesi I: Ungkap pikiran otomatis. Jelaskan tujuan terapi kognitif.
a. dentifikasi masalah dengan apa, di mana, kapan, siapa (what, where, when,who).
b. Diskusikan sumber masalah.
c. Diskusikan pikiran dan perasaan.
d. Catat pikiran otomatis dan klasifikasikan dalam distorsi kognitif.
2. Sesi II: Alasan.
a. Review kembali sesi I.
b. Diskusikan pikiran otomatis.
c. Tanyakan penyebabnya.
d. Beri respons atau tanggapan.
e. Tanyakan tindakan pasien.
f. Anjurkan menulis perasaan.
g. Beri rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien dibahas pada pertemuanberikutnya.
3. Sesi III: Tanggapan.
a. Diskusikan hasil tulisan pasien.
b. Dorong pasien untuk memberi pendapat.
c. Berikan umpan balik.
d. Dorong pasien untuk ungkapkan keinginan.
e. Beri persepsi/pandangan perawat terhadap keinginan tersebut.
f. Beri penguatan (reinforcement) positif.
g. Jelaskan metode tiga kolom.
h. Diskusikan cara menggunakan metode tiga kolom.
i. Rencana tindak lanjut, yaitu anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara
penyelesaiannya.
4. Sesi IV: Menuliskan
a. Tanyakan persaan pasien saat menuliskan rencana tindak lanjut pada sesi III.
b. Dorong pasien untuk mengomentari tulisan.
c. Beri respons/tanggapan dan umpan balik.
d. Anjurkan untuk menuliskan buku harian.
e. Rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien akan dibahas.
5. Sesi V: Penyelesaian masalah.
a. Diskusikan kembali prinsip teknik tiga kolom.
b. Tanyakan stresor/masalah baru dan cara penyelesaiannya.
c. Tanyakan kemampuan menanggapi pikiran otomatis negatif.
d. Berikan penguatan (reinforcement) positif.
e. Anjurkan menulis pikiran otomatis dan tanggapan rasional saat menghadapimasalah.
6. Sesi VI: Manfaat tanggapan.
a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan tanggapan rasional.
b. Berikan umpan balik.
c. Diskusikan manfaat tanggapan rasional.
d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah.
e. Tanyakan hambatan yang dialami.
f. Berikan persepsi/tanggapan perawat.
g. Anjurkan mengatasi sesuai kemampuan.
h. Berikan penguatan (reinforcement) positif.
7. Sesi VII: Ungkap hasil.
a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan terapi kognitif.
b. Beri reinforcement positif dan pendapat perawat.
c. Diskusikan manfaat yang dirasakan.
d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah.
e. Beri persepsi terhadap hambatan yang dihadapi.
f. Diskusikan hambatan yang dialami dan cara mengatasinya.
g. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan.
h. Berikan penguatan (reinforcement) positif.
8. Sesi VIII: Catatan harian.
a. Tanyakan apakah selalu mengisi buku harian.
b. Berikan penguatan (reinforcement) positif.
c. Diskusikan manfaat buku harian.
d. Anjurkan membuka buku harian bila menghadapi masalah yang sama.
e. Tanyakan kesulitan dan diskusikan cara penggunaan yang efektif.
9. Sesi IX: Sistem dukungan
a. Jelaskan keluarga tentang terapi kognitif.
b. Libatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang telah dimiliki pasien.
d. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menanggapi masalah pasien

BAB IV
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
A.SOP terapi kognitif: Menghentikan Pikiran
1. Menyampaikan salam.
2. Mengingatkan nama perawat.
3. Menegaskan kembali kontrak untuk terapi.
4. Menyampaikan tujuan terapi.
5. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi.
6. Menyiapkan kursi atau mengambil tempat.
7. Memberikan kesempatan pasien untuk BAK atau BAB (k/p).
8. Menanyakan keluhan utama atau memberi kesempatan pasien bertanya atau
menyampaikansesuatu (k/p tindak lanjuti sementara).
9. Menjelaskan prosedur terapi sekaligus memperagakan.
10. Membimbing pasien melakukan perasat :
a. Letakkan tubuh pasien dan semua anggota badan termasuk kepala (bersandar)
pada kursi senyaman mungkin.
b. Tutup mata.
c. Ambil nafas melalui hidung (secukupnya) tahan sebentar, keluarkan melalui
mulut perlahan – lahan (Lakukan sampai merasa tenang).
d. Minta pasien untuk menghadirkan pikiran – pikiran yang tidak menyenangkan
atau menyakitkan yang telah disepakati untuk dihentikan. (Diawali dari hal
positif– negatif atau menyenangkan – menyekitkan).
e. Pastikan pasien mampu menghadirkan (Perhatikan responnya).f.Minta pasien
untuk mengatakan pada dirinya “STOP!” (Dengan penuh kesungguhan).g.Buka
mata.
11. Tanyakan atau evaluasi respon pasien.
12. Kesimpulan dansupport(telah melakukan dengan baik dan mampu menerapkannya).
13. Memberikanfollow up, apa yang harus dilakukan selanjutnya. (Terapkan dalam
kehidupan sehari – hari apabila datang lagi pikiran seperti itu).
14. Salam teraupetik.
B.SOP Terapi Kognitif: Mengganti Pikiran
1. Menyampaikan salam
2. Mengingatkan nama perawat
3. Menegaskan kembali kontrsk untuk terapi termasuk alihan pikiran
4. Menyampaikan tujuan terapi
5. Menanyakan kesiapan klien untuk terapi
6. Menyiapkan kursi/mengambil tempat
7. Memberikan kesempatan klien untuk bak/bab (k/p)
8. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p tindak lanjuti
sementara)
9. Bersama klien merumuskan dan menetapkan alihsn pikiran
10. Menjelaskan prosedur sekaligus memperagakan
11. Membimbing klien melakukan perasat :
a. Letkkan tubuh dan semua anggota badn termasuk kepala (bersandar) pada kursi
senyaman mungkin
b. Tutup mata
c. Ambil nafas melalui hidung (secukupnya) tahan sebentar, keluarkan melalui
mulut perlahan – lahan. (lakukan ampai merasa tenang)
d. Mengambil pikiran negatif yang mengganggu
e. Pastikan klien mampu mengambil pikiran negatif, kemudian induksi klien agar ia
mampu memikirkan akibat negatif dan pikiran negative
f. Alihkan pikiran yang menyenangkan/positif/yang telah disepakati
g. Bantuinduksi klien agar mudah mengalihkan pikiran. Perintahkan klien untuk
mengatakan dengan mantap “alihkan pikiran” yang telah disepakati.
h. Buka mata
12. Tanyakan/evaluasi respon klien (perasaan klien sekarang)
13. Kesimpulan dan support
14. Memberikan follow up apa yang harus dilakukan selanjutnya (gunakan cara yang sama
ketika datang pikiran distorsi)
15. Salam terapeutik
C.SOP Terapi Kognitif: Penangkapan Pikiran
1. Menyampaikan salah
2. Perkenalan
3. Menyampaikan maksud pertemuan
4. Menyampaikan tujuan terapi
5. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
6. Memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p tindaklanjuti
sementara)
7. Menanyakan keluhan utama
8. Tanggapi secukupnya
9. Jelaskan, bagaimana kaitan antara pikiran-perasaan dengan prilaku (Prilaku yang ingin
dihilangkan)
10. Mintai respon klien akan penjelasan tersebut, khususnya kaitan antara perasaan-pikiran
dengan dirinya, over generalisasi, missal dst.
11. Bantu klien mengenali distorsi kognitifnya. Catat pada lembar/form yang tersedia.
(Distorsi kognitif mungkin lebih dari satu)
12. Sepakati distorsi kognitif yang akan diintervensi.
13. Mintai respon klien
14. Kesimpulan dan support
15. Memberikan follow up, untuk mengikuti tahap II
16. Kontrak untuk tahap II.
17. Salam
D.SOP Terapi Kognitif: Uji Realitas
1. Menyampaikan salam
2. Perkenalan
3. Menyampaikan maksud pertemuaan
4. Menyampaikan tujuan terapi
5. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
6. Memberi kesempatan pasien bertanya /menyampaikan sesuatu (K/P Tindak lanjuti
sementara )
7. Validasi distorsi kognitif yang telah disepakati untuk diintervensi
8. Tanyakan bukti bukti yang mendukung distorsi kognitif dan atau keuntungan apa
yangdidapatnya (gunakan UJi Form Realitas)
9. Hadirkan atau tanyakan bukti bukti yang melemahkan dan atau kerugian yang
didapatkannya.
10. Mintai respon klien(seberapa besar keyakinan yang masih dimilikinya )
11. Kesimpulan dan support
12. Memberikan follow up. Untuk mengikuti tahap III.
13. Kontrak untuk tahap III
14. Salam
E.SOP Terapi Kognitif: Guide Imagery
1. Menyampaikan salam.
2. Mengingatkan mana perawat.
3. Menegaskan maksud pertemuan.
4. Menyampaikan tujuan terapi.
5. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi.
6. Memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p tindak lanjuti
sementara)
7. Menanyakan keluhan utama
8. Tanggapi secukupnya
9. Atur posisi klien senyaman mungkin tersedia. (Duduk atau tiduran)
10. Perawat berada disamping klien.
11. Melakukan bimbingan:
a. Klien menutup mata.
b. Letakkan tubuh senyaman-nyamannya.
c. Periksa otot-otot klien dalam keadaan relaks.
d. Ambil nafas melalui hidung, tahan sebentar, dan keluarkan melalui mulut
perlahan-lahan (sesuai bimbingan)
e. Minta klien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau keindahan,
dan pastikan klien mampu melakukannya.
f. Kalau perlu tanyakan kepada klien, bila belum bias dan gagal.
g. Secara terbimbing perawat meminta klien untuk melakukan imaginasi sesuai
dengan ilustrasi yang dicontohkan perawat.
h. Biarkan klien menikmati imaginasinya.
i. Setelah terlihat adanya respon bahwa klien mampu, dan waktu dalam rentang 15-
30 menit, minta klien untuk membuka mata.
12. Mintai respon klien.
13. Kesimpulan dansupport.
14. Memberikanfollow up.
15. Kontrak (bila diperlukan)
16. Salam.
F.SOP Terapi Kognitif: Meditasi
1. Menyampaikan salam
2. Mengingatkan nama perawat
3. Menegaskan maksud pertemuan
4. Menyampaikan tujuan terapi
5. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
6. Memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p tindaklanjuti
sementara)
7. Menanyakan keluhan utama
8. Tanggapi secukupnya
9. Atur posisi klien senyaman mungkin tersedia.(Duduk atau tiduran)
10. Perawat berada disamping klien
11. Melakukan bimbingan:
a. Klien menutup mata
b. Letakkan tubuh senyaman-nyamannya
c. Periksa otot-otot klien dalam keadaan relaks
d. Ambil nafas melalui hidung, tahan sebentar, dan keluarkan melalui mulut
perlahan-lahan (sesuai bimbingan)
e. Minta klien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau keindahan,
dan pastikan klien mampu melakukannya.
f. Kalau perlu tanyakan kepada klien, bila belum bias dan gagal,Secara terbimbing
perawat meminta klien untuk melakukan imaginasi sesuai dengan ilustrasi yang
dicontohkan perawat.
g. Biarkan klien menikmati imaginasinyah.Setelah terlihat adanya respon bahwa
klien mampu, dan waktu dalam rentang 15-30 menit, minta klien untuk membuka
mata
12. Mintai respon klien
13. Kesimpulan dan support
14. Memberikan follow up
15. Kontrak (bila diperlukan)
16. Salam
BAB VI
PENUTUP
A.Kesimpulan
Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif,direktif dan
berjangkan waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalamkepribadian, misalnya
ansietas atau depresi. Terapi kognitif digunakan untukmengidentifikasi, memperbaiki gejala
perilaku yang malasuai, dan fungsi kognisi yangterhambat, yang mendasari aspek kognitif yang
ada. Terapis dengan pendekatan kognitifmengajarkan pasien atau klien agar berpikir lebih
realistik gejala yang berkelainan yangada.Beberapa teknik dalam terapi kognitif yaitu teknik
restrukturisasi kongnisi(restructuring cognitive), teknik penemuan fakta-fakta (questioning the
evidence), teknikpenemuan alternatif (examing alternatives), dekatastropik (decatastrophizing),
reframing,thought stopping, learning new behavior with modeling, membentuk pola
(shaping),token economy, role play, social skill training, anversion theraphy,
contingencycontracting.B.SaranSebagai mahasiswa dan calon tenaga medis kita mampu
menerapkan mekanismekoping dengan menggunakan terapi kognitif kepada klien sehingga
jumlah kasuspenderita gangguan jiwa di Indonesia dapat menurun.
DAFTAR PUSTAKA

Afiyah, Nor. 2016. Penerapan Terapi Kognitif Pada Klien Isolasi Sosial Di Rsjd
Dr.AminoGondohutomo Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.

Setyoadi, dkk. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada klien Psikogeriatrik.


Jakarta:Salemba Medika.

Yosep & Iyus. (2009).Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika Aditamam.

Yusuf, Fitriyasari dan Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: SalembaMedika

Anda mungkin juga menyukai