DOSEN PEMBIMBING :
SONI HENDRA
DISUSUN OLEH :
Kelompok 5
TANJUNGPINANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita tidak pernah tahu keadaan emergensi apa yang akan datang kepada kita,yang
kita bisa lakukan adalah memikirkan apa yang akan kita lakukan ketika
keadaanemergensi itu datang. Seperti kasus letusan gunung berapi di Jogjakarta pada
oktoberlalu, yang merupakan letusan terbesar dalam sattu abad belakangan ini,
banyak korbanyang berjatuhan, keadaan panik, dan akhirnya mahasiswa pun akan
diturunkan alamlapangan, untuk mennetukan prioritas mana korban yang harus
diselamatkanterlebihdahulu
Kata Triage berasal dari bahasa Prancis trier yang berarti memisahkan,
memilahdan memilih. Triase atau traige adalah proses seleksi korban untuk
menentukan prioritas penanganan bedasarkan pada kriteria tertentu, sedang
penanganan pra-rumahsakit adalah tahap penanganan yang dilakukan sebelum korban
mencapai rumah sakit.Berbeda dnegan fase pra-rumah sakit yang mengutamakan
tindakan resusitasi danstabilisasi, pada fase rumah sakit juga direncanakan
penanganan sampai tahap definitif.Ketiga proses tersebut, triase– penanganan pra-
rumah sakit – penanganan intra rumahsakit, merupakan proses yang berurutan,
sehingga memerlukan kesamaan konsep dankoordinasi yang baik dari para
petugasnya. Sesuai dengan situasi yang dihadapi dansumber daya yang tersedia, maka
proses triase dapat dilakukan dalam beberapa metode,yang kesemuanya berdasar
filosofi yang sama, yaitu memilih tindakan yang akanmemberikan manfaat bagi
kelompok terbesar korban. Walaupun demikian, setelahtriase dilakukan, prinsip-
prinsip penanganan korban sebagai individu tetap harusdijalankan. Penanganan pra-
rumah sakit meliputi penanganan di tempat kejadian danselama transportasi. Ditempat
kejadian, pertolongan dimulai dari tindakan penyelamatan (rescue) dan evakuasi
korban dari tempat kejadian, misalnya gedungyang runtuh, yang umumnya dilakukan
oleh petugas penyelamat dan bukan oleh petugas medis. Setelah itu baru dilakukan
proses triase oleh petugas medis, sebelumdilakukan tindakan lebih lanut. Jadi selain di
rumah sakit, triase juga dilakukanditempat kejadian, sehingga diperlukan kerja sama
yang baik antara petugas penyelamat dan petugas medis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Triage berasal dari kata Perancis yaitu “ Trier “ yang berarti membagi dalam 3
group. Pertama kala dikenalkan pada awal 1800-an yang ditujukan
untukmemprioritaskan pasien dan memberikan perawatan segera kepada korban yang
terluka parah.
Baron Dominique Jean Larrey, seorang ahli bedah pada pasukan Napoleon,
merancang suatu metode evaluasi dan kategorisasi yang cepat pada pasukan yang
terluka dimedan pertempuran dan kemudian mengevakuasi mereka secepatnya.
Pada tahun 1950-1960 triage digunakan diruang gawat darurat karena 2 alasan
yaitu: meningkatkan kunjungan, meningkatkan penggunaan untuk non urgen. Triase
merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi korban dengan
cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian di berikan prioritas untuk dirawat dan
di evakuasi ke fasilitas kesehatan.
Triage adalah suatu sistem seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien
yang tidak mendapatkan perawatan medis. Proses khusus memilah pasien berdasarkan
beratnya cedera atau penyakit : menentukan jenis perawatan gawat darurat serta
transportasi.
B. Tujuan Triage
Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan
lanjutan
Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat
C. Prinsip Triage
“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek mungkin), The
Right Patient, to The Right Place at The Right Time serta melakukan yang terbaik
untuk jumlah terbanyak” dengan seleksi korban berdasarkan :
Prioritas tertinggi
Prioritas kedua
Prioritas terendah
f. 4 (empat) Kategori Sistem Triage :
Prioritas tertinggi
Prioritas tinggi
Prioritas rendah
Meninggal
P1 P2 P3 P0
Keterangan:
P1 : Immediate
P2 : Urgent
P3 : Delayed
P0 : Dead
Biasanya diikat pada kaki penderita, Sulit mengubah kategori, tidak ideal
untuk triage dinamis
b. Cruciform label
P3
P1 P0
P2
Keuntungan :
Dapat dilipat sesuai prioritas yg diperlukan, cocok untuk triage yg dinamis
Kerugian : Lipatan harus rapi sehingga tidak membingungkan, mekanisme
lipat dapat membingungkan pengguna, tidak memungkinkan untuk
pemantauan pasien yg gerak.
c.Mettag
Gunakan kode warna sesuai dengan prioritas. Bagian bawah tag dapat
dirobek untuksituasi akut.
- Hijau (Walking Wounded) Prioritas 3
Korban dengan kondisi yang cukup ringan, korban dapat berjalan
- Kuning(Delay) - Prioritas 2
Setiap korban dengan kondisi cedera berat namun penanganannya
dapat ditunda.
- Merah (Immediate) Prioritas 1
Setiap korban dengan kondisi yang mengancam jiwanya dan dapat
mematikan dalam ukuran menit, harus ditangani dengan segera.
- Hitam(Dead and Dying)Prioritas 0 (mati)
Korban meninggal atau dalam kondisi yang sangat sulit untuk diberi
pertolongan.
G. Sistem klasifikasi Triahe dalam gambaran kasus
1. Prioritas 1 – Kasus Berat
- Perdarahan berat
- Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla
- Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat
- Fraktur terbuka dan fraktur compound
- Luka bakar > 30 % / Extensive Burn
- Shock tipe apapun
2. Prioritas 2 – Kasus Sedang
-Trauma thorax non asfiksia
-Fraktur tertutup pada tulang panjang
-Luka bakar terbatas
-Cedera pada bagian / jaringan lunak
3. Prioritas 3 – Kasus Ringan
-Minor injuries
-Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan
4. Prioritas 0 – Kasus Meninggal
-Tidak ada respon pada semua rangsangan
-Tidak ada respirasi spontan
-Tidak ada bukti aktivitas jantung
-Tidak ada respon pupil terhadap cahaya