Anda di halaman 1dari 15

TARI JAWA TIMUR LANJUTAN

TARI TOPENG PANJI ASMARABANGUN

Dosen Pengampu :

Dr. Setyo Yanuartuti, M.Si

Disusun oleh :

Rama Suluh Mustofa

20020134009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENDRATASIK

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jl. Lidah Wetan, Lidah Wetan, Kec. Lakarsantri, Kota Surabaya, Jawa
Timur 60123
Tahun Akademik 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Tari Topeng Panji Asmarabangun ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari dosen mata kuliah Tari Jawa Timur Etnis Lanjutan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Tari Topeng Panji
Asmarabangun bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Setyo Yanuartuti, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah Tari Jawa Timur Lanjutan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini berdasarkan data yang ada. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tuban, 22 Maret 2021

Rama Suluh Mustofa

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1. Latar Belakang..........................................................................................4

BAB 2......................................................................................................................7

PEMBAHASAN......................................................................................................7

2.1. Identifikasi Golongan Tari Topeng Panji Asmarabangun.........................7

2.2. Gerak Tari Topeng Panji Asmarabangun..................................................8

2.3. Struktur Topeng dan Busana...................................................................10

2.4. Musik Tari...............................................................................................12

2.5. Artistik.....................................................................................................13

BAB 3....................................................................................................................14

PENUTUP..............................................................................................................14

3.1. Kesimpulan..............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Cerita Panji ialah sebuah kumpulan cerita yang berasal dari Jawa
periode klasik, tepatnya dari era Kerajaan Kediri. Isinya adalah mengenai
kepahlawanan dan cinta yang berpusat pada dua orang tokoh utamanya, yaitu
Raden Inu Kertapati (atau Panji Asmarabangun) dan Dewi Sekartaji (atau
Galuh Candrakirana). Cerita ini mempunyai banyak versi, dan telah menyebar
di beberapa tempat di Nusantara (Jawa, Bali, Kalimantan, Malaysia,
Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Filipina). Cerita di dalam lakon Panji
berhubungan dengan tokoh-tokoh nyata dalam sejarah Jawa (terutama Jawa
Timur). Tokoh Panji Asmarabangun dihubungkan dengan Sri Kamesywara,
raja yang memerintah Kediri sekitar tahun 1180 hingga 1190-an. Permaisuri
raja ini memiliki nama Sri Kirana adalah puteri dari Jenggala, dan
dihubungkan dengan tokoh Candra Kirana. Selain itu ada pula tokoh seperti
Dewi Kilisuci yang konon adalah orang yang sama dengan Sanggramawijaya
Tunggadewi, puteri mahkota Airlangga yang menolak untuk naik tahta.
Panji dan Galuh diambil dari sejarah kerajaan Kediri pada tahun 1041,
dimana raja yang berkuasa saat itu sang Prabu Sri Erlangga yang telah lanjut
usia turun tahta. Tahta diberikan pada putra pertama yaitu Dewi Kilisuci,
namun ditolak karena memilih menjadi pertapa. Selanjutnya tahta diberikan
kepada adiknya yaitu Lembu Amiluhur dan Lembu Amerdadu. Untuk itu
kerajaan dipecah menjadi dua, Kerajaan Jenggala dengan ibukota Kahuripan
dan Rajanya Lembu Amiluhur, dan Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan
ibukota Dhahapura dan Rajanya Lembu Amerdadu. Raja Jenggolo
mempunyai Putra tiga orang yaitu Kudo Roso Wisrenggo (Raden Inu
Kertapati), Raden Panji Sastro Mirudho, dan Dewi Ragil Kuning. Di lain
pihak, Raja Panjalu memiliki tiga putra dari permaisuri (Mahadewi), yaitu
Dewi Sekartaji (Galuh Candra Kirana), Raden Gunung Sari (Raden Malaya
Kusuma), Raden Mindoro serta satu orang putra yaitu Galuh Ajeng dari

4
selirnya (Padukaliku). Untuk tetap menjalin persaudaraan, maka Raden Inu
Kertapati dijodohkan dengan Galuh Candra Kirana.
Akan tetapi kejadian buruk terjadi di Panjalu, dimana permaisuri
(Mahadewi) wafat dibunuh oleh selir (Padukaliku) yang ingin naik menjadi
permaisuri dan menjodohkan Galuh Ajeng dengan Inu Kertapati. Mendengar
itu, Raden kertapati ikut berdukacita dan menghibur kesedihan Dewi
Sekartaji dengan membuat Golekan kencana (boneka dari emas). Karena
mengetahui keadaan antara Galuh Candra Kirana dengan Galuh Ajeng, maka
dia membuat boneka sebanyak dua buah, yang satu dari emas dengan
pembungkus kain blaco dan satu lagi boneka perunggu dengan pembungkus
kain sutra. Boneka tersebut dikirim ke Panjalu, dan segera Galuh Ajeng
memilih yang berbungkus kain sutra. Dengan hati kecewa, Dewi Sekartaji
menerima boneka yang berbungkus kain blaco yang ternyata setelah dibuka
bonekanya terbuat dari emas. Di lain pihak Galuh Ajeng kecewa dan
berusaha merebut boneka Dewi Sekartaji. Perebutan itu terdengar oleh Prabu
Lembu Amerdadu yang kemudian mengusir Dewi Sekartaji yang tidak mau
menyerahkan bonekanya kepada Galuh Ajeng. Dewi Sekartaji kemudian
menemui budhenya yaitu Dewi Kilisuci yang menyarankan agar menyamar
menjadi Panji Semirang untuk mengamen di Kerajaan Jenggala agar dapat
bertemu Raden Inu Kertapati.
Setelah kepergian Dewi Sekartaji, perjodohan tetap berlanjut dimana
Raden Inu Kertapati dijodohkan dengan Galuh Ajeng. Begitu kecewanya
Raden Inu Kertapati, yang kemudian pergi untuk mencari Dewi Sekartaji
dengan mencari petunjuk pada Budhenya yaitu Dewi Kilisuci. Dewi Kilisuci
memberi petunjuk agar Raden Inu Kertapati menyamar menjadi Panji
Asmarabangun. Akhirnya keduanya yaitu Raden Panji Asmarabangun dan
Galuh Candra Kirana dapat bertemu dan menjadi suami-isteri. [ CITATION
Edy13 \l 1057 ]
Alasan saya tertarik untuk memilih Tari Topeng Panji Asmarabangun
yaitu yang pertama karena saya sendiri sebagai orang Jawa harus paham
mengenai cerita Panji. Kedua, sejarah ceritanya yang menarik untuk diulas,
karena di dalamnya mengisahkan sepasang kekasih yang tengah

5
memperjuangkan perasaan mereka. Yang terakhir adalah karena tarian itu
sendiri yang membuat saya tertarik dalam artian meliputi gerak, musik, tata
rias dan busana yang dikenakan membuat tarian tersebut menarik perhatian
saya.

6
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Identifikasi Golongan Tari Topeng Panji Asmarabangun


Setiap tarian pasti memiliki ciri atau makna khusus yang terkandung di
dalamnya tanpa harus dikatakan atau diucapkan secara verbal (lisan) karena
yang menjadi lisan dari sebuah tarian tersebut adalah gerak tubuh dari
seorang penari tersebut. Penggolongan dalam tarian dibedakan menjadi dua,
yaitu berdasarkan perkembangan dan jenis tari berdasarkan fungsinya.

No
Perkembangan Jenis Fungsi
.
1 Tari Topeng Panji Tari ini dipentaskan Tarian ini awalnya
Asmarabangun secara tunggal, berfungsi sebagai
merupakan tarian Karena tarian ini upacara ritual
kerakyatan atau mengisahkan satu tetapi seiring
Folklasik yang di mana tokoh, yaitu Panji perkembangan
muncul di beberapa Asmarabangun zaman tarian ini
daerah seperti Malang, sebagai tokoh sentral menjadi tarian
Surakarta, dan Cirebon dalam cerita Panji. hiburan dan sosial
walaupun, tarian ini komunal. Biasanya
sudah ada pada zaman tarian ini
kerajaan, Tari Topeng dipentaskan saat
Panji Asmarabangun hari jadi kota
tergolong Tari Kediri. [ CITATION
kerakyatan. Hal tersebut Mel16 \l 1057 ]
dikarenakan kisah dari
tarian ini menceritakan
tentang pengembaraan
Panji Asmarabangun
yang tengah mencari
calon istrinya (Dewi
Sekartaji) dengan

7
menyamar sebagai
seorang rakyat biasa.
Cerita tersebut
bersumber dari naskah
Jawa kuno, dengan
berbagai model
pengembangan yang
tersebar di seluruh
Nusantara.

2.2. Gerak Tari Topeng Panji Asmarabangun


Gerak tari merupakan salah satu unsur utama dalam sebuah tarian,
karena menurut M. Jazuli, “Tari adalah gerak-gerak tubuh yang selaras dan
seirama dengan bunyi musik yang dapat digunakan untuk mengungkapkan
maksud dan tujuan tertentu.” Berdasarkan pengertian tersebut, dalam sebuah
tarian memang mengandalkan gerak tubuh sebagai bentuk ekspresi diri dalam
menari, guna menyampaikan maksud dan tujuan tertentu melalui gerak-
gerakan yang timbul dalam sebuah tarian. Gerakan dalam tarian merupakan
salah satu gerak yang telah mengalami stilisasi atau distorsi. Stilisasi adalah
mengubah gerak wantah (gerak dalam kehidupan sehari – hari) menjadi gerak
maknawi (gerak tari yang penuh dengan makna), baik itu yang digayakan,
diubah, atau dirombak (distorsi). Hal tersebut terjadi karena dalam sebuah
seni tari mengandung unsur estetika, dengan kata lain gerak maknawi tersebut
merupakan gerak yang penuh dengan estetika (keindahan) akan makna.
[ CITATION Aru20 \l 1057 ]
Jika dilihat dari gerak tarinya, kebanyakan menggunakan gerak
perulangan dari karakter topeng pertama hingga topeng ketiga, namun dapat
dibedakan berdasarkan tenaga dan ruang dari setiap geraknya. Pada tarian ini,
terdapat susunan gerak tari Topeng Panji Asmarabangun yakni antara lain :
1. Tindak atau Nindak
a. Sikap gerak tindak atau nindak bisa dilakukan oleh kaki kiri atau kaki
kanan.

8
b. Kaki kiri berada di tempat dengan posisi kaki serong kiri dan kaki
dibuka sebesar 45 derajat dengan posisi agak mendak atau lutut ditekuk.
Lalu untuk kaki kanan berada di depan kaki kiri dengan jarak kira-kira
satu kepal dengan posisi yang sama yakni membuka selebar 45 derajat
2. Tindak Selancar
a. Pada gerakan kedua ini, dimulai dengan sikap adeg-adeg
b. Kaki kanan di angkat setinggi mata kaki
c. Lengan kiri ditekuk, lengan kanan lurus sepinggul dengan posisi tangan
nandang.
d. Pinggul gitek kiri
e. Kepala mengikuti kaki yang melangkah atau gegot satu ke arah kanan
3. Goleng
a. Gerakan ini dilakukan ke arah kiri dan kanan
b. Posisi kaki kiri ada di depan dengan arah serong kiri dan posisi kaki
kanan sama hanya saja kebalikannya dengan melangkah dua setengah
telapak kaki ke depan, lalu ke dua kaki rengkuh.
c. Selanjutnya, posisi lengan kiri berada di belakang pinggul dengan sikap
menolak pinggang, sedangkan lengan kanan di tekuk setengah
lingkaran dan telapak tangan menghadap ke wajah.
d. Terakhir, posisi badan serong menghadap telapak tangan dengan kepala
goleng ke arah kiri dan kanan.[ CITATION Kri18 \l 1057 ]
Tari Topeng Panji Asmarabangun ini memiliki gerak yang bercirikan
putra halus. Hal tersebut tercermin dari tanjakannya yang di mana posisinya
lutut dan pahanya tidak terlalu ke bawah, lain halnya dengan tari Topeng
Bapang Jayasentika yang di mana dalam melakukan tanjak lutut harus benar –
benar ke bawah dan posisi paha rata-rata air. Selain itu, gerakan ini terkesan
halus karena sikap lengannya yang diangkat tidak lebih dari 45 derajat.

9
Gambar 2.1 Visualisasi Gerak Tari Topeng Panji Asmarabangun

2.3. Struktur Topeng dan Busana


Tari Panji Asmarabangun merupakan salah satu tari yang menggunakan
topeng dalam pertunjukannya jadi tata rias pada tarian ini mengacu pada
karakteristik topeng itu sendiri. Berikut di bawah ini merupakan gambaran
mengenai bentuk dan makna dari tiap bagian topeng Panji Asmarabangun.

Gambar 2.2 Struktur Topeng Panji Asmarabangun

Dalam topeng Panji Asmarabangun, terbentuk hubungan antar elemen


yakni : 1) Mata dengan stilisasi gabahan, 2) Alis dengan stilisasi blarak
sineret, 3) Hidung dengan stilisasi pangotan, 4) Bibir dengan stilisasi dlima
mlethek, 5) Kumis dengan stilisasi kucing anjlog, 6) Jenggot dengan stilisasi
udan grimis, 7) Jambang dengan stilisasi ngembang juwet, 8) Rambut dengan
stilisasi mrapat jithok, 9) Urna dengan stilisasi kembang mlathi, 10) Hiasan

10
dahi dengan stilisasi pakis, 11) Jamang dengan stilisasi padma, 12) Cula
dengan teratai, 13) Sumping dengan stilisasi pundak mekar, 14) Isen-isen,
dan 15) Warna yang terdiri dari warna hijau, hitam, biru muda, kuning, merah
muda, dan merah. Maka, dapat disimpulkan bahwa topeng Panji
Asmarabangun tersebut menjelaskan tentang gambaran atau citra ideal sosok
pria Jawa yang memiliki tekad kuat, jujur, setia, dermawan, lapang dada
(nrima), berjiwa ksatria sekaligus seorang yang penyabar dan mampu
menjaga kehormatan dengan jalan menjauhkan diri dari segala perbuatan
yang menyimpang atau dosa.[ CITATION Rob15 \l 1057 ]

Busana disalurkan melalui bentuk, warna, dan karakter ragam hiasnya


mencitrakan karakter tokoh yang bersangkutan. Posisi tokoh sebagai tokoh
jahat atau baik, ditandai pertama kali dari struktur tata busananya. Pakaian
yang selalu dikenakan para pemain wayang topeng dan cenderung sama satu
denan lainnya, yaitu celana sebatas lutut atau yang sering kali disebut celana
panji, pola celana tersebut umumnya disebut dengan pola Panjen. [ CITATION
Rud14 \l 1057 ]

Selanjutnya, busana yang digunakan dalam pertunjukan tari Topeng


Panji Asmarabangun ini didominasi oleh warna hijau yang di mana dalam
kepercayaan masyarakat Jawa Kuno berarti sebagai lambang alam sekitar
dengan makna harapan hidup. Berikut di bawah ini merupakan busana dari
Tari Topeng Panji Asmarabangun :

1. Irah-irahan (Jamang)
Salah satu yang menjadi ciri khas setiap karakter atau tokoh dari wayang
Topeng Malangan adalah terletak pada irah-irahan (mahkota) yang
dikenakannya. Pada karakter Panji Asmarabangun, terlihat bahwa mahkota
atau yang digunakan berjenis jamang gelung.
2. Kelat bahu
Kelat bahu merupakan sejenis perhiasan gelang yang dikenakan di lengan
atas dekat bahu.
3. Stagen

11
Korset atau stagen berbentuk kain panjang yang dililitkan ke perut,
biasanya setiap penari menggunakannya sebagai pengikat jarik.

4. Celana ¾
Celana ini seperti merupakan celana pada umumnya, yang di mana
ukurannya hanya sampai bawah lutut. Celana 3/4 yang digunakan penari
berbeda dengan celana ¾ lainnya, karena celana yang digunakan penari
cenderung memiliki nilai estetika yang tinggi dengan adanya ragam hias
atau corak tertentu yang tergambar pada celana tersebut. Pada celana yang
digunakan oleh Panji Asmarabangun, bagian bawah dari celana tersebut
memiliki corak flora yaitu berbentuk bunga.
5. Rampak
Memiliki bentuk seperti celemek tetapi penggunaannya berada di pinggul
sampai paha saja. Tidak semua tarian menggunakan rampak, biasanya
kalau tidak ada rampak penari menggunakan kain jarik. Pada tarian ini,
rampak yang digunakan memiliki ragam hias flora, sama dengan celana ¾
yang digunakan yaitu berbentuk bunga.
6. Keris
Satu hal lagi yang menjadi ciri dari setiap pertunjukan tari Topeng Panji
Asmarabangun adalah adanya keris sebagai properti. Ternyata, adanya
keris pada tarian tersebut memiliki fungsi yaitu sebagai alat kebesaran
diraja.

2.4. Musik Tari


Pada tari Topeng Panji Asmarabangun, musik yang digunakan dalam
mengiringi tarian tersebut jenisnya adalah gending dengan menggunakan
seperangkat alat gamelan sebagai instrumen penyusunnya. Laras yang
digunakan dalam tarian ini adalah laras pelog dengan pola lancaran. Di dalam
pertunjukan Tari Topeng Panji Asmarabangun, kendhang menjadi penentu
gerak dan pola tari, sehingga kendhang dapat dijadikan patokan dalam
menghafal gerakannya. Selain bunyi dari instrumen gamelan, musik dari
tarian ini juga dilengkapi dengan kidungan, seperti contoh “Raden Panji...
Asmara...bangun...”.

12
2.5. Artistik
Dalam tarian ini terletak pada busana dan topeng yang dikenakan oleh penari
Panji Asmarabangun, seperti contoh topeng dan busana yang dikenakan
memiliki corak atau ragam hias tertentu, seperti ragam hias flora dan fauna.

13
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Cerita Panji ialah sebuah kumpulan cerita yang berasal dari Jawa
periode klasik, tepatnya dari era Kerajaan Kediri. Isinya adalah mengenai
kepahlawanan dan cinta yang berpusat pada dua orang tokoh utamanya, yaitu
Raden Inu Kertapati (atau Panji Asmarabangun) dan Dewi Sekartaji (atau
Galuh Candrakirana). Tari Topeng Panji Asmarabangun merupakan tarian
kerakyatan atau Folklasik yang di mana muncul di beberapa daerah seperti
Malang, Surakarta, dan Cirebon walaupun, tarian ini sudah ada pada zaman
kerajaan.
Tari Topeng Panji Asmarabangun tergolong Tari kerakyatan. Tari ini
dipentaskan secara tunggal, Karena tarian ini mengisahkan satu tokoh, yaitu
Panji Asmarabangun sebagai tokoh sentral dalam cerita Panji. Pada zaman
kerajaan, tarian ini berfungsi upacara ritual tetapi seiring perkembangan
zaman tarian ini menjadi tarian hiburan dan sosial komunal. Dalam tari topeng
Panji Asmarabangun, terdapat stilisasi pada geraknya yang memiliki beberapa
makna di balik gerakannya. Jika dilihat dari gerak tarinya, kebanyakan
menggunakan gerak perulangan dari karakter topeng pertama hingga topeng
ketiga, namun dapat dibedakan berdasarkan tenaga dan ruang dari setiap
geraknya. Pada tarian ini, hanya terdapat 3 ragam yaitu tindak/ nindak, tindak
selancar, goleng.
Busana yang digunakan pada tarian ini yaitu antara lain, 1) irah-irahan
(jamang); 2) kelat bahu; 3) stagen; 4) celana 3/4; 5) rampak; 6) Keris. Musik
disajikan dalam bentuk gamelan yang memiliki pola lancaran dengan
kendhang sebagai penentu gerak dan pola tarian. Letak artistik tarian ini yaitu
ada pada busana dan topeng yang dikenakan oleh penari Panji Asmarabangun,
seperti contoh topeng dan busana yang dikenakan memiliki corak atau ragam
hias tertentu, seperti ragam hias flora dan fauna.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hidajat, R. (2015). SIMBOLISASI TOKOH SENTRAL LAKON PANJI PADA


WAYANG TOPENG MALANG. 6-7.

Irawanto, R. (2014). Representasi Estetika Jawa dalam Struktur Ragam Hias Tari Topeng
Malangan. 284-285.

Krisdiantoro. (2018). SEJARAH SENI TARI PANJI ASMARABANGUN DI DESA


NGADILUWIH KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI.
Artikel Skripsi, 1-12.

Melany, & Nirwana, A. (2016). Kajian Estetik Topeng Malangan (Studi Kasus di
Sanggar Asmorobangun, Desa Kedungmonggo, Kec. Pakisaji, Kab. Malang). 6.

Putri, A. S. (2020, Januari 22). Seni Tari: Pengertian dan Gerak Tari. Diambil kembali
dari KOMPAS.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/22/200000069/seni-tari-pengertian-
dan-gerak-tari?page=all#:~:text=Gerak%20stilatif%20yaitu%20gerak
%20yang,pada%20bentuk%2Dbentuk%20yang%20indah.&text=Gerak
%20distorsif%20yaitu%20pengolahan%20gerak,merupakan%20sala

'S, E. (2013, Oktober 14). Tari Topeng Malangan - Panji Asmorobangun (Full). Diambil
kembali dari Edy 'S.

15

Anda mungkin juga menyukai