Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH MODERNISASI TERHADAP

SANDUR SANGGAR SENI NGRIPTO RARAS KABUPATEN


TUBAN
Rama Suluh Mustofa
Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Surabaya
E-mail : ramasuluh15@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh modernisasi terhadap
kesenian rakyat “Sandur” di desa Sukorejo, kecamatan Parengan, kabupaten Tuban.
Sandur merupakan salah satu teater tradisional berjenis kesenian rakyat yang hidup
dan berkembang di tengah masyarakat. Eksistensi dari kesenian ini bergantung pada
seberapa banyak penikmatnya, berbeda dengan zaman dahulu di mana pada awal
kemunculannya digunakan oleh kaum agraris sebagai acara ritual atau lebih
tepatnya digunakan untuk memuja Dewi Sri. Dalam pementasan SandSur, terdapat
empat tokoh utama yakni, Balong, Pethak, Cawik, dan Tangsil yang di mana jika
menganut pakem cerita seharusnya di mainkan oleh empat anak laki-laki yang
belum disunat dan belum mencapai masa akil balig. Selain itu, terdapat kelompok
musik yang mengiringi pertunjukan Sandur. Kelompok itu diberi nama “panjak
hore” yang dimainkan secara acapella menggunakan dua alat musik yaitu gong
bumbung yang terbuat dari bambu dan kendang ciblon. Terdapat interaksi dengan
Germo. Pada kesenian Sandur, Germo dapat diartikan sebagai sutradara sekaligus
berperan menjadi dalang dan pawang bagi para pemainnya yang mengalami trance
(kesurupan).

Kata Kunci: modernisasi, teater tradisional, Sandur, tuban

Effect Modernization on
Sandur Sanggar Seni Ngripto Raras Tuban Regency
Abstract
This study aims to show the influence of modernization on the folk art “Sandur” in Sukorejo
village, Parengan sub-district, Tuban regency. Sandur is a traditional theater type folk art
that lives and develops in the community. The existence of this art depends on how many
people enjoy it, in contrast to the ancient times where at the beginning of its appearance it
was used by agrarian people as a ritual event or more precisely used to worship Dewi Sri.
In the Sandur performance, there are four main characters, Balong, Pethak, Cawik, and
Tangsil, which if they adhere to the standard of the story, four boys who have not been
circumcised and have not reached puberty yet. In addition, there is a music group that
accompanies Sandur’s performance. The group was given the name “panjak hore” which
was played acapella using two instruments, namely gong bumbung made by bamboo and
kendang ciblon. There is an interaction with Germo. In the art of Sandur, Germo can be
interpreted as a director as well as the role of the puppeteer and handler for the players who
experience trance (trance).

Keywords: modernization, traditional theater, Sandur, Tuban.

1
PENDAHULUAN
Secara etimologi, modernisasi berasal Di era saat ini terjadi perubahan fungsi
dari bahasa latin yaitu “modo” yang berarti teater tradisional dari ritual menjadi hiburan.
akhir-akhir ini, dan “ernus” yang berarti Hal tersebut dapat dikarenakan pengaruh
waktu masa kini, serta mendapatkan tambahan modernisasi yang terus berkembang dan
“isasi” yang mengandung arti proses. Dapat mengubah pola pikir serta pandangan
disimpulkan bahwa modernisasi adalah segala masyarakat terhadap teater tradisional. Yang
proses perkembangan sikap, perilaku, dan semula menjadi suatu hal murni untuk acara
pola pikir masyarakat dari masa lalu hingga ke ritual, namun sekarang juga dapat menjadi
masa kini, yang mengakibatkan segala hiburan bagi khalayak umum. Selain itu,
perubahan aspek kehidupan masa kini. modernisasi juga mempengaruhi intensitas
Dampak dari modernisasi terhadap aspek pertunjukan dari teater tradisional yang di
budaya di Indonesia dapat dibilang memiliki mana pada saat ini banyak kebudayaan yang
pengaruh besar dalam perubahannya, seperti berasal dari luar negeri masuk dan menjajah
halnya seni teater tradisional. Indonesia. Dampak yang paling dirasakan saat
Kabupaten Tuban merupakan salah satu ini ada pada anak generasi milenial yang mana
kabupaten yang terletak di provinsi Jawa anak-anak tersebut tidak mengetahui identitas
Timur. Kabupaten ini merupakan salah satu kesenian tradisional dari daerahnya sendiri
kabupaten yang di mana terkenal juga dengan dan cenderung paham budaya asing atau luar
keseniannya baik itu rupa maupun seni negeri. Hal ini akan menimbulkan masalah
pertunjukan. Salah satu desa yang menjadi pada eksistensi teater tradisional di Indonesia.
desa wisata budaya di daerah kabupaten Salah satu teater tradisional yang
Tuban adalah desa Sukorejo. Desa ini terdampak oleh adanya modernisasi adalah
merupakan desa yang kental akan adat dan kesenian Sandur. Sandur adalah kesenian
istiadat. Terdapat kesenian yang berkembang tradisional yang berjenis kesenian rakyat, di
di dasa tersebut, di antaranya adalah kesenian mana berkembang di daerah Tuban. Sandur
Sandur, Wayang Krujil, dan Wayang Thengul. dapat dimaknai dengan Beksan Ngedhur
Teater tradisional dapat diartikan (menari tiada henti/ sampai pagi), Beksan
sebagai teater yang kental akan unsur tradisi Mundur (menari dengan berjalan mundur),
dan kedaerahan, baik itu dari bahasa, kostum, dan Sakwise Tandur (Sesudah Tanam). Dalam
instrumen dan tata artistiknya. Dalam sejarah ceritanya sendiri mencerminkan kehidupan
perkembangan awal, teater tradisional kaum agraris yang dapat dimaknai sebagai
digunakan sebagai sarana upacara ritual pemujaan terhadap Dewi Sri (Dewi Padi).
kepercayaan yang meliputi keagamaan dan Pada tahun 1960-an hingga 1970-an, kesenian
adat istiadat dalam tata cara kehidupan tersebut eksistensinya masih tinggi dan
bermasyarakat. Saat itu, wujudnya hanya Sandur biasanya dimainkan di hari tertentu.
memiliki unsur-unsur teater saja, sebelum Semisal terdapat hari jadi kota Tuban, hajatan,
menjadi bentuk yang utuh. Setelah dan khitanan. Jika ditinjau atau dimaknai lebih
melepaskan diri dari upacara, unsur-unsur mendalam, kesenian Sandur sebenarnya lebih
teater tersebut membentuk seni pertunjukan dalam di bandingkan dengan cerminan
yang lahir dari spontanitas rakyat. Munculnya kehidupan petani yaitu mengisahkan
teater tradisional pada tiap daerah sangat perjalanan manusia lahir ke dunia hingga ke
bervariasi bergantung dari kondisi dan sikap dalam kubur (mati), serta dapat dianalogikan
budaya masyarakat teater tradisional itu lahir. dalam urutan tembang macapat. Dalam

2
pementasan Sandur, terdapat empat tokoh kelompok musik yang mengiringi pertunjukan
utama yakni, Balong, Pethak, Cawik, dan Sandur. Kelompok itu diberi nama “panjak
Tangsil yang di mana jika menganut pakem hore” yang dimainkan secara acapella
cerita seharusnya di mainkan oleh empat anak menggunakan dua alat musik yaitu gong
laki-laki yang belum disunat dan belum bumbung yang terbuat dari bambu dan
mencapai masa akil balig. Hal itu dikarenakan kendang ciblon. Terdapat interaksi dengan
anak laki-laki yang belum akil balig dianggap Germo. Pada kesenian Sandur, Germo dapat
masih suji dan belum banyak dosa. Setiap diartikan sebagai sutradara sekaligus berperan
karakter tersebut memiliki perwatakannya menjadi dalang dan pawang bagi para
masing-masing berdasarkan gerak, tingkah pemainnya yang mengalami trance
laku, tata rias dan busana yang ada pada (kesurupan).
karakter tersebut. Selain itu, terdapat
Indonesia yang sering disebut sebagai acara
METODE PENELITIAN tujuh belasan. Selain itu, Sanggar Seni
Penelitian ini merupakan jenis Ngripto Raras, pernah membawa kesenian
penelitian kualitatif. Teknik yang digunakan Sandur pada acar Kirab Budaya di Provinsi
dalam penelitian artikel ini adalah Jawa Timur. Pada acara tersebut muncul
fungsionalisme struktural. Sumber data dalam sebuah gubahan atau inovasi baru yang di
penelitian ini adalah kepala kesenian Sandur mana mulanya Sandur dimainkan dalam
Sanggar Seni Ngripto Raras Tuban. Adapun panggung berjenis arena atau latar terbuka,
teknik pengumpulan data dilakukan dengan namun kali ini Sanggar Seni Ngripto Raras
cara purposive sampling, yaitu teknik dengan menyajikannya sambil berjalan. Berkat itu
memilih informan yang dianggap mengerti gubahan dan inovasi tersebut, Sandur Sanggar
dan memahami permasalahan yang diteliti. Seni Ngripto Raras mendapatkan masuk ke
Menurut Spradley ada lima kriteria dalam dalam nominasi 10 besar penyaji kreatif. Hal
memilih seorang informan yang baik, di tersebut dikarenakan fungsi dari Sandur
antaranya adalah, 1) enkulturasi penuh; 2) Sanggar Seni Ngripto Raras memang murni
keterlibatan langsung; 3) suasana budaya yang digunakan untuk acara hiburan saja, sehingga
tidak dikenal; 4) waktu yang cukup; dan 5) tidak ada unsur trance sama sekali. Lakon
non-analitis (Spradley, 1997:61). Teknik cerita atau tema yang digunakan dalam
pengumpulan data menggunakan tiga cara pementasannya di desa Sukorejo masih
yaitu wawancara mendalam, studi pustaka, menganut pakem ceritanya. Tetapi, dalam
dan dokumentasi. Data yang diperoleh di kasusnya terdapat hal yang berbeda pada
lapangan di analisis secara deskriptif analisis, kesenian Sandur yang disajikan oleh Sandur
artinya mendeskripsikan melalui rangkaian Sanggar Seni Ngripto Raras yaitu tergantung
kata-kata dan membentuk simpulan-simpulan. acaranya. Jikalau itu untuk hajatan, maka
lakon ceritanya menganut pada pakemnya,
HASIL DAN PEMBAHASAN sehingga struktur pertunjukannya runtut dari
Bentuk Sandur Sanggar Seni Ngripto awal hingga akhir. Sedangkan, jika dikemas
Raras dalam acara seperti PERTURA (Pertunjukan
Sanggar Seni Ngripto Raras tergolong Rakyat) dari KOMINFO, lakon cerita yang
sanggar yang aktif dalam mementaskan dibawakan tidak menganut pada pakemnya.
kesenian Sandur pada hari-hari besar, tidak Lalu, Sandur di Sanggar Seni Ngripto Raras
hanya pada hari jadi Kota Tuban atau acara ini terdapat pemain perempuan yang dirias
hajatan, melainkan dipentaskan juga dalam sedemikian rupa menyerupai laki-laki untuk
acara memperingati hari kemerdekaan memainkan salah satu dari empat tokoh utama

3
dalam pertunjukan Sandur atau dengan kata Mbakar Dupa
lain tidak mengharuskan pemain anak laki- Sebelum acara Sandur dimulai, hal
laki yang belum disunat. Ada juga fenomena pertama yang dilakukan oleh para pemain
di Sandur Bojonegoro terdapat jaran kepang Sandur adalah membakar dupa atau upet di
(kuda kepang), tetapi di Sandur Tuban, pojok lor etan (timur laut) oleh Juru Kunci.
khususnya di Sanggar Seni Ngripto Raras Hal tersebut bertujuan untuk memberikan
tidak ada. Selain itu, ditiadakannya atraksi penghormatan kepada roh nenek moyang yang
Kalongking yang di mana atraksi tersebut telah meninggalkan kebudayaan dengan
seharusnya muncul di bagian akhir begitu Sandur di desa Sukorejo ini masih
pertunjukkan Sandur. Kasus-kasus tersebut terdapat unsur ritualnya.
muncul karena adanya penerimaan sebuah
kebaharuan baik dari generasi lama maupun Kembang-Kembangan
yang muda atau dengan kata lain lintas Setelah mbakar dupa, selanjutnya
generasi menyepakati adanya perubahan pada adalah Panjak Hore melantunkan atau
kesenian Sandur. menyanyikan tembang yang diberi nama
kembang-kembangan. Di sini yang dimaksud
dengan kembang-kembangan adalah tembang
yang namanya diambil dari bunga-bunga yang
ada di Jawa. Seperti halnya kembang ketupuk
adalah jenis kembang yang pertama kali
dilantunkan, karena kembang ketupuk
bermakna mengajak semua untuk nglumpuk
(berkumpul) baik itu pemain ataupun
penonton. Kembang tersebut memang ada dan
Gambar 1 : Bentuk Pertunjukan Kesenian saat ini spesiesnya mengalami kepunahan,
Sandur Sanggar Seni Ngripto Raras sehingga susah untuk ditemukan. Tetapi
(Doc. Rama Suluh Mustofa, 2021) perwujudan atau bentuk kembang ketupuk
hampir sama dengan putri malu hanya saja
Struktur Pertunjukan Sandur Sanggar bunganya berwarna kuning dan bergerombol
Seni Ngripta Raras di dahannya. Selanjutnya, dilanjutkan oleh
Sumardjo (2001, hlm. 6) kembangan lain seperti kembang duren
mengungkapkan Seni pertunjukan berbeda (bunga durian), kembang jagung (bunga
dengan cabang-cabang seni lain, seni jagung), kembang ontong (bunga pisang), dan
pertunjukan bukanlah seni yang membenda. lainnya.
Sebuah seni pertunjukan dimulai dan selesai
dalam waktu tertentu dan tempat tertentu pula, Paés (rias)
sesudah itu tak ada lagi wujud seni Keempat tokoh utama dalam cerita
pertunjukan. Setiap pertunjukan kesenian Sandur, yaitu Balong, Pethak, Cawik, dan
Sandur di berbagai daerah terdapat bagian Tangsil sedang melakukan Paés atau rias diri
pembukaan, isi, dan penutup. Tetapi, uniknya seperti halnya sedang mengalis, memasang
di berbagai daerah pertunjukan Sandur jompong, memakai irah-irahan dan aksesoris
mempunyai struktur yang berbeda tergantung lainnya. Pada saat itu juga, tembang kembang-
perkembangan daerah tersebut. Berikut kembangan masih dilantunkan karena
merupakan strukturnya. tujuannya adalah untuk nyandra
(mengucapkan atau menarasikan suatu
Bagian Pembukaan keadaan atau adegan tertentu baik yang

4
sedang, akan, dan sudah terjadi dari sebuah tidak diinginkan baik dari kelompok Panjak
lakon yang tengah dimainkan). Hore maupun pemain Sandur serta
penontonnya. Mantra yang diucapkan diawali
Tutup Kudung (Menutup Kerudung) dengan kalimat sebagai berikut :
Kudung yang dimaksud di sini adalah
kain jarik. Secara etimologis, kata jarik
diambil dari bahasa Jawa yaitu “aja gampang “Assalamu’alaikum warahmatullahi
sirik” yaitu jangan mudah iri hati. Kain wabarakatuh. Derek-derek jajar
tersebut merupakan kain khas Indonesia yang pinarak mriki seda...ya (penonton dan
sangat melekat pada kehidupan masyarakat Panjak Hore menyahut) ... nggih.
Jawa, terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah. Derek kula sak njawine kentheng, sak
Jarik sendiri adalah sebuah sebutan untuk lebetipun kentheng mboten wonten
kain khas Jawa yang mempunyai motif batik inkang kula westani ugi, sedaya ugi
dengan berbagai corak. Ketika memakai jarik, kawula westa...ni nggih. Kula bade
seseorang akan berjalan dengan hati-hati. Di mretelakaken lare angen sesanduran,
pertunjukan Sandur sendiri ketika memakai yen rina gumelar ing teba, yen sore
kain jarik sebagai kerudung pun mereka jejogedan ing tengahing la... tar...
berjalan dengan hati-hati. Seperti pada saat uji nggih. Derek kula sampun nglepak
yaitu berjalan mengelilingi arena searah jarum karsa ngedegaken tratag lelambat,
jam yang dipandu oleh Tukang Oncor atau tarub agung, nala binatura... ta...
pembawa obor bersamaan dengan Panjak nggih. Sampun ndadeg tratag, kersa
Hore melantunkan syair “oela ala surak... obong-obong menyan ma... du...
hore... hore...” namun, di Sanggar Seni nggih.”
Ngripto Raras tidak memerlukan Tukang
Oncor. Adegan tutup kudung ini jika dikaitkan Terjemahan dalam bahasa Indonesia :
dengan pertanian, maka sama halnya dengan
babat alas atau pembersihan lahan. Namun, “Assalamu’alaikum warahmatullahi
jika dikaitkan dengan proses kehidupan, maka wabarakatuh. Saudara-saudara yang
menggambarkan seseorang masih dalam berjajar duduk di sini semu...a
kandungan atau rahim ibunya. Pada tahapan (penonton dan Panjak Hore
ini dapat disamakan dengan salah satu menyahut) ...iya. Saudara-saudara
tembang macapat yaitu tembang yang duduk di luar tali, saudaraku
maskumambang. yang di dalam tali, tidak saya sebut
satu per... satu... iya. Saya akan
Tanduk (Membacakan Doa) menjelaskan ada anak penggembala
Doa berasal dari bahasa Arab yang bermain Sandur, kalau siang mereka
terdiri dari dua akar kata, daa yadu dua’an wa kerja di ladang, di waktu sore bermain-
da’watan, yang berarti menyeru, memanggil, main di hala... man... iya. Saudara-
mengajak memohon, minta tolong, saudaraku sudah berkumpul semua
menanamkan dan mengundang atau menjamu akan mendirikan pentas, tenda yang
(Munawir, 1984:406). Dalam perspektif orang besar dan din... dag, iya... setelah
Jawa, tanduk merupakan mantra yang tenda berdiri akan membakar menyan
diucapkan oleh seorang Juru Kunci atau ma.... du... iya.”
Tukang Kandut dengan tujuan meminta
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar selama Setelah itu, Juru Kunci/ Tukang Kandut
pertunjukan berlangsung tidak ada hal yang membacakan mantra kepada keempat tokoh

5
utama Sandur yang berguna sebagai tolak dadi... lelo lelolelo olalelalolalo hooo... roto
bala. uci.”

Mbukak Kudung (Membuka Kerudung) Bagian Isi


Setelah tanduk, maka selanjutnya Lakon Cerita
adalah adegan mbukak kudung (membuka Teater tradisional merupakan salah satu
kerudung/ jarik). Biasanya pada tahapan ini cabang seni dari seni Drama. Nurhayati
para tokoh utama sudah berada dalam arena (2019 : 161) berpendapat bahwa drama adalah
pertunjukan dan bersiap untuk memainkan lakon atau cerita suatu kisah kehidupan dalam
lakon cerita Sandur dengan ditandai syair dialog dan lakuan tokoh yang berisi konflik.
“lolale lalo...” maka, para tokoh tersebut Seni Sandur menceritakan perjalanan anak
berhenti dan duduk menghadap ke arah Timur petani yang melarat/ miskin yang mencari
Laut. Setelah mbukak kudung, Juru Kunci pekerjaan seperti besik, ngrakal, ngluku,
membacakan mantra sekali lagi pada keempat undoh-undoh layaknya pekerjaan anak
tokoh dengan tujuan meminta agar pedesaan yang penuh dengan perjuangan
pertunjukan Sandur berjalan dengan lancar hidup dalam kondisi apa pun. Kesenian ini
dan mendapatkan kekuatan oleh Mbok Sri juga terdapat konflik, di mana Pethak ini
Widodari atau Dewi Sri. Filosofi dari mbukak sedang mencari pekerjaan atau dalam tahapan
kerudung memiliki dua makna yaitu dari segi ceritanya dinamakan golek ngengeran.
pertanian tergolong tahapan ndaud yang Berikut merupakan beberapa cuplikan dialog
bermakna mengambil biji padi yang siap di tokoh Pethak dengan Balong.
tanam. Sedangkan dari segi kehidupan
manusia, adalah simbol kelahiran manusia di Balong : “Cung-cung, kowe bocah
dunia. Kelahiran manusia di dunia juga dapat ngendi, cung? Nangis
disamakan dengan tembang mijil. gola-golek adoh kulon lor
adoh kidul?”
Blendrong atau Uci Pethak : “Kula mboten dongko
Pada pertunjukan Sandur, tahapan ini mboten kabur kanginan
merupakan tahapan di mana keempat tokoh sak tibo-tibo kula, Kang.”
utama berjalan mengelilingi arena dan Panjak Balong : “Sing mbuk sejo opo,
Hore sebanyak tiga kali searah jarum jam. Cung?”
Ada pula urutan barisan dalam melakukan Pethak : “Pados perdamelan, Kang.”
blendrong ini yaitu yang paling depan adalah Balong : “Kowe yo kuwat gawene,
tokoh Balong yang berjalan secara mundur, Cung?”
sedangkan ketiga tokoh lainnya yaitu Pethak, Pethak : “Nopo gawe njenengan,
Cawik, dan Tangsil berjalan biasa layaknya Kang?”
orang biasa sedang berjalan, namun tetap Balong : “Umume wong tani, Cung.”
dilakukan dengan sedikit gerakan yang Pethak : “Enggeh, Kang. Enggeh.
mengandung unsur tarian. Dalam Sandur, Nopo gawene kula sak
tarian yang digunakan tidak memiliki pakem niki, Kang?”
tertentu. Bentuk tariannya merupakan gerak- Balong : “Madik, Cung.”
gerak sederhana dan tergantung pemeran yang Pethak : “Enggeh, Kang. Enggeh.”
memainkan tokoh-tokoh tersebut. Biasanya
saat blendrong, Panjak Hore melantunkan Setelah itu Pethak berangkat
syair “uci ala uci... nandur kacang wohe melakukan pekerjaannya yaitu madik dengan
diiringi oleh Panjak Hore.

6
Karakteristik Tokoh Sandur Sanggar Seni
Balong : “Wes bar cung nek madik?” Ngripto Raras dalam Kehidupan
Pethak : “uwes, Kang.” Pusat Bahasa Depdiknas (2008: 682)
Balong : “Oleh pirang bahu, Cung?” menyebutkan bahwa pengertian karakter
Pethak : “Karo tengah bahu digarap adalah bawaan dari hati, jiwa, budi pekerti,
wong loro.” kepribadian, sifat, tabiat, personalitas, dan
Balong : “Ayo disedikno wong loro watak. Berkarakter bisa pula ditafsirkan
cung.” sebagai kepribadian, bersifat, berperilaku,
Pethak : “Enggeh, Kang. Enggeh. berwatak, dan bertabiat. Terdapat empat tokoh
Sampean manggon ndisik utama dalam pementasan Seni Sandur di
kang.” Sanggar Seni Ngripto Raras, berikut
Balong : “Iyo, Cung..” merupakan nama tokoh dan karakteristiknya.

Dialog di atas adalah dialog yang sesuai


dengan pakemnya, sehingga para penonton Nama
Karakteristik
yang sudah terbiasa menonton Sandur dapat Tokoh
mudah mengerti alur pertunjukannya. Bahasa Duda, kaya raya, baik hati,
Balong
yang digunakan dalam pertunjukan Sandur di menyukai kehidupan glamour
Sanggar Seni Ngripto Raras merupakan Perjaka, Pengangguran, Lugu,
Pethak
bahasa Jawa ngoko yang dicampur dengan Giat bekerja
bahasa Jawa krama inggil. Perempuan, seorang sindir (penari
Cawik tayub) yang cantik dan lemah
Bagian Penutup lembut.
Kalongking Tangsi Tua, kaya raya, tetapi sederhana,
Pada akhir acara Sandur, diperlihatkan l dan gecul (lucu)
Tabel 1: Karakteristik Tokoh Utama Sandur
salah satu pemain Sandur yang bukan tokoh
utama dalam lakon, melepas baju dan
Karakteristik keempat tokoh utama
memanjat salah satu bambu dari dua bambu
dalam pertunjukan Sandur dapat dikatakan
yang dihubungkan oleh seutas tali tampar.
memiliki kesamaan dengan sifat manusia di
Setelah berhasil naik ke atas dan berada di
dunia nyata. Ada yang hartanya melimpah dan
tengah tali, pria tersebut terlihat seperti menari
menyukai hidup glamour seperti halnya tokoh
dan beratraksi dalam keadaan kerasukan roh
Balong. Ada yang memiliki sifat
Kalong (kelelawar besar). Lalu, di tengah-
pengangguran tetapi pantang menyerah dalam
tengah adegan, pria yang dirasuki melempar
mencari pekerjaan maupun kesempatan
lepat atau ketupat kepada penonton. Penonton
seperti tokoh Pethak. Ada juga perwujudan
yang berhasil menangkap kupat tersebut,
tokoh Cawik, seperti wanita pada umumnya
maka dia akan diberi keberkahan dan
yang memiliki sifat lemah lembut, berparas
keberuntungan. Di Sanggar Seni Ngripto
cantik serta pandai menari. Tokoh terakhir
Raras, adegan tersebut pernah dilakukan.
adalah Tangsil, di mana ia sudah berumur tua
Tetapi, karena roh dari Kalong tersebut susah
dan bergelimang harta tetapi masih suka
untuk dikendalikan dan sering keluar dari
berbuat jenaka, maka dari itu gerak tari tokoh
arena pertunjukan, maka adegan tersebut
Tangsil yang paling kontras di antara semua
ditiadakan agar tidak terjadi hal yang tidak
tokoh.
diinginkan nantinya.

7
Tata Rias dan Busana Tokoh Utama terop lenga berw Stagen,
Sandur Sandur Sanggar Ngripto Raras ong n arna Apek
Tata rias menurut Yayat Nusantara, panja hita timang,
(2007: 61), ialah seni merawat dan ng m, Kalung
mempercantik tubuh termasuk pakaian dalam jarik kace,
dan aksesoris yang dikenakan. Sedangkan, leren Sumpin
busana sendiri menurut Kamus Besar Bahasa g g,
Indonesia (KBBI) berarti pakaian atau baju. Sampur
Istilah busana berasal dari bahasa Sanskerta Kulu Baju Cela Stagen,
yaitu “bhusana”. Dalam pertunjukan teater k/ kuni na Apek
tradisional pasti membutuhkan tata rias dan terop ng berw timang,
busana, walaupun tata rias yang digunakan ong lenga arna Kalung
hanya seadanya dan busana yang dikenakan Cawik n hita kace,
seusai dengan karakteristik tokoh yang panja m, Sumpin
diperankan. Dalam pertunjukan Sandur, setiap ng, jarik g,
tokoh memiliki karakteristik tata rias dan leren Sampur
busananya masing-masing. Berikut g
merupakan visualisasi dan penjelasannya tata Topi Baju Cela Stagen,
rias Sandur. putih na Apek
Sandur menggunakan rias karakter lenga panj timang,
sesuai dengan peran yang dimainkan. Jenis- n en Kalung
jenis kosmetik yang digunakan antara lain, 1) panja berw kace,
bedak; 2) lipstik; 3) pemerah pipi (blush on); Tangsil ng, arna Sumpin
4) pensil alis; 5) pemulas mata; dan 6) body Rom hita g,
painting. Selain tata rias, juga terdapat pi m, Sampur
beberapa macam busana dan aksesoris yang dan jarik
dikenakan oleh keempat tokoh utama dalam dasi leren
cerita, yaitu meliputi Jamang, stagen, baju, g
celana, aksesoris, dan sampur. Berikut Tabel 2 : Busana dan Aksesoris Tokoh Balong,
Pethak, Cawik, dan Tangsil
merupakan penggolongannya:
Setiap tata rias dan busana yang
Busana dan Aksesoris
Nama divisualisasikan oleh keempat tokoh utama
Jam Cela Aksesor
Tokoh Baju dalam Sandur merupakan cerminan dari
ang na is
Kulu Baju Cela Kacamat karakteristiknya. Menurut saya fungsi dari tata
k/ putih na a Hitam, rias dan busana dalam seni pertunjukan adalah
terop lenga berw Stagen, untuk menegaskan karakter tokoh yang
ong n arna Apek dibawakan sehingga tampak seperti tokoh
panja hita timang, yang digambarkan dalam ceritanya.
Balong Sedangkan, untuk Panjak Hore, Tukang
ng m, Kalung
jarik kace, Tanduk, dan Germo biasanya identik memakai
leren Sumpin baju warna hitam dengan memakai ikat kepala
g g, berupa udeng Jawa atau juga dapat
sampur menggunakan songkok/ peci, dan memakai
Pethak Kulu Baju Cela Kacamat baju hitam, serta celana komprang/ sarung.
k/ putih na a Hitam,

8
Musik dalam Kesenian Sandur Sanggar
Ngripto Raras
Jamalus (1998:1) mengungkapkan
pengertian seni musik adalah suatu yang
membuahkan hasil karya seni, berupa bunyi
berbentuk lagu atau komposisi yang
mengungkapkan pikiran serta perasaan
penciptanya lewat unsur-unsur pokok musik, Gambar 2 : Panjak Hore Kesenian Sandur
yakni irama, melodi, harmoni, serta bentuk Sanggar Seni Ngripto Raras
atau susunan lagu dan ekspresi sebagai satu (Doc. Rama Suluh Mustofa, 2021)
kesatuan. Dalam seni pertunjukan Sandur,
musik atau instrumen yang digunakan tidak Modernisasi dalam Sandur Sanggar Seni
berubah dari dahulu hingga sekarang hanya Ngripto Raras
dua yaitu gong bumbung dan kendang ciblon Zaman sudah berubah seiring
selebihnya menggunakan instrumen vokal berjalannya waktu membuat kesenian daerah
dengan teknik bernyanyi acapella oleh setempat mulai hilang dari peradaban. Tetapi
Panjak Hore. Alat musik gong bumbung kesenian Sandur sampai saat ini masih dapat
merupakan alat musik yang di mana terbuat berkembang di tengah-tengah maraknya
dari bambu Jawa yang sudah di bentuk, kesenian yang lebih modern. Dalam
diukur, dan dilubangi sedemikian rupa hingga wawancara yang saya lakukan, saya sempat
membentuk gong bumbung. di mana bertanya mengenai alasan orang-orang saat ini
memainkannya dengan cara ditiup, dengan lebih menyukai dan menikmati karya seni dari
syarat bambu tersebut harus terisi sedikit air. luar negeri atau asing daripada karya seni
Sedangkan untuk kendang ciblon sendiri negara atau bangsanya sendiri. Dalam
merupakan alat musik ritmis yang dimainkan wawancara tersebut Eko Hardoyo selaku
dengan cara ditabuh/ dipukul. Kendang Ketua Sanggar Seni Ngripto Raras dan
ciblon juga memiliki nama lain yaitu kendang narasumber, mengemukakan bahwa mindset
batangan karena kendang ini memiliki ukuran atau pola pikir orang-orang saat ini
tabung yang disesuaikan untuk memperoleh mengatakan bahwa kesenian tradisional itu
nada tinggi. Fungsi dari kendang ciblon yaitu kuno, namun jika ditelisik lebih dalam
untuk mengiringi gerakan tari tokoh-tokoh padahal kesenian tersebut merupakan salah
Sandur. satu pusaka budaya daerah setempat yang
Selain dua alat musik tersebut, acapella dapat menjadikan daerah tersebut memiliki
dari Panjak Hore juga dapat menambah ciri khas dalam hal kebudayaan. Dalam
suasana agar pertunjukannya tidak terkesan kacamata pendidikan, masih beberapa sekolah
monoton. Di awal pertunjukan Panjak Hore seperti SMA Negeri 1 Parengan yang
melantunkan kembang-kembangan yang menjejalkan kesenian daerah setempat
diawali dengan kembang ketupuk. khususnya Sandur ke dalam materi pelajaran
Selanjutnya, di tengah-tengah pertunjukan Seni Budaya. Menurut saya, hal tersebut perlu
Panjak Hore melakukan senggakan yang adanya penggalakan kepada generasi-generasi
jenaka sehingga suasana menjadi lebih seru muda/ generasi milenial khususnya para
dan meriah dan berakhir oleh kembang duren. pelajar. Sehingga nantinya, para pelajar
tersebut dapat mengenal dan melestarikan
kesenian daerahnya hingga kancah global dan
mengalahkan eksistensi dari kesenian lain.
Upaya tersebut memang perlu ruang, waktu,

9
dan tenaga serta kerja sama baik dari beberapa macam busana dan aksesoris yang
lingkungan sekolah, masyarakat, dan dikenakan oleh keempat tokoh utama dalam
pemerintah. cerita, yaitu meliputi Jamang, stagen, baju,
celana, aksesoris, dan sampur. Sedangkan,
PENUTUP untuk Panjak Hore, Tukang Tanduk, dan
Kesimpulan Germo biasanya identik memakai baju warna
Sandur adalah kesenian tradisional hitam dengan memakai ikat kepala berupa
yang berjenis kesenian rakyat, di mana udeng Jawa atau juga dapat menggunakan
berkembang di daerah Tuban. Sandur dapat songkok/ peci, dan memakai baju hitam, serta
dimaknai dengan Beksan Ngedhur (menari celana komprang/ sarung. Dalam seni
tiada henti/ sampai pagi), Beksan Mundur pertunjukan Sandur, musik atau instrumen
(menari dengan berjalan mundur), dan yang digunakan tidak berubah dari dahulu
Sakwise Tandur (Sesudah Tanam). Dalam hingga sekarang hanya dua yaitu gong
ceritanya sendiri mencerminkan kehidupan bumbung dan kendang ciblon selebihnya
kaum agraris yang dapat dimaknai sebagai menggunakan instrumen vokal dengan teknik
pemujaan terhadap Dewi Sri (Dewi Padi). bernyanyi acapella oleh Panjak Hore.
Bentuk Sandur Sanggar Seni Ngripto
Raras saat ini telah terpengaruh modernisasi DAFTAR PUSTAKA
yaitu terdapat beberapa perbedaan dalam Haryanti, G. M. T. (2020). Bentuk dan Fungsi
pertunjukannya seperti tidak adanya Tukang Sandur di Desa Sukorejo Kecamatan
Oncor, kalongkingan, jaran kepang dan Parengan Kabupaten Tuban. ISI
terdapat inovasi dalam penyajiannya. Struktur Sukarakarta, 19(2), 125-141.
dalam pertunjukan Sandur Sanggar Seni
Ngripto Raras meliputi, 1) mbakar dupa; 2) Waras, A. R. B. (2016). Makna Kesenian
kembang-kembangan; 3) paés; 4) tutup Sandur Ronggo Budoyo Bagi
kudung; 5) tanduk; 6) mbukak kudung; 7) Masyarakat Tuban. Universitas
blendrong; 8) lakon cerita. Airlangga, V(3), 374-386.
Setiap tokoh dalam Sandur memiliki
karakteristiknya masing-masing seperti yang Tutuko, dkk. (2012). Sasandur Sebagai Karya
hartanya melimpah dan menyukai hidup Seni Pertunjukan Wisata Kota
glamour seperti halnya tokoh Balong. Ada Surabaya. Jurnal Seni Pertunjukan.
yang memiliki sifat pengangguran tetapi Universitas Negeri Surabaya, 11-25.
pantang menyerah dalam mencari pekerjaan
maupun kesempatan seperti tokoh Pethak. Bahri, A. S.. (2015). Pertunjukan Kesenian
Ada juga perwujudan tokoh Cawik, seperti Ebeg Grup Muncul Jaya Pada Acara
wanita pada umumnya yang memiliki sifat Khitanan di Kabupaten Pangandaran.
lemah lembut, berparas cantik serta pandai Universitas Pendidikan Inodnesia, 8.
menari. Tokoh terakhir adalah Tangsil, di
mana ia sudah berumur tua dan bergelimang __________. (1984). Strategi Dakwah Islam
harta tetapi masih suka berbuat jenaka. di Tengah Tradisi Kejawen dan
Sandur menggunakan rias karakter Masyarakat Multiagama, 406.
sesuai dengan peran yang dimainkan. Jenis-
jenis kosmetik yang digunakan antara lain, 1) Marzuki. (2012). Pendidikan Karakter dan
bedak; 2) lipstik; 3) pemerah pipi (blush on); Pengintegrasiannya dalam
4) pensil alis; 5) pemulas mata; dan 6) body Pembelajaran. STAI Negeri Kediri, 2-
painting. Selain tata rias, juga terdapat 3.

10
Herfidiyanti, N. M. (2014). Seni Sandur
Ronggo Budoyo. e-Journal Pendidikan
Sejarah. Universitas Negeri Surabaya,
2(3), 155-167.

Mukarromah, R. I. ______. Makna Simbolik


dan Nilai-Nilai Moral Kesenian Sandur
di Desa Sukorejo Kecamatan Parengan
Kabupaten Tuban. Universitas Negeri
Surabaya, 1-19.

__________. (2007). Kajian Teori: Tata Rias


Wajah, 32.
Pratiwi, Yohana. ______. Visualisasi Adegan
Kalongking dalam Pertunjukan Sandur
Tuban Pada Karya Tari “Kerta
Pancer”. Universitas Negeri Surabaya,
1-9.

Pustaka Maya
__________. (2021). Kabupaten Tuban.
Diakses pada 30 Maret 2021, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten
_Tuban

Adipura, Pamungkas. 11+ Pengertian Seni


Musik Menurut Para Ahli (+Fungsi &
Unsur). Diakses 7 April 2021, dari
https://notepam.com/pengertian-seni-musik/

Thabroni, Gamal. (2019). Pengertian Drama


– Unsur, Jenis & Langkah Menurut
Para Ahli. Diakses pada 5 April 2021,
dari https://serupa.id/pengertian-drama-
menurut-ahli/

Narasumber
Eko Hardoyo 52 tahun, Ketua Sanggar Seni
Ngripto Raras, Desa Sukorejo
Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban

11

Anda mungkin juga menyukai