Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Asam Mefenamat
Pemerian : - Warna : putih atau hampir putih
- Rasa : tidak berasa
- Bau : tidak berbau
- Bentuk : Serbuk hablur
Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar larut dalam kloroform, sukar
larut dalam etanol dan metanol, praktis tidak larut dalam air.
Titik lebur : ± 230 0C
pKa/pKb : 4,2
pH larutan : 4-7
Stabilitas :
- Terhadap cahaya lebih mudah terurai dengan adanya cahaya.
- Terhadap Udara Higroskopis dan mudah terurai dengan adanya udara.
Sumber :Farmakope Indonesia IV hal.43
2. Suspensi Rekonstitusi
Amoksisilin
Pemerian : - Warna : putih
- Rasa : tidak berasa
- Bau : Praktis tidak berbau
- Bentuk : Serbuk Hablur
Kelarutan :
- sukar larut dalam air dan metanol
- Tidak larut dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform.
pH larutan : 3,5 dan 6,0
Polimorfisme : Kristal amorf
Sumber :Farmakope Indonesia IV hal.95
Gliserin
Pemerian : - Warna : putih
- Rasa : Rasa tawar seperti lendir
- Bau : Hampir tidak berbau
- Bentuk : Butir, bentuk bulat (bulat telur)
Kelarutan :
- Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95 %
- praktis tidak larut dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak lemak dan dalam
minyak menguap.
Titik lebur : 18 0C
Titik didih : 290 0C
Massa molekular : 92,09382g/mol
Bobot jenis : 1,261 g/ml
pH larutan :7
Stabilitas :
- Terhadap udara : Higroskopik dengan adanya udara dari luar (mudah teroksidasi)
- Terhadap panas : mudah terdekomposisi dengan adanya pemanasan, mengkristal dalam
suhu rendah, kristal tidak akan mencair sampai dengan suhu 20 0C akan timbul ledakan jika
dicampur dengan bahan teroksidasi.
Inkompatibilitas :
- seperti kromium trioksid, kalium horat, atau kalium permanganat.
- Berubah warna menjadi hitam dengan adanya cahaya atau setelah kontak dengan ZnO dan
bisulfat.
- Gliserin + kontaminan yang mengandung logam akan berubah warna dengan penambahan
fenol salisilat dan tanin.
- Asam borat membentuk kompleks gliseroborik acid (lebih kuat dari pada asam borat)
Sumber : - Farmakope Indonesia III hal. 413
- Handbook of pharmaceutical Excipient hal. 59
Aqua Destilata
Pemerian : - Warna : tidak berwarna,jernih
- Rasa : tidak berasa
- Bau : tidak berbau
- Bentuk : cairan
Bobot jenis : 1gr/cm3 atau 1 gr/ml
Titik didih : 1000 C
pH larutan : 7
Stabilitas : stabil di udara
Sumber : Farmakope Indonesia IV hal. 23
2. Suspensi Rekonstitusi
Carboxy Metyl Cellulosium Natrium (CMC-Na)
Pemerian : - Warna : putih sampai krem
- Rasa : hampir tidak berasa
- Bau : hampir tidak berbau
- Bentuk : serbuk atau granul
Kelarutan :
- Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloid
- Tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain.
Titik leleh : 227-2520 C
pKa : 4,3
pH larutan : 2-10
Massa molekular : 90.000-200.000
bobot jenis : 0,52 gram/cm3
Stabilitas :
- Higroskopik dan dapat menyerap air pada kelembapan tinggi
- Stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH 2, viskositas berkurang pada pH lebih
dari pH 10
- Sterilisasi cara kering pada suhu 1600 C selama 1 jam, akan mengurangi viskositas dalam
larutan
- Perlu penambahan antimikroba dalam larutan
Inkompatibilitas :
- Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam dari beberapa logam
- pengendapan terjadi pada pH 2 dan pada saat pencampuran dengan etanol 95%.
- Membentuk kompleks dengan gliserin dan pektin.
Sumber : Handbook Of Pharmaceutical Exipent hal.97 – 99
Sukrosa
Pemerian : - Warna : putih tidak berwarna
- Rasa : manis
- Bau : tidak berbau
- Bentuk : masa hablur atau berbentuk kubus, serbuk hablur
Kelarutan :
- Sangat mudah larut dalam air
- Lebih mudah larut dalam air mendidih
- Sukar larut dalam etanol
- Tidak larut dalam kloroform dan eter
Titik lebur : 160-1860 C
Masa molekular/ukuran partikel : 342,30 gr/mol
pKa : 12,62
Bobot jenis : 1,6 gr/ml atau 1,6 gr/cm3
Stabilitas :
- panas : suhu > 1600 C dapat teroksidasi
- udara : lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
Inkompatibilitas : logam berat, dapat mendegradasi zat
sumber :
- Handbook Of Pharmaceutical Exipent hal. 622-624
- Farmakope Indonesia Edisi IV hal. 762
Ø Inkompatibilitas :
- Jika ditambahkan thimerosol akan membentuk senyawa kompleks
- Kompatibel terhadap gerak organik alami, resin sintetik dan senyawa lainnya.
- Akan terbentuk senyawa sulfathiazole, sodium salisilat, asam salisilat, fenol
barbital dan komponen lainnya.
Ø sumber :
- Handbook Of Pharmaceutical Exipent hal. 508
- Farmakope Indonesia Edisi III hal. 510
Etanol
Pemerian : - Warna : tidak berwarna
- Rasa : panas
- Bau : berbau khas
- Bentuk : bentuk cairan jernih
Kelarutan :
- Sangat mudah larut dalam air kloroform dan eter
Bobot jenis : 0,8119 – 0,8139 g/ml
Stabilitas : - Mudah menguap , lebih mudah rusak dengan adanya cahaya dan mudah
terbakar
sumber : Farmakope Indonesia edisi IV hlm.596-598
Bahan :
- Asam Mefenamat
- Ampisilin
- PGA
- CMC-Na
- Gliserin
- PVP
- Sukrosa
- Aqua destilata
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.1pengamatan suspensi dan suspensi rekonstitusi
Organoleptis Volume Kecepatan
Sediaan Homogenitas
Warna Rasa Bau Terpindahkan Redispensi
Putih
I Pahit khas Homogen 59 ml 6 detik
susu
Putih
II Pahit khas Homogen 60 ml 9 detik
susu
Putih Sedikit
III Khas Homogen 59 ml 7 detik
susu pahit
Keterangan : Sediaan I : Asam Mefenamat + PGA 2,5%
Sediaan II : Asam Mefenamat + PGA 2,5 % + Gliserin 3%
Sediaan III : Asam Mefenamat + PVP 2% + CMC-Na 1% + Gula 30%
PERHITUNGAN
1. Suspensi
Asam mefenamat : 200 mg/5ml x 60 ml = 2,4 gr
PGA 2,5% : 2,5 mg/100 x 60 ml = 1,5
Gliserin 3% : 3 gr/100 ml x 60 ml = 1,8 gr
Air untuk mengembangkan PGA : 1,5 x 1 1/2 = 2,25 mL
2. Suspensi Rekonstitusi
Amoxycilin : 250 mg/5ml x 60 ml = 3 gr
Polivinil Pirolidon 2 % : 2 gr/100 ml x 60 ml = 1,2 gr
CMC-Na 1% : 1 gr/100 ml x 60 ml = 0,6 gr
Sukrosa 30 % : 30 gr/100 ml x 60 ml = 18 gr
Air panas untuk mengembangkan CMC-Na : 20 x 0,6 gr = 12 ml
Etanol : Secukupnya
PENIMBANGAN
Asam mefenamat = 2,4 gr (2x penimbangan)
PGA 2,5% = 1,5 gr (2x penimbangan)
Gliserin 3% = 1,8 gr
Air untuk mengembangkan PGA = 2,25 mL
Aquadestilata ad = 60 ml
2. Suspensi Rekonstitusi
Amoxycilin = 3 gr
Polivinil Pirolidon 2 % = 1,2 gr
CMC-Na 1% = 0,6 gr
Sukrosa 30 % = 18 gr
Air panas untuk mengembangkan CMC-Na = 12 ml
Etanol =Secukupnya
Aquadestilata ad = 60 ml
PROSEDUR KERJA
1. Suspensi
a) Bentuk Sediaan 1 (PGA 2,5 %)
PGA ditaburkan diatas aquadest sebanyak 2,25 ml samapai mengembang
Digerus sampai membentuk korpus suspensi
Ditambahkan asam mefenamat 2,4 gram dan dicampur sampai homogen
Dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi, ad dengan aquadestilata sampai 60 ml
Dikocok sampai homogen dan dilakukan pengamatan.
Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan dua suspensi dan satu suspensi
rekonstitusi:
Formulasi 1 (asam mefenamat + PGA 2,5% + aquadestilata)
Dari hasil pengamatan formula 1 (asam mefenamat + PGA 2,5 %) dilakukan pengamatan
volume sedimentasi ini sangatlah penting karena, kemampuan mendispersi kembali merupakan
salah satu pertimbangan utama dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi, dan
karena endapan yang terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan
sedang agar menghasilkan suatu sistem homogen.
Pada evaluasi volume sedimentasi diperoleh tinggi sedimentasi menit ke 10= 0; 20=0;
30= 0,96; 60= 0,94 ; 120= 0.94; 1 hari= 0.94; 3 hari=0,94. Volume sedimentasi (F) adalah
perbadingan dari volume endapan yang etrjadi (VU) terhadap volume awal dari suspense sebelum
mengendap (V0) setelah suspense didiamkan. (Anief, 1993:31). Dari hasil data pengamatan dapat
disimpulkan semakin besar fraksi maka makin baik kemampuan suspensinya.
Pada evaluasi kecepatan resdispersi formula 1 diperoleh lama waktu redispersi yakni 6
detik. Dimana kecepatan resdispersi ini merupakan kemampuan redispersi baik bila suspensi
telah terdispersi sempurna dengan pengocokan tangan maksimum 30 detik. sehingga dari hasil
pengamatan kecepatan resdispersi ini dapat disimpulkan bahwa Kemampuan redispersi pada
formula 1 itu baik dan stabil karena telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu
6 detik. Akan tetapi semakin cepat waktu redispersinya juga tidak baik karena sangat
mempengaruhi pada saat penuangan. Sehingga waktu resdispersi yang ideal adalah yang sedang-
sedang saja sehingga tidak memepngaruhi pada saat penuangan.
Pada evaluasi organoleptis diketahui warna sediaan putih susu, bau yang khas dan rasa
yang pahit. Dimana pada formula 1 ini masih bnyak bahan tambahan harus dilengkapi dalam
pembuatan formula sediaan suspensi yang baik dan menarik. Seperti penambahan pengawet,
pembasah, pemanis agar dihasilkan sediaan yg manis, pewarna dan pewangi agar lebih menarik
dan memiliki bau yang beraroma sedap (enak).
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan
suspensi bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan
tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen, sehingga sediaan suspensi dapat
terdistribusi merata pada saat dikonsumsi. Dan dari hasil pengamatan evaluasi homogenitas
didapatkan sediaan suspensi yang homogen.
Formulasi 2 (asam mefenamat + PGA 2,5% + Gliserin)
Dari hasil pengamatan formula II (asam mefenamat + PGA 2,5 % + gliserin 3%)
Dilakukan pengamatan volume sedimentasi ini sangatlah penting karena, kemampuan
mendispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan utama dalam menaksir penerimaan
pasien terhadap suatu suspensi, dan karena endapan yang terbentuk harus dengan mudah
didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar menghasilkan suatu sistem homogen.
Pada evaluasi volume sedimentasi diperoleh tinggi sedimentasi menit ke 10=0 ; 20= 0 ;
30= 0.96 ; 60=0.96; 120=0.96; 1 hari=0.96; 3 hari=0.96. Volume sedimentasi (F) adalah
perbadingan dari volume endapan yang terjadi (VU) terhadap volume awal dari suspense sebelum
mengendap (V0) setelah suspense didiamkan. (Anief, 1993:31). Dari hasil data pengamatan dapat
disimpulkan semakin besar fraksi maka makin baik kemampuan suspensinya.
Pada evaluasi kecepatan resdispersi formula 1 diperoleh lama waktu redispersi yakni 9
detik. Dimana kecepatan resdispersi ini merupakan kemampuan redispersi baik bila suspensi
telah terdispersi sempurna dengan pengocokan tangan maksimum 30 detik. sehingga dari hasil
pengamatan kecepatan resdispersi ini dapat disimpulkan bahwa Kemampuan redispersi pada
formula II itu baik dan stabil karena telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu
9 detik. Sehingga tidak mempengaruhi pada saat penuangan.
Pada evaluasi organoleptis diketahui warna sediaan putih susu, bau yang khas dan rasa
yang pahit. Dimana pada formula II ini masih banyak bahan tambahan yang harus dilengkapi
dalam pembuatan formula sediaan suspensi yang baik dan menarik. Seperti penambahan
pengawet, pemanis agar dihasilkan sediaan yg manis, pewarna dan pewangi agar lebih menarik
dan memiliki bau yang beraroma sedap (enak).
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan
suspensi bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan
tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen, sehingga sediaan suspensi dapat
terdistribusi merata pada saat dikonsumsi. Dan dari hasil pengamatan evaluasi homogenitas
didapatkan sediaan suspensi yang homogen.
Dari kedua sediaan (formulasi 1 dan 2) dapat dibandingkan bahawa formulasi 2 lebih
stabil dan baik dibandingkan dengan formulasi 1 hal ini kemungkinan disebabkan dari formula 2
terdapat penambahan gliserin sebagai humektan yang sangat berguna dalam penurunan tegangan
antar muka dan pembasah akan dipermudah. Selain itu juga dapat menghilangkan lapisan udara
pada permukaan zat padat, sehingga zat padat dan humektan lebih mudah kontak dengan
pembawa. Akan tetapi pada evaluasi waktu resdispersi pada formula 1 diketahui waktu
resdispersinya lebih cepat dibandingkan dengan formula 2.
Suspensi Rekonstitusi
Suspensi rekonstitusi adalah campuran sirup dalam keadaan kering yang akan
didespersikan dengan air pada saat akan digunakan. Umumnya, suatu sediaan suspensi kering
dibuat karena stabilitas zat aktif didalam pelarut air terbatas, baik stabilitas kimia atau stabilitas
fisika.
Pada sediaan suspensi rekonstitusi bahan aktif /zat aktif berkhasiat yang digunakan dalam
sediaan adalah amoksisilin. Amoxilin adalah nama dagang dari obat antibiotik golongan
penisilin sub golongan amoksisilin, yaitu amoksisilin trihidrat. Obat golongan ini bekerja sebagai
broad-spectrum (bisa untuk membunuh bakteri gram positif dan negatif), seperti salmonella,
shigella dan lainnya (ananda bisa baca di buku mikrobiologi tentang jenis-jenis bakteri).
Obat ini berindikasi / mempunyai efek yang diharapkan yaitu untuk infeksi saluran
pernafasan, saluran kemih dan kelamin. Juga infeksi salmonella dan shigella, infeksi kulit, luka
selulitis, dan furunkulosis.
Sedangakan bahan tambahan/pembantu yakni PVP 2%, CMC-Na 1%, gula
30%. Carboxymethyl Cellulose (CMC) merupakan hasil perlakuan antara cellulose bersifat alkali
dengan chloroacetic acid. CMC berfungsi sebagai binder dan thickener yang digunakan untuk
memperbaiki tekstur produk-produk seperti : jelly, pasta, keju, salad dressing dan ice cream.
Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) merupakan kompleks tidak larut yang mengandung
komponen phenol sehingga biasa digunakan sebagai penjernih.
Sukrosa memiliki rasa manis yang paling nyaman, meskipun digunakan dalam
konsentrasi tinggi. Tabel tingkat kemanisan beberapa jenis gula terhadap sukrosa dapat dilihat
pada table 1.
Tabel 1. Tingkat kemanisan beberapa gula terhadap sukrosa
Gula Tingkat kemanisan Gula Tingkat
kemanisan
Sukrosa 100 D-Mannitol 69
Galactitol 41 D-Mannosa 59
D-Fruktosa 114 Raffinosa 22
D-Galaktosa 63 D-Rhamnosa 33
D-Glukosa 69 D-Sorbitol 51
Gula invert 95 Xylitol 102
Laktosa 39 D-Xylose 67
USULAN FORMULA
Usulan formula yang baik dengan memperhatikan campuran zat tambahan atau bahan-bahan
tambahan lainnya yang dapat berinteraksi baik atau tidak dengan zat aktif bahan tersebut, dan
memperhatikan kestabilan, kelarutan, kompatibilitas tiap-tiap bahan yang dicampurkan,
tujuannya supaya menghasilkan kualitas obat dengan efektifitas zat aktif yang baik, kestabilan
sediaan dan penerimaan ke pasien yg baik.
Usulan formula untuk sediaan emulsi, sebaiknya terdapat beberapa komponen dalam menunjang
pembuatan emulsi yang baik seperti :
1. Suspensi
Asam mefenamat 200mg/5ml
Sorbitol 10 %
Metil paraben 0,18 %
Minyak pepermin 0,002
PGA 2,5%
Gliserin 3%
Na- metabisulfit 0,01% b/v
Alkohol qs
Flavour qs
Air ad 100,000
2. Suspensi Rekonstitusi
Amoksisilin 250 mg/5ml
PVP 2%
CMC-Na 1%
Sukrosa 30%
Etanol qs
Flavour qs
Minyak pepermin 0,002
Aquadestilata ad 60 ml
KESIMPULAN
1. Suspensi adalah sistem yang secara termodinamik tidak stabil, bila dikocok dalam waktu yang
lama partikel-partikel mengalami agregasi dan pengendapan yang kadang-kadang bisa
menimbulkan caking.
2. Alasan pembuatan suspensi adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada
dalam larutan tapi stabil bila disuspensi.
3. Berdasarkan sifatnya suspensi dibagi menjadi dua jenis, yaitu suspensi deflokulasi dan
suspensi flokulasi.
4. Dalam percobaan suspensi yang kita lakukan adalah suspensi flokulasi. Karena suspensi
flokulasi ini sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah
diredispersi.selain itu juga sistem flokulasi ini berbentuk agregat yang dapat mempercepat
terjadinya sedimentasi.
5. Dalam pembuatan sediaan suspensi, zat aktif yang digunakan adalah asam mefenamat. Asam
mefenamat termasuk obat pereda nyeri yang digolongkan sebagai NSAID (Non Steroidal
Antiinflammatory Drugs).
6. Pada evaluasi volume sedimentasi diperoleh tinggi sedimentasi menit ke 10=; 20=; 30=; 60= ;
120=; 1 hari=; 3 hari=. Dari hasil data pengamatan dapat disimpulkan semakin besar fraksi maka
makin baik kemampuan suspensinya.
7. Kemampuan redispersi pada formula 1 itu baik dan stabil karena telah terdispersi sempurna
dengan pengocokan dalam waktu 6 detik. Akan tetapi semakin cepat waktu redispersinya juga
tidak baik karena sangat mempengaruhi pada saat penuangan. Sehingga waktu resdispersi yang
ideal adalah yang sedang-sedang saja sehingga tidak memepngaruhi pada saat penuangan.
8. Kemampuan redispersi pada formula II itu baik dan stabil karena telah terdispersi sempurna
dengan pengocokan dalam waktu 9 detik. Sehingga tidak mempengaruhi pada saat penuangan.
9. Pada evaluasi volume sedimentasi diperoleh tinggi sedimentasi menit ke 10=; 20=; 30=; 60= ;
120=; 1 hari=; 3 hari=. Dari hasil data pengamatan dapat disimpulkan semakin besar fraksi maka
makin baik kemampuan suspensinya.
10. Suspensi rekonstitusi adalah campuran sirup dalam keadaan kering yang akan didespersikan
dengan air pada saat akan digunakan.
11. Pada evaluasi waktu rekonstitusi ini diperoleh lama waktu rekonstitusi yakni 30 detik. Hal
ini dapat dikatakan bahwa sediaan tersebut stabil dan mudah didespersikan kembali
12. Kemampuan redispersi pada formula III itu baik dan stabil karena telah terdispersi sempurna
dengan pengocokan dalam waktu 7 detik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1, 1995. Famakope Indonesia Edisi IV. DepKes RI: Jakarta. Hal 175, 718
Anonim 2, 1979. Famakope Indonesia Edisi III. DepKes RI: Jakarta. Hal 47
Anonim 3, 1978. Formularium Nasional Edisi II. DepKes RI: Jakarta. Hal 227
Anonim 4, Handbook of pharmaceutical codex hal 2, 97, 130, 343
Anonim 5, 1989, Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Anonim 6, 1994, Lahman. L, dkk. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jakarta : UI
Press.
Anonim 7, 2000, Anief. Moh.. Farmasetika. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
http://nugrohob.wordpress.com/2007/12/03/karbohidrat-dalam-industri-pangan
- See more at: http://riyanpharmacy.blogspot.com/2010/11/suspensi.html#sthash.EIlXOVx3.dpuf