Anda di halaman 1dari 48

MODUL PRAKTIKUM

PENGENDALIAN LIMBAH INDUSTRI


(V3AIM106P)

Dr. Wagiman, STP, M.Si


Ratih Hardiyanti, S.T.P, M.Eng
Anjar Ruspita Sari, STP., M.Sc

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGROINDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN
MODUL PRAKTIKUM

Nama Mata Praktikum : Pengendalian Limbah Industri


Kode (SKS) : V3AIM106P (2 SKS)
Pelaksanaan : Semester Genap
Prasyarat : 1. Pengetahuan Bahan Agroindustri
2. Mikrobiologi Industri
Dosen Pengampu : 1. Dr. Wagiman, STP., M.Si.
2. Ratih Hardiyanti, S.T.P, M.Eng
3. Anjar Ruspita Sari, STP., M.Sc
Teknisi : Saksa Daniswara, A.Md
Program Studi : Diploma III Agroindustri
Fakultas : Sekolah Vokasi UGM

Mengetahui, Yogyakarta, Januari 2019


Plt. Ketua Program Studi Ketua Tim Penyusun Modul Praktikum
Diploma III Agroindustri SV UGM

Ratih Hardiyanti, STP, M.Eng. Anjar Ruspita Sari, STP, M.Sc.


NIP. 19850602 201504 2002 NIKA. 111198910201205201

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, kami telah menyelesaikan
penulisan modul untuk praktikum Pengendalian Limbah Industri (V3AIM106P). Mata
praktikum ini dirancang sebagai mata praktikum wajib dan terintergrasi dengan mata kuliah
Pengendalian Limbah Industri (V3AIM106P) yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam melakukan analisis beberapa parameter penting dan mendesain
penanganan atau pengolahan limbah. Praktikum yang dilaksanakan meliputi mencakup area
penanganan limbah industri dan fasilitas yang terkait dengan penanganan tersebut.
Materi praktikum ini disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di dunia kerja, Indonesia
khususnya, baik yang dilakukan oleh industri kecil menengah maupun industri besar yang
sudah mapan. Kami menyadari, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam
tulisan ini, oleh karena itu saran dan kritik perbaikan untuk penyempurnaan tulisan ini sangat
diharapkan.

Yogyakarta, Januari 2019


Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ....................................................................................................... ii


Kata Pengantar ................................................................................................................. iii
Daftar Isi .................................................................................................................. iv
Tata Tertib Praktikum ......................................................................................................
..................................................................................................................Error!
Bookmark not defined.
Tata Tertib Praktikum Untuk (Co-)Asisten ..................................................................... v
Keamanan Dan Keselamatan Kerja Di Laboratorium .....................................................
..................................................................................................................viiiviii
Identitas Praktikum .......................................................................................................... xvi
ACARA I Kunjungan Industri .................................................................................. 1
ACARA II Rekayasa Instalasi Pengolahan Air Limbah Sederhana ........................... 4
ACARA III Pengujian Limbah Cair ............................................................................ 3
ACARA IV Dissolved Oxygen-Biochemical Oxygen Demand (DO-BOD) ................ 9
ACARA V Chemical Oxygen Demand (COD) .......................................................... 12
ACARA VI Analisis Zat Padat .................................................................................... 15
ACARA VII Analisis Koagulasi Dan Flokulasi ........................................................... 18
ACARA VIII Pirolisis .................................................................................................... 21

iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM UNTUK PRAKTIKAN

Praktikum Keamanan Pangan dilaksanakan terintegrasi dengan pelaksanaan


kuliah Keamnaan Pangan. Aturan-aturan umum yang harus diikuti oleh praktikan
adalah sebagai berikut :
1. Praktikan wajib mengisi daftar hadir sebelum pratikum dimulai. Keterlambatan
praktikum :
a. 5 menit dipersilahkan mengikuti pretest tetapi tidak ada penambahan waktu dan
masih diperkenankan untuk mengikuti praktikum
b. 10 menit tidak diperkenankan untuk mengikuti pretest tetapi diperkenankan
mengikuti praktikum
c. 15 menit tidak diperkenankan untuk mengikuti praktikum dan dianggap GUGUR.
2. Praktikan wajib memakai pakaian yang sopan dan rapi (pakaian berkerah dan celana
atau rok panjang) sepatu tertutup, dilarang keras memakai perhiasan yang berlebihan,
sandal, sandal jepit, berjaket maupun kaos oblong selama praktikum berlangsung. Bagi
praktikum Laboratorium Kimia (Lab. Pengawasan Mutu, Lab. Rekayasa Proses, dan
Lab. Uji Sensoris) wajib memakai jas laboratorium, mengenakan masker, sarung
tangan, membawa kain lap, dan kalkulator scientific.
3. Praktikan dilarang merokok, membawa makanan, minuman, atau bahan yang sifatnya
dapat merusak alat/peralatan percobaan ke dalam laboratorium.
4. Praktikan yang berambut panjang diharapkan mengikat atau menutup rambutnya agar
tidak mengganggu pelaksanaan praktikum.
5. Praktikan yang berjilbab diharapkan untuk mengatur jilbab sehingga tidak mengganggu
pelaksanaan praktikum.
6. Praktikan wajib membuat TIKET MASUK sesuai dengan ketentuan masing-masing
praktikum.
7. Praktikan DILARANG menggunakan Handphone dan menyentuh alat praktikum yang
tidak ada hubungannya dengan acara praktikum.
8. Praktikan WAJIB MEMPELAJARI MODUL SEBELUM PRAKTIKUM dimulai.
9. Praktikan wajib menjaga kebersihan, kerapihan dan keutuhan alat laboratorium
sebelum dan setelah praktikum selesai.
10. Jika terjadi kerusakan atau kehilangan alat dalam pelaksanaan praktikum maka menjadi
tanggung jawab pemakai dan wajib mengganti dengan barang/ alat yang sama
maksimal 2 hari setelah kejadian.
11. Praktikan diwajibkan mengikuti semua rangkaian acara praktikum tanpa terkecuali,
apabila perlu adanya INHAL dikarenakan sakit harus menyertakan:
a. Sakit (rawat inap) adanya bukti rawat inap
b. Lelayu keluarga inti (bapak, ibu, saudara kandung, kakek, nenek kandung) adanya
bukti dan surat keterangan
c. Apabila sakit maka maksimal 30 menit sebelum masuk praktikum, harus
konfirmasi ke teknisi, koass dan menyusulkan surat keterangan sakit maksimal
H+2
d. Jika tidak memenuhi syarat di atas maka dianggap GUGUR pada acara tersebut,
dan apabila 1 mahasiswa INHAL 3 acara atau lebih maka dianggap GUGUR pada
mata praktikum tersebut. Mata Praktikum yang gugur berarti praktikan
mendapatkan Nilai E.
e. Mekanisme INHAL:
1) Apabila dalam 1 minggu masih ada shift yang dapat sebagai pengganti, maka
bisa ikut shift lain untuk menggantikan praktikum
v
2) Apabila praktikum INHAL tidak dapat dilakukan/ dilaksanakan maka akan
diberikan tugas dengan nilai maksimal 50%
3) Praktikan yang dinyatakan melanggar tata tertib ini dan atau terbukti berlaku
curang, dapat dikenakan sanksi, paling berat dinyatakan TIDAK LULUS
PRAKTIKUM.
4) Semua praktikan maupun asisten harus mematuhi semua peraturan yang telah
disepakati.
12. MINIMAL KEHADIRAN untuk dapat mengikuti responsi adalah 75% seluruh acara.
13. Wajib mengisi kuesioner yang telah diberikan oleh asisten instruktur sebagai tiket
masuk responsi.
14. Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian.

Ketentuan :
1. Mahasiswa yang dapat melakukan inhal adalah yang memenuhi 3 persyaratan sesuai
ketentuan.
2. Jika memenuhi persyaratan, dan diberikan tugas maka nilai maksimal adalah 50%.
3. Tugas pengganti hanya boleh diberikan oleh Dosen Pengampu (bukan teknisi, aslab,
ataupun koas).
4. Jika tidak mengikuti acara, maka tidak ada nilai untuk seluruh rangkaian praktikum
(pre-test, laporan akhir, keaktifan, dll).
5. Bobot asistensi sama dengan 1 acara praktikum.
6. Minimal kehadiran untuk dapat mengikuti response adalah 75% seluruh acara.

vi
TATA TERTIB PRAKTIKUM UNTUK (CO-)ASISTEN

1. Asisten praktikum wajib mengisi daftar hadir yang telah disediakan.


2. Asisten harus memakai jas lab, berpakaian yang sopan dan rapi, sepatu tertutup, dilarang
keras memakai perhiasan berlebihan dan tidak diperkenankan untuk memakai sandal,
berjaket maupun kaos selama pratikum berlangsung.
3. Asisten harus menjaga sopan santun dan kebersihan ruang laboratorium. Selama pratikum
berlangsung, praktikan tidak diperbolehkan merokok, makan dan minum di dalam
laboratorium.
4. Asisten wajib membimbing praktikan dalam melaksanakan praktikum dan tidak bersikap
superior.
5. Asisten bersama-sama dengan teknisi harus membuat laporan pelaksanaan praktikum di
akhir masa praktikum. Laporan diserahkan kepada Dosen Pembimbing Praktikum (DPP)
dan dijadikan dokumen laboratorium.
6. HP mohon di-silent dan dilarang keras membuat keributan, kegaduhan, bermain games
dan menyentuh alat praktikum yang tidak ada hubungannya dengan acara praktikum.
7. Asisten wajib hadir tepat waktu dan jika berhalangan hadir harus memeberi tahu lebih
dahulu kepada Teknisi paling lambat 1 hari sebelum praktikum.
8. Asisten yang dinyatakan melanggar tata tertib maka dinyatakan gugur hak-haknya sebagai
asisten.
9. Hal-hal penting lainnya yang terkait dengan praktikum dan belum tercantum dalm tata
tertib ini, akan diatur kemudian oleh Teknisi atau Dosen Pengampu Praktikum.

vii
KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

A. TUJUAN
1. Mencegah timbulnya kecelakaan kerja, gangguan kesehatan dan keselamatan yang
diakibatkan oleh tindakan dan kondisi lingkungan laboratorium.
2. Memberikan perlindungan bagi personel laboratorium dalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan.
3. Menyediakan lingkungan kerja yang sehat.
4. Menghindari terjadinya efek negatif terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh
aktivitas kerja.

B. PERALATAN KESELAMATAN KERJA


1. Alat Pelindung Mata (kaca mata pengaman).
a. Fungsi.
Fungsi kaca mata pengaman adalah untuk melindungi mata dari :
1) Percikan bahan bahan korosif.
2) Kemasukan debu atau partikel-partikel yang melayang di udara.
3) Lemparan benda-benda kecil.
4) Panas dan pancaran cahaya
5) Pancaran gas atau uap kimia yang dapat menyebabkan iritasi mata.
6) Radiasi gelombang elekromaknetik yang mengion maupun yang tidak
Mengion
7) Benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
b. Jenis.
Menurut jenis atau bentuknya alat pelindung mata dibedakan menjadi:
1) Kaca mata (Spectacles/Goggles).
2) Tameng muka (Face Shield).
c. Cara Pemakaian.
1) Kaca mata pengaman.
a) Pilihlah kaca mata yang sesuai (small, medium, atau large).
b) Buka tangkai kaca mata lekatkan bagian tengah kacamata pada punggung
hidung.
c) Tempelkan lensa kaca mata.
viii
d) Kaitkan tangkai kaca mata pada daun telinga.
e) Usahakan agar mata dan sekitar betul-betul tertutup oleh kacamata.
2. Penutup muka (Face Shield)
Penutup muka yang benar adalah yang dapat dikenakan tanpa dipegang dengan
tangan pekerja. Biasanya penutup muka ini dirancang menjadi satu dengan topi
pengaman atau penutup rambut.
a. Pilih ukuran penutup muka, sesuai dengan besarnya lingkar kepala (kecil/small,
sedang/medium, atau besar/large).
b. Periksa bagian luar dan dalam penutup muka, apakah sesuai dengan
spesifikasinya, apakah tudung dalam keadaaan baik, tidak rusak dan bersih.
c. Kendorkan klep pengatur untuk mempererat kedudukan topi pengaman tudung atau
penutup rambut.
d. Pakai topi pengaman (tudung atau penutup rambut), eratkan di kepala sehingga
terasa pas dengan cara mengatur klep pengatur.
e. Atur posisi penutup muka sehingga menutupi seluruh permukaan wajah.
f. Kencangkan kembali klep pengatur.
3. Pelindung Pernafasan (Respirator)
a. Fungsi
Alat pelindung pernafasan berfungsi memeberikan perlindungan organ pernafasan
akibat pencemaran udara oleh faktor kimia seperti debu, uap, gas, fume, asap, mist,
kabut, kekurangan oksigen, dan sebagainya.
b. Jenis
Berdasarkan fungsinya, dibedakan menjadi :
1) Respirator yang berfungsi memurnikan udara (air purifying respirator).
2) Respirator yang berfungsi memasok oksigen atau udara (air supplying
respirator).
c. Cara Pemakaian
1) Pilih ukuran respirator yang sesuai dengan ukuran antropometri tubuh
pemakai. Ukuran antropometri tubuh yang berkaitan adalah : panjang muka,
panjang dagu, lebar muka, lebar mulut, panjang tulang hidung, tonjolan
hidung.
2) Periksa lebih dahulu dengan teliti, apakah respirator dalam keadaan baik, tidak
rusak, dan komponen-komponennya juga dalam keadaan masih baik.

ix
3) Jika terdapat komponen yang sudah tidak berfungsi maka perlu diganti lebih
dahulu dengan yang baru dan baik.
4) Pilih jenis filter atau catrid atau kanister dengan seksama, agar tidak terjadi
kebocoran.
5) Singkirkan rambut yang menutupi bagian muka.
6) Potong cambang dan jenggot sependek mungkin.
7) Pasang atau kenakan gigi palsu, bila pekerja menggunakan gigi palsu.
8) Pakailah respirator dengan cara sesuai dengan petunjuk operasional (manual
instruction) yang harus ada pada setiap respirator.
9) Gerak gerakkan kepala, untuk memastikan bahwa tidak akan terjadi kebocoran
apabila pekerja bekerja sambil bergerak-gerak.
d. Pemeliharaan
Agar respirator dapat berfungsi denngan baik dan benar serta dapat
digunakan dalam waktu yang relatif lama, maka respirator perlu pemeliharaan atau
perawatan secara teratur, sebagai berikut:
1. Setiap kali setelah dipakai, respirator harus dibersihkan (dicuci) kemudian
dikeringkan.
2. Apabila suatu respirator terpaksa digunakan oleh orang lain, maka harus
dicucihamakan terlebih dahulu.
3. Beri tanda setiap respirator dengan nama pemakainya.
4. Setelah respirator bersih dan kering, simpan dalam loker yang bersih, kering dan
tertutup.
5. Tangki-tangki atau silinder-silender udara atau oksigen harus dicek secara
berkala,untuk mengetahui bahwa persediaan udara atau oksigen masih
mencukupi.
6. Klep-klep, regulator dan komponen-komponen lainnya perlu juga dicek secara
berkala. Jika tidak berfungsi harus segera diganti dengan yang baru.
4. Pelindung Tangan
a. Fungsi
Untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, panas, dingin,
radiasi elektomagnetik, radiasi mengion, listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan,
tergores, terinfeksi. Alat pelindung tangan biasa disebut dengan sarung tangan.

b. Jenis
x
Menurut bentuknya, alat pelindung tangan dibedakan menjadi :
1) Sarung tangan biasa atau gloves.
2) Mitten, yaitu sarung tangan dengan ibu jari terpisah, sedangkan empat jari lainya
menjadi satu.
3) Hand pad, yaitu alat pelindung tangan yang hanya melindungi telapak tangan.
4) Sleeve, yaitu alat pelindung dari pergelangan tangan sampai lengan. Biasanya
digabung dengan arung tangan.
c. Cara Pemakaian
1) Pilih jenis alat pelindung tangan yang sesuai dengan potensi bahaya.
2) Pilih ukuran sesuai dengan ukuran tangan pemakai.
3) Masukkan tangan yang bagian pergelangan tangannya bermanset atau berkerut,
ujung lengan baju pekerja masuk ke dalam manset atau kerutan sarung tangan,
kemudian manset dikancingkan atau kerutan dirapikan.
4) Sarung tangan tanpa manset atau tanpa kerutan, ujung lengan baju panjang
pekerja harus bermanset, dan bagian lengan sarung tangan berada di dalam
manset atau di dalam kerutan. Tidak disarankan memasukkan ujung lengan baju
panjang ke dalam sarung tangan.

d. Pemeliharaan
1) Alat pelindung tangan yang telah selesai dipakai, harus dibersihkan, dicuci
dengan air, bagian luar maupun dalam kemudian dikeringkan.
2) Simpan di dalam kantong yang bersih dan letakkan di dalam loker atau rak
lemari.
5. Pakaian Pelindung
a. Fungsi
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh dari
kotoran, debu, bahaya percikan bahan kimia, radiasi, panas, bunga api maupun api.
b. Jenis
1) Apron, yang menutupi hanya sebagian tubuh pemakainya, mulai dari dada
sampai lutut.
2) Overalls, yang menutupi seluruh bagian tubuh.

c. Cara pemakaian
xi
1) Pilih jenis pakaian pelindung yang sesuai dengan potensi bahaya yang dihadapi.
2) Pilih ukurannya yang sesuai dengan ukuran tubuh pemakainya.
3) Cek keadaan fisiknya, apakah komponen-komponennya lengkap, apakah dalam
keadaan rusak atau tidak.
4) Kenakan pakaian pelindung dan kancingkan dengan seksama.
5) Gerak-gerakkan anggota badan (kaki, tangan), untuk memastikan apakah
pakaian pelindung telah terpakai dengan nyaman.
d. Cara pemeliharaan
1) Pakaian pelindung yang disposable (sekali pakai dibuang), setelah habis pakai
dimasukkan ke dalam kantong kertas yang semula untuk membungkus pakaian
pelindung baru, kemudian dibuang di tempat yang telah disediakan.
2) Pakaian pelindung yang tidak disposable, sehabis dikenakan dicuci, setelah
dikeringkan diseterika, dilipat dan disimpan ditempat yang bersih.

C. KECELAKAAN KERJA DAN PERTOLONGAN PERTAMA TERHADAP


KECELAKAAN
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling
ringan sampai kepada yang paling berat. Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam
kelompok :
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang
dapat terjadi antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

xii
NO JENIS KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA

 Membersihkan luka secara perlahan menggunakan


kapas steril
 Pecahan kaca yang tertinggal pada kulit dihilangkan
Luka tusuk akibat benda tajam, misalnya
1.  Di olesi dengan betadin atau dikompres dengan revanol
terkena pecahan kaca, pisau, dll
 Kemudian dibalut dengan plester pembalut luka. Luka
parah atau infeksi dibawa ke dokter atau unit gawat
darurat (UGD)

Luka bakar akibat zat kimia :


 Kulit segera di bersihkan dengan kapas atau lap halus
 Dicuci dengan air mengalir sebanyak- banyaknya
 Cuci dengan zat larutan 1% Na2CO3
a. Terkena larutan asam
 Cuci lagi dengan air
 Keringkan dan olesi dengan salep Levertran

 Kulit segera dibersihkan dengan kapas atau lap bersih


 Dicuci dengan air mengalir sebanyak- banyaknya
2. b. Terkena larutan basa  Cuci dengan zat larutan 1% Asam Asetat
 Cuci lagi dengan air
 Keringkan dan olesi dengan salep Boor

 Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin sampai


c. Luka bakar akibat benda panas
rasa nyeri agak berkurang
 Olesi dengan salep minyak ikan atau Levertran

Luka pada mata :  Dicuci dengan air bersih kira- kira 15 menit terus
a) Luka terkena percikan larutan menerus
asam  Dicuci dengan larutan 1% Na2CO3
3.
 Dicuci dengan air bersih kira- kira 15 menit terus
b) Luka terkena percikan larutan
menerus
basa
 Dicuci dengan larutan 1% Asam Borat

xiii
 Ambil serpihan benda tersebut dengan hati- hati
c) Terkena benda asing  Jika benda menancap dengan kuat segera larikan ke
dokter terdekat
Keracunan :  Menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut
berada
 Kemudian pindahkan korban ketempat berudara segar
a) Keracunan zat melalui pernafasan  Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan
akibat menghirup bahan kimia buatan dengan cara menekan bagian dada atau
memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut
korban
 Segera panggil dokter dan informasikan zat yang tetelan
oleh si penderita
4.  Jika penderita muntah- muntah berikan minum air
hangat agar muntah terus dan mengencerkan racun
dalam perut
 Jika korban tidak muntah berikan korban dengan
b) Keracunan melalui mulut
minum segelas air ditambah dua sendok teh garam
dapur
 Kalau tidak berhasil masukkan jari kedalam
tenggorokan korban agar muntah
 Jika korban pingsan, pemberian sesuatu lewat mulut
harus dihindarkan

Pertolongan kebakaran :

5. a. Kebakaran tingkat 1  Hanya kemerahan bilas dengan air dingin


b. Kebakaran tingkat 2  Melepuh, letakkan perban basah tanpa obat tetes
c. Kebakaran tingkat 3  Segera ke dokter

xiv
D. Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di laboratorium karena
faktor kimia
Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-
obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam
komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan
mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang
pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena
alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau
terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan
korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah
yang terpapar.

Pencegahan :
1. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk
diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannya
bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium) dengan benar.
4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
5. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

xv
IDENTITAS PRAKTIKUM

1) Nama Mata Praktikum : Pengendalian Limbah Industri


2) Kode (SKS) : V3AIM106P (2 SKS)
3) Pelaksanaan : Semester Genap
4) Prasyarat : 1. Pengetahuan Bahan Agroindustri
2. Mikrobiologi Industri
5) Dosen Pengampu : 1. Dr. Wagiman, STP, M.Si.
2. Ratih Hardiyanti, S.T.P, M.Eng
3. Anjar Ruspita Sari, STP., M.Sc

6) Teknisi : 1. Saksa Daniswara, A.Md

A. Deskripsi Singkat Praktikum


Praktikum pengendalian limbah industri merupakan praktikum wajib dengan SKS 2 dan
terintegrasi dengan matakuliah Pengendalian Limbah Industri (V3AIM106P). Mahasiswa
yang mengambil praktikum Pengendalian Limbah Industri harus sudah atau sedang
mengambil matakuliah Pengendalian Limbah Industri. Materi yang tercakup di dalam
praktikum pengendalian limbah industri yaitu : 1. Rekayasa Instalasi Pengolahan Air
Limbah Sederhana, 2. Pengujian Limbah Cair, 3. Dissolved Oxygen-Biochemical Oxygen
Demand (DO-BOD), 4. Chemical Oxygen Demand (COD), 5. Analisis Zat Padat, 6.
Analisis Koagulasi dan Flokulasi, dan 7. Pirolisis.
B. Tujuan Umum Praktikum
Setelah mengikuti praktikum Pengendalian Limbah Industri, mahasiswa diharapkan
mampu melakukan pengukuran atau pengujian beberapa parameter penting dan
memahami desain instalasi pengolahan limbah.
C. Outcome Pembelajaran
Materi pembelajaran praktikum Pengendalian Limbah Industri mencakup area
penanganan limbah industri dan fasilitas yang terkait dengan penanganan tersebut.
Klasifikasi limbah industri dan strategi penanganan limbah untuk mencapai ambang batas
dan untuk resource recovery. Praktikum Pengendalian Limbah Industri diarahkan
menunjang teori Pengendalian Limbah Industri dengan informasi-informasi serta praktik
untuk lebih memahami karakteristik limbah industri, fasilitas pengukuran dan
peralatannya, dan regulasi yang ada terkait dengan limbah industri.
xvi
D. Rencana Kegiatan Praktikum
Acara
Topik (Pokok Bahasan) Metode dan Alat Bantu Pembelajaran
ke-
1 Kunjungan Industri 1. Kunjungan ke industri berbasis agro
(agro-industri)
2. Pengamatan
3. Pembuatan laporan
2 Rekayasa Instalasi Pengolahan 1.Percobaan dan pengujian
Air Limbah Sederhana 2.Penghitungan dan Analisis statistik,
grafis terhadap sampel produk
3.Pembuatan laporan
3 Pengujian Limbah Cair 1.Percobaan dan pengujian
- Pengukuran pH dan suhu 2.Penghitungan dan Analisis statistik,
- Pengukuran Warna graphfis terhadap sampel produk
- Analisis Kekeruhan (Turbidity) 3.Pembuatan laporan
4 Dissolved Oxygen-Biochemical 1.Percobaan dan pengujian
Oxygen Demand (DO-BOD) 2.Penghitungan dan Analisis statistik,
grafis terhadap sampel produk
3.Pembuatan laporan
5 Chemical Oxygen Demand 1.Percobaan dan pengujian
(COD) 2.Penghitungan dan Analisis statistik,
grafis terhadap sampel produk
3.Pembuatan laporan
6 Analisis Zat Padat 1.Percobaan dan pengujian
2.Penghitungan dan Analisis statistik,
grafis terhadap sampel produk
3.Pembuatan laporan
7 Analisis Koagulasi dan Flokulasi 1.Percobaan dan pengujian
2.Penghitungan dan Analisis statistik,
grafis terhadap sampel produk
3.Pembuatan laporan
8 Pirolisis 1.Percobaan dan pengujian

xvii
2.Penghitungan dan Analisis statistik,
grafis terhadap sampel produk
3.Pembuatan laporan
Obyek yang digunakan sebagai bahan praktikum untuk setiap kelompok praktikum adalah
sama untuk seluruh acara, sebagai dasar dalam penulisan laporan akhir praktikum berupa
artikel ilmiah yang disusun per kelompok praktikan.

E. Evaluasi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa


Evaluasi yang digunakan untuk menilai hasil belajar mahasiswa adalah :
(1) Pre-test maupun post-test oleh ko-asisten
(2) Keaktifan mahasiswa selama kegiatan praktikum
(3) Laporan sementara praktikum yang dibuat setelah kegiatan praktikum
(4) Presentasi yang dilakukan setelah kegiatan praktikum
(5) Laporan akhir berupa artikel ilmiah (format terlampir) yang berisi seluruh data dan
pembahasan yang diperoleh selama rangkaian seluruh kegiatan praktikum
(6) Responsi di akhir semua kegiatan mata praktikum

F. Penulisan Laporan Praktikum


1. Sebagai tiket masuk praktikum, disyaratkan praktikan membawa literatur yang sesuai
dengan materi acara praktikum yang akan dilakukan.
2. Laporan praktikum per acara merupakan laporan sementara yang berisi hasil dan
pembahasan pada acara yang telah dilakukan.
3. Laporan akhir berupa artikel ilmiah yang berisi keseluruhan acara praktikum.

G. Referensi
Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999
Davis, M.L. 2010. Water and Wastewater Engineering: Design Principles and Practice.
The MaGraw-Hill Company, Inc.
Tchobanoglous, G., Burton, F.L., Stensel, H. D. 2004. Wastewater Engineering: Treatment
and Reuse. Fourth Edition. Metcalf & Eddy, Inc.

xviii
0
ACARA I
KUNJUNGAN INDUSTRI

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis limbah yang ada di industri
2. Mahasiswa mengetahui dan dapat menggambarkan ulang proses pengelolaan limbah
di industri
3. Mahasiswa mampu membandingkan dan mengkomparasi perbandingan antara
pengelolaan limbah pada industri dengan pengelolaan limbah secara teori

B. LANDASAN TEORI
Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu
sumber aktivitas manusia maupun proses alam dan belum mempunyai nilai ekonomis,
bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi negatif karena penanganan untuk membuang atau
membersihkan memerlukan biaya yang cukup besar disamping dapat mencemari
lingkungan.
Adapun karakteristik limbah secara umum menurut Said (2011) adalah sebagai berikut:
1. Berukuran mikro, maksudnya ukurannya terdiri atas partikel-partikel kecil yang dapat
kita lihat.
2. Penyebarannya berdampak banyak, maksudnya bukan hanya berdampak pada
lingkungan yang terkena limbah saja melainkan berdampak pada sector-sektor
kehidupan lainnya, seperti sektor ekonomi, sektor kesehatan dll.
3. Berdampak jangka panjang (antar generasi), maksudnya masalah limbah tidak dapat
diselesaikan dalam waktu singkat. Sehingga dampaknya akan ada pada generasi yang
akan datang.

Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau bubur
yang berasal dari suatu proses pengolahan. Sumber-sumber dari limbah padat sendiri
meliputi seperti pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, limbah nuklir, pengawetan
buah, ikan, atau daging. Secara garis besar limbah padat terdiri dari:
1. Limbah padat yang mudah terbakar
2. Limbah padat yang sukar terbakar
3. Limbah padat yang mudah membusuk
4. Limbah yang dapat didaur ulang
1
5. Limbah radioaktif
6. Bongkaran bangunan
7. Lumpur
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah adalah air yang
membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan industri yaitu campuran air dan
padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga merupakan air buangan dari hasil proses yang
dibuang ke dalam lingkungan.
Ada 5 tahap yang diperlukan dalam pengolahan air limbah, yaitu (Sugiharto, 1987):
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan
tersuspensi dan minyak dalam limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung
pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil
separation.
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pengolahan tahap pertama memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak
perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi ialah
neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan
filtration.
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat terlarut dari limbah yang tak dapat
dihilangkan dengan proses fisik. Peralatan yang umum digunakan pada pengolahan
tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon,
stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,
membrane separation, serta thickening gravity or flotation. Tahap ini dilakukan
pemisahan secara kimia untuk lebih memurnikan air yang belum sepenuhnya bersih.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya
kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure
filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration,
atau landfill.

2
C. PROSEDUR PRAKTIKUM
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Studi pengamatan langsung di pabrik
2. Wawancara dengan pihak industri
3. Pengumpulan data/informasi mengenai sistem penanganan limbah cair dan limbah
padat industri
4. Studi pustaka, pembuatan video kunjungan industri, dan inovasi pemanfaatan limbah
dalam industri yang dikunjungi
5. Gambarkan ulang sistem pengolahan limbah pada industri. Meliputi:
a. Alur pengolahan
b. Dimensi alat atau sistem yang digunakan
c. Bahan tambahan yang digunakan
d. Kondisi operasi atau informasi tiap proses pengolahan

D. REFERENSI
1. Said, Nusa Idaman. 2011. Pengelolaan Limbah Domestik. BPPT. Jakarta
2. Sugiharto. 1987. Dasar – Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia.
Jakarta

3
ACARA II
REKAYASA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SEDERHANA

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu merancang dan merekayasa unit pengolahan limbah cair.

B. PENGANTAR
Limbah cair memiliki spesifikasi tertentu sebelum dibuang ke lingkungan. Oleh karena
itu, limbah cair harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan
limbah cair biasanya dilakukan dengan 3 cara yakni fisika, biologi dan kimia.
Pengolahan Secara Fisika dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan tersuspensi
dalam air limbah yang berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang
terapung disisihkan terlebih dahulu. Pengolahan air buangan secara biologis adalah salah
satu cara pengolahan yang diarahkan untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu
yang terkandung dalam air buangan dengan memafaatkan aktivitas mikroorganisme untuk
melakukan perombakan substrat tersebut. Pengolahan air buangan secara kimia biasanya
dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor dan zat organik beracun dengan membubuhkan bahan
kimia tertentu yang diperlukan.
C. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Bahan
a. Starter e. Arang
b. Air f. Kapas
c. NPK g. Batu kerikil
d. Sabut kelapa h. Kaporit/tawas
2. Alat
a. Bak Prototipe d. Batu Aerator
b. Media e. Selang
c. Aerator f. Pompa
3. Cara Kerja
a. Siapkan 3 bak prototype dan 1 bak penampung limbah.
b. Rancang dan rekayasa system pengolahan limbah cair dengan memanfaatkan 3
bak prototype dan bahan yang ada.
c. Lakukan pengolahan limbah cair

4
d. Setiap langkah diambil satu sample
e. Lakukan pengamatan dan lakukan pencatatan hasil pengamatan fisik
f. Sample yang sudah diamati disimpan dan nantinya dianalisis di acara analisis
kualitas limbah

D. TUGAS
1. Jelaskan jenis pengolahan yang digunakan
2. Jelaskan fungsi masing-masing bahan yang Anda tambahkan untuk pengolahan
limbah
3. Apakah manfaat dari analisis kadar karbon dan berikan aplikasinya pada industri

2
ACARA III
PENGUJIAN LIMBAH CAIR

LIMBAH CAIR: ANALISIS PENGUKURAN pH DAN SUHU

A. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Mahasiswa mampu melaksanakan dan menguasai metode, proses, dan kegunaan
analisis pengukuran pH dan suhu.
b. Mampu menentukan pH pada sampel limbah cair

B. LANDASAN TEORI
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah adalah air yang
membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan industri yaitu campuran air dan
padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga merupakan air buangan dari hasil proses yang
dibuang ke dalam lingkungan.
Analisis pengukuran pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH didefinisikan sebagai
kologaritmaaktivitasion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak
dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.
Skala pH bukanlah skala absolut.Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang
pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. Air murni bersifat netral, dengan pH-
nya pada suhu 25°C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut
bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.
Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri
pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa
(keteknikan), dan oseanografi.
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda,
semakin panas benda tersebut.Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki
oleh suatu benda.Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam
bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran.Makin tingginya energi atom-
atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.Suhu juga disebut temperatur yang
diukur dengan alat termometer. Satuan termometer yang paling dikenal adalah Celsius,
Fahrenheit dan Kelvin.

3
C. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
a. pH meter Hanna
b. Gelas beker
c. Aquadest
d. Tisue
e. Sampel limbah cair
2. Prosedur Pengoperasian Alat
a Lepaskan pelindung elektroda
b Celupkan elektroda dan pengatur suhu ke dalam sample limbah cair sepanjang 4
cm (1,5″)
c Tunggu sampai hasil yang terbaca stabil
d LCD akan menunjukkan hasil pengukuran
e Catat hasilnya

D. TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan keasaman atau pH
2. Jelaskan tentang nilai pH dan suhu limbah anda
3. Sebutkan dan jelaskan factor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai pH
4. Berapakah nilai pH yang disarankan bagi limbah supaya dapat dibuang di lingkungan
5. Jika limbah anda melebihi ambang batas, bagaimana cara menanganinya

E. REFERENSI
Anonim. Manual Book pH meter Hanna. 2014. Hanna Instruments, Inc.
Tchobanoglous, G., Burton, F.L., Stensel, H. D. 2004. Wastewater Engineering :
Treatment and Reuse. Fourth Edition. Metcalf & Eddy, Inc

4
LIMBAH CAIR: ANALISIS PENGUKURAN WARNA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui metode pengukuran warna
2. Menentukan warna pada sampel limbah cair

B. LANDASAN TEORI
Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna
(berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut.Sebagai
contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang warna
yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer. Dalam peralatan
optis, warna bisa pula berarti interpretasi otak terhadap campuran tiga warna primer cahaya:
merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu. Misalnya pencampuran 100%
merah, 0% hijau, dan 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta.

C. PROSEDUR PRAKTIKUM
Penentuan Warna menggunakan Alat TC 3000
Uji warna: satuan color unit (cu)
1 Alat dan Bahan:
a. Sampel limbah cair
b. Seperangkat alat pengukur warna TC 3000
2 Prosedur Pengoperasian Alat:
a. Tekan OK untuk menyalakan alat
b. Tekan OK untuk memilih Measure
c. Arahkan ke bawah, lalu pilih Color untuk uji warna dan tekan OK
d. Bilas tabung bersih menggunakan air tidak berwarna (color-free water)
menggunakan air hasil distilasi atau air hasil deionisasi
e. Isi tabung menggunakan air tersebut sampai batas volume 10 ml
f. Keringkan tabung menggunakan kain lembut
g. Letakkan pada posisi lingkaran yang kering
h. Tutup tabung
i. Buka penutup alat ukur
j. Masukkan tabung ke dalam wadah di dalam alat ukur

5
k. Luruskan derajad penunjuk pada posisi lingkaran dengan penunjuk mengarah
pada alat
l. Tutup penutupnya dan tekan OK untuk memilih Scan Blank
m. Keluarkan tabung dari alat
n. Kosongkan tabung
o. Bilas tabung menggunakan air sampel
p. Isi tabung menggunakan air sampel sampai 10 ml
q. Buka penutup alat. Masukkan tabung dengan air sampel. Luruskan derajad
penunjuk pada posisi lingkaran dengan penunjuk mengarah pada alat. Tutup
penutupnya. Scroll ke bawah dan OK untuk memilih Scan Sample
r. Catat hasilnya
s. Tekan OFF selesai menggunakan alat
3. Prosedur Pelarutan
a. Jika limbah yang dihasilkan memeliki kekeruhan yang sangat pekat, atau tidak dapat
terbaca, maka lakukan pengenceran.
b. Sample dan standar dapat dilarutkan menggunakan air terdistilasi atau air ter-
deionisasi.
c. Pengenceran tergantung kondisi limbah awal, encerkan dengan penambahan 10 mL
aquades, catat penambahan aquades

D. TUGAS
1. Bagaimana deskriptif dari warna dan bau limbah anda?
2. Apakah dari segi estetika sudah dianggap mengganggu?
3. Adakah cara mengukur warna dan bau secara elektronik?
4. Apa manfaat diketahuinya warna dan bau limbah cairan dalam pengendalian limbah
industri?
5. Bagaimana cara menangani warna dan bau yang kurang sedap pada limbah industri.

E. REFERENSI
Anonim. Manual Book TC 3000. 2014. Hanna Instruments, Inc.
Tchobanoglous, G., Burton, F.L., Stensel, H. D. 2004. Wastewater Engineering :
Treatment and Reuse. Fourth Edition. Metcalf & Eddy, Inc.

6
LIMBAH CAIR: ANALISIS KEKERUHAN (TURBIDITY)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa memahami karakteristik limbah cair yaitu kekeruhan
2. Mahasiswa mampu mengukur dan menganalisis kekeruhan limbah cair

B. LANDASAN TEORI
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut,
dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang
ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sedimen. Air buangan dari industri-industri
makanan, terutama industri fermentasi dan industri tekstil sering mengandung padatan
tersuspensi dalam jumlah relatif tinggi. Jumlah padatan tersuspensi di dalam air dapat diukur
menggunakan alat turbidimeter (Fardiaz, 1992)

C. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
a. Sampel limbah cair
b. Seperangkat alat pengujian kekeruhan TC 3000
2. Prosedur Pengoperasian Alat
a. Tekan OK untuk menyalakan alat
b. Tekan OK untuk memilih Measure
c. Tekan OK untuk memilih Turbidity
d. Bilas tabung bersih tiga kali menggunakan blanko
e. Isi tabung menggunakan blanko sampai garis batas. Tuangkan blanko dengan hati-
hati untuk menghindari terbentuknya gelembung.
f. Keringkan blanko menggunakan kain lembut. Letakkan tabung pada posisi lingkaran
yang kering dan tepat. Tutup tabung. Usap kembali tabung menggunakan kain lembut.
g. Buka alat. Masukkan tabung pada wadah di dalam alat. Luruskan derajad penunjuk
pada posisi lingkaran dengan penunjuk mengarah pada alat. Tutup penutup alat.
h. Tekan OK untuk memilih Scan Blank
i. Keluarkan tabung
j. Bilas tabung bersih, atau gunakan tabung yang sama, sebanyak tiga kali menggunakan
sample yang akan diuji. Hindari menumpahkan sampel pada bagian luar tabung.
k. Isi tabung menggunakan sampel sampai garis batas.

7
l. Tuangkan sampel dengan hati-hati untuk mencegah terbentuknya gelembung
m. Tutup tabung
n. Usap lagi seluruh tabung menggunakan kain lembut
o. Buka alat. Masukkan tabung pada wadah di dalam alat. Luruskan derajad penunjuk
pada posisi lingkaran dengan penunjuk mengarah pada alat. Tutup penutup alat.
p. Tekan OK untuk memilih Scan Sample
q. Catat hasilnya
r. Tekan OFF selesai menggunakan

D. TUGAS
1. Mengapa kekeruhan limbah cair perlu diketahui?
2. Apa dampaknya jika pada limbah cair mengandung kadar kekeruhan tinggi?
3. Berikan contoh zat-zat yang berperan dalam peningkatan kekeruhan limbah cair?
4. Apa yang dimaksud dengan padatan tersuspensi dan koloid dalam limbah cair?

E. REFERENSI
Anonim. Manual Book TC 3000. 2014. Hanna Instruments, Inc.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

8
ACARA IV DISSOLVED
OXYGEN-BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND
(DO-BOD)

A. TUJUAN
a. Mahasiswa dapat menjelaskan metode dan manfaat analisis oksigen terlarut dan BOD
b. Mampu menentukan nilai oksigen terlarut dan BOD pada sampel limbah cair.

B. PENGANTAR
Dissolved Oxygen atau oksigen terlarut adalah ukuran relatif dari jumlah oksigen (O2)
terlarut dalam air. Oksigen Terlarut (DO) dapat dinyatakan dalam satuan seperti mililiter O2 per
liter (ml / L), O2 miligram per liter (mg / L) dan ppm.. Pada ekosistem perairan, keberadaan
oksigen sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain distribusi temperatur, keberadaan
produser autotrop yang mampu melakukan fotosintesis, serta proses difusi oksigen dari udara.
Konsentrasi DO sangat tinggi juga bisa membahayakan kehidupan air. Ikan di perairan yang
mengandung gas terlarut berlebihan dapat menderita suatu kondisi dimana gelembung oksigen
blok aliran darah melalui pembuluh darah, menyebabkan kematian. Perubahan tiba-tiba oksigen
terlarut menginduksi stres dan kemudian membuat ikan lebih rentan terhadap penyakit.
Konsentrasi oksigen terlarut yang ideal untuk ikan banyak adalah antara 7 dan 9 mg / l; DO
optimal untuk ikan trout coklat dewasa 9-12 mg / l..Kebanyakan ikan tidak dapat bertahan hidup
pada konsentrasi di bawah 3 mg / l oksigen terlarut.
BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.
Satuannya sama dengan satuan konsentrasi DO. Pengukuran BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri. Pengukuran BOD
dapat dilakukan dengan DO5. Yakni pengukuran DO pada hari 0 dan ke 5. Selama 5 hari sampel
diinkubasi pada kondisi gelap dan suhu tetap (20°C) agar tidak tereduksi oleh cahaya dan
sebagai pembanding dengan DO0 dan pengukuran oksigen terlarut selama inkubasi
menunjukkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh sampel air.

C. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
a. Lutron DO-5510 HA

9
b. Limbah
c. Aquadest
d. Probe-Filling Electrolyte
2. Cara Kerja
a. Kalibrasi
1) Jika tidak ada cairan pada probe head, maka masukkan cairan elektrolite hingga
penuh.
2) Perhatikan probe head, pastikan tidak ada gelembung yang terperangkap.
3) Pastikan tidak ada probe yang tersambung dengan alat DO-meter
4) Hidupkan alat dengan menekan tombol power
5) Arahkan “O2/DO Selector” kea arah O2 dan tekan tombol “zero” dan LCD akan
menunjukkan angka 0.
6) Sambungkan probe lalu tunggu hingga 5 menit sampai nilai yang ditunjukkan
stabil.
7) Tekan tombol “O2 CAL” maka nilainya akan menunjukkan nilai 20.9 atau 20.8
yang artinya kadar oksigen dalam udara adalah 20.9%
b. Pengukuran Dissolved Oxygen (DO)
1) Hidupkan tombol “power” setelah melakukan proses kalibrasi
2) Arahkan “O2/DO Selector” ke arah DO
3) Mencelupkan head probe ke dalam air kemudian baca nilai yang tertera pada
LCD setelah nilai yang terbaca stabil.
4) Ketika pengukuran telah selesai, bilas head probe hingga bersih dengan
aquadest dan gosok dengan hati-hati menggunakan tisu.
c. Pengukuran BOD
1) Sampel dihitung DO-nya dengan DO Meter pada langkah b disebut dengan DO0
2) Sampel lalu diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap 20oC
3) Sampel dihitung DO-nya dengan DO Meter (DO5) pada hari ke 5
4) Menghitung kadar BOD.

D. PERHITUNGAN
BOD = (DO0 – DO5)

10
Ket :
BOD = Bological oxygen demand (mg/L)
DO0 = Oksigen terlarut 0 hari
DO5 = Oksigen terlarut 5 hari

E. TUGAS
1. Apakah definisi DO dan BOD, jelaskan maksudnya dan faktor apa yang dapat
mempengaruhi ?
2. Jelaskan arti penting pengetahuan nilai BOD dalam pengendalian limbah industri.
3. Berapa nilai ambang batas DO & BOD yang diperbolehkan (Undang-undang/PP
terbaru), bagaimana cara menanganinya jika lebih atau kurang nilainya.
4. Kaitkan hasil analisis Anda, berikan ulasan dan solusi cara menanganinya

F. REFERENSI
Anonim. Manual book Lutron DO-5510 HA. 2014. Lutron Electronics.
Tchobanoglous, G., Burton, F.L., Stensel, H. D. 2004. Wastewater Engineering :
Treatment and Reuse. Fourth Edition. Metcalf & Eddy, Inc

11
ACARA V
CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dan aplikasi nilai COD.
2. Mahasiswa dapat menentukan nilai COD sampelnya.

B. LANDASAN TEORI
Bahan organik yang terdapat pada air permukaan, berasal dari sumber-sumber alami
yaitu padatan organik yang telah membusuk, limbah buangan iindustri, dan berasal dari
kegiatan domestik. Terdapat 2 macam bahan organik secara umum yaitu bahan organik
biodegradable dan non biodegradable. Pengukuran bahan organik dapat dilakukan dengan
beberapa uji, satu diantaranya adalah COD.
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat
organik yang ada dalam 1 liter contoh, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai
sumber oksigen. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang
secara alamiah dapat teroksidasi. Prinsip pengukuran COD dilakukan dengan menggunakan
larutan K2Cr2O7 sebagai sumber oksigen dan pada suasana asam.Jenis zat-zat yang dapat
dioksidasi melalui uji COD antara lain ; organik biodegradable seperti gula,protein,dll ;
selulosa dan sebagainya; N organic biodegradable; N organik non biodegradable :NO2, Fe2+,
S2-; Hidrokarbon aromatik dan rantai.

C. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
a. Erlenmeyer 250 ml 2 buah
b. Gelas ukur 25 ml 1 buah
c. Gelas ukur 10 ml 1 buah
d. Pipet ukur 1 ml 2 buah
e. Glasfirn 3 buah
f. Gelas ukur 200 ml 1 buah
g. Buret 50 ml 1 buah
h. Bekker glas 250 ml 1 buah
i. Pipet tetes

12
j. Larutan K2Cr2O7
(Kalium dikromat)
k. Larutan HgSO4 (Merkuri sulfat)
l. Larutan Na2S2O3 0,025 N (natrium tiosulfat)
m. Larutan KI
n. Indikator pati 1 %

2. Cara kerja
a. Memasukkan 1 ml limbah ke dalam erlenmeyer yang telah di isi 1 ml larutan
(Merkuri Sulfat) HgSO4
b. Menambahkan 20 ml larutan Kalium dikromat (K2Cr2O7) sedikit demi sedikit dan
mengocok hingga homogen (jika timbul warna hijau, lakukan pengenceran)
c. Memanaskan larutan tersebut hingga timbul 3-5 gelembung kemudian didinginkan
hingga mencapai suhu kamar
d. Menambahkan 150 ml aquadest dan mendinginkannya kembali.
e. Menambahkan ke dalam larutan 10 ml larutan Kalium Iodida (KI), setelah
ditambahkan KI harus segera dilakukan titrasi.
f. Menitrasi larutan dengan larutan Natrium tio sulfat Na2S2O3 0,025 N hingga
larutan berwarna coklat kekuningan
g. Menambahkan 2 ml indikator kanji 1 % ke dalam larutan
h. Menitrasi kembali larutan hingga warna biru berubah menjadi jernih
i. Melakukan prosedur yang sama untuk larutan blangko

D. PERHITUNGAN
(𝐵 − 𝐶) × 𝑁_𝑇𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 × 8000
𝐶𝑂𝐷 (𝑚𝑔/𝐿) = ×𝑃
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
N = normalitas tio sulfat
B = ml tio untuk blangko
C = ml tio untuk sampel
P = pengenceran
E. TUGAS
1. Apakah definisi COD dan jelaskan maksudnya?
2. Jelaskan arti penting pengetahuan nilai COD dalam pengendalian limbah industri.

13
3. Berapa nilai ambang batas COD yang diperbolehkan (Undang-undang/PP terbaru)
4. Berdasarkan jawaban no. 3 dan dikaitkan dengan hasil analisis nilai COD anda,
berikan ulasannya.

F. REFERENSI
Davis, M.L. 2010.Water and Wastewater Engineering : Design Principles and Practice.
The MaGraw-Hill Company, Inc.
Tchobanoglous, G., Burton, F.L., Stensel, H. D. 2004. Wastewater Engineering :
Treatment and Reuse. Fourth Edition. Metcalf & Eddy, Inc.

14
ACARA VI
ANALISIS ZAT PADAT
dengan metode Gravimetri

A. TUJUAN
1. Mampu menentukan jumlah/kadar zat padat (solid) dalam air, baik yang tersuspensi
maupun terlarut
2. Mampu mengklasifikasikan jenis padatan terlarut dalam limbah cair.

B. PENGANTAR
Pada pembuangan limbah cair, analisis zat padat dalam air sangat penting bagi
penentuan komponen-komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta
pengawasan proses-proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang
air buangan.
Zat padat yang ada dalam air limbah terdiri dari zat padat terlarut dan zat padat
tersuspensi baik bersifat organik dan inorganik. Kandungan zat padat ini nantinya akan
berpengaruh pada proses produksi atau proses selanjutnya. Maka ada kalanya beberapa
parameter harus dikendalikan. Contoh padatan yang mungkin ada pada limbah cair
adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur dan
sebagainya.
Parameter yang dihitung diantaranya TS (Total Solids), TSS (Total Suspended
Solids), FSS (Fixed Suspended Solids), VSS (Volatile Suspended Solids), TDS (Total
Dissolved Solids), FDS (Fixed Dissolved Solids) dan VDS (Volatile Dissolved Solids).

C. PROSEDUR KERJA
1.Bahan
a. Air Limbah
b. Kertas Saring
c. Aquadest
2. Alat
a. Cawan porselen
b. Desikator
c. Furnace

15
d. Oven
e. Gelas ukur 50 ml
f. Timbangan
g. Tang krus
h. Pinset
i. Corong
j. Neraca Analitik
k. Statip

D. CARA KERJA
1. Preparasi sampel
a. Pisahkan partikel besar yang mengapung.
b. Aduk sampel sampai homogen kemudian pindahkan sebanyak 20 mL kedalam gelas
ukur.
2. Preparasi cawan dan kertas saring
a. Panaskan cawan porselen pada oven suhu 1050C selama 1 jam kemudian masukkan
kedalam desikator lalu timbang massa cawan
b. Pasang kertas saring pada corong dan letakkan corong pada labu Erlenmeyer, siram
kertas saring dengan aquades.
c. Pindahkan kertas saring dari corong ke cawan porselen.
d. Keringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator
selama 10-15 menit kemudian timbang.
3. Analisis
a. Siapkan alat penyaringan kemudian basahi saringan dengan sedikit air suling atau
aquades.
b. Masukkan sampel kedalam peralatan penyaringan dan tunggu sampai semua larutan
melewati saringan dan filtratnya ditampung.
c. Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring ke cawan porselen.
d. Keringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105°C, dinginkan dalam desikator
selama 10-15 menit untuk menyeimbangkan suhu dan timbang.
e. Filtrat yang ditampung tadi panaskan pada oven di suhu 105oC selama 1 jam,
dinginkan lalu timbang;
f. Kertas saring dan filtrat yang telah dipanaskan pada oven tadi lalu dipanaskan pada
furnace di suhu 550oC selama 1 jam, dinginkan lalu timbang

16
E. PERHITUNGAN
1. Rumus
a = massa kertas saring e = b dipanaskan 105° C
b = kertas saring + residu f = e dipanaskan 550° C
c = massa cawan g = d dipanaskan 105° C
d = massa cawan+filtrat h = i dipanaskan 550° C
2. Parameter (mg/mL)
a. TSS = (e – a) x 1000/mL sampel
b. FSS = (f – e) x 1000/mL sampel
c. VSS = TSS - FSS
d. TDS = (g – c) x 1000/ mL sampel
e. FDS = (h – g) x 1000/ mL sampel
f. VDS = TDS – FDS
g. TVS = VSS + VDS
h. TFS = FSS + FDS
i. TS = TSS + TDS

F. TUGAS
1. Jelaskan kenapa suhu 1050C dan 5500C dipilih pada analisis ini?
2. Jelaskan kondisi limbah yang anda dapat berdasarkan hasil analisis yang anda
lakukan
3. Apakah manfaat dari analisis zat padat dan berikan aplikasinya pada industri

17
ACARA VII
ANALISIS KOAGULASI DAN FLOKULASI

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu melakukan metode pengolahan dengan proses koagulasi dan
flokulasi.
2. Mampu menentukan pemberian dosis koagulan yang optimum pada sampel limbah
cair

B. LANDASAN TEORI
Salah satu langkah penting dalam pengolahan air untuk mendapatkan air bersih adalah
adalah menghilangkan kekeruhan dari air tersebut. Kekeruhan disebabkan oleh adanya
partikel-partikel kecil dan koloid yang tidak lain adalah kwarts, tanah liat, sisa tanaman,
dan sebagainya. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebut sulit mengendap dengan
proses sedimentasi biasa. Pada hakekatnya partikel tersebet dapat diendapkan,namun
membutuhkan waktu yang sangat lama. Oleh karena itu diperlukan penambahan bahan
kimia kedalamnya yang memungkinkan proses pengendapan menjadi lebih cepat,
sehingga partikel dan koloid dapat dipisahkan dari cairan.Proses pemisahan partikel
dengan penambahan bahan kimia dinamakan proses koagulasi dan flokulasi.
Koagulasi adalah proses penambahan zat kimia (koagulan) yang memiliki kemampuan
untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga partikel siap membentuk flok
(gabungan partikel-partikel kecil). Flokulasi adalah proses pembentukan dan
penggabungan flok dari partikel-partikel tersebut yang menjadikan ukuran dan beratnya
lebih besar sehingga mudah mengendap. Proses koagulasi dan flokulasi pada skala
laboratorium dilakukan dengan peralatan JAR TEST. Beberapa senyawa koagulan yang
biasa digunakan adalah tawas, senyawa besi, PAC ( poli aluminium klorida) dan lain-
lain.
Proses flokulasi terdiri dari tiga langkah :
1. Pelarutan reagen (koagulan) melalui pengadukan cepat (1 menit, 100 rpm).
Pemberian koagulan dapat menyebabkan pH larutan menjadi rendah, sedangkan
proses flokulasi memerlukan pH 6-8; bila perlu pembubuhan bahan kimia untuk
koreksi pH

18
2. Pengadukan lambat (15 menit, 20 rpm) untuk pembentukan flok-flok. Pengadukan
yang terlalu cepat dapat merusak flok yang telah terbentuk.
3. Penghapusan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan melalui
sedimentasi (15 menit atau 30 menit, 0 rpm).

C. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
a. Larutan koagulan : Melarutkan 10 gram koagulan tawas di dalam 1 Liter aquadest
b. NaOH ( Natrium Hidroksida) 0,1 N
c. HCl (Asam Klorida) 0,1 N
d. sampel limbah cair
e. Jar test
f. Gelas bekker 1000 ml 6 buah
g. Gelas bekker 250 ml 6 buah
h. Pipet ukur 5 ml dan pipet biasa
i. pH meter

2. Cara Kerja
a. Pengaturan pH sampel sebelum jar test
1) Tawas bekerja optimum pada pH 6-8.
2) Tuangkan 100 ml air sampel dalam bekker 250 ml.
3) Ukur pH larutan dengan pH meter
4) Jika larutan bersifat basa ( pH>7), dengan menggunakan buret titrasi dengan
larutan HCl 0,1 N sampai pH 7. catat jumlah titran
5) Jika larutan bersifat basa ( pH<7), titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai
pH 7. catat jumlah titran
6) Untuk sampel dalam jar test sebanyak 1000 ml, jumlah titran x 10
b. Percobaan Jar Test
1) Menyiapkan 4 buah gelas bekker ukuran 1000 ml, tempatkan pada alat jar
test
2) Masukkan sampel limbah cair ke dalam masing-masing gelas bekker
sebanyak 1000 ml.
3) Siapkan alat pencatat waktu atau stop watch

19
4) Menyalakan alat jar test dengan menekan tombol POWER
5) Set kecepatan putaran pada 100 rpm.
6) Masukkan larutan NaOH/HC1 yang dibutuhkan supaya sampel berada pada
pH optimum untuk tawas yaitu 6-8 (sesuai percobaan pH)
7) Masukkan koagulan tawas dengan dosis tertentu ke dalam 4 bekker secara
bersamaan, hidupkan stopwach.Campuran diaduk dengan kecepatan 100
rpm selama 1 menit.
8) Menambahkan flokulan dengan dosis tertentu dilanjutkan pengadukan
lambat dengan kecepatan 20 rpm selama 15 menit. Diamati pembentukan
flok yang terjadi.
9) Setelah 15 menit hentikan alat, dan biarkan flok mengendap selama 30
menit di kerucut inhoff
10) Ambil cairan yang bening, dan ukur TSS nya

D. TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan jar test
2. sebut dan jelaskan aplikasi jar test pada industri
3. Apakah yang dimaksud dengan koagulan dan flokulan, berikan contoh senyawanya
4. Bagaimana cara kita memilih koagulan dan flokulan yang cocok untuk limbah atau
jenis perairan tertentu

E. REFERENSI
Davis, M.L. 2010.Water and Wastewater Engineering : Design Principles and Practice.
The MaGraw-Hill Company, Inc.

20
ACARA VIII
PIROLISIS

A. TUJUAN
1. Mampu mengolah limbah padat agroindustri menggunakan proses pirolisis
2. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan kelayakan ekonomi pembuatan asap cair
3. Mampu menjelaskan aplikasi proses pirolisis dalam industri

B. PENGANTAR
Limbah padat agroindustri biasanya masih mengandung kadar carbon tinggi.
Kandungan karbon ini masih dapat dimanfaatkan sebagai sumber biomassa. Biomassa
adalah sebuah nama yang diberikan untuk material yang tersisa dari suatu tanaman atau
hewan seperti serbuk kayu dari hutan, sekam padi dan jerami padi dari pertanian serta
limbah organik manusia dan hewan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam
menggantikan bahan bakar fosil adalah dengan mengkonversikan biomassa menjadi bio-
oil yaitu dengan cara pirolisis.
Pirolisis adalah suatu proses untuk menguraikan bahan organik menggunakan
panas pada suhu tinggi yakni lebih dari 1500C tanpa adanya oksigen. Hasil pirolisis ini
adalah gas atau partikel yang disebut sebagai gas pirolisis primer. Untuk pemurnian
biasanya dilakukan proses pirolisis sekunder. Dimana pada proses ini dilakukan operasi
serupa dengan destilasi.
Gas yang dihasilkan dari pirolisis sekunder selanjutnya dilakukan proses
liquification atau proses perubahan wujud dari gas menjadi cair melalui operasi
kondensasi. Menggunakann konsep perpindahan panas dapat melakukan kondensasi
dengan bantuan air dingin atau es batu.
Parameter yang mempengaruhi proses pirolisi adalah sebagai berikut:
1. Kadar Air
2. Ukuran Partikel
3. Laju Pemanasan
4. Temperatur
5. Bahan
6. Tipe Pirolisis

21
C. PROSEDUR KERJA
1. Bahan
a. Limbah Padat
b. Es Batu
2. Alat
a. Kaleng besar dan Kaleng kecil
b. Pipa alumunium
c. Selang plastik
d. Lem Plastic Steel (dextone)
e. Gelas ukur
f. Gelas beker
g. Termometer
h. Kompor
i. Gunting

D. CARA KERJA
1.Pirolisis Asap Cair
a. Siapkan rangkaian pirolisis.
b. Kecilkan ukuran limbah yang akan dipirolisis
c. Timbang limbah kering sebanyak 1 kg
d. Masukkan dalam reaktor pirolisis
e. Letakan reaktor pirolisis diatas kompor dan masukan es batu pada kondensor
f. Nyalakan kompor dan lakukan proses pirolisis selama 1jam 15 menit
g. Tampung cairan yang keluar melalui kondensor menggunakan botol kaca.
h. Ukur volume cairan yang dihasilkan.
2.Analisis Ekonomi Pembuatan Asap Cair
Analisis kelayakan ekonomi dengan melakukan perhitungan pokok penjualan (HPP), BEP
dan Payback Period

E. PERHITUNGAN
Rendemen
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡 (𝑚𝐿)
𝑥100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 (𝑔𝑟)

22
F. TUGAS
1. Jelaskan prinsip utama pembuatan asap cair dengan menggunakan pirolisis
2. Bahan baku yang seperti apa saja yang dapat digunakan dalam pirolisis

23
FORMAT LAPORAN AKHIR
JUDUL MENGGUNAKAN HURUF TIMES NEW ROMAN 12 (Maksimal 150
Karakter)
Nama Penulis Satu1, Nama Penulis Dua2
(Nama Lengkap Tanpa Singkatan dan Tanpa Gelar Akademik)
1
Afiliasi Penulis Satu: Program Studi/Departemen/Fakultas, Nama Organisasi, Negara
Email: 1penulis.satu@xyzmail.ac.id
2
Afiliasi Penulis Satu: Program Studi/Departemen/Fakultas, Nama Organisasi, Negara
Email: 2penulis.dua@xyzmail.ac.id

ABSTRAK

Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris sepanjang 150 – 300 kata. Abstrak memberikan gambaran
umum mengenai isi dari makalah. Abstrak tidak perlu ditulis secara matematis namun harus
menyatakan detail tujuan dari pembuatan makalah, metode penelitian, dan hasil atau temuan penelitian
dan kontribusinya. Abstrak cukup ditulis dalam satu paragraf dengan menggunakan Times New Roman
11, italic.

Keywords: kata kunci dipilih yang menjelaskan atau menggambarkan isi tulisan dengan
menggunakan huruf kecil kecuali untuk penulisan singkatan. Kata kunci berjumlah empat atau paling
banyak berjumlah enam kata/frase masing-masing dipisahkan dengan tanda koma (,) dan ditulis
dengan menggunakan Times New Roman 11, italic.

I. PENDAHULUAN (HEADING 1)
Panjang naskah yang diharapkan antara 10 – 12 halaman. Naskah diketik pada kertas berukuran
standar A4 (21 x 29,7 cm) dengan format satu kolom dan satu spasi dan rata kanan-kiri. Margin yang
digunakan adalah margin standar 3-3-2-2 (kiri-atas-kanan-bawah). Setiap paragraf baru diawali dengan
1 kali tab. Judul diketik dengan menggunakan format Heading 1 pada Ms. Word. Isi naskah diketik
dengan menggunakan huruf Times New Roman ukuran 11. Istilah asing harus ditulis dengan italic.
Bagian PENDAHULUAN mencakup Latar Belakang, Tujuan, dan Identifikasi Masalah yang
dipaparkan secara tersirat (implisit) serta referensi, sumber atau dasar teori yang digunakan sebagai
acuan atau rujukan dalam penulisan makalah.. Tinjauan pustaka/rujukan adalah landasan teori yang
digunakan oleh peneliti/penulis dalam melakukan penelitian dan menulis makalah. Oleh karenanya
sedapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan 10 tahun terakhir (Baker & Kotler, 2016;
Santoso, 2017). Pustaka dapat berupa laporan penelitian (termasuk Skripsi/Tugas Akhir, Tesis,
Disertasi) atau makalah penelitian dalam jurnal atau majalah ilmiah, proceeding, makalah dalam buku
kumpulan makalah ilmiah (book section), serta buku-buku atau website yang sesuai.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN (HEADING 1)


Pada bagian ini menjelaskan bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian dan metode yang
digunakan untuk penelitian. Metode Penelitian berisi metode yang digunakan oleh peneliti/penulis
dalam melakukan penelitian. Analisis Data berisi pemaparan dari peneliti/penulis dalam mengolah data
hasil penelitian

24
III. HASIL DAN PEMBAHASAN (HEADING 1)
Hasil penelitian disajikan secara singkat dan jelas. Hasil penelitian dibahas dan
diinterpretasikan berdasarkan hasil-hasil penelitian lainnya dan dasar teori yang digunakan.
Pada bagian ini dimungkinkan untuk dibuat dalam beberapa sub-bab dengan judul yang singkat
dan jelas. Pembahasan menekankan pentingnya penelitian dalam kondisi terkini atau hasil
penelitian lainnya.

Persamaan matematika harus diberi nomor urut dengan angka Arab dalam kurung biasa dan
harus diacu dalam tulisan.

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e (1)

Tabel dan gambar harus diberi nomor dan judul lengkap serta harus diacu dalam tulisan. Contoh:
Tabel 1, Tabel 2(a), Gambar 1, Gambar 2(a). Keterangan tabel ditulis di atas tabel sedangkan
keterangan gambar ditulis di bawah gambar. Pastikan semua tabel dan gambar dirujuk di dalam naskah.

Tabel 1. Judul........................
No Kolom 1 Kolom 2 Kolom3
1 Abc 0.xxx 10
2 Bcd 3.yyy 5
3 Cde 1.zzz 25
Sumber.

Gambar 1. Judul...................................

IV. KESIMPULAN (HEADING 1)


Kesimpulan berisi tulisan penulis mengenai hal yang dapat ditarik dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Kesimpulan sebaiknya ditulis secara eksplisit dan deskriptif tidak dalam bentuk pointer-
pointer.

5
UCAPAN TERIMA KASIH
Bagian ini merupakan opsional yang dapat digunakan untuk menyampaikan penghargaan kepada
para pihak yang telah membantu penelitian sampai dengan penulisan artikel.

DAFTAR PUSTAKA

Penulisan daftar pustaka mengacu pada aturan penulisan yang digunakan oleh American
Psychological Association (APA). Penulisan sitasi disarankan menggunakan software yang biasa
digunakan seperti Zotero, Mendeley dan lain sebagainya, sebagai contoh penulisannya adalah (Tse &
Landfeldt, 2012).
Daftar pustaka harus ditulis berdasarkan urutan abjad dan kemudian menurut urutan tahun jika
diperlukan. Pustaka yang berasal dari penulis yang sama di tahun yang sama harus diidentifikasi dengan
menggunakan huruf ‘a’, ‘b’, ‘c’, dst., yang ditulis setelah tahun penerbitan.

Penulisan daftar pustaka dapat dilihat pada contoh di bawah ini:

Pustaka jurnal penelitian

Van der Geer, J., Hanraads, J. A. J., & Lupton, R. A. (2010). The art of writing a scientific article.
Journal of Scientific Communications, 163, 51 – 59.

Hardwick, J., A. R. Anderson, and D. Cruickshank. 2013. Trust formation processes in innovative
collaborations: Networking as knowledge building practices. European Journal of Innovation
Management 16 (1): 4-21.

Pustaka buku
Strunk, W., Jr., & White, E. B. (2000). The elements of style. (4th ed.). New York: Longman, (Chapter
4).

Pustaka website
Cancer Research UK. Cancer statistics reports for the UK. (2003).
http://www.cancerresearchuk.org/aboutcancer/statistics/cancerstatsreport/ Accessed 13.03.03

Anda mungkin juga menyukai