Anda di halaman 1dari 11

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pada Allah subhanahu wa taala yang telah memberikan rahmat
dankarunia-Nya kepada kami , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model). Penulis makalah ini untuk memenuhi
salah satu tugas kuliah Promosi Kesehatan. Makalah ini disusun sesuai dengan pengetahuan
yang kami miliki saat ini . Kami berharap makalah ini dapat memenuhi persyaratan tugas
mata kuliah Komunitas Satu. Meskipun makalah ini masih jauh dari kesan sempurna karena
keterbatasan pengetahuan kami, mengenai Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Mo
del). Dengan segenap kesadaran diri, kami sangat mengharapkan saran dan kritik untuk
membangun dan penyempurnaan makalah yang kami tulis .

Gorantalo, 06 November 2020

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku kesehatan masyarakat merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas
kesehatan masyarakat. Belakangan ini, kualitas kesehatan masyarakat di Indonesia
mengalami penurunan akibat perilaku kesehatan masyarakat yang buruk.
Penurunan kualitas kesehatan masyarakat akibat perilaku kesehatan masyarakat yang buruk
ini kemudian menjadi suatu hal yang sangat krusial bagi petugas kesehatan. Perilaku yang
buruk, rusaknya lingkungan, dan penurunan kualitas kesehatan menjadi siklus yang harus
diputus untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sehat.
Melalui teori Health Belief Model, kita mampu mempelajari perilaku kesehatan
masyarakat yang akan mempermudah pemahaman tehadap perubahan kualitas kesehatan
masyarakat. Melalui pemahaman dan pengaplikasian teori Health Belief Model yang baik
akan tercipta kualitas kesehatan masyarakat indonesia yg baik pula.
1.2  Tujuan
Dengan mempelajari teori Health Belief Model ini diharapkan seorang mahasiswa
kesehatan masyarakat akan mempu menjadi calon sarjana kesehatan masyarakat yang baik,
yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di Indonesia.
1.3   Manfaat
·    Memeperkaya pengetahuan dibidang kesehatan khususnya perilaku masyarakat
·    Memahami koksep teori Health Belief Model
·    Mempermudah pemahaman terhadap perilaku kesehatan masyarakat
·    Mempersiapkan diri menjadi seorang calon sarjana masyarakat yang baik
1.4  Rumusan Masalah
·    Apa yang dimaksud dengan Teori Health Belief Model?
·    Bagaimana sejarah lahirnya teori Health Belive Model?
·    Apa peran teori Health Belief Model dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat?
·    Apa sajakah konsep utama Health Belief Model?
·    Bagaimana cara mengkur Health Belief Model?
·    Apa saja faktor esensial yang memperngaruhi Health Belief Model?
·   Apa contoh penyakit yang menerapkan konsep Health Belief Model?
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Health Belief Model


Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada
sikap dan keyakinan individu.

2.2 Sejarah lahirnya Teori Health Belief Model


HBM atau Health Belief Model dikembangkan pertama kali tahun 1950-an oleh
seorang psikologis sosial di layanan kesehatan Publik AS yaitu dimulai dengan adanya
kegagalan pada program pencegahan dan pencegahan penyakit (Hocbaum 1958,Rosenstok
1960.1974). Selanjutnya HBM dipelajari sebagai perilaku terhadap gejala gejala sakit yang
terdiagnosis terutama tentang kepatuhan terhadap proses pencarian penyembuhan.
Sebelumnya, Witson (1925) mengembangkan teori yang dinamakan sebagai Teori S-R atau
stimulus rangsangan yang menyatakan bahwa  semua yang terjadi (perilaku) diakibatkan
karena adanya penguatan (reinforcement), kemudian Skiner (1938) menguatkan bahwa setiap
perilaku yang mendapatkan ganjaran memungkinkan seseorang akan meningkatkan atau
mengulangi perilaku tersebut.

2.3 Komponen Dasar Health Belief Model Komponen dasar HBM, dibagi menjadi 6 teori,
dimana empat presepsi berikut berfungsi sebagai konstruksi utama model HBM ini, yakni:
(1) perceived seriousness, (2) perceived susceptibility, (3) perceived benefits, dan (4)
perceived barriers. Masing-masing presepsi ini, baik secara individu maupun berkombinasi,
dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kesehatan. Baru-baru ini komponen lain telah
ditambahkan ke HBM, yakni: (1) cues to action, (Notoatmodjo, 2012).
1. Perceived seriousness/severity 13 Perceived seriousness disebut juga sebagai
keparahan/keseriusan yang dirasakan. Keparahan / keseriusan yang dirasakan bermaksud
sebagai presepsi seseorang terhadap tingkat keparahan penyakit yang diderita individu
(Anies, 2016). Sehingga perceived seriousness juga memiliki hubungan dengan perilaku
sehat, jika presepsi keparahan individu tinggi maka ia akan berperilaku sehat (Conner, dkk,
2013). Perceived seriousness ini juga mengacu pada tingkat keparahan kondisi (konsekuensi
medis yang meliputi kecacatan, rasa sakit, atau kematian) dan dampaknya terhadap gaya
hidup (konsekuensi social yang meliputi kemampuan kerja, hubungan social, dan lain-lain).
Contohnya individu percaya bahwa merokok dapat menyebabkan kanker (Subagiyo, 2014).
2. Perceived susceptibility Perceived susceptibility disebut juga sebagai kerentanan yang
dirasakan atau sebagai presepsi subyektif seseorang tentang risiko terkena penyakit (Anies,
2016). Perceived susceptibility ini juga mengacu pada keyakinan tentang kemungkinan
mendapatkan suatu penyakit, misalnya, seorang wanita pasti percaya ada kemungkinan
mendapatkan penyakit kanker payudara sebelum dia mendapatkan mammogram (Hayden,
2017).
3. Perceived benefits Perceived benefits disebut juga sebagai manfaat yang dirasakan. Ini
mengacu pada persepsi seseorang tentang efektivitas berbagai 14 tindakan yang tersedia
untuk mengurangi ancaman penyakit atau penyakit (atau untuk menyembuhkan penyakit)
(Lamorte, 2016). Jalannya tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencegah (atau
menyembuhkan) penyakit atau penyakit bergantung pada pertimbangan dan evaluasi dari
yang dirasakan dan manfaat yang dirasakan, sehingga orang tersebut akan menerima tindakan
kesehatan yang disarankan jika dianggap bermanfaat. Ketika seseorang yakin bahwa ia rentan
terhadap sesuatu penyakit dan juga sudah mengetahui bahaya penyakit tersebut, ia tidak akan
begitu saja menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan kepadanya, kecuali bila ia yakin
bahwa tindakan tersebut dapat mengurangi ancaman penyakit dan ia sanggup melakukannya
(Anies, 2016). Contohnya individu yang sadar akan keuntungan deteksi dinipenyakit akan
terus melakukan perilaku sehat seperti medical check up rutin. Contoh lain adalah kalau
terdapat seseorang tidak merokok, maka dia tidak akan terkena kanker (Subagiyo, 2014).
4. Perceived barriers Perceived barriers disebut juga sebagai rintangan yang dirasakan. Ini
mengacu pada perasaan seseorang terhadap hambatan untuk melakukan tindakan kesehatan
yang disarankan (Lamorte, 2016). Ada variasi yang luas dalam perasaan penghalang, atau
hambatan, yang menghasilkan analisis biaya/manfaat. Orang tersebut mempertimbangkan
keefektifan tindakan terhadap persepsi bahwa hal 15 itu mungkin mahal, berbahaya
(misalnya, efek samping), tidak menyenangkan (misalnya menyakitkan), menyita waktu, atau
merepotkan (Glanz, 2010).
5. Cues to action Cues to action adalah mempercepat tindakan yang membuat seseorang
merasa butuh mengambil tindakan atau melakukan tindakan nyata untuk melakukan perilaku
sehat. Cues to action juga berarti dukungan atau dorongan dari lingkungan terhadap individu
yang melakukan perilaku sehat disebut juga sebagai strategi untuk mengaktifkan kesiapan.
Inilah rangsangan yang dibutuhkan untuk memicu proses pengambilan keputusan untuk
menerima tindakan kesehatan yang direkomendasikan (Lamorte, 2016).
2.4 Konsep Utama Health Belief Model
HBM, mengandung konsep utama yaitu memprediksikan mengapa seseorang
melakukan tintadakan tertentu  untuk menjaga, melindungi dan mengendalikan kondisi sakit,
dengan melihat beberapa sudut pandang antara lain :
1.   Kerentanan (Perceived Susceptibility) yaitu seseorang merasakan keyakinan/percaya akan
kemungkinan sakit yang terjadi pada dirinya. Misalnya seseorang wanita yang beresiko
mempunyai pasangan yang tidak setia, akan merasakan dirinya rentan terkena suatu penyakit
menular seksual.
2.   Keseriusan (Perceived Severity/seriousility) yaitu seseorang memprediksikan tingkat
keparahan apabila menderita penyakit tersebut.
3.   Hambatan (Perceived Barrier) yaitu hambatan yang ada dalam seseorang berperilaku
sehat, misalnya pada kasus perempuan yang beresiko terkena penyakit IMS, dia akan mencari
pencegahan dengan pendeteksian dini melalui pemeriksaan Papsmear, namun dari pihak
suami tidak mendukung, hal ini merupakan hambatan.
4.  Keuntungan (Benefitt) yaitu seseorang menimbang keuntungan yang diperoleh antara
biaya yang dikeluarkan dengan tingkat sakitnya, misalnya apakah efektif biaya yang
dikeluarkan pada pemeriksaan Papsmear yang mahal bila dibandingkan dengan tingkat
keseriusan atau resiko penyakitnya.

Variasi dari model ini merupakan  nilai yang dirasakan serta intervensi yang


ditentukan sebagai keyakiyan utama. Konstruksi dari faktor mediasi kemudian menjadi
penghubung berbagai jenis persepsi dengan perilaku kesehatan di masyarakat.

2.5 Persepsi perawat Persepsi pada hakikatnya merupakan proses kognitif yng dialami oleh
setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, perasaan, maupun penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada
pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan
bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 2008). Menurut Gibson
(2001), persepsi sebagai proses seseorang untuk memahami lingkungan yang meliputi orang,
objek, symbol, dan sebagainya yang melibatkan proses kognitif. Proses kognitif merupakan
proses pemberian arti yang melibatkan tafsiran pribadi terhadap rangsangan yang 16 muncul
dari objek tertentu. Oleh karena tiap-tiap individu memberikan makna yang melibatkan
tafsiran pribadinya pada objek tertentu, maka masing-masing individu akan memiliki persepsi
yang berbeda meskipun melihat objek yang sama. Menurut Robbins (2008) ada tiga faktor
yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu sebagai berikut yaitu:
1) perceiver atau ciri orang yangbersangkutan
2) target atau sasaran yang dilihat oleh orang tersebut
3) kontekstual situasi. Perciver atau ciri orang yang bersangkutan yang berhubungan dengan
karakter individu. Jika seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi
tentang apa yang dilihatnya, ia dipengaruhi oleh karakteristik dividu yang turut berpengaruh,
seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapannya. Target adalah persepsi
seseorang yang tergantung pada sasaran yang dilihat oleh orang tersebut. Target dapat berupa
orang, benda, atau peristiwa. Sedangkan Situasi harus dilihat secara kontekstual yang berarti
dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula memperoleh perhatian. Situasi merupakan
faktor yang turut berperan serta dalam pertumbuhan persepsi seseorang. Dari definisi diatas
bisa disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu penafsiran terhadap situasi atau obyek tertentu
yang dipengaruhi oleh proses kognitif yang dipengaruhi oleh diri individu dan lingkungan.
Setiap orang bisa mempersepsikan sesuatu berbeda dengan orang lain tergantung faktor-
faktor yang mempengaruhinya.

Faktor lain yang juga mempengaruhi persepsi antara lain :
1. Variabel demografi : umur, jenis Kelamin, ras, pekerjaan. Demografi variabel (seperti usia,
jenis kelamin, etnis, pekerjaan)
2. Variabel sosio-psikologi : Ekonomi, kepribadian, sosial-psikologis variabel (seperti
status sosial ekonomi, kepribadian, strategi coping)
3. Persepsi efikasi (penilaian diri dalam hal kemampuan untuk berhasil mengadopsi perilaku
yang diinginkan)
4. Isyarat untuk tindakan (pengaruh eksternal dalam mempromosikan perilaku yang
diinginkan,  termasuk informasi yang diberikan atau dicari, komunikasi persuasif, dan
pengalaman pribadi)
5. Motivasi kesehatan  (individu terdorong  untuk tetap pada keadaan sehat )
6. Kontrol Perasaan (ukuran tingkat self-efficacy)
7. Ancaman (termasuk bahaya yang muncul tanpa melakukan tindakan kesehatan)
8. Prediksi dari model tersebut merupakan kemungkinan yang dilakukan individu untuk
mengambil tindakan kesehatan yang direkomendasikan (seperti pencegahan dan pengobatan)

2.6 Pengukuran Konsep Health Belief Model


Sangatlah penting mengukur seluruh rentang faktor yang mungkin mempengaruhi perilaku,
hal ini untuk mengurangi adanya kesalahan pengukuran   (Measurable Error) dan tentu akan
semakin validitas  serta realibilitas. Pengukuran harus spesifik terhadap perilaku tertentu 
(misalnya hambatan pada mammografy mungkin agak berbeda dengan
hambatan Colonoscopy) dan harus relavan untuk populasi mana pengukuran itu akan
digunakan. Perbedaan budaya dan populasi membuat skala penerapan tanpa pemeriksaan
seperti itu cenderung menghasilkan kesalahan. Artinya setiap skala ukur sesuatu tindakan
harus jelas dan sudah diteliti apakah layak atau tidak.
Misalnya pada kasus kanker payudara, untuk membuktikan apakah gejala sakit pada
payudara seseorang ada hubungannya dengan kanker payudara atau hanya gejala biasa maka
alat ukurnya harus jelas yaitu dengan penggunaan mammografy.
Ada beberapa  model perilaku untuk melindungi kesehatan yang umum digunakan yaitu :
1.      Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) disingkat dengan TRA.
2.      Teori Motivasi perlindungan (Protection Motivation Theory)
3.      Teori manfaat yang diharapkan dan subjektif (Subjective Expected Utility)

2.7 Faktor esensial dalam Health Belief Model


Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program
tersebut kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Health Belief Model didasarkan
atas 3 faktor esensial ;
1.      Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit
atau memperkecil risiko kesehatan.
2.      Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
3.      Perilaku itu sendiri.
2.8 Bagan Perubahan Perilaku Masyarakat

Penjelasan:
Masyarakat umum mempercayai bahwa kepercayaan terhadap perilaku akan
mmpengaruhi output dari masing-masing individu. Kemudian melalui pemikiran-pemikiran
tersebut kemudian lahirlah peraturan-peraturan yang membatasi perilaku. Peraturan atau
norma yang lahir kemudian menjadi sebuah intensitas yang pada ahirnya melahirkan sebuah
perilaku yang umum dilakukan dimasyarakat.
Sebagai contoh, masyarakat dilingkungan yang kumuh beranggapan bahwa
membuang sampah disembarang tempat adalah hal yang biasa. Kemudian, karena pemikiran
tersebut maka muncul kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya didaerah yang
kumuh. Kebiasaan tersebut pada akhirnya melahirkan perilaku hidup tidak sehat yang
menjadikan kualitas kesehatan masyarakat di daerah kumuh juga menurun.

2.9 Contoh Penyakit
Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu. Contoh:
kanker. Ada yang takut tertular penyakit itu, tapi ada juga yang menganggap penyakit itu
tidak begitu parah, ataupun individu itu merasa tidak akan tertular olehnya karena diantara
anggota keluarganya tidak ada riwayat penyakit kanker. Keputusan untuk mengambil
tindakan/upaya penanggulangan atau pencegahan penyakit itu tergantung dari persepsi
individu tentang keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk
melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri sendiri.
Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya penanggulangannya dipengaruhi oleh
latar belakang sosio-demografi si individu. Untuk menguatkan keputusan bertindak,
diperlukan faktor pencetus (berita dari media, ajakan orang yang dikenal atau ada yang
mengingatkan). Jika faktor pencetus itu cukup kuat dan individu merasa siap, barulah
individu itu benar-benar melaksanakan tindakan yang dianjurkan guna menanggulangi atau
mencegah penyakit tersebut.
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
1. The Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada
sikap dan keyakinan individu
2. HBM atau Health Belief Model dikembangkan pertama kali tahun 1950-an oleh seorang
psikologf sosial di layanan kesehatan Publik AS yaitu dimulai dengan adanya kegagalan pada
program Pencegahan dan pencegahan penyakit ( Hocbaum 1958,Rosenstok 1960.1974 )
3. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;
a. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari   suatu penyakit atau
memperkecil risiko kesehatan.
b. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya  merubah perilaku.
c. Perilaku itu sendiri.
4. Ada beberapa  model perilaku untuk melindungi kesehatan yang umum digunakan yaitu :
a. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) disingkat dengan TRA.
b. Teori Motivasi perlindungan (Protection Motivation Theory)
c.  Teori manfaat yang diharapkan dan subjektif (Subjective Expected Utility)

3.2 Saran
Mengingat besarnya manfaat dari teori Health Belief Model ini, maka seharusnya
teori Health Belief Model ini tidak hanya terbatas  ilmu yang dipelajari kemudian dilupakan
begitu saja. tetapi seharusnya, seorrang yang mengabdi dibidang kesehatan khususnya
kesehatan masyarakat mampu menerapkan konsep Health Belief Model dalam kehidupan
nyata.
Diharapkan, dengan pemahaman mengenai perilaku kesehatan masyarakat
melalui Health Belief Model, akan tercipta kualitas kesehatan masyarakat Indonesia yang
baik pula.
DAFTAR PUSTAKA

http://smiqilover.blogspot.com/2009/12/promosi-kesehatan-health-belief-model.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Health_belief_model
http://www.fhi360.org/nr/rdonlyres/ei26vbslpsidmahhxc332vwo3g233xsqw22er3vofqvrfjvub
wyzclvqjcbdgexyzl3msu4mn6xv5j/bccsummaryfourmajortheories.pdf
http://msucares.com/health/health/appa1.htm

Anda mungkin juga menyukai